KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

  

i

KARYA TULIS ILMIAH

KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI

  

INSTAN

(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)

  

OLEH :

  

INDAH FEBRIANA

141310053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

  

KARYA TULIS ILMIAH

KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI

  

INSTAN

(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)

  Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Analis Kesehatan (A.Md.AK.) pada Diploma III Analis Kesehatan

  Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

  

INDAH FEBRIANA

141310053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

  

ABSTRAK

KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI

  

INSTAN

(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)

  Oleh : Indah Febriana

  Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Sehingga mahasiswa kurang memperhatikan pola makan yang dikonsumsi sehingga memilih mie instan sebagai pengganti sarapan paginya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 yang mengkonsumsi mie instan.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan data dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika (STIKes

  ICME) Jombang, sedangkan pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan Laboratorium RSIA Muslimat Jombang. Sampel penelitian sebanyak 33 orang dan teknik sampling adalah Purposive Sampling. Variabel penelitian adalah kadar hemoglobin yang dianalisis menggunakan hematology analyzer Mindray BC 3600.

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin rendah yaitu (57,6%), dan hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu rata-rata 3 bungkus yaitu (33,3%).

  Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin rendah. Kata kunci: Kadar Hemoglobin,Mahasiswa ICMe mi instan

  

ABSTRACT

HEMOGLOBIN LEVELS OF THE STUDENTS WHO CONSUME

  

INSTANT NODLE

(Study on student D-III of Health Analyst of High School of Health

Sciences of Insan Cendekia Medika Jombang)

By :

  

Indah Febriana

Changos in the lifes of today's society also influenca consumption

patterns with the nse of instant food. So that students pay less attention to the

diet that is consumed so they choose instarrt noodles instead of breakfast. The

purpose of this research was to know the description of hemoglobin level on D-lll

students college of health analyst in 4th semester who consumed instant

noodles.

  This research type was descriptive research. The data relrieval was done

in the the institute of health science of lnsan Cendekia Medika (STlKes ICME)

Jombang, while the examination of hemoglobin level was done in the laboratory

of RSIA Muslimat Jombang. The research samples were as many as 33 people

and the sampling technique was Purposive Sampling. The research variable was

the hemoglobin level which was analyzed using hematology analyzer Mindray BC

3600.

  Based on the reserch result showed that's most. of respondent had low

hemoglobin level namely (57,60/0), and almost hatf of the respondents

consumed instant noodles in one week average 3 packets namely (33,3%).

  The conclusion of this research was most of respondents had low hemoglobin level. Keywords : Hemoglobin levels,ICMe Student, instant noodles

RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 03 Februari 1996 dari ayah yang bernama Andy Mudofar dan ibu yang bernama Nurhayati, penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SDN Kuala Pembuang I, penulis lulus dari SMPN Kuala Pembuang I tahun 2010, penulis lulus dari SMK Kesehatan BIM Jombang tahun 2014 dan pada tahun 2014 lulus seleksi masuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih program studi Diploma III Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

  Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

  Jombang, 2 Agustus 2017 Indah Febriana

  

MOTTO

Setiap orang memiliki definisi mengenai hidup sehat

dan saya mendefinisikannya bahwa kesehatan itu

sebagai prioritas bukan obsesi.

LEMBAR PERSEMBAHAN

  Puji syukur atas semua nikmat-Mu ya Allah, Engkau berikan kemudahan di setiap langkah-langkah ku. Engkau berikan jalan keluar di setiap kesulitanku.

  Pada lembar persembahan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang sangat mendukung penulis dalam pembuatan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu :

  1. Kepada kedua orangtuaku Andy Mudofar & Nurhayati yang sangat saya cintai dan saya banggakan terimakasih atas doa dan support selama ini dan mendampingi saya sampai mendapatkan gelar A.Md, AK

  2. Adikku terinta Silvia Azzahra dan keluarga besar saya yang selalu memberikan semangatdan motivasi untuk saya. Yang selalu menyertakan saya dalam doa-doa terbaiknya di setiap akhir ibadahnya.

  3. Kepada dosen pembimbing I Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M.Kep., dan dosen pembimbing II Sri Lestari, S.KM., yang dengan ikhlas memberikan ilmu kepada saya, yang membimbing saya dengan penuh ketekunan dan rasa sabar, tanpa meminta imbalan.

  4. Sahabat-sahabatku (Yuwanita, Silvi, Diyah, April)yang selalu memberikan motivasi dan masukan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

  5. Untuk Abdul Latif yang selalu setia menemani selama 3tahun menempuh gelar A.Md, AK terimakasih sayang…….

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil di selesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah "Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mi Instan (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

  H. Bambang Tutuko, SH., S.Kep.Ns., M.Hum., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, Erni Setiyorini, S.KM.,M.M., selaku Kaprodi D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing utama yang telah banyak memberi pengarahan, motivasi dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, Sri Lestari, S.KM., selaku pembimbing Dua yang telah banyak memberi motivasi dan pengarahan dan ketelitian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Kepada kedua orang tuaku yang selalu memberi do'a dan semangat tiada henti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

  Teman-teman yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan saran dan dorongan sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini ada ketidaksempurnaannya, mengingat keterbatasan kemampuan penulis, namun peneliti berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

  Akhirnya, mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin Jombang, 2 Agustus 2017

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL LUAR ............................................................................. i HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................... ii ABSTRAK ..................................................................................................... iii ABSTRACT .................................................................................................. iv LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ v LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... vii RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... viii MOTTO ....................................................................................................... ix PERSEMBAHAN ......................................................................................... x KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi DAFTAR ISI ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ..........................................................

  3 1.3 Tujuan .............................................................................

  3 1.4 Manfaat ...........................................................................

  3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Hemoglobin ........................................................

  5 2.1.1 Definisi Hemoglobin ...............................................

  5 2.1.2 Pembentukan Hemoglobin .....................................

  6 2.1.3 Struktur Hemoglobin ...............................................

  7 2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Kadar Hemoglobin......

  8 2.1.5 Fungsi Hemoglobin ................................................

  12 2.1.6 Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb) ..................

  13 2.2. Kadar Hemoglobin .........................................................

  15 2.2.1 Definisi Kadar Hemoglobin .....................................

  15 2.2.2 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) .......

  16 2.3. Konsep Mi instan .............................................................

  20 2.3.1 Definisi Mi instan ....................................................

  20

  2.3.2 Bahan Pembuatan Mi instan...................................

  40 4.8. Etika Penelitian ...............................................................

  54 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................

  52 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

  52 6.2. Saran ..............................................................................

  46 BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan .........................................................................

  42 5.3. Pembahasan ...................................................................

  42 5.2. Hasil Penelitian ...............................................................

  41 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................

  41 4.9 Keterbatasan Penelitian ..................................................

  38 4.7 Kerangka Kerja ...............................................................

  21 2.3.3 Kandungan Mi instan ..............................................

  35 4.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data .....................

  35 4.5. Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja ........................

  33 4.4. Definisi Operasional ........................................................

  33 4.3. Populasi/Sampel/Sampling .............................................

  33 4.2. Design Penelitian ...........................................................

  30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................

  27 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka konseptual.......................................................

  24 2.4. Hasil Penelitian terkait Gizi dengan Kadar Hemoglobin ...

  56

  

DAFTAR GAMBAR

  No Gambar Halaman 2.1 Struktur Heme .....................................................................................

  7

  3.1 Kerangka konseptual Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mi Instan (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang) tahun 2017 ..........................................................................

  30

  4.1 Kerangka Kerja gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mi instan .................................

  40

  

DAFTAR TABEL

  No Tabel` Halaman

  4.1. Definisi Operasional Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan ...................................................................

  35

  5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ..................

  43

  5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ....................................................................................................

  43

  5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ..................................

  44

  5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ..........................................................................

  44

  5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ...................................................

  45

  5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ...................................................

  45

  5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kadar Hemoglobin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 .........................................................................................

  46

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden ............................................

  56 Lampiran 2 Pernyataan Bersedia Menjadi Responden ...............................

  57 Lampiran 3 Form Instrumen Penelitian .......................................................

  58 Lampiran 4 Jadwal Pelaksanaan Laporan Kasus .......................................

  59 Lampiran 5 Permohonan Pemeriksaan Sampel .........................................

  60 Lampiran 6 Surat Keterangan ....................................................................

  61 Lampiran 7 Standar Prosedur Operasional ................................................

  62 Lampiran 8 Contoh Hasil Analisis Laboratorium ..........................................

  64 Lampiran 9 Hasil Analisis ............................................................................

  65 Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ............................................................

  73 Lampiran 11 Lembar Konsultasi....................................................................

  78 Lampiran 12 Bebas Plagiasi .........................................................................

  79

  

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan.

  Makanan instan atau siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya adalah mie instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan mahasiswa sebagai makanan populer. Makanan yang seharusnya diinginkan mahasiswa ialah seperti makanan yang mengandung protein, mineral, karbohidrat, serat, dan vitamin. Kegiatan mahasiswa yang padat membuat sebagian mahasiswa mengalami keluhan seperti kepala pusing, lemah atau lesu, dan kurang berkonsentrasi saat pembelajaran. Sehingga mahasiswa kurang memperhatikan pola makan yang dikonsumsi sehingga memilih mie instan sebagai pengganti sarapan paginya. Padahal sarapan merupakan konsumsi makanan pokok dan lauk pauk yang dilakukan semenjak bangun pagi sampai jam 10 pagi untuk memenuhi 20%-25% dari kebutuhan energi total dalam sehari yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari (Dewi, 2014).

  Data World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, diketahui bahwa prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%. Di Jawa Timur tahun 2014 kasus penderita anemia sebanyak 20.077 dilaporkan dari Rumah Sakit Pemerintah (Profil Kesehatan Jawa Timur) sebanyak 20120. Di Jombang sekitar 1952 orang mengalami anemia (Dinkes Kabupaten Jombang 2014). Kadar Hemoglobin normal pada umumnya berbeda pada laki-laki kurang dari 13,5 gram/100ml sedangkan pada perempuan kurang dari 11,5 gram/100ml (Kiswari,2014).

  Hemoglobin merupakan salah satu protein yang penting dalam tubuh manusia, karena fungsinya dalam transportasi oksigen dan karbondioksida. Kekurangan hemoglobin, berdampak pada kesehatan seperti kapala pusing, badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun. Jika tidak dilakukan upaya meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia. Tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin rendah tingkat konsumsi protein maka semakin cenderung untuk menderita anemia.

  Selain itu protein juga berperan dalam proses pengangkutan zat-zat gizi termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sehingga apabila kekurangan protein akan menyebabkan gangguan pada absorbsi dan transportasi.

  Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin adalah tingkat sosial ekonomi, penyakit kronik dan asupan zat gizi. Indonesian

  

dietary guidelines menggunakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

  sebagai pedoman masyarakat Indonesia dalam mengatur makanan yang sehat setiap hari (Ikhmawati, 2013).

  Anemia dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu dengan mengkonsumsi kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan, daging, telur, kerang, dan seafood. Selain dengan mengkonsumsi beberapa jenis makanan hal yang harus diperhatikan adalah memelihara dan menjaga pola hidup sehat. Mahasiswa yang sering mengkonsumsi mie instan, hendaknya juga mengkonsumsi sayuran hijau dan buah-buahan mengandung vitamin C. Tingginya vitamin C yang tekandung dalam sayuran dan buah-buahan sehingga sangat baik sebagai sumber zat besi.Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi besi non-heme hingga 4 kali lipat. Vitamin C dan besi membentuk senyawa kompleks askorbat besi yang lebih mudah diserap oleh usus (Ikhmawati, 2013). Mahasiswa yang senang mengkonsumsi mie instan hendaknya ditambahkan zat gizi lainnya seperti sayuran, telur dan sebagainya.

  1.2. Rumusan Masalah

  Bagaimana hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan

  1.3. Tujuan Penelitian

  Mengetahui kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan

  1.4. Manfaat

  1.4.1 Teoritis Manfaat yang diharapkan dapat menambahkan keilmuan teknologi laboratorium kesehatan khususnya Analis Kesehatan terkait dengan kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan.

  1.4.2 Praktis Manfaat yang diharapkan untuk mahasiswa dapat memberikan informasi terkait dengan kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis

  Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan. Agar mahasiswa dapat menjaga pola konsumsi, olahraga, dan istirahat yang cukup. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan data pembanding pada penelitian dengan topik yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hemoglobin

2.1.1 Definisi Hemoglobin

  Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang, dan seluruh organ tubuh (Bastiansyah, 2008).

  Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi yang memungkinkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Semua jaringan tubuh membutuhkan oksigen, oksigen adalah sumber energi yang paling penting dalam tubuh. Tanpa cukup hemoglobin, jaringan akan kekurangan pasokan oksigen, sehingga jantung dan paru-paru harus bekeja lebih keras untuk mengimbanginya. Kadar rendah haemoglobin mungkin menandakan anemia, pendarahan yang berlebihan, kekurangan gizi, kerusakan sel karena reaksi transfusi atau katup jantung buatan, atau bentuk hemoglobin yang tidak normal seperti yang ditemukan pada anemia sel sabit (Oz, 2010).

  Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida. Hemoglobin memberikan pigmen alami pada sel darah merah. Zat besi yang terdapat di hemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen akan tampak kemerahan. Sedangkan jika zat besi tersebut berikatan dengan karbon dioksida akan berubah warna menjadi keunguan (Sherwood, 2012).

  Hemoglobin merupakan molekul yang memiliki dua bagian utama yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat. Sedangkan gugus heme merupakan empat gugus nonprotein yang mengandung besi dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida pada globin. Masing-masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul oksigen, oleh karena itu setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain itu hemoglobin juga mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam karbonat terionosasi yang dihasilkan dari tingkat jaringan dari karbon dioksida.

  Hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH darah tetap normal (Sherwood, 2012).

2.1.2 Pembentukan Hemoglobin

  Pembentukkan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24-48 jam pematangan. Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan lebih rapuh, akhirnya pecah. Hemoglobin terutama di fagositosis limfa, hati dan sumsum tulang kemudian direduksi menjadi heme dan globin, globin masuk kembali ke dalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar diangkut oleh plasma transferin ke sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah baru (Sadikin 2014).

2.1.3 Struktur Hemoglobin

  Hemoglobin diberi nama berdasarkan struktur rantai proteinnya, sebagai contoh hemoglobin yang yang mengalami mutasi dan menyebabkan anemia sel sabit (Hb S) memiliki struktur globin yang berbeda dengan hemoglobin normal pada orang dewasa (Hb A). Hemoglobin normal orang dewasa (Hb A) terdiri dari 2 rantai alpha-globulin dan 2 rantai, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF.

Gambar 2.1 Struktur Heme

  (Sumber : Behrman, 2010, hal 508) Heme dari molekul hemoglobin mengandung zat besi, yang terdapat di dalam tubuh sebagian besar terdapat di dalam hemoglobin, mioglobin dan protein otot. Hal ini dikarenakan zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan hemoglobin. Pusat molekul hemoglobin terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu atom besi. Porfirin yang mengandung besi inilah yang disebut heme. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen (Sherwood, 2012).

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Kadar Hemoglobin

  1. Kecukupan Besi dalam Tubuh Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensiil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang.

  Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk ke dalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi (Lyza, 2010).

  2. Metabolisme Besi dalam Tubuh Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25- 55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Lyza, 2010).

  3. Pola makan Untuk menjaga kadar hemoglobin normal, diperlukan asupan yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi. Zat besi merupakan elemen utama dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi terdapat pada makanan baik yang bersumber dari hewan maupun tumbuhan.

  Beberapa jenis makanan memiliki kandungan zat besi yang tinggi, seperti bayam merah, beras merah, hati sapi, kacang hijau, kacang merah, kedelai, kerang, oncom, telur bebek, tempe, ikan salmon dan ikan tuna. Sumber makanan tersebut mengandung 4 mg zat besi per 100 gram. Selain zat besi, vitamin B12 juga merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan hemoglobin (Sherwood, 2012).

  4. Usia Bayi yang baru lahir memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa. Kadar hemoglobin menurun berdasarkan peningkatan usia. Kadar hemoglobin terlihat menurun mulai dari usia 50 tahun ke atas, namun dibeberapa kondisi kadar hemoglobin pada anak-anak menurun drastis diakibatkan kebutuhan zat besi yang lebih banyak untuk pertumbuhannya. Penambahan usia juga mempengaruhi terhadap perubahan degeneratif fungsi tubuh, sehingga adanya polutan yang masuk ke dalam tubuh lebih sulit untuk mentoleransinya (Sacher dkk, dalam Adiwijayanti, 2015).

  5. Jenis kelamin Dalam keadaan normal, laki-laki memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi fisiologis dan metabolisme laki-laki yang lebih aktif daripada perempuan. Kadar hemoglobin perempuan lebih mudah turun, karena mengalami siklus menstruasi yang rutin setiap bulannya. Ketika perempuan mengalami menstruasi banyak terjadi kehilangan zat besi, oleh karena itu kebutuhan zat besi pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki (Estridge dkk, dalam Adiwijayanti, 2015).

  6. Logam berat Logam berat yang masuk ke tubuh melalui pernafasan akan langsung berinteraksi dengan darah, sebagai contoh adalah timbal. Timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari pencemaran udara dan rokok. Timbal yang telah masuk ke dalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% yang terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada plasma darah.

  Sistim hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal, yaitu menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam pembentukan heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh timbal. Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi timbal dalam darah. Hampir

  50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal dalam darah sebesar 15 μg/dL (Lauwerys dan Perrine, dalam Adiwijayanti, 2015)

  7. Genetik Beberapa orang memiliki jenis hemoglobin yang berbeda dengan hemoglobin orang normal. Perbedaan ini menyebabkan munculnya gangguan kesehatan yang dibawa dari genetik atau keturunan, contohnya anemia sel sabit. Anemia sel sabit merupakan penyakit keturunan dimana terdapat molekul hemoglobin yang abnormal karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi bentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran darah (Sloane, dalam Adiwijayanti, 2015).

  8. Lama kerja Seseorang yang bekerja di tempat dengan pajanan logam berat seperti timbal, memungkin timbulnya dampak kesehatan. Hal ini terjadi karena penumpukan logam berat dalam darahnya. Semakin lama orang tersebut bekerja maka semakin bertambah jumlah pajanan yang diterima. Timbal memiliki waktu paruh di dalam darah kurang dari 25 tahun, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 hari. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non-okupasional (Adiwijayanti, 2015).

  9. Kebiasaan merokok Terdapat beberapa teori yang membahas tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin. Merokok dapat menyebabkan rusaknya sel silia pada saluran pernapasan yang menyaring zat-zat yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Merokok dapat merusak mekanisme tersebut dan menyebabkan aliran udara terhambat, alveoli rusak dan kapasitas paru-paru menurun, merokok dapat mengiritasi sel mukus dan menyebabkan peningkatan mukus. Mukus yang berkumpul menyebabkan infeksi dan kerusakan pada paru. Kerusakan pada paru dapat mengakibatkan semakin banyak jumlah zat kimia yang terdapat dalam rokok seperti logam berat masuk ke dalam tubuh sehingga berpengaruh pula pada penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Logam berat yang terdapat di dalam rokok dapat menganggu pembentukan hemoglobin, seperti timbal, boron, kadmium, selenium, arsenik dan antimoni. Menurut Suriyaprom (dalam Adiwijayanti, 2015), merokok merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kadar hemoglobin. Rokok mengandung banyak zat beracun dan komponen yang menyebabkan kanker dan berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin, nitrogen oksida, karbonmonoksida, hidrogen sianida dan radikal.

2.1.5 Fungsi Hemoglobin

  Hemoglobin dalam menjalankan fungsinya membawa oksigen ke seluruh tubuh, hemoglobin di dalam sel darah merah mengikat oksigen melalui suatu ikatan kimia khusus. Reaksi yang membentuk ikatan antara hemoglobin dengan oksigen dapat dituliskan sebagai berikut : Hb + O

  2 HbO

  2 Hemoglobin yang belum mengikat oksigen disebut sebagai

  deoksihemoglobin atau deoksi Hb dan umumnya dapat ditulis sebagai Hb. Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut sebagai oksihemoglobin atau HbO seperti pada persamaan reaksi tersebut.

  2 Reaksi ini dapat berlangsung dalam 2 arah, yaitu reaksi yang

  berlangsung dalam arah ke kanan, yang merupakan reaksi penggabungan atau asosiasi terjadi di dalam alveolus paru-paru, tempat berlangsungnya pertukaran udara antara tubuh dengan lingkungan. Sebaliknya reaksi yang berjalan dalam arah yang berlawanan, dari kanan ke kiri, yang merupakan suatu reaksi penguraian atau disosiasi, terutama terjadi di dalam berbagai jaringan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hemoglobin dalam sel darah merah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya di jaringan untuk diserahkan dan digunakan oleh sel- sel darah (Sadikin 2014).

2.1.6 Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb)

  Kadar hemoglobin dalam tubuh harus pada nilai normal, kadar hemoglobin yang di bawah normal merupakan sindrom dari penyakit anemia. Sindrom ini muncul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.

  Beberapa dampak akut dari kekurangan hemoglobin antara lain (Handayani dan Haribowo, 2008):

  1. Sering pusing, merupakan respon dari sistem saraf pusat akibat otak sering mengalami periode kekurangan pasokan oksigen yang di bawa hemoglobin terutama saat tubuh memerlukan energi yang banyak.

  2. Mata berkunang-kunang, merupakan respon dari saraf pusat akibat kurangnya oksigen ke otak dan mengganggu pengaturan saraf mata.

  3. Napas cepat atau sesak napas, merupakan respon dari sistem kardiovaskular. Jika hemoglobin kurang, maka kebutuhan oksigen untuk otot jantung juga berkurang dan kompensasinya menaikkan frekuensi nafas.

  4. Pucat, merupakan respon dari jaringan epitel, hemoglobin yang mewarnai sel darah menjadi merah akan tampak pucat karena kekurangan yang ekstrim.

  Selain akibat akut yang ditimbulkan akibat kekurangan hemoglobin, terdapat dampak kesehatan yang lebih berbahaya jika tidak dilakukan upaya meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia. Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.

  (Handayani dan Haribowo, 2008).

  Terdapat tiga jenis anemia yang dipengarui oleh kadar hemoglobin, yaitu anemia sel sabit, anemia pernisiosa dan anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia sel sabit terjadi dari faktor genetik yang mempengaruhi genetik dari hemoglobin, anemia pernisiosa disebabkan tubuh tidak dapat menyerap vitanim B12, sedangkan anemia akibat kekurangan zat besi diakibatkan kurangnya pola konsumsi zat besi. Kekurangan kadar hemoglobin tidak hanya mengganggu sistem hematopoietik, namun juga mengganggu sistem tubuh lainnya, seperti saraf, ginjal dan hati. Pada sistem saraf, akibat kekurangan hemoglobin secara langsung menyebabkan penurunan hemoprotein seperti sitokrom. Kekurangan sitokrom menyebabakan lemahnya aktifitas sel saraf dan menghambat perkembangan sel saraf. Pada sistem eksresi yaitu ginjal, kekurangan hemoglobin dapat menurunkan proses penyerapan vitamin D yang dapat mengganggu regulasi mineral seperti kalsium yang berujung pada terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi. Gangguan akibat kekurangan kadar hemoglobin pada hati langsung berdampak pada menurunnya produksi heme yang berperan dalam proses detoksifikasi di hati (Sherwood, 2012).

2.2 Kadar Hemoglobin

2.2.1 Definisi Kadar Hemoglobin

  Kadar hemoglobin adalah jumlah total hemoglobin dalam pembuluh darah perifer dan menggambarkan jumlah total sel darah merah yang terdapat di dalam darah. Kadar hemoglobin dihitung dengan satuan gram per 100 ml (dL) darah. Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah adalah salah satu uji laboratorium klinis yang sering dilakukan. Pengukuran kadar hemoglobin digunakan untuk melihat secara tidak langsung kapasitas darah dalam membawa oksigen ke sel-sel di dalam tubuh. Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan indikator yang menentukan seseorang menderita anemia atau tidak. Gram hemoglobin per desiliter darah adalah indeks yang menyatakan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Pengukuran hemoglobin di dalam darah utuh merupakan cara yang paling banyak digunakan sebagai tes skrining anemia (Almatsier dkk, 2011).

2.2.2 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)

  Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Lyza, 2010).

  Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih hasilnya dapat diandalkan.

  Metode yang lebih canggih adalah metode

  cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh

  kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya.

  Metode lain adalah menggunakan Hematology analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa darah. Untuk beberapa rumah sakit sudah menggunakan alat ABX Micros 60 yang merupakan peralatan otomatis yang digunakan untuk peneriksaan haematologi lengkap (DL). Alat ini dapat membantu mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll.

  Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel

  • –sel yang di lewatkan. Pemeriksaan hematologi rutin seperti meliputi pemeriksaan hemoglobin, hitung sel leukosit, dan hitung jumlah sel trombosit.

  Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer.

  

Flow cytometri adalah metode pengukuran (=metri) jumlah dan sifat-

  sifatsel (=cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (=flow) melalui celah sempit ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat satu persatu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel dan ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intra seluler termasuk inti sel.

  Prinsip impedensi listrik berdasarkan pada variasi impedensi yang dihasilkan oleh sel-sel darah di dalam mikrooperture (celah chamber mikro) yang mana sampel darah yang diencerkan dengan elektrolit diluents / sys dII akan melalui mikroaperture yang dipasangi dua elektroda pada dua sisinya (sisi sekum dan konstan) yang pada masing-masing arus listrik berjalan secara continue maka akan terjadi peningkatan resistensi listrik (impedansi) pada kedua elektroda sesuai dengan volume sel (ukuransel) yang melewati impulst/voltage yang dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan dianalisa oleh elektonik system lalu hemoglobin diukur dengan melisiskan Red

  

Blood Cels (REC) dengan sys. LYSE membentuk methemoglobin,

  cyan methemoglobin dan diukur secara spektro fotometri pada panjang gelombang 550 nm pada chamber. Hasil yang didapat diprintout pada printer berupa nilai lain grafik sel.

  Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam suatu aliran melewati celah dimana berkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area). Apabila cahaya tersebut mengenai sel, diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan menangkap berkas-berkas sinar sesudah melewati sel itu. Alat ini memakai prinsip ini lazim disebut flow cytometri.

  Keuntungan dari Hematologi analyzer

  1. Efisiensi waktu : lebih cepat dalam pemeriksaan hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit dibandingkan dilakukan secara manual.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN STATUS GRAVIDA DENGAN DEPRESI POSTPARTUM (Studi di RSIA Muslimat Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 13

Kualitas pelayanan puskesmas dengan kepuasaan pasien lanjut usia (Studi di Puskesmas Mojowanro Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 136

KADAR HEMOGLOBIN PADA PETANI YANG TERPAPAR PESTISIDA (Studi Di Dusun Banjardowo Desa Banjardowo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 8 81

GAMBARAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 (Studi Kasus di Puskesmas Mojoagung Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

1 2 85

PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 (Studi Di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

4 48 77

PENGARUH LAMA KERJA TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA PETUGAS SPBU DI KOTA JOMBANG (Studi Pada Petugas SPBU Di Kota Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 1 58

KADAR KALSIUM DARAH PADA WANITA MENOPAUSE (Studi Di DesaPuloLor RT.07/RW.02 Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 74

IDENTIFIKASI JAMUR ASPERGILLUS NIGER PADA JAMU GENDONG (Pasar Legi Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 56

PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA WANITA MENOPAUSE (Studi di Dinas Sosial Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 66

PENETAPAN KADAR KLORIN (Cl2) PADA BERAS NONSUBSIDI (Studi Di Pasar Tanjung Mojokerto) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 3 60