POSISI DAN PERAN GURU DALAM POLA KURIKULUM 2013

  

J-PAI: Jurnal Pendidikan Agam a Islam p-ISSN 2355-8237

Vol. 3 No. 1 Juli-Desem ber 2016 e-ISSN 2503-300X

POSISI DAN PERAN GURU DALAM POLA KURIKULUM 2013

Anas Suprapto

  Pengaw as MTs. di Pasur uan e-mail: anassupr apto2073@gmail.com

  

Abstr act: The Changes to a cur r iculum w ill undoubtedly continue to

occur . The big mission of these changes alone is in or der t o cr eate a

better situation for the out put of educat ion. Such changes

substantially in or der to str ike a balance betw een the spir itual and

social attitudes, cur iosit y, cr eativity, cooper at ion w ith intellectual

and psychomotor abilities. Cur r iculum 2013 appear s to cr eate

output t hat is expected of it. To r each it, one fundamental factor is

the maximization of the candidates' pr ofessional aptitude of

teacher s as an impor tant instr ument for the success of education.

  

The application of r esear ch-based lear ning can be used t o develop

self-potential st udents in this contr over sial cur r iculum.

  Keywords: teacher , student , cur r iculum 2013, r esear ch

Abstrak: Per ubahan pada sebuah kur ikulum niscaya akan ter us

ter jadi. Misi besar dar i per ubahan ini sendir i adalah supaya

ter cipta situasi yang lebih baik bagi out put pendidikan.

Per ubahan ter sebut secar a substansial dalam r angka

keseimbangan antara sikap spir itual dan sosial, r asa ingin tahu,

kr eativitas, ker ja sama dengan kemampuan intelektual dan

psikomotor ik. Kur ikulum 2013 muncul agar ter cipta out put yang

dihar apkan itu. Untuk menuju hal itu, salah satu faktor mendasar

adalah maksimalisasi ter hadap pembekalan calon tenaga

pr ofesional gur u sebagai instr umen penting dalam menyukseskan

pendidikan. Pener apan pembelajar an ber basis r iset bisa

digunakan untuk mengembangkan potensi dir i sisw a dalam

kur ikulum yang menuai kontr over si ini.

  Kata-Kata kunci: gur u, siswa, kur ikulum 2013, penelitian Pendahuluan

  Ber dasar kan Sur at Edar an Nomor 179342/ MPK/ KR/ 2014, Menter i Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kebudayaan melakukan penghentian sementar a pelaksanaan kur ikulum 2013 sampai tanggal

  15 Desember 2014. Sur at ditujukan secar a langsung kepada Kepala Sekolah di selur uh Indonesia. Memper kuat Sur at Edar an ter sebut, pada

  11 Desember 2014 Menter i Pendidikan & Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pember lakuan Kur ikulum 2006 dan Kur ikulum 2013 yang seger a ditindaklanjuti dengan Per atur an Ber sama Dir ektur Jender al Pendidikan Dasar dan Dir ektur Jender al Pendidikan Dasar dan Dir ektur Jender al Pendidikan Menengah Nomor 5496/ C/ KR/ 2014 dan Nomor 7915/ D/ KR/ 2014 tentang Petunjuk Teknis Pember lakuan Kur ikulum 2006 dan Kur ikulum 2013 pada Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

  Pelaksanan Kur ikulum 2013 memang menyisakan beber apa masalah konseptual yang dihadapi, mulai dar i ketidakselar asan antar a ide dengan desain kur ikulum hingga ketidakselar asan gagasan dengan isi buku teks. Sementar a itu, masalah teknis pener apan seper ti ber beda-bedanya kesiapan sekolah dan gur u, belum mer ata dan tuntasnya pelatihan gur u dan kepala sekolah, ser ta penyediaan buku pun belum ter tangani dengan baik. Anak-anak, gur u, dan or ang tua pula yang akhir nya har us menghadapi konsekuensi atas keter gesa- gesaan pener apan sebuah kur ikulum. Segala per masalahan itu memang ikut melandasi pengambilan keputusan ter kait pener apan Kur ikulum 2013 ke depan, namun yang menjadi per timbangan utama dalam pengambilan keputusan ini adalah kepentingan peser ta didik.

  Ber dasar kan r ealitas ter sebut dan dengan memper hatikan r ekomendasi tim evaluasi implementasi kur ikulum, ser ta diskusi dengan ber bagai pemangku kepentingan, Menter i memutuskan beber apa hal: Per t ama, menghentikan pelaksanan kur ikulum 2013 di sekolah-sekolah yang bar u mener apkan satu semester , yaitu sejak tahun pelajar an 2014/ 2015. Sekolah-sekolah ini supaya kembali menggunakan Kur ikulum 2006. tetap mener apkan kur ikulum

  

Kedua,

  2013 di sekolah-sekolah yang telah tiga semester ini (dihitung sampai akhir semester ganjil 2014 kemar in) mener apkan, yaitu sejak tahun pelajar an 2013/ 2014, dan menjadikan sekolah-sekolah ter sebut sebagai sekolah pengembangan dan per contohan pener apan kur ikulum 2013. Namun hal ter sebut dikecualikan bagi sekolah yang keber atan menjadi sekolah pengembangan dan per contohan kur ikulum 2013, dengan alasan ketidaksiapan dan demi kepentingan sisw a, dapat mengajukan dir i kepada Kemendikbud untuk penghentiannya. Ket iga, mengembalikan tugas pengembangan Kur ikulum 2013 kepada Pusat Kur ikulum dan Per bukuan, Kementer ian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pengembangan kur ikulum tidak ditangani oleh tim ad hoc yang beker ja jangka pendek.

  Konsep Pengembangan Kurikulum

  Menur ut Nasution (dalam Ahmad, 1998: 10), istilah kur ikulum ber asal dar i atletik, yaitu cur er e yang ber ar ti ber lar i . Dar i istilah atletik inilah, kur ikulum kemudian mengalami per geser an ar ti ke dunia pendidikan, yakni sejumlah mata pelajar an di per gur uan tinggi.

  Menur ut Muhaimin (2003: 182), penger tian kur ikulum dalam ar ti yang sempit mer upakan seper angkat r encana dan pengatur an tentang isi dan bahan pelajar an ser ta car a yang digunakan sebagai pedoman penyelenggar aan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penger tian ini mengar isbaw ahi adanya 4 (empat) komponen pokok dalam kur ikulum, yaitu tujuan, isi/ bahan, or ganisasi dan str ategi. Sementar a itu, dalam penger tian secar a luas, kur ikulum mer upakan segala kegiatan yang dir ancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peser ta didik guna mencapai tujuan pendidikan (institusional, kur ikuler , dan intr uksional).

  Penger tian kur ikulum sebagaimana ter cantum dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 adalah sebagai seper angkat r encana dan pengatur an mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajar an ser ta car a yang digunakan sebagai pedoman penyelenggar aan kegiatan pembelajar an untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UUSPN, No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Ayat 19).

  Adapun pengembangan kur ikulum (cur r iculum development ) menur ut Audr ey Nicholls dan S. How ard Nichools adalah:

  t he planning

of lear ning oppor t unit ies int ended t o br ing about cer t ain deser ed in

pupils, and assessment of t he ext ent t o wich t hese changes have t aken

plece (Hamalik, 2006: 96). Ber dasar kan r umusan ter sebut, dapat

  diketahui bahw a pengembangan kur ikulum adalah per encanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membaw a sisw a ke ar ah per ubahan-per ubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana per ubahan-per ubahan itu telah ter jadi pada diri sisw a.

  Dalam penger tian itu, sesungguhnya pengembangan kur ikulum adalah pr oses siklus, yang tidak per nah ber akhir .

  Prinsip Pengembangan Kurikulum Pr insip umum pengembangan kur ikulum menyangkut lima hal.

  Ber ikut lima hal yang menjadi pr insip-pr insip umum ter sebut (Sukmadinata, 2005: 151):

  1. Pr insip Relevansi Ada dua macam r elevansi yang har us dimiliki kurikulum, yaitu r elevansi keluar dan r elevansi di dalam kur i kulum itu sendir i.

  Relevansi keluar maksudnya adalah tujuan, isi, dan pr oses belajar yang ter cakup dalam kur ikulum hendaknya r elevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan per kembangan masyar akat. Kur ikulum juga har us memiliki r elevansi di dalam, yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antar a komponen-kompoenen kur ikulum, yaitu antar a tujuan, isi, pr oses penyampaian, dan penilaian. Relevansi inter nal ini mer upakan suatu keter paduan kur ikulum.

  2. Pr insip Fleksibilitas Pr insip fleksibilitas menunjukkan bahw a kur ikulum adalah tidak kaku. Hal ini ber ar ti bahw a di dalam penyelenggar aan pr oses dan pr ogr am pendidikan har us diper hatikan kondisi per bedaan yang ada di dalam dir i peser ta didik (Ahmad, 1998: 71).

  3. Pr insip Kontinuitas Pr insip kesinambungan dalam pengembangan kur ikulum menunjukkan adanya saling ter kait antar a tingkat pendidikan, jenis pr ogr am pendidikan, dan bidang studi (Ahmad, 1998: 71).

  4. Pr insip Pr aktis Kur ikulum har us mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat seder hana dan biayanya juga mur ah. Pr insip ini juga disebut pr insip efesiensi (Sukmadinata, 2005: 151). Efisiensi mer upakan per bandingan antar a hasil yang dicapai dan pengeluar an (ber upa w aktu, tenaga, dan biaya) yang dihar apkan paling tidak menunjukkn hasil yang seimbang (Ahmad, 1998: 70).

  5. Pr insip Efektivitas

  Dalam dunia pendidikan, masalah efektivitas dapat ditinjau dar i segi efektifitas mengajar gur u dan efektifitas belajar mur id. Efektivitas mengajar gur u menyangkut sejauh mana jenis-jenis kegiatan mengajar yang dir encanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar mur id menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pelajar an yang diinginkan dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang dit empuh (Ahmad, 1998: 117).

  Posisi Gur u dalam Situasi Kur ikulum yang Berubah-Ubah

  Gur u adalah unsur manusiaw i dalam pendidikan. Gur u mer upakan figur manusia sebagai salah satu sumber yang menempati posisi dan memegang per anan penting dalam dunia pendidikan. Ketika semua or ang memper soalkan masalah dunia pendidikan, figur gur u meski ter libat dalam agenda pembicar aan ter utama yang menyangkut per soalan pendidikan for mal di sekolah (Djamar ah, 2005: 1).

  Dalam bahasa Ar ab, gur u dikenal dengan istilah atau

  al-mu’alim

  yang ber tugas member ikan ilmu dalam majelis takli m

  al- ust adz

  (tempat memper oleh ilmu). Dengan demikian, gur u dapat diartikan sebagai or ang yang tugasnya ter kait dengan upaya mencer daskan kehidupan bangsa dan semua aspeknya, baik spir itual, emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya (Supar lan, 2005: 11-12).

  Gur u tidak hanya dituntut memiliki kemampuan mentr ansfor masikan pengetahuan yang dimilikinya dan member ikan ketauladanan pengalaman, tetapi juga dihar apkan mampu menginspir asi anak didiknya agar mer eka dapat mengembangkan potensi dir i dan memiliki akhlak yang baik. Dalam menghadapi per kembangan zaman yang begitu pesat, pemer intah Indonesia ber tekad untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan salah satunya mer ancang kur ikulum 2013 yang begitu heboh ketika diluncur kan. Hampir setiap gur u mengikuti kegiatan w or ksop dan hanya sedikit yang belum mengikutinya. Kur ikulum 2013 dihar apkan mampu member ikan kontr ibusi yang lebih baik untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Tetapi kenyataannya masih banyak di antar a par a gur u mengalami kesulitan dalam tatar an implementasinya, sehingga pada akhir nya menunculkan w acana agar kur ikulum dikembalikan kepada kur ikulum 2006. Wacana inipun menimbulkan pr o dan kontr a, ada yang setuju untuk t etap melanjutkan kur ikulum 2013, tetapi banyak yang setuju untuk dikembalikan kepada kur ikulum 2006. Per bedaan seper ti itu w ajar kar ena masing-masing mempunyai ar gumentasi sendir i-sendir i yang didukung dengan kelebihan dan kekur angannya. Ter lepas dar i itu semua, har us diingat bahw a apapun bentuk kur ikulumnya gur u har us tetap ber kualitas.

  Peningkatan kualitas gur u mer upakan kegiatan yang dilakukan untuk menambah atau meningkatkan pengetahuan, keter ampilan, sikap, dan kepribadian yang utuh, sehingga tenaga kependidikan sehar usnya memiliki kar akter istik yang sesuai dengan tugas pokoknya yang ter inter nalisasi dalam kehidupan sehar i-har i.

  Dalam hal ini, lembaga pendidikan dihadapkan kepada tantangan, bagaimana agar pelaksanan pendidikan dan pembelajar an khususnya pendidikan agama tetap menar ik per hatian sisw a dan dir asakan r elevan dalam kehidupan masyar akat yang ter us ber ubah. Per ubahan masyar akat semakin lama semakin cepat dan kompleks sehingga memer lukan suatu per enungan yang mendalam, khususnya bagi tenaga kependidikan dalam member ikan layanan kepada sisw a.

  Upaya untuk peningkatan kualitas tenaga kependidikan di sekolah menur ut Dir jen Baga (2005:77-78), bisa dilakukan dengan dua car a, yaitu : , dar i pihak tenaga kependidikan itu sendir i,

  per t ama

  ar tinya seor ang tenaga pendidikan har us benar -benar memi liki motivasi, tekad dan semangat yang besar untuk mengabdi dan melaksanakan tugas mendidik dan mengajar bagi bangsanya. Pendidikan har us pula memiliki kesadar an bahw a pr ofesi gur u adalah pr ofesi yang paling luas bidang gar apan dan tanggung jaw abnya dar i selur uh pr ofesi dan dasar bagi selur uh pr ofesi yang lainnya.

  Kedua,

  dar i pihak luar tenaga kependidikan maksudnya pemegang kebijakan dengan member ikan pelatihan dan pengembangan, misalnya on t he

  

job t r aining , yaitu tenaga kependidikan senior diminta untuk melatih

  par a staf yunior (tenaga gur u) langsung dalam kondisi ker ja. Bisa juga , yaitu pemindahan tugas secar a per iodik dar i tugas satu ke

  job r ot at ion

  tugas lainnya. Ataupun misalnya, juga mengikutkan ber bagai kegiatan yang ber sifat akademik maupun non akademis misalnya pendidikan for mal jenjang S.1, S.2, S.3, diklat, penatar an, seminar , lokakar ya, dan w or kshop.

  Memang tidak mudah, kar ena upaya untuk menjadikan seseor ang tenaga pendidik atau gur u ber kualitas atau pr ofesional tentu har us didukung dengan faktor pendor ong. Menur ut Dir jen Baga (2005:84), untuk menjadi gur u yang ber kualitas atau pr ofesional har us didukung beber apa hal, misalnya adanya motivasi yang tinggi dalam menjalankan pr ofesi kependidikannya, ter ampil membelajar kan ilmu ber dasar kemajuan tingkat-tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor ik sisw a, memahami bahaya dehumanisasi, per budakan, dan keber halaan yang ter kandung di dalam benda-benda teknologi, ser ta pendidikan ber langsung sepanjang hayat dan secar a komplementer pada bidang ilmu, kesenian, dan kesusilaan. Jika tenaga pendidikan memper hatikan beber apa faktor pendukung ter sebut, tidak mustahil pelaksanaan pendidikan dan pembelajar an di sekolah akan ber jalan lancar . Sebagai hasilnya, sisw a akan menjadi manusia-manusia cer das ter ampil, ber budi peker ti luhur dan ber mor al.

  Kembali pada substansi Kur ikulum 2013, gur u sebagai pelaku utama bagi keber hasilan pener apan K-13, pemahaman gur u yang memadai ter hadap K-13, ter utama bagaimana pr oses pengelolaan kelas har us benar -benar mencer minkan r uh K-13. Tentu saja hal ini kembali pada kemauan dan kemampuan gur u untuk seger a ber adaptasi dengan keber adaan K-13, baik menyangkut hakekat per ubahan K-13 maupun menyangkut pola penyajian K-13 dalam pr oses belajar mengajar . Masalah yang pasti akan muncul, apabila gur u tetap ber pola pada kebiasaan car a mengajar sebelumnya yang mengakibatkan per an aktif sisw a menjadi ter batas.

  Namun demikian, bukan ber ar ti gur u hanya member i tugas dan tidak ada pantauan bagaimana sisw a menger jakan tugas-tugas yang diber ikan. Sebab dengan pendekatan saintifik guru juga har us aktif, mengamati dan menilai sikap sisw a selama pembelajar an. Kalau tidak, maka per ubahan yang diinginkan oleh K-13 sulit ter capai. Belum lagi sejauh mana pemahaman gur u dalam pembuatan soal tes, dan teknik evaluasinya, ser ta bagaimana pembuatan deskr ipsi bagi tiap sisw a dalam r apor .

  Ada lima kompetensi yang har us dimiliki oleh gur u pr ofesional, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi pr ofesional, kompetensi kepr ibadian, kompetensi sosial, dan kepemimpinan. Kompetensi- kompetensi ter sebut sangat dibutuhkan untuk keber hasilan implementasi dan keter laksanaan kur ikulum 2013. Gur u sebagai ujung tombak pener apam kur ikulum, dihar apkan bisa menyiapkan dan membuka dir i ter hadap beber apa per ubahan yang ter jadi pada K-13.

  Belum atau sudah mendapatkan pelatihan, gur u har us seger a ber adaptasi dengan per ubahan yang ter jadi pada K-13. Utamanya menyangkut bagaimana mengelola dan menyaji kan setiap mater i pelajar an seper ti yang dikehendaki K-13, menjadikan kesiapan gur u sebagai eksekutor K-13 menjadi vital. Dengan demikian, gur u benar - benar dituntut mampu mendor ong peser ta didik dalam melakukan obser vasi, ber tanya, ber nalar , dan mengkomunikasikan (mempr esentasikan) ter hadap apa yang mer eka per oleh atau mer eka ketahui setelah mener ima mater i pembelajar an.

  Dalam r angka kepentingan ter sebut, upaya peningkatan kompetensi gur u agar mampu menjadi ilmuw an dengan sikap ilmiah menjadi hal yang penting dan mendesak agar keter laksanaan kur ikulum 2013 sesuai dengan yang dihar apkan. Hal ini penting agar gur u dalam member ikan kebebasan pada sisw a untuk mencar i tahu dar i ber bagai sumber belajar tidak menjadi kebebasan yang justr u akan mengacaukan pengamatan yang diper oleh. Dengan demikian, pendekatan saintifik diper syar atkan K-13 tetap ber ada dalam bingkai keilmuan. Dalam posisi inilah, gur u bukan sekedar mengajar dengan menyampaikan tugas-tugas seper ti yang ter tuang di dalam buku ajar tetapi gur u sekaligus menjadi kur ikulum hidup.

  Kualitas pendidikan sangat ter gantung pada kehebatan gur u. Mur id-mur id di sekolah/ madr asah bisa menjadi hebat kalau gur u-gur u yang mengajar juga hebat. Kar ena itu, jika sekolah/ madr asah ingin hebat dan ber mutu, maka gur u-gur unya har us ”dir ekayasa” agar menjadi gur u yang hebat ( http:/ / jatim.kemenag.go.id , 2 Januar i 2014).

  Per nyataan di atas ada benar nya dengan asumsi bahw a anak- anak bangsa bisa menjadi hebat apabila pr oses pembelajar an yang dijalani di sekolah/ madr asah dikelola gur u-gur u yang hebat pula. Per tanyaannya adalah, apakah selama ini par a gur u yang ber ada di gar da depan pendidikan belum memiliki pr eofesionalisme yang hebat sehingga masih per lu ter us dipacu kompetensinya?

  Kur ikulum K-13 secar a substantif mener apkan pembelajar an ber basis r iset. Dengan jar gon 5M (mengamati – menanya – menalar – mengaosiasi - dan mengkomunikasi). Dimulai dar i langkah pembelajar an taktis melalui pengamatan dar i suatu kejadian dan per istiw a (biasanya dengan diputar kan video oleh gur u), kemudian pr oses pembelajar an dilanjutkan dengan menanya dan menalar . Kegiatan ber ikutnya mengaosiasi hasil pembelajar an untuk kemudian dikomunikasikan dalam sistem jejar ing. Sebuah konsep bar u yang cukup ber ani dan kini coba diter apkan di selur uh Indonesia, dihar apkan mampu dan dapat mencetak pr oduk ber upa sisw a agar pr oses pembelajar an mendatang menjadi lebih baik dan ber kar akter .

  Pember lakuan konsep bar u ber upa K-13 itu dihar apkan tidak hanya sebagai sar ana ampuh menambah w aw asan keilmuan bagi gur u dan pr aktisi pendidikan saja, tetapi juga menjadi w adah komunikasi bar u antar a pemangku kebijakan, gur u dan sisw a.

  Ber aw al dar i pemikir an, konsep, dan per masalahan itulah sesungguhya salah satu syar at untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dar i keter tinggalan dan keter pur ukan, lantar an sistem pendidikan dan pengajar an yang dianut bangsa Indonesia masih enggan meningggalkan sistem konvensional atau “t eks

  

book” . Par a penentu kebijakan pendidikan nasional ser ta mayor itas

  gur u belum siap dan mampu melepaskan per spektif mer eka dar i kebiasaan usang yang sudah ketinggalan zaman (out of dat e), yaitu er a yang lebih meninabobokkan gur u kar ena maunya gur u itu tetap disuapi. Dampak yang ter jadi adalah gur u-gur u menjadi ter lena di “zona nyaman” (comfor t zone).

  Berbasis Riset

  Taw ar an alter natif ber upa K-13 sebagai jaw aban atas adanya r ekonstr uksi mendasar dalam pr oses pembelajar an yang diber ikan kepada sisw a, agar mer eka lebih fokus pada sistem yang lebih pr aktis. Salah satu konsep yang bisa diter apkan oleh gur u untuk mengembangkan potensi dir inya adalah dengan mener apkan pembelajar an ber basis r iset (penelitian). Beber apa sekolah dan madr asah di Jaw a Timur contohnya, mulai sebagian yang member lakukan ini.

  Konsep pembelajar an ini mestinya bisa dijalankan lebih efektif dan efisien kar ena bisa mencakup empat-lima mata pelajar an dalam sebuah pr oses penelitian. Misalnya, kita mengajar kan dan meminta peser ta didik untuk mengajar kan sekaligus menindaklanjutinya dengan melakukan penelitian ber upa menanam cabai.

  Dengan pembelajar an yang sekaligus dijadikan objek penelitian ber upa penanaman cabai ter sebut, setidaknya didapatkan cakupan lima mata pelajar an yang dapat ter angkum. Per t ama , mata pelajar an biologi (IPA), melalui pr oses penanaman cabai saja sisw a dihadapkan pada per masalahan tanah seper ti apa yang layak untuk dipakai untuk menanamnya. Di samping itu, pupuk yang digunakan juga tidak sembar ang pupuk. Melalui bimbingan gur u IPA, par a sisw a akan mengetahui semua per masalahan itu dengan baik.

  Kedua, mata pelajar an matematika. Gur u dapat meminta sisw a

  mengkalkulasi dengan per hitungan yang tepat sampai ber apa besar biaya yang har us dikeluar kan mulai dar i penanaman hingga pr oses panen. Kemudian dibandingkan dengan har ga jual cabai hasil panen. Apakah pr oses ber kebun sisw a menuai hasil yang memuaskan atau tidak.

  Ket iga , mata pelajar an pendidikan mor al dan pengembangan

  kar akter . Tentu pr oses ini tidak bisa dilalui sendiri, per lu ker ja sama antar masing-masing sisw a. Dar i ker jasama ter sebut, gur u dapat menilai kejujur an, kedisiplinan, hingga ketekunan sisw a. Per lu dicatat bahw a objek penelitian har us sesuai dengan kondisi sosial sisw a. Di sini, gur u dituntut menjadi pihak kr eatif dan inovatif. Mer eka har us mampu menguasi objek penelitian dengan baik. Bahkan bila per lu, gur u har us menemukan ter obosan bar u tentang objek yang diteliti.

  , mata pelalajar an ilmu pengetahuan sosial. Setelah

  Keempat

  penanaman ber buah dan siap panen, sistem pemasar an setelah memanen, siapa yang akan melakukan pr oses penjualan dar i hasil petik? Langkah penjualan dan pemasar an ini menjadikan sisw a bisa lebih paham dengan kondisi lingkungan masyar akat yang mar ginal sekaligus sebagai ajang komunikasi efektif sebagai dasar hidup di masyar akat kelak. Kelima, mata pelajar an pendidikan jasmani, olah r aga, dan kesehatan. Dengan belajar menjadi seor ang petani yang aktivitasnya banyak dilakukan dalam bentuk ger ak badan atau olahr aga (mencangkul dan menanam), dihar apkan unsur kebugar an sisw a tetap ter jaga. Melalui konsep pembelajar an ber basis r iset ini, pendidikan menjadi lebih membumi. Ar tinya, pendidikan mampu menjaw ab tantangan yang kini mutlak dibutuhkan di lingkungan masyar akat. Selain itu, juga membekali sisw a-sisw a dengan keter ampilan, keleluasaan pandangan, dan memiliki pemikir an yang ter konsep untuk masa depan mer eka. Bukan tidak mungkin pula, dar i konsep pembelajar an yang ber basis r iset ini akan muncul penemuan- penemuan bar u dar i hasil penelitian sisw a.

  Sosok Guru yang Diinginkan

  Kur ikulum 2013 diter apkan dengan tujuan untuk memper siapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pr ibadi dan w ar ga negar a yang ber iman, pr oduktif, kr eatif, inovatif dan efektif, ser ta mampu ber kontr ibusi dalam kehidupan ber masyar akat, ber bangsa dan ber negar a ser ta per adaban dunia. Untuk memper siapkan manusia Indonesia di atas, dibutuhkan gur u pr ofesional yang mandir i. Gur u pr ofesional yang mandir i, adalah gur u yang selalu mengajukan per tanyaan, mencoba ide-ide bar u dan ter us meningkatkan keefektifan diri sendiri. Gur u ini tidak ber gantung pada or ang lain untuk memulai per ubahan. Gur u yang semodel itu adalah or ang yang belajar sepanjang hidupnya. Gur u pr ofesional yang mandir i memelihar a suatu standar yang jelas bagi diri mer eka sendir i, memegang teguh idealismenya, mengetahui ar ah yang ingin mer eka tuju dan mengetahui dengan seger a jika mer eka keluar jalur .

  Ada tiga tar get gur u di sekolah, yakni tar get kecil, tar get menengah, dan tar get besar . Tar get keci l adalah menjalani har i tanpa masalah di sekolah, tar get menengah ialah membuat sisw a mempelajar i pelajar an yang diber ikan, sedangkan tar get besar adalah melihat par a sisw a sepenuhnya ter libat aktif dalam pembelajar an.

  Tar get besar adalah tar get yang dimiliki oleh gur u pr ofesional yang mandiri. Gur u ini mencoba untuk melihat sebagian besar sisw anya, sepenuhnya ter libat aktif dalam pembelajar an setiap har i. Lebih tepatnya, semakin banyak sisw a yang melakukan pelajar an har ian untuk menumbuhkan kemampuan DIESCA (Dignit y, Ener gy, Self

  Management , Communit y, Awar eness).

  Dignit y, sisw a belajar dengan penuh kehor matan: ber bakat atau

  tidak sisw a duduk dan ber jalan dengan tegak dan yakin. Sisw a mer asa yakin bahw a mer eka bisa ber hasil dan menyelesaikan masalah. Sisw a mer asa sangat yakin dengan har ga dirinya. Ener gy , ener gi sisw a mengalir dengan baik: sisw a sibuk ter libat dan aktif, suasana di kelas sangat hidup, tidak ada yang memper hatikan w aktu.Waktu seolah cepat ber lalu. Self management , sisw a mengatur dirinya sendir i: sisw a membuat pilihan dan paduan yang benar , ser ta melakukan disiplin dir i, memiliki kemauan belajar dan tekun. Sisw a tidak per lu diper intah.

  

Communit y, muncul kekompakan: sisw a ser ing memper lihatkan

  per ilaku, ser ing ber bagi, beker ja sama, ber baik hati dan mer asa saling mengandalkan, tidak ada per ilaku antagonis, mengejek atau penolakan.

  

Awar eness , sisw a ber w aw asan dan siap: sisw a menunjukkan adanya

  konsentr asi belajar dalam anggotanya mengamati, mendengar kan, ber fikir , memper hatikan, mengevaluasi, dan mencipta apa yang sedang ter jadi. Mer eka memiliki tingkat per hatian yang tinggi.

  Gur u pr ofesional yang mandir i mengetahui kapan har us melakukan penyesuaian pada kegiatan mengajar nya dan tidak segan mencoba sesuatu yang bar u, jika dir asa hal ter sebut dapat membantu mer eka di dalam mener apkan idealismenya.

  

Peluang Bagi Perguruan Tinggi: Menyiapkan Calon Tenaga

Guru yang Profesional

  Gur u pr ofesional tidak ter jadi secar a instan, tetapi ber mula dar i pr oses pengalaman akademik yang ditempuh. Penguasaan secar a teor itis tidak cukup untuk member i jaminan bagi gur u untuk siap ter jun di lembaga pendidikan. Sebagaimana yang lazim dilakukan oleh seor ang gur u dalam pr oses pembelajar , meliputi per siapan sebelum masuk kelas ber upa pembuatan per angkat per siapan pembelajar an yang meliputi langkah-langkah pembelajar an. Ketepatan di dalam membuat desain atau r ancangan pembelajar an mer upakan sebuah skill yang membutuhkan pr oses pelatihan dan penguasaan beber apa keter ampilan metodologis pembelajar an. Belum cukup sampai di situ, bahw a keber hasilan pr aktek di depan kelas dan keber hasilan mengor ganisir sisw a sangat ter gantung pada kemampuan gur u di dalam memahami langkah-langkah pembelajar an yang sudah disiapkan. Dibutuhkan per siapan yang matang. Akan halnya kur ikulum 2013 yang secar a substansial mengkondisikan suasana pembelajar an ber basis r iset, maka pola-pola pembelajar an demikian seyogyanya dapat diantisipasi semenjak dini, salah satunya melalui lembaga tinggi khususnya yang konsentr asi pada penyiapan calon tenaga gur u yang pr ofesional.

  Mata pelajar an agama Islam yang selama ini identik disampaikan dengan pendekatan konvensional, dibutuhkan impr ovisasi yang lebih var iatif dan menggunakan teknik-teknik yang lebih member ikan peluang kepada peser ta didik untuk lebih mendapat kesempatan ber kembang. Kar akter istik mata pelajar an agama Islam yang ber sifat doktr inal diur ai dan dikaji melalui per spektif r iset, dan ilmiah.

  Kesimpulan

  Secar a alami per ubahan akan ter us ter jadi pada sebuah kur ikulum. Misi besar nya adalah adanya situasi yang lebih baik bagi

  

out put pendidikan. Per ubahan ter sebut secar a substansial dalam

  r angka keseimbangan antar a sikap spir itual dan sosial, r asa ingin tahu, kr eativitas, ker ja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotor ik. Dengan keseimbangan ter sebut dihar apkan out put pendidikan lebih kompeten agar mampu menghadapi tantangan masa depan.

  Ter lepas dar i itu semua per soalan ter sebut, salah satu faktor mendasar adalah maksimalisasi ter hadap pembekalan calon tenaga pr ofesional gur u sebagai instr umen penting dalam menyukseskan pendidikan. Adanya kur ikulum 2013 tidaklah sehar usnya menjadi momok yang menakutkan bagi gur u. Untuk menyikapi hal itu dibutuhkan gur u pr ofesional, yang dapat menyikapi per kembangan kur ikulum yang ada. Dalam konteks kur ikulum 2013 sendir i, salah satu konsep yang bisa diter apkan oleh gur u untuk mengembangkan potensi dir i sisw a adalah dengan mener apkan pembelajar an ber basis riset (penelitian).

  Ahmad, M. dkk. 1998. Pengembangan Kur ikulum . Bandung: Pustaka Setia. Anam, Saiful. 2006.

  Yogyakar ta: Ar -Ruzz Media. Kw ar tolo, Yuli . “Catatan Kr itis Tentang Kur ikulum Ber basis Kompetensi”, Jur nal Pendidikan Panabur , 1 Mar et 2002.

  

Kur ikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

  _______. 2003. Kur ikulum Ber basis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakar ya. _______. 2006.

  Kar akt er ist ik, dan Implement asi . Bandung: PT Remaja Rosdakar ya.

  E. 2002. Kur ikulum Ber basis Kompet ensi: Konsep,

  Yogyakar ta: Pustaka Pelajar . Mulyasa,

  Wacana Pengembangan Pendidikan Islam.

  Muhaimin. 2003.

  Bandung: Remaja Rosda Kar ya. Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kur ikulum, Teor i dan Pr akt ik .

  Sekolah Dasar : Per gulat an Mengejar Ket er t inggalan. Solo: PT. Wangsa Jatr a Lestar i.

  Manajemen Pengembangan Kur ikulum .

  Hamalik, Oemar . 2006.

  Puskur Balitbang. Fatah, Nanang. 2000. Manajemen Ber basis Sekolah. Bandung: CV Andir a.

  Kur ikulum Ber basis Kompet ensi Mat a Pelajar an Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Umum. Jakar ta:

  _______. 2001.

  Philadelphia: The Falmer s Pr ess. Depdiknas. 2002. Pelakasnaan Kur ikulum Ber basis Kompet ensi. Jakar ta: Puskur Balitbang.

  Ashan, Mc. 1995. Compet ency Based Educat ion and Tr aining.

  Bandung: PT Remaja Rosdakar ya. Nasution, S. 1982. Azas-azas Kur ikulum . Bandung: Jemar s, Nasution. 1990. Pengembangan Kur ikulum. Bandung: PT. Citr a Aditya Bakti. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005.

  Pengembangan Kur ikulum: Teor i dan Pr aktek.

  Bandung: PT. Remaja Rosdakar ya, Sumanta, Mulyani. 1988. Kur ikulum dan Pengajar an . Jakar ta:

  Depar temen Pendidikan dan Kebudayaan Dir ektor at Jender al Pendidikan Tinggi. Susilo, Muhammad Joko. Kur ikulum Tingkat Sat uan Pendidikan:

  Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya .

  Tilaar , H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: PT Remaja Rosda Kar ya. UUSPN, No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Ayat 19.