BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Yogi Ardiansyah BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler yang banyak mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas dunia. Hipertensi kini menjadi masalah global, dari data WHO tahun 2000

  menunjukkan, diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang temasuk Indonesia (Andra, 2007). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2007 adalah 32,2% atau 4617 juta dan prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan 39,6%, terendah di Papua Barat 20,1% (Rahajeng, 2009). Hasil penelitian Zamhir (2004) menunjukkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9% dari 32.382.657 jiwa penduduk Indonesia (13.568.333 jiwa), dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di perdesaan 44,1% (36,2%-51,7%). Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa tengah memiliki angka prevalensi sebesar 8,2% dari berbagai provinsi (Darmojo, 2001). Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

  (GBD) tahun 2000, 50% dari penyakit kardiovaskuler disebabkan

  Disease

  1 oleh hipertensi.

  Dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah didiagnosis menderita hipertensi/penyakit darah tinggi oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita hipertensi tetapi saat diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat sendiri).

  Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg. Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk usia

  ≥18 tahun, maka prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur ≥18 tahun.

  Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal taatapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7%). Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki

  • – laki, di perkotaan cenderung tinggi dari pada di pedesaan, cenderung tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tingggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi, cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih
rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.

  Bagi orang yang sudah menderita hipertensi pengobatan dapat menggunakan terapi disamping efek samping yang ditimbulkan rendah dibandingkan pengobatan secara klinis. Tindakan pencegahan bagi yang belum pernah menderita hipertensi yaitu dengan perubahan gaya hidup menjadi gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat ini antara lain meliputi pola makan, aktivitas dan olahraga. Dalam gaya hidup sehat yang utama adalah makanan yang kita konsumsi serta diperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan (Muhammadun, 2010).

  Hipertensi jika tidak segera diatasi atau terjadi berkepanjangan maka akan meningkatkan resiko terhadap stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal kronis. Penderita hipertensi berat dapat mengalami ensefalopati hipertensif, yakni penurunan kesadaran hingga koma yang diakibatkan pembengkakan otak. Dampak lanjutan yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, perdarahan pada retina mata, pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan (Martuti, 2009).

  Pemilihan obat-obatan antihipertensi saat ini telah banyak mengalami perubahan, karena perlu mempertimbangkan efikasi, efek samping yang ditimbulkan, pemakaian jangka panjang dan nilai ekonomisnya. Penggunaan herbal dan bahan alami untuk mengobati dan mengontrol penyakit sudah banyak dilakukan oleh masyarakat dunia. Bahkan akhir-akhir ini terjadi peningkatan penelitian terhadap herbal dan bahan alami untuk mengobati berbagai penyakit Industri farmasi juga berusaha mencari peluang pemanfaatan bahan alam dan turunannya sebagai bahan untuk obat. Selain itu, potensi pasar juga perlu dipertimbangkan dalam upaya menemukan obat baru yang dapat menurunkan tekanan darah (Hernani, 2009).

  Buah-buahan mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi tubuh manusia seperti flavonoid, sterol, dan phenol. Senyawa ini dinamakan sebagai zat kimia tanaman atau pytochemical. Mengkonsumsi buah-buahan dapat menurunkan resiko seseorang terkena penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner. Salah satu buah yang berhasiat menurunkan tekanan darah tinggi antara lain belimbing wuluh (Rahmat, 2009).

  Beberapa studi/penelitian menunjukkan pengaruh buah belimbing wuluh sebagai obat hipertensi. Hal tersebut dikarenakan belimbing wuluh memiliki kandungan farmakologi yaitu diuretik, antiandrenergik, dan vasodilator. Diuretik berguna untuk mengurangi jumlah air dalam plasma darah, antiandrenergik berfungsi menurunkan produksi, sekresi dan aktivitas hormon adrenalin, sedangkan vasodilator bertujuan agar peredaran darah lancar sehingga suplai darah ke seluruh organ pun lancar (Ulfa, 2012).

  Hipertensi bisa terjadi salah satunya karena konsumsi garam berlebih. Konsumsi garam berlebihan bisa menyebabkan penumpukan cairan didalam tubuh, karena garam menarik cairan didalam sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Akibatnya tekanan darah naik. Belimbing wuluh sebagai diuretik, analgetik, memperbanyak pengeluaran empedu, antiradang, dan astringent. Kandungan kalium sitrat didalam buahnya merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh yang tadinya diikat oleh garam. Jika proses pengeluran urine lancar, maka tekanan darah akan turun (Ulfah, 2012).

  Berdasarkan data dari Puskesmas Belik, Desa Belik, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang yang diambil tahun 2014, di dapatkan 87% lansia penderita hipertensi di Desa Belik secara umum pada tahun 2013, sedangkan di Dukubulu sendiri terdapat 66% lansia penderita hipertensi dari seluruh jumlah lansia di Dukubulu, dan untuk lansia penderita hipertensi tahun 2014 di Dukubulu berjumlah 34 lansia dari jumlah 52 lansia. Data terbaru yang didapat dari Puskesmas Belik pada tahun 2015, jumlah lansia penderita hipertensi sebanyak 30 lansia dari jumlah 58 lansia. Fenomena yang terjadi dimasyarakat, penderita hipertensi berusaha menurunkan tekanan darah dengan mengkonsumsi obat hipertensi sesuai anjuran dokter dan menjaga pola makan, dengan mengurangi makanan yang mengandung garam. Namun sebagian orang sudah jenuh untuk minum obat karena penyakit hipertensinya tidak kunjung sembuh dan kambuh kembali jika sudah berhenti minum obat.

  Ada cara lain selain meminum obat antihipertensi yaitu dengan terapi herbal/nonfarmakologi. Sehingga diharapkan dengan meminum terapi herbal, para lansia dapat mengkonsumsi terapi tersebut. Dimana di sekitar Desa Belik terutama di Dukubulu tersebut terdapat tanaman yang berguna untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yaitu belimbing wuluh.

  Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui

  “Pengaruh Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Dukubulu, Desa Belik, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang ”.

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

  Saat ini, penderita hipertensi jumlahnya cukup banyak dan meningkat dari tahun ke tahun. Penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi bukan hanya menggunakan obat antihipertensi. Banyak cara untuk menurunkan tekanan darah antara lain yaitu terapi non farmokologi yaitu pemberian terapi herbal belimbing wuluh.

  Berdasarkan rumusan masalah diatas peneliti tertarik untuk mengetahui “Apakah ada pengaruh belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Dukubulu, Desa Belik, Kecamatan

  Belik, Kabupaten Pemalang?” C.

TUJUAN PENELITIAN

  1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi herbal belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Dukubulu, Desa Belik, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.

  2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan terapi herbal belimbing wuluh di Dukubulu, Desa Belik, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.

  b. Mengetahui tekanan darah pada lansia kelompok kontrol penderita hipertensi di Dukubulu, Desa Belik, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.

  c. Mengetahui pengaruh terapi herbal belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Dukubulu, Desa Belik, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang.

D. MANFAAT PENELITAN

  1. Bagi peneliti Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman peneliti tentang riset keperawatan serta pengembangan wawasan tentang pengobatan tradisional dengan mengkonsumsi belimbing wuluh.

  2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari penelitian ini dapat di gunakan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa serta sebagai perbendaharaan kepustakaan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  3. Bagi penderita Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu dengan mengkonsumsi belimbing wuluh.

  4. Bagi Masyarakat di Dukubulu, Desa Belik, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan salah satu alternatif pengobatan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

E. PENELITIAN TERKAIT

  1. Lailatul Muniroh (2008). Pengaruh pemberian jus buah belimbing dan mentimun terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

  quasi eksperimental dengan memberikan perlakuan pada subyek

  penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized

  Pretest- Posttest Control Group Design dengan pemberian secara Single Blind. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji Anova.

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan. Persamaan dari penelitian ini dan penelitian penulis adalah jenis penelitian menggunakan penelitian eksperimen, sedangkan perbedaanya menggunakan rancangan penelitian dengan design randomized two group pretest-postest design. Sampel yang digunakan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan. Teknik sampling yang digunakan total sampling.

  2. Hernani (2009). Pengaruh pemberian ekstrak daun belimbing wuluh Terhadap penurunan tekanan darah pada hewan uji. Metode penelitian dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu pengolahan bahan baku, pembuatan ekstrak, pemurnian ekstrak dan uji anti hipertensi terhadap hewan uji kucing. Uji anti hipertensi terhadap hewan uji menunjukkan bahwa ekstrak yang telah dimurnikan ternyata mempunyai efek penurunaan tekanan darah lebih tinggi bandingkan ekstrak kasar.

  Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian penulis dalah jenis penelitian menggunakan penelitian eksperimen, sedangkan perbedaanya menggunakan rancangan penelitian randomized two group pretest- postest design , teknik sampling yang digunakan total sampling.

  3. Heri Sulistiyono (2010). Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Demak (Averrhoa Carambola L) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pada Penderita Hipertensi. Metode Penelitian ini menggunakan desain randomized control trial (RCT) pada 2 kelompok. Kelompok pertama yaitu perlakuan dengan jus belimbing dan kelompok kedua yaitu kelompok kontrol dengan pemberian sirup rasa belimbing. Analisis statistik yang digunakan adalah

  Kolmogorov-Smirnov , dan chi-square. Hasil pemberian jus belimbing

  demak (Averrhoa Carambola L) berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Persamaan dari penelitian ini dan penelitian penulis adalah jenis penelitian m e n g g u n a k a n penelitian eksperimen, sedangkan perbedaanya menggunakan rancangan penelitian dengan design randomized two group pretest-postest design, teknik sampling yang digunakan total sampling.