BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuhan Citrus aurantifolia - EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SEMPROT - repository perpustakaan

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuhan Citrus aurantifolia 1. Klasifikasi jeruk nipis menurut (Ferguson, 2002) sebagai berikut : Kingdom :Plantae Divisi :Spermatophyta Subdivisi :Angiospermae Kelas :Dicotyledonae Ordo :Rutales Famili :Rutaceae Genus :Citrus Spesies :Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle 2. Morfologi Tumbuhan Gambar 1. Tumbuhan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) Jeruk Nipis atau Citrus aurantifolia banyak tumbuh di beberapa

  negara seperti Indonesia, Asia bagian selatan dan Jepang. Tumbuhan jeruk nipis merupakan pohon yang berukuran kecil (Astarini et al., 2010). Buahnya berbentuk agak bulat berdiameter 2,5-5 cm dan buah berwarna hijau sampai kuning saat matang. Buahnya mempunyai keasaman yang tinggi, beraroma kuat, dan kulitnya tipis (Lawal et al., 2014). Daun jeruk nipis berwarna hijau, berbentuk bulat telur, tangkai daun bersayap, dan ujung daun agak tumpul (Purwanto, 2011).Jeruk nipis ini dikenal juga dengan sebutan jeruk pahit (Khan et al., 2012).

  3. Kandungan tumbuhan

  Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mengandung senyawa kimia minyak atsiri, flavonoid, saponin, dan terpen yang aktif sebagai racun kontak dan racun perut bagi nyamuk (Adrianto et al., 2014). Dan minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman Citrus aurantifolia adalah limonen (53,92%), α pinen (0,33%), mirsen (1,58%), β pinen (0,97%), sabinen (2,06%), dan isokamfen (0,56%). Kemudian dari golongan hidrokarbon monoterpen adalah geraniol (1,33%), linalool (1,20%), neral (9,88%), nerol (1,38%), geranial (12,26%), geranial asetat (2,03%), α-terpineol (0,42%), sitronelol (0,67%), dan meril asetat (4,56%). Dan dari golongan monoterpen teroksigenasi serta golongan hidrokarbon sesquiterpen adalah β-kariofilen (0,61%) yang dimana senyawa-senyawa aktif tersebut dapat berfungsi sebagai insektisida alami (Astarini et al.,2010). Selanjutnya

  

Citrus aurantifolia diidentifikasi mengandung Limonoida, yaitu asam

limonexat, asam isolimonexat, dan limonin (Lawal et al.,2014).

  4. Manfaat tumbuhan Citrus aurantifolia dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai

  penyakit. Penelitian sebelumnya telah dilakukan uji aktivitas terhadap

  

Citrus aurantifolia dan menunjukkan tanaman ini mempunyai aktivitas

  untuk menyembuhkan sakit tenggorokan, sinusitis, bronkhitis, asma, demam dingin, rheumatoid arthritis, obesitas, selulit, herpes serta bisa membersihkan kulit berminyak, dan jerawat. Menurut American Journal of Esential Oils dan Natural Products (2014) tanaman ini mempunyai aktivitas antioksidan, antikolinesterase, antituberculosis, dan antibakteri. dengan kandungan minyak atsiri dapat digunakan

  Citrus aurantifolia

  untuk membunuh serangga (Khan et al., 2012). Aktivitas limonen dari jeruk nipis yang termasuk golongan minyak atsiri monoterpen dapat digunakan sebagai insektisida (Astarini, 2010).

  Gambar 2. Struktur Limonen (WHO, 1998) B. Demam Berdarah

  Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh vektor nyamuk Aedes

  aegypti dan merupakan masalah kesehatan yang besar di Indonesia (Sandy et al. , 2015). Virus yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah adalah

  kelompok virus B Arthropod (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride. Virus dengue ini mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Seseorang yang terinfeksi 3 atau 4 serotipe biasanya seseorang yang tinggal di lingkungan endemis. Serotipe yang banyak menunjukkan manifestasi yang berat adalah serotipe DEN-3 (Depkes RI, 2004).

  Nyamuk Aedes aegypti ini dapat ditemukan di seluruh Indonesia, kecuali di tempat-tempat pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Pada musim penghujan kejadian luar biasa (KLB) terjadi setiap tahun di Indonesia. Sehingga penyakit DBD ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia (Sukohar, 2014).

1. Epidemiologi

  Penyakit Demam Berdarah ini pertama kali ditemukan di Philipina tahun 1953 dan kemudian menyebar di berbagai negara. Setelah kasus di Philipina, menyebar kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dengan 58 orang penderita DBD dan 24 orang meninggal dunia (Siregar, 2004). Selanjutnya penyakit DBD ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun karena terkait dengan berbagai faktor yakni meningkatnya mobilitas penduduk, pertambahan jumlah penduduk, dan semakin membaiknya sarana transportasi (Kemkes RI, 2010).

  Di Indonesia, 35% penduduk tinggal di wilayah perkotaan. Tahun 2007 merupakan rekor tertinggi kasus DBD. Terdapat 150.000 kasus dengan lebih dari 25.000 kasus di Jakarta dan Jawa Barat. Kasus tingkat kematian mencapai sekitar 1% (WHO, 2009). Penyebaran secara geografi dari vektor nyamuk Aedes aegypti menimbulkan munculnya epidemi demam dengue dan demam berdarah dengue dalam 25 tahun terakhir (Karyanti, 2009).

  2. Cara penularan

  Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan vektor nyamuk

  

Aedes aegypti yang sudah terinfeksi virus dengue. Masa inkubasi virus

  dengue di dalam tubuh manusia berkisar 3-14 hari, sedangkan masa inkubasi di dalam tubuh nyamuk berkisar 8-10 hari. Penyakit DBD ditandai dengan gejala demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari (Candra, 2010).

  Kejang dapat terjadi pada bayi jika demam tinggi. Pada akhir fase demam merupakan masa kritis, karena terjadi penurunan suhu tiba-tiba yang disertai gangguan sirkulasi yang bervariasi. Pada gangguan sirkulasi yang ringan perubahan terjadi sementara, sedangkan pada gangguan sirkulasi yang berat dapat terjadi syok berat pada penderita (Depkes, 2006).

  Nyamuk ini dapat mengandung virus dengue saat menggigit manusia yang mengalami viremia yaitu penularannya 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk tersebut dapat menularkan virus selama hidupnya sampai virus dengue dapat masuk di dalam tubuh nyamuk (Depkes, 2006).

  3. Patogenesis/Patofisiologi

  Pada demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) patofosiologinya berbeda walaupun virus penyebabnya sama. Hal ini menyebabkan perbedaan klinis. Manifestasi klinis dari demam dengue yaitu akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus dengue akan masuk ke sirkulasi darah dan kemudian ditangkap makrofag. Pada waktu itu akan terjadi viremia selama 2 hari sebelum gejala muncul dan kemudian setelah 5 hari gejala demam akan muncul. Makrofag akan aktif menangkap virus dan berubah menjadi sel APC (Antigen Presenting Cell). Kemudian antigen yang menempel pada makrofag akan mengaktifkan sel T-helper. Sel T-helper ini akan mengaktifasi sel T-sitotoksik dan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Selain itu, juga mengaktifkan sel B sebagai penghasil antibodi. Hal ini lah yang menyebabkan terlepasnya mediator-mediator sehingga terjadi reaksi seperti demam,nyeri sendi, otot, malaise, dan gejala lainnya seperti perdarahan akibat agregasi trombosit (Soegijanto, 2004).

  Scientific Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application (2009) mengatakan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai akibat infeksi sekunder oleh virus dengue yang berbeda tipe. Respon antibodi akan terpicu menyebabkan proliferasi limfosit dan titer IgG antidengue meningkat. Proliferasi sel limfosit ini juga akan menyebabkan meningkatnya replikasi virus dengue, sehingga terbentuk kompleks virus-antibodi. Dengan terbentuknya kompleks ini, sistem komplemen akan aktif. C3a dan C5a akan lepas dan permeabilitas pembuluh darah meningkat serta mengakibatkan merembesnya cairan ke luar pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kadar hematokrit meningkat, kadar natrium rendah, dan adanya cairan dalam rongga serosa.

C. Aedes aegypti 1. Kedudukan Taksonomi Aedes aegypti menurut Gandahusada (2000) :

  Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Subphylum : Unimaria Kelas : Insecta Ordo : Diptera

  Sub-ordo : Nematocera Superfamili : Culicoidea Famili : Culicidae Sub-famili : Culicinae Genus : Aedes Spesies : Aedes Aegypti 2.

   Morfologi Aedes aegypti

Gambar 3. Nyamuk Aedes aegypti (Munstermann, 1995)

  California Department of Public Health Division of Communicable Disease Control (2014) mengatakan nyamuk Aedes aegypti dikenal juga dengan sebutan yellow fever mosquito. Nyamuk ini berwarna putih dan hitam. Pada siang hari nyamuk ini senang menggigit manusia, anjing, dan hewan domestik lain yang sebagian besar pada hewan mamalia. Mereka aktif selama sekitar kurang lebih 2 jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam.

  Jurnal tersebut juga mengatakan nyamuk betina senang meletakkan telurnya di daerah permukaan air.Telur ini dapat diletakkan dalam waktu beberapa hari, tahan terhadap kekeringan dan dapat bertahan dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih.

  Dilihat dengan mata telanjang telur nyamuk Aedes aegypti kecil, sangat hitam, dan oval memanjang.Sedangkan dilihat dari mikroskop, beberapa ada yang berbentuk torpedo dengan salah satunya ujungnya lebih runcing, eksterior, dan agak lebih tebal (Christoper, 1960). Dari California Department of Public Health Division of Communicable Disease Control

  (2014) mengatakan ketika telur ini menjadi larva, stadium larva ini biasanya berlangsung 7-8 hari. Nyamuk dewasa mempunyai rentang hidup sekitar 3 minggu.

  D. Minyak atsiri

  Minyak atsiri atau disebut juga minyak eteris adalah zat yang memberikan aroma pada tumbuhan dan memiliki komponen volatil (komponen yang mudah menguap) pada beberapa tumbuhan (Buchbauer, 1991).

  Minyak atsiri dapat memberikan bau yang khas tumbuhan aslinya dan minyak atsiri bersifat mudah menguap, karena titik didihnya yang rendah dan sebagian besar minyak atsiri tidak larut air. Minyak atsiri ini dapat bersumber dari bagian daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, dan akar. Berbagai macam tumbuhan di berbagai daerah memiliki aktifitas yang besar untuk diolah menjadi minyak atsiri, diantaranya adalah dapat memberikan beberapa aktifitas seperti antikanker, antinociceptive, antiviral, antiphlogistic, penetration enhancement activities , dan antioksidatif (Baser, 2010).

  E. Destilasi

  Berdasarkan Departemen Teknik Kimia ITB definisi Destilasi adalah proses pemisahan campuran cair-cair menjadi komponen-komponennya dengan berdasarkan pada perbedaan kemampuan/daya penguapan komponen- komponen tersebut. Macam-macam destilasi menurut K.B.A. Walangare (2013) ada 4 :

  1. Destilasi sederhana Adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan 2 atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh.

  2. Destilasi Fraksional (Bertingkat) Prinsip sama dengan destilasi sederhana tetapi mampu memisahkan dua komponen atau lebih yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.

  3. Destilasi Azeotrop

  Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan) biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa yang berbeda yang dapat memecah ikatan azeotrop yaitu dengan tekanan tinggi.

  4. Destilasi Uap Adalah alat untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air dan mempunyai titik didih tinggi.

  Selain jenis-jenis destilasi di atas terdapat juga jenis destilasi lain yaitu destilasi uap air yang dilakukan dengan mengisi air kedalam ketel destilasi sampai pada batas saringan. Bahan baku diletakkan di atas saringan, tujuannya agar berhubungan dengan uap air tanpa berhubungan langsung dengan air. Destilasi ini juga disebut destilasi tidak langsung (Santoso, 2007).

F. Emulsi

  Emulsi adalah gabungan dua atau lebih yang salah satu cairannya terdispersi ke dalam cairan lain dimana gabungan tersebut tidak saling melarutkan. Emulsi yang paling umum dijumpai yaitu berupa emulsi O/W (Oil in Water) dan W/O (Water in Oil) tergantung dari rasio minyak terhadap air, jenis surfaktan, konsentrasi elektrolit, temperatur dan lain-lain (Binks, 1998).

  Terdispersinya suatu fase sebagai partikel kecil ke seluruh fase yang lain, mengakibatkan timbulnya daerah kontak yang luas antara dua fase. Apabila antar partikel tersebut terjadi penggabungan maka energi bebas muka di antara fase-fase akan turun karena luas daerah antar muka turun. Setiap sistem akan secara spontan menurunkan energi bebas antar muka ke arah minimum, maka akan mengakibatkan sistem dispersi ini tidak stabil (Anief, 2007). Untuk menurunkan energi bebas muka maka salah satunya dengan penambahan bahan untuk menstabilkan emulsi yang disebut surfaktan. Penambahan surfaktan juga harus diperhatikan jenis dan jumlahnya agar sesuai dengan sediaan emulsi yang akan kita buat (Wardiyati, 1992). Emulsifier yang biasa digunakan misalnya adalah Gom Arab, Tragakan, Tween, dan lain-lain.

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN HAND SANITIZER DALAM MIKROEMULSI MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA INVITRO

7 46 27

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L

0 19 1

EFEKTIVITAS BIOLARVASIDA MINYAK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix) TERHADAP LARVA INSTAR III NYAMUK Aedes aegypti

0 5 18

EFEKTIVITAS MINYAK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix) SEBAGAI ANTINYAMUK Aedes aegypti

0 2 17

View of EFEK BIOLARVASIDA NYAMUK Aedes aegypti DARI GRANUL EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)

0 2 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UJI AKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN KECOMBRANG (Etlingera elatior) DALAM SEDIAAN LOSION SEBAGAI BAHAN AKTIF REPELAN TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti - repository perpustakaan

0 1 6

UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SEMPROT SKRIPSI

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuhan kenikir (C. caudatus) - UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SEMPROT - repository perpustakaan

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - FORMULASI SABUN CAIR MINYAK ATSIRI DAUN JERUK PURUT (Citrus Hystrix) SEBAGAI ANTIJERAWAT terhadap Propionibacterium Acnes - repository perpustakaan

0 1 14

EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SEMPROT

0 0 17