BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - 2.BAB I FEBRI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara berkembang dengan sistem perekonomian yang cukup lemah. Dengan lemahnya sistem perekonomian di Indonesia, maka prioritas pembangunan ekonomi pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus terus ditingkatkan, karena UMKM merupakan sektor yang mampu menjaga ketahanan ekonomi dengan baik. Hal ini sejalan dengan yang dituturkan oleh Presiden Jokowi (2016) yang menyatakan bahwa UMKM memiliki daya tahan tinggi yang mampu menopang perekonomian negara, bahkan saat terjadi krisis global. Sejauh ini perkembangan UMKM di Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah UMKM di Indonesia pada tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Jumlah UMKM di Indonesia
No. Tahun Jumlah UMKM (unit)
1. 2012 56.534.592 2. 2013 57.895.721 3. 2014-2016 57.900.000
Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2017.
Dalam UU No.20 tahun 2008 dijelaskan bahwa usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) merupakan usaha produktif milik perorangan dan atau badan usaha perorangan yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha besar yang memenuhi kriteria usaha sebagai berikut : 1) usaha mikro: memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta 2) Usaha kecil : memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan Rp500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, memiliki hasil penjualan tahunan dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar 3) usaha menengah : memiliki kekayaan penjualan bersih lebih Rp 500 juta sampai dengan Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan Rp 50 miliar.
Struktur perekonomian Sumatera Barat menurut lapangan usaha triwulan III- 2018 didominasi oleh tiga kategori utama yaitu : pertanian, kehutanan dan perikanan (22,89%), perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (15,44%), dan transportasi dan pergudangan (12,62%). Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat triwulan III-2018, terbesar diberikan oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,07%, diikuti pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,76%, dan informasi dan komunikasi sebesar 0,55%.
(Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, 2018).
Berikut ini digambarkan beberapa pertumbuhan lapangan usaha dan sumber pertumbuhan beberapa lapangan usaha yang terlihat pada grafik 1.1 dan grafik 1.2 berikut :
Grafik 1.1 Grafik 1.2
Pertumbuhan Beberapa Lapangan Sumber Pertumbuhan Beberapa
Lapangan Usaha Triwulan III-2018Usaha Triwulan III-2018 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat tahun 2018
Kota Payakumbuh merupakan salah satu wilayah yang berada di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki perkembangan UMKM yang baik, salah satunya yaitu usaha furniture. Hal ini terlihat dari banyaknya usaha furniture yang bermunculan di Kota Payakumbuh. Perkembangan UMKM di Kota Payakumbuh diharapkan lebih maju dan berkembang lagi dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Kota Payakumbuh sehingga meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat Kota Payakumbuh.
Berikut data dari Dinas Koperasi & UKM Kota Payakumbuh (2018) mengenai Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Usaha Industri Agro, dan Kehutanan di Kota Payakumbuh tahun 2017 :
32. Industri batu bata dari tanah liat 46 110
5
2
21. Industri Pengergajian Kayu
32
3
20. Industri pengering dan pengolahan tembakau
14
19. Industri minuman ringan (soft drink)
22. Industri moulding dan komponen bahan bangunan - -
18. Industri makanan yang belum termasuk kelompok manapun 75 346
17. Industri kue basah 243 965
27
10
16. Industri bumbu masak dan penyedap makanan
15. Industri kerupuk dan sejenisnya 290 1 470
25
23. Industri peti kemas dari kayu kecuali peti mati
28
27. Industri air minum dalam kemasan 83 160
31. Industri barang-barang dari tanah liat untuk keperluan rumah tangga
7
2
30. Industri sabun dan bahan pembersih keperluan rumah tangga termasuk pasta gigi
29. Industri Percetakan 34 153
28. Industri Penggilingan padi 55 163
4
10
1
26. Industri alat-alat dapur dari kayu, rotan dan bambu
13
4
25. Industri kerajinan ukir-ukiran dari kayu kecuali furtuner
24. Industri anyam-anyaman dari rotan d n bambu 125 234
45
95
14. Industri makanan dari kedele dan kacang-kacangan lainnya selain kecap dan tempe (industri tahu)
Tabel 1.2 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Usaha Industri Agro, dan Kehutanan di Kota3. Industri pengeringan buah-buahan dan sayuran
4
2
5. Industri susu
4. Industri minyak dari kelapa - -
39
13
29
14
11
2. Industri pelumatan buah-buahan dan sayuran
42
12
1. Industri pengolahan dan pengawetan daging
Payakumbuh, 2017
No. Jenis Industri Unit Usaha Tenaga Kerja6. Industri berbagai macam tepung dari padi-padian, biji- bijian kacang-kacangan, umbi-umbian dan sejenisnya
43
8
5
2
13. Industri tempe
12
5
12. Industri es (macam-macam es)
8
11. Industri pengolahan teh dan kopi (kopi)
7. Industri ramsum pakan ternak/ikan
21
3
10. Industri makaroni, mie, spagheti, bihun, soun dan sejenisnya
9. Industri roti dan sejenisnya 53 4 466
8. Industri konsentrat pakan ternak - -
14
5
Unit Tenaga No. Jenis Industri Usaha Kerja
33. Industri kapur
3
9
34. Industri barang-barang dari semen 75 137
35. Industri barang dari batu untuk keperluan rumah
2
7 tanggga dan pajangan
36. Industri furniture dari kayu 87 265 Total 779 7 635 2016 1 296 4 524 2015 1 294 4 508 2014 1 078 4 341 2013 1 113 4 277
Sumber : Dinas Koperasi & UKM Kota Payakumbuh (2018)
Menurut Coad (2007), perkembangan perusahaan kecil adalah fenomena yang sangat tidak menentu karena tingginya tingkat perusahaan baru yang masuk pasar. Namun, dari sejumlah perusahaan baru tersebut dapat bangkrut dalam beberapa tahun. Dalam perkembangannya, usaha kecil umumnya masih mengalami berbagai masalah dan belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Masalah yang sering terjadi yang hingga kini masih menjadi kendala dalam pengembangan usaha kecil antara lain adalah sulitnya usaha kecil dalam mengakses sumber permodalan, dukungan pemerintah serta persaingan. Selain itu hambatan yang dihadapi oleh usaha kecil adalah keterbatasan dalam mengakses informasi pasar, keterbatasan jangkauan pasar, keterbatasan jaringan kerja, dan keterbatasan mengakses lokasi usaha yang strategis, keterbatasan modal, teknik produksi, bahan baku, pemasaran, manajemen dan teknologi (Elzaki, 2009).
Sehubungan dengan itu, berdasarkan hasil survey pendahuluan (2018) yang dilakukan pada salah satu usaha furniture yang ada di Kota Payakumbuh, dimana peminat akan produk yang dihasilkannya sangat tinggi. Namun masih memiliki keterbatasan dalam jumlah produksi karena kapasitas mesin yang masih rendah dan kurangnya ketersediaan dana untuk menambah mesin produksi, sedangkan sulitnya dalam memperoleh kredit dari perbankan dalam memenuhi persyaratan yang diberikan oleh bank serta pandangan pelaku usaha kecil bahwa bunga yang ditetapkan oleh bank begitu tinggi sehingga mereka takut jika tidak mampu untuk membayar pinjaman tersebut. Masalah lain yang dihadapi oleh usaha kecil adalah sulitnya untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk proses produksi dan untuk mendapatkan bantuan tersebut, usaha kecil harus menunggu terlalu lama serta kurangnya kemampuan manajerial yang dimiliki oleh pelaku usaha kecil.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan UMKM di Indonesia, yang di dalamnya termasuk usaha furniture di Kota Payakumbuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Abrar-ul-haq, et al., (2015) di Pakistan, ada 6 faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan usaha yaitu : dukungan pemerintah, kemampuan manejerial, akses permodalan, teknologi, tantangan pemasaran, serta pendidikan pemilik usaha.
Dukungan dari pemerintah memainkan peran penting dengan memberikan lingkungan yang menguntungkan bagi UMKM. Menurut Jasra, et al., (2011) dukungan pemerintah dapat seperti menciptakan kebijakan yang mengarah pada keberhasilan kewirausahaan yaitu kemudahan untuk mendapatkan izin usaha dan skema pendanaan dari pemerintah yang tepat sasaran. Dengan semakin banyak usaha furniture yang bermunculan di Kota Payakumbuh maka peran pemerintah yang baik juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan usaha tersebut. Meskipun telah ada inisiatif pemerintah untuk mempromosikan dan mendukung UMKM dalam rangka meningkatkan pembangunan dan mengurangi kemiskinan, masih ada kurangnya hukum dan prosedur administrasi seperti akses bantuan dari instansi pemerintah (Govori, 2013).
Dalam mendirikan usaha funiture, pengusaha harus memiliki keterampilan manejerial dalam mengelola usaha dikarenakan semakin tingginya angka persaingan dalam menjalankan usaha ini. Afiah (2009) dalam Mujib (2010) menjelaskan bahwa salah satu program peningkatan kapabilitas UMKM yang sering dilaksanakan dalam rangka peningkatan kemampuan SDM adalah pengembangan keterampilan pengusaha UMKM. Pengembangan keterampilan bertujuan untuk meningkatkan kemandirian usaha, kemampuan bisnis, dan jiwa kepemimpinan dalam sektor UMKM, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan kualitas operasional UMKM.
Selain itu pengusaha harus memiliki akses permodalan yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Rocha, et al., (2010) yang menyatakan kendala yang paling mengikat pada pertumbuhan perusahaan di negara-negara berkembang adalah permodalan. Hasil penelitian menemukan bahwa masing-masing negara menghadapi kendala yang berbeda dan bahwa kendala tersebut juga bervariasi dikarenakan karakteristik perusahaan, terutama ukuran perusahaan. Namun, disemua negara, akses ke pembiayaan adalah salah satu kendala yang paling mengikat sementara hambatan lain muncul untuk kendala yang lebih sedikit.
Penelitian ini fokus pada analisis perkembangan UMKM, yaitu bagaimana akses keuangan, dukungan pemerintah, kemampuan manejerial dari pemilik usaha mempengaruhi perkembangan usaha furniture di Kota Payakumbuh, penulis memilih judul penelitian ini yaitu “Analisis Akses Keuangan, Dukungan
Pemerintah dan Kemampuan Manejerial terhadap Perkembangan UMKM
pada Usaha Furniture di Kota Payakumbuh’’.1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana akses keuangan mempengaruhi perkembangan UMKM pada usaha furniture di Kota Payakumbuh ?
2. Bagaimana dukungan pemerintah mempengaruhi perkembangan UMKM pada usaha furniture di Kota Payakumbuh ?
3. Bagaimana kemampuan manejerial mempengaruhi perkembangan UMKM pada usaha furniture di Kota Payakumbuh ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh akses keuangan terhadap perkembangan UMKM pada usaha furniture di Kota Payakumbuh.
2. Untuk mengetahui pengaruh dukungan pemerintah terhadap perkembangan UMKM pada usaha furniture di Kota Payakumbuh.
3. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manejerial terhadap perkembangan UMKM pada usaha furniture di Kota Payakumbuh.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat mengenai hal perkembangan manajemen, khususnya manajemen kewirausahaan, dasar pendekatan dan metode-metode yang digunakan, terutama pengaruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan UMKM. Selain itu penelitian ini diharapkan bisa dijadikan literatur dan rujukan bagi penelitian yang akan datang.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Usaha Kecil Manfaat penelitian ini bagi usaha kecil adalah membantu usaha-usaha kecil di
Sumatera Barat khususnya di Kota Payakumbuh untuk mengatahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan usaha mereka serta sebagai bahan referensi bagi usaha tersebut dalam mengimplementasikan dan lebih memperhatikan faktor- faktor tersebut, agar perkembangan usaha mereka meningkat.
b. Bagi Pemerintah Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tambahan dan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam mengelola usaha kecil yang ada di Kota Payakumbuh dan sekitarnya, khususnya menyangkut cara mengembangkan usaha kecil yang ada di Kota Payakumbuh.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang konsep teoritis sebagai dasar untuk menganalisis
permasalahan yang ada yang merupakan hasil studi pustaka, kerangka pikir, dan pengembangan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini meliputi gambaran umum responden penelitian dan hasil analisa data, serta pembahasan. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dapat dirangkum dari bab-bab sebelumnya.