BAB 1 PENDAHULUAN - Rizki Fatimah BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan

  adanya gejala dan baru mengetahui ketika memeriksa tekanan darah atau sesudah kondisinya parah seperti timbulnya kerusakan organ. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja, tidak memandang umur dan sosial-ekonomi (Martuti, 2009).

  Tekanan darah tinggi (Hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukan gejala, atau bila ada gejalanya tidak jelas, sehingga tekanan yang tinggi di dalam arteri sering tidak dirasakan oleh klien hipertensi (Junaidi I, 2010).

  Penyakit kardiovaskular secara global menyebabkan sekitar 17 juta kematian per tahun, dan dari jumlah tersebut sekitar 9,4 juta kematian di seluruh dunia per tahun disebabkan oleh komplikasi akibat hipertensi. Hipertensi bertanggungjawab untuk setidaknya 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51% akibat stroke. Pada tahun 2008, di seluruh dunia sekitar 40% dari total orang dewasa berusia 25 tahun ke atas telah didiagnosis dengan hipertensi. Kondisi tersebut meningkat dari 600 juta orang pada tahun 1980 menjadi satu miliar orang pada tahun 2008 (WHO, 2013).

  1 Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran berdasarkan umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, angka tertinggi di Bangka

  Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang diukur melalui kuesioner sebesar 9,4%, yang didiagnosis hipertensi sedang minum obat sebesar 9,5%. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7%. Sehingga, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (25,8% + 0,7%) (Riskesdas, 2013).

  Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit dan Puskesmas tahun 2009. Kasus hipertensi tahun 2009 sebesar 163,07 per 1000 penduduk mengalami peningkatan di banding tahun 2008 sebesar 143,82 per 1000 penduduk (Dinas Provinsi Jateng, 2009). Data dari dinas kesehatan di Kabupaten Purbalingga tahun 2013 didapatkan bahwa kasus tertinggi penyakit tidak menular (PTM) adalah hipertensi esensial di Kabupaten Purbalingga dengan jumlah kasus sebesar 9.897 kasus dengan jumlah penduduk 881.831 jiwa (Profil kesehatan kabupaten Purbalingga, 2013).

  Berdasarkan survey data kunjungan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bojongsari pada tahun 2014, penyakit hipertensi merupakan 10 besar penyakit dari semua jenis penyakit dengan total penderita 818 orang.

  Dari 818 penderita hipertensi ada 139 orang yang mengalami hipertensi pada usia diatas 40 tahun. Gaya hidup, konsumsi makanan dan emosional merupakan faktor pemicu kejadian hipertensi (Data Puskesmas, 2014).

  Ramadhan (2010) menjelaskan bahwa penyebab dari hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial/primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik, dan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain, seperti kelainan pembuluh ginjal dan gangguan kelenjar tiroid. Faktor ini biasanya juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah tinggi lemak, konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.

  Pengobatan hipertensi dibagi dalam dua kategori yaitu pengobatan farmakologi dan non-farmakologi. Pengobatan farmakologi yaitu pengobatan yang menggunakan obat-obatan berbahan kimia. Pengobatan farmakologi dilakukan pada hipertensi dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.

  Pengobatan non-farmakologi yaitu pengobatan tanpa obat-obatan yang diterapkan pada hipertensi (Junaidi, 2010). Salah satu upaya pengobatan non farmakologi yang bisa diterapkan pada penderita hipertensi yaitu menerapkan pola makan yang baik dan benar serta mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalium.

  Martuti (2009) menjelaskan bahwa penyakit hipertensi banyak dipengaruhi oleh gaya hidup. Faktor gaya hidup ini merupakan salah satu penyebab hipertensi yang bisa diatur, tidak seperti faktor keturunan, jenis kelamin, dan usia. Pengobatan tanpa obat bagi penderita hipertensi diantaranya dilakukan dengan: diet sehat, yakni diet rendah garam, diet tinggi serat dan tinggi kalium.

  Diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami. Salah satu tujuan diet hipertensi yaitu memperbanyak asupan kalium. Kalium bekerja menghilangkan natrium dari senyawanya, sehingga lebih mudah di keluarkan.

  Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-hari. Makanan yang kaya kalium adalah pisang, sari jeruk, jagung, dan brokoli (Sustrani, 2004). Menurut Wahdah (2011) bahwa pemasukan kalium yang tinggi sekitar 2000 mg-4000 mg (2-4 gr) per hari dapat membantu menurunkan tekanan darah.

  Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tarigan (2006) menunjukan bahwa tekanan darah setelah makan pisang kepok sebesar 103,2/62,8 mmHg, lebih rendah daripada sebelum makan pisang kepok sebesar 114,9/68,7 mmHg.Sitepu (2010) menambahkan dalam penelitiannya menunjukan bahwa tekanan darah pada wanita dewasa setelah makan pisang kepok sebesar 91,5/62 mmHg, lebih rendah daripada sebelum makan pisang kepok sebesar 99,4/68 mmHg. Dengan rendahnya kandungan garam dan adanya kandungan kalium yang tinggi pada pisang menjadikan pisang salah satu buat yang cocok dikonsumsi untuk penderita darah tinggi hipertensi (Kesner, 2008).

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 15 penderita hipertensi diperoleh bahwa 8 penderita hipertensi belum mengetahui bahwa pisang kepok dapat menurunkan tekanan darah sehingga mereka tidak mengkonsumsi secara rutin untuk diet dalam menjaga tekanan darahnya supaya dalam batas normal, 2 penderita hipertensi yang pernah mengetahu bahwa pisang dapat menurunkan tekanan darah namun mereka tidak mengetahui jenis pisangnya pisang apa dan 5 penderita hipertensi yang setiap harinya mengkonsumsi obat hipertensi sebagai penurun tekanan darah.

  Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berinisiatif untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Konsumsi Buah Pisang Kepok Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Klien Hipertensi Primer di Wilayah Kerja

  UPTD Puskesmas Bojongsari Kabupaten Purbalingga”. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang akurat dan tepat tentang penggunaan pisang kepok sebagai penurun tekanan darah.

B. Rumusan Masalah

  Pisang kepok merupakan salah satu buah yang banyak mengandung kalium. Kandungan kalium dalam pisang kepok berfungsi sebagai vasodilatasi pembuluh darah, penghambat sekresi renin dan peningkat eksresi natrium. Adanya kandungan kalium dalam pisang kepok sangat baik jika dikonsumsi penderita hipertensi. Hal ini karena pada penderita hipertensi saat tekanan darahnya tinggi disebabkan adanya gangguan / sumbatan dipembuluh darah sehingga oksigen ataupun nutrisi yang dibutuhkan jaringan tubuh alirannya terhambat.

  Namun demikian, penderita hipertensi jarang bahkan tidak pernah mengkonsumsi pisang kepok sebagai salah satu upaya dalam menurunkan tekanan darah. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah ada pengaruh konsumsi buah pisang kepok terhadap perubahan tekanan arah pada klien hipertensi primer di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bojongsari Kabupaten Purbalingga ”.

C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh konsumsi buah pisang terhadap perubahan tekanan darah pada klien Hipertensi Primer di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bojongsari Kabupaten Purbalingga.

  2. Tujuan Khusus

  a. Untuk mengetahui karakteristik responden di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bojongsari berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan status pendidikan.

  b. Untuk mengetahui rata- rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada klien hipertensi sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah pisang kepok.

  c. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah pisang kepok.

  d. Untuk mengetahui besarnya pengaruh buah pisang kepok terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada klien hipertensi.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Begi Penelitian Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai pengaruh konsumsi buah pisang kepok secara teratur terhadap perubahan tekanan darah.

  2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari penelitian ini dapat di gunakan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  3. Bagi Klien Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi untuk mengkonsumsi buah pisang kepok secara teratur untuk menurunkan tekanan darah.

  4. Bagi Masyarakat di Wilayah UPTD Puskesmas Bojongsari, Purbalingga Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan salah satu alternatif pengobatan untuk menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.

  E. Penelitian Terkait 1.

  Tangkilisan (2013) dengan judul “pengaruh terapi diet pisang ambon

  (Musa paradusuaca var) terhadap penurunan tekanan darah pada klien

  hipertensi di kota bitung”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra eksperimental dengan menggunakan metode one group pre

  test-post test . Populasi penelitiannya adalah seluruh klien hipertensi yang

  ada di Kelurahan Manembo- nembo atas Kecamatan Matuari Kota Bitung, sedangkan sampel penelitiannya adalah penderita hipertensi di Kelurahan

  Manembo- nembo Atas Kecamatan Matuari Kota Bitung yang memenuhi kriteria sebanyak 22 orang. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa bivariat dianalisis menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukan terjadi penurunan tekanan darah setelah responden diberikan terapi diet pisang ambon sebanyak tiga buah sehari selama satu minggu. Masing- masing penurunan rerata tekanan darah sistolik maupun diastolih ialah sebesar 9,545 mmHg dan 9,091 mmHg. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah variabel bebas dari penelitian ini adalah pisang ambon sedangkan variabel terikat dari penulis adalah pisang kepok. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah pada variabel terikat yaitu klien hipertensi dengan menggunakan metode pendekatan eksperimen.

  2. Tarigan (2006) dengan judul “Pengaruh pisang kepok (Musa acuminata x balbisiana Colla) terhadap tekanan darah normal pada pria dewasa

  ” Metode penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap dengan subjek peneliti 15 pria dewasa berumur 18-25 tahun. Dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah makan buah pisang kepok yang sudah dimasak dengan dosis 200 gr. Analisis data menggunakan uji t yang berpasangan. Hasil dari penelitian ini adalah tekanan darah setelah makan pisang kepok sebesar 103,2/62,8 mmHg, lebih rendah dari pada sebelum makan pisang kepok sebesar 114,9/68,7 mmHg (p<0,01). Persamaan dari penelitian ini adalah jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan perbedaannya yaitu penelitian ini menggunakan desain prospektif eksperimen sungguhan sedangkan desain oleh penulis menggunakan pre eksperimen. Sampel yang digunakan tidak sedang menjalani obat- obatan farmakologis.

3. Louis et al (2006) “Pengaruh kalium dan vitamin pada pisang terhadap

  pasien hipertensi”. Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan pendekatan pre dan post test with control group design jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak (6) orang. Hasil penelitian menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik responden sebelumnya adalah 130/62,2 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sesudahnya menjadi 110,0/57,1 mmHg terjadi penurunaan yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah (nilai p=0,002). Persamaan dari penelitian ini adalah jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen perbedaannya dengan penelitian ini yaitu penulis menggunakan rancangan penelitian pra-eksperimental (pre- eksperimental) dengan design

  The One-group pre- post tes design.