IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI KECAMATAN WANASALAM KABUPATEN LEBAK

  

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN

DI KECAMATAN WANASALAM KABUPATEN LEBAK

  SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh

  Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh: Muhamad Rafiudin

  6661091508

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, Agustus 2016

  

Yakin usaha sampai.

  

Skripsi ini kupersembahkan

untuk kedua orang tua,

dan seluruh masyarakat Kecamatan Wanasalam.

  

ABSTRAK

Muhamad Rafiudin. NIM. 6661091508. 2016. Implementasi Program

Keluarga Harapan di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak. Program

Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Leo Agustino,

Ph.D; Dosen Pembimbing II, Deden M. Haris, M.Si.

  Penanggulangan kemiskinan merupakan masalah yang harus segera diatasi oleh pemerintah untuk segera dituntaskan dan diputus rantai penyebabnya. Penanggulangan kemiskinan saat ini masih berorientasi material sehingga keberlanjutannya sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah. Langkah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengentaskannya salah satunya adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Kesejahteraan merupakan tujuan akhir dari PKH, yaitu meningkatkan kualitas hidup Keluarga Sangat Miskin (KSM) dengan mengakses layanan kesehatan dan pendidikan. Dengan dilaksanakannya PKH diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi, pendidikan, serta kesehatan masyarakat terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi PKH, menemukan faktor pendukung dan penghambat dan upaya mengatasinya di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekaan implementasi kebijakan Daniel Mazmanin dan Paul Sabtier. Teori tersebut melihat variabel mudah tidaknya masalah dikendalikan, variabel kemampuan kebijakan dalam menstruktur proses implementasi secara tepat dan variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara mendalam. Hasil penelitiannya menunjukan implementasi PKH di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak banyak mengalami kendala dan belum diimplementasikan dengan baik. Sosialisasinya belum menyeluruh, sehingga kurang mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait. Pendataan peserta penerima PKH belum menyeluruh, masih banyak yang belum mendapatkan PKH. Pendampingan belum dilakukan dengan baik dan penggunaan dana PKH oleh RTSM kerap digunakan diluar ketentuan. Untuk jangka panjang belum bisa merubah pola pikir dan perilaku RTSM secara siginifikan.

  Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Program Keluarga Harapan

  

ABSTRACT

Muhamad Rafiudin. NIM 6661091508. 2016. Implementation of the Family

Hope Program In District Wanasalam Lebak. Major of Public Administration

Science. The Faculty of Social Science and Political Science. Sultan Ageng

st nd

Tirtayasa University. 1 Advisor, Leo Agustino, Ph.D; 2 Advisor, Deden M.

  Haris, M.Si.

  

Taking poverty out is a problem that should be overcome and cut the chain of its

cause by the government as soon as possible. Nowadays, taking poverty out is still

only be orientated on the financial so the continuity depends on the available of

financial and commitment of the government. Family of expectancy program is

one of the policies that have been done by the government to overcome the

poverty. Prosperity is the final goal of the family of expectancy program; it is to

improve quality of living of very poor families by accessing health and education

service. By doing family of expectancy program, it is expected to improve

standard of living in social economic, education, and health of society especially

poor society. The goal of this research is to describe the implementation of family

of expectancy program, to discover supporting and obstruction factors and the

solution in Wanasalam District Lebak Regency. This research used theory of

implementation approach of policy of Daniel Mazmanin and Paul Sabtier. This

theory sees the variable in controlling the problem. Variable of ability of policy in

structuring the implementation process accurately and variable from outside of

policy that influence the implementation process. This research used descriptive

methodology with qualitative approach. The data collecting was done by

monitoring and interview thoroughly. The result of this research showed that the

implementation of family of expectancy program in Wanasalam District Lebak

Regency had many obstructions and had not been done well yet. The socialization

had not thoroughly, so that it could not get supports from the stakeholder. There

were still many poor families had not got the assistance of this program. The

guidance had not done well yet. The use of financial support of this program was

out of its function. For long-range, it could not change mindset and attitude of

poor family significantly. Key word: Policy implementation, Family of Expectancy Program

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

  Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan jalan bagi peneliti untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk melaksanakan penelitian pada konsentrasi Kebijakan Publik pada program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Peneliti dapat menyelesaikan penelitian da n menyusun skripsi dengan judul “Implementasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak”.

  Peneliti menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena hal ini tidak lepas dari keterbatasan, kemampuan dan ilmu pengetahuan yang peneliti miliki. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun peneliti harapkan dengan senang hati, sehingga dapat bermanfaat dan berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan tugas ini di masa yang akan datang. Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan, serta kerendahan hati. Untuk ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, M.Pd, sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si, sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Bapak Kandung Sapto Nugroho S.Sos., M.Si, sebagai Pembantu Dekan

  III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Adminitrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Bapak Riswanda, Ph.D., sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara serta sebagi Dosen Pembimbing Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Bapak Leo Agustino, Ph.D, Sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta petunjuk sehingga tersusunnya Skripsi ini.

  9. Bapak Deden M Haris, M.Si, Sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta petunjuk sampai tersusunnya Skripsi ini.

  10. Seleuruh Dosen pada Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada peneliti selama masa perkuliahan.

  11. Untuk Ibu dan Bapak tercinta yang selalu berada disamping peneliti dan selalu memberikan dukungannya dan selalu mendo’akan peneliti setiap saat.

  12. Untuk teman-teman IMC (Ikatan Mahasiswa Cilangkahan) dan teman- teman KUMABI (Keluarga Mahasiswa Binuangeun) yang telah memberikanku semangat, memotivasi dan mengisi hari-hariku dengan penuh canda tawa dan selalu membutaku rindu saat masa perkuliah.

13. Serta semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu

  Peneliti ucapakan terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapat limpahan yang setimpal dari Allah SWT dan senantiasa skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi semua pihak.

  Akhirnya kata peneliti berharap agar skripsi ini dapat membawa kemaslahatan bagi semua umat. Amin Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Serang, 31 Agustus 2016 Peneliti

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv ABSTRAK ..................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

  1 1.1 Latar Belakang ............................................................................

  1

  1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 16

  1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 16

  1.4 Rumusan Masalah ....................................................................... 17

  1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................... 17

  1.6 Manfaat Penelitian ....................................................................... 18

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR ......................................................................................... 15

  2.1 Landasan Teori .......................................................................... 19

  2.1.1Teori Kebijakan Publik .................................................... 19

  2.1.2 Implementasi Kebijakan ................................................. 21

  2.1.3 Konsep Program Keluarga Harapan ............................... 33

  2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................. 46

  2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. 50

  2.4 Asumsi Dasar ............................................................................ 53

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 50

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................... 50

  3.2 Fokus Penelitian ........................................................................ 51

  3.3 Lokasi Penelitian ....................................................................... 51

  3.4 Instrumen Penelitian ................................................................. 58

  3.5 Informan Penelitian ................................................................... 63

  3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 64

  3.7 Jadual Penelitian ....................................................................... 68

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 70

  4.1 Deskripsi Gambaran Umum Kecamatan Wanasalam ............... 70

  4.2 Deskripsi Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan Wanasalam .............................................................. 77

  4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 81

  4.3.1 Sosialisasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Wanasalam ............................................................................... 81

  4.3.2 Proses Pendataan Penerima PKH di Kecamatan Wanasalam ............................................................................... 85

  4.3.3 Proses Pendampingan Program Keluarga Harapan di

  4.3.4 Proses Distribusi Dana PKH Kepada RTSM di Kecamatan Wanasalam ............................................................................... 94

  4.3.5 Implementasi Bentuk Program PKH di Kecamatan Wanasalam ............................................................................... 99

  4.3.6 Kondisi Rumah Tangga Sangat Miskin di Kecamatan Wanasalam Sejak Diimplementasikan PKH ............................ 110

  4.3.7 Faktor Penghambat Implementasi PKH di Kecamatan Wanasalam ............................................................................... 114

  4.3.8 Faktor Pendukung Implementasi PKH di Kecamatan Wanasalam ............................................................................... 118

  4.4 Deskripsi Analisis Implementasi Program PKH di Kecamatan Wanasalam ................................................................................. 121

  4.4.1 Variabel Mudah Tidaknya Masalah Yang Dikendalikan 123

  4.4.2 Variabel Kemampuan Kebijakan Dalam Menstruktur Proses Implemtasi Secara Tepat .............................................. 132

  4.4.3 Variabel di Luar Kebijakan Yang Mempengaruhi Proses Implementasi ............................................................................ 141

  BAB V PENUTUP ........................................................................................ 145

  5.1 Kesimpulan ................................................................................ 145

  5.2 Saran .......................................................................................... 148 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 150

  LAMPIRAN .................................................................................................. 154 Lampiran 1 : Panduan Wawancara ................................................... 154 Lampiran 2 : Surat-Surat Izin Penelitian ........................................... 155 Lampiran 3 : Identitas Informan ........................................................ 157 Lampiran 4 : Dokumentasi Foto-foto Penelitian ............................... 159 Lampiran 5 : Matrik Wawancara ...................................................... 161

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 2.1 Indeks dan Komponen Bantuan Tahun 2015 ................................ 41Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ........................................................................... 69Tabel 4.1 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2014 ......... 74Tabel 4.2 Jumlah Penerima Bantuan PKH per-Desa di Kecamatan

  Wanasalam Tahun 2015 ................................................................ 79

Tabel 4.3 Indeks dan Komponen Bantuan Tahun 2015 ............................... 95

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 1.1 Tingkat Kemiskinan per-Provinsi di Indonesia, September 2015 10Gambar 1.2 Persentase Penduduk Miskin Banten Menurut Kabupaten/Kota

  September 2013 .......................................................................... 11

Gambar 1.3 Perkembangan IPM Lebak ........................................................... 12Gambar 1.4 Statistik Kemiskinan Lebak ......................................................... 12Gambar 2.1 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik Daniel

  Mazmanian dan Paul Sabatier ...................................................... 30

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ........................................................................ 52Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaksi ...................................................... 65Gambar 4.1 Peta Kecamatan Wanasalam ........................................................ 70Gambar 4.2 Struktur Organisasi Manajemen UPPKH Kecamatan

  Wanasalam ................................................................................... 79

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Kemiskinan merupakan fenomena yang dialami hampir oleh setiap Bangsa dan Negara di dunia. Fenomena tersebut sering dirasakan oleh negara terbelakang dan negara berkembang, termasuk di dalamnya Negara Indonesia yang konon masih dalam kategori berkembang. Dalam konteks, siapa yang bertanggung jawab terhadap fenomena kemiskinan di atas? Apakah Negara dalam hal ini pemerintah, atau manusia secara individu yang bertanggungjawab atas kemiskinan tersebut? Pertanyaan tersebut mungkin telah banyak menjadi perdebatan siapa saja, tidak hanya di kalangan akademisi. Namun peneliti tidak akan membahas jauh dari pertanyaan di atas, yang pasti peneliti akan mendasarkan pada konstitusi Bangsa dan Negara Indonesia yang sudah sejak lama disepakati. Artinya poin pertama yang diambil oleh peneliti, atas jawaban pertanyaan di atas, adalah Negara bertanggung jawab atas fenomena kemiskinan yang terjadi.

  Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan, bahwa dibentuknya Negara Indonesia dan dibentuknya pemerintah negara Indonesia salah satunya adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasakan kehidupan bangsa. Artinya dalam pemahaman tersebut, fenomena kemiskinan adalah tanggungjawab dari Negara yang dalam hal ini adalah pemerintah, adapun kutipan preambul UUD 1945 tersebut sebagai berikut di bawah ini:

  “…...Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia…..”

  Bicara kesejahteraan biasanya tidak akan lepas dari fenomena kemiskinan, bahwa Bangsa Indonesia dalam konstitusi di atas sudah sejak lama ingin lepas dari cengkraman kemiskinan. Fenomena kemiskinan pada bangsa Indonesia di alami sudah jauh sebelum kemerdekaan baik terjadi pada saat zaman kerajaan maupun zaman kolonial, dan hingga saat ini bangsa ini belum lepas dari cengkrman kemiskinan. Telah banyak upaya untuk mengatasi lilitan kemiskian yang dilakukan oleh pemerintah dari rezim ke rezim. Fenomena tersebut seperti sebuah penyakit yang sudah akut, namun masih sedang dalam perawatan serta masih di dilakukan eksperimen penyembuhannya. Bahkan, upaya pemerintah dalam mengatasi kemskinan sudah banyak di dukung dengan aturan, misalnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Kesejahteraan Sosial, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, serta aturan lainnya dalam mendukungya. Namun, dalam implementasinya perlu pengujian dan evaluasi yang holistik, karena realitasnya fenomena kemiskinan masih nampak dijumpai di depan mata.

  Telah digulirkan beberapa program perlindungan sosial yang diambil oleh Pemerintah Indonesia sebagai langkah penanggulangan kemiskanan dalam mendorong kesejahteraan masyarakat. Program unggulan yang di klaim pemerintah, salah satunya adalah PKH (Program Keluarga Harapan). PKH merupakan salah satu program Conditional Cash Transfer (CCT) yang juga penanggulangan sosial. Program ini memberikan bantuan dana kepada RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin). Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah mengklaim melaksanakan Program Bantuan Tunai Bersyarat (BTB) yang dikenal dengan nama Program Keluarga Harapan (PKH) tersebut.

  Bantuan dana PKH yang diberikan berorientasi kepada kemapanan untuk memenuhi kewajibannya dibidang pendidikan dan kesehatan. Tidak semua RTSM bisa menjadi peserta PKH, hanya keluarga yang mempunyai ibu hamil dan/atau terdapat anak yang berusia 0-15 tahun yang dapat mengaksesnya (pkh.kemsos.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=117&Itemi

  

d=468, diakses 13 November 2015 ). Program perlindungan sosial ini bertujuan

  meningkatkan kualitas hidup Keluarga Sangat Miskin (KSM) dengan syarat mengakses layanan kesehatan dan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM). Dengan pemberian akses ini, diharapkan terjadi perubahan perilaku yang mendukung tercapainya kesejahteraan sosial.

  Dalam jangka pendek dana bantuan PKH bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga (dampak konsumsi langsung), dan dalam jangka panjang merupakan investasi generasi masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kesehatan dan pendidikan (dampak pengembangan modal manusia).

  Artinya, PKH diharapkan oleh pemerintah sebagai program yang mampu memutus rantai kemiskinan antar generasi. Sementara secara khusus, tujuan PKH adalah: (1) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi peserta PKH; (2) meningkatkan taraf pendidikan peserta; (3) meningkatkan dan anak prasekolah anggota Keluarga Sangat Miskin (KSM); (4) meningkatkan kondisi sosial ekonomi para peserta PKH (pkh.kemsos.go.id/index.

  php?option=com_content&view=article&id=117&Itemid=468, diakses

  13 November 2015 ).

  Setelah di atas diuraikan secara singkat dasar dan tujuan digulirkannya PKH, program tersebut selintas sangatlah ideal menjadi salah satu jalan solusi mengatasi rantai kemiskinan yang sudah akut pada Bangsa Indonesia. Seperti telah dipaparkan beberapa paket kebijakan yang dibuat dalam Undang-undang dalam mendukung peningkatan kesejateraan masyarakat dan PKH adalah salah satu turunan dalam bentuk relaisasi program paket kebijakan tersebut. Maka patut dikaji dan diteliti kebijakan tersebut agar terlihat dan terbukti bahwa kebijakan tersebut apakah ampuh dalam mengatasi kemisikinan yang di klaim pemerintah sudah berhasil? Klaim keberhasilan tersebut, seperti dikutip Kompas.com

  

(http://regional.kompas.com/read/2015/12/26/19142891/Dipuji.Bank.Dunia.Keme

nsos.Naikkan.Jumlah.Penerima.PKH. diakses 26 Desember 2016) , bahwa PKH

  dianggap sukses menekan angka kemiskinan dan bahkan Kementerian Sosial akan memperluas cakupan penerima PKH, seperti dikatakan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Kenaikan pada jumlah penerima itu tidak lain didukung atas pujian dari Bank Dunia dan Kemensos berencana menaikkan penerima PKH hingga 6 juta orang pada tahun 2016 ini. Sementara, alokasi anggaran PKH dari APBN pada tahun 2016 yang digulirkan untuk PKH adalah sebesar Rp 12 triliun dari Rp 15,3 triliun total anggaran Kementrian Sosial (Kemensos RI),

  

(http://nasional.kompas.com/read/2016/01/11/11340821/Habiskan.Dana.Besar.P

  

rogram.Penanggulangan.Kemiskinan.Dinilai.Belum.Berhasil, diakses 12 Januari

2016).

  Berbagai klaim keberhasilan program kebijakan PKH baik dari pemerintah sendiri maupun dari pihak lain, telah banyak diapresiasi berbagai kalangan, bahkan dari lembaga dunia seperti Bank Dunia. Peneliti mencoba menelusuri implementasi program tersebut dengan melakukan pengumpulan data literatur tertulis baik dari buku-buku, informasi media dan observasi lapangan.

  Peneliti menemukan permasalahan implementasi PKH, ketika PKH diluncurkan pada tahun 2007, penerima manfaat program yang dipilih merupakan rumah tangga yang sangat miskin, yaitu mereka yang berada di bawah 80 persen garis kemiskinan resmi saat itu. Hingga tahun 2012, program ini hanya menjangkau 1,5 juta keluarga, dibanding total 60 juta keluarga miskin di Indonesia serta sekitar 6,5 juta keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan.

  Seharusnya PKH mampu menjangkau sesuai jumlah kelaurga miskin yang berkembang. Pada tahun 2012 PKH akhirnya beroperasi di seluruh provinsi di Indonesia, meskipun masih belum menjangkau seluruh kabupaten di tiap provinsi. Perluasan cakupan PKH merupakan tantangan program jika ingin memberikan dampak besar bagi penduduk miskin Indonesia, (Suahasil Nazara dan Sri Kusumastuti Rahayu, 2013:1).

  Penilaian datang dari lembaga legislatif di Indonesia, seperti yang dikatakan Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay, menurutnya PKH belum mampu mengurangi angka kemiskinan dan hanya menghabiskan anggaran Negara. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS, September 2015), angka dari total jumlah penduduk, (http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/ ). Program PKH mengindikasikan dua hal.

  view/id/1119, diakses 03 Januari 2016

  Pertama, bantuan PKH dianggap tak berhasil menaikan kualitas hidup penerimanya. Kedua, program tersebut tidak dilandaskan atas keadilan sosial.

  Karena hingga 2015 penerima PKH masih berjumlah 3,5 juta penerima. Sementara masih ada puluhan juta yang belum tersentuh PKH dan belum ada indikator yang pas dalam mengukur keberhasilan PKH

  

(http://nasional.kompas.com/read/2016/01/11/11340821/Habiskan.Dana.Besar.P

rogram.Penanggulangan.Kemiskinan.Dinilai.Belum.Berhasil, diakses 12 Januari

2016) .

  Di Provinsi Banten, Kementerian Sosial memberikan penghargaan PKH Award kepada Pemerintah Provinsi Banten, pada 17 Februari 2015. Penghargaan tersebut diberikan karena Pemerintah Provinsi Banten dinilai mampu menyukseskan pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH). Penghargaan tersebut sebagai kategori pengembangan PKH yaitu melalui Program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu). Pelaksanaan PKH di Provinsi Banten yang dimulai sejak tahun 2008 sampai saat ini telah mengcover 88.408 keluarga tidak mampu dengan alokasi anggaran yang sudah terserap total sejak tahun 2008 yaitu sebesar Rp 535 miliar. Angaran itu diklaim pemerintah didistribusikan kepada masyarakat klaster kemiskinan terbawah. Dukungan anggaran dari Pemerintah Provinsi Banten baik langsung maupun komplementaritas, PKH pada tahun 2014 mencapai Rp 59, miliar, sedang pada 2015 dukungan anggaran tersebut meningkat secara signifikan yaitu mencapai Rp 145 miliar

  (http://bantenraya.com/utama/184-banten-raih-penghargaan-pkh-award, diakses ).

02 Januari 2016

  Klaim keberhasilan Pemerintah Provinsi Banten terhadap keberhasilan PKH, perlu diuji dengan indikator yang jelas, karena jumlah kemiskinan di Banten hingga saat ini masih cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015:1) jumlah kemiskinan di Provinsi Banten, hampir tidak berubah bahkan cenderung meningkat. Jumlah kemisikinan di Banten pada September 2014 berjumlah 649.19 ribu orang dan pada September 2015 berjumlah sebesar 690.67 ribu orang. Artinya dari perbandingan tersebut terjadi peningkatan penduduk miskin sebesar 41.48 ribu selama satu tahun. Hal ini berbalik dengan klaim keberhasilan program PKH di Provinsi Banten yang mampuh menekan angka kemiskinan.

  Berangkat dari permasalahan kebijakan tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti bagaimana implementasinya di masyarakat. Tidak hanya itu, berangkat dari beberapa fenomena permasalahan dari realisasi PKH tersebut di beberapa daerah termasuk di wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Berbicara implementasi kebijakan, menurut Van Meter dan Van Horn dalam Leo Agustino (2014:138) adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Leo Agustiono menyimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksanaan kebijakan melakukan suatua aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri (Leo Agustiono, 2014:138).

  Berangkat dari konsep implementasi kebijakan di atas, PKH sejauh ini pelaksanaan kegiatannya sudah berlangsung 7 tahun di Indonesia dan di Wilayah Banten sendiri sudah berjalan 6 tahun. Sementara bicara hasil dari implementasi PKH ini masih belum memuaskan. Maka untuk melihat permasalahan tersebut lebih dalam, perlu mengkaji apa hambatan dan permasalahan dalam realisasi kebijakan PKH tersebut. Misalnya dari observasi awal dan wawancara dengan beberapa penerima PKH dan Pendamping pelaksana PKH, bahwa beberapa wilayah di Kecamatan Wasalam Kabupaten Lebak desanya terletak jauh dari akses pendidikan dan kesehatan. Kemudian, meskipun akses tersebut sudah dijamin bebas biaya, RTSM menjadi kesulitan dalam memperoleh akses tersebut.

  Pendamping PKH juga belum melaksanakan beberapa fungsi dari tujuan PKH itu sendiri, yaitu meyadarkan RTSM akan pentingnya pendidikan dan kesehatan. Sehingga program PKH tersebut berjalan berkesinambungan.

  Ditemukan masalah lain yaitu masih rendahnya pemahaman peserta terhadap maksud dan tujuan PKH, peserta menerima bantuan tunai tidak sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PKH, masih adanya kasus anak putus sekolah atau tidak melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta pelayanan kesehatan bagi RTSM yang menggunakan kartu PKH masih mengalami kendala.

  Permasalahan tersebut diindikasikan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya sosialisasi dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH), cukup untuk biaya sekolah anak, adanya kesalahan memfungsikan dana PKH yang diberikan kepada RTSM untuk hal-hal tidak dianjurkan dalam program PKH. Selain itu permasalahan lain adalah kurang tepat sasaran dalam melakukan pendataan RTSM sebagai penerima manfaat PKH, akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan bagi peserta PKH belum dipandang meningkat status kesehatan dan gizinya terhadap ibu hami, ibu nifas, bawah lima tahun (balita) dan Anak Pra Sekolah Anggota RTSM.

  Pada September 2015, tingkat kemiskinan di Provinsi Banten tercatat sebesar 5,75 persen dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 690,67 ribu jiwa.

  Secara nasional, tingkat kemiskinan Banten berada pada posisi terendah kelima setelah DKI Jakarta (3,6%), Bangka Belitung (4,83%), Kalimantan Selatan (4,72%) dan Bali (5,25%). Rendahnya tingkat kemiskinan di Banten bukan berarti masalah kemiskinan tidak menjadi prioritas utama. Pengentasan kemiskinan tetap menjadi program prioritas, karena hidup yang layak menjadi hak semua orang dan hal ini yang ingin diwujudkan oleh Pemerintah Provinsi Banten.

Gambar 1.1 Tingkat Kemiskinan per Provinsi di Indonesia, September 2015

  

Sumber: BPS (Laporan Eksekutif Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi

Banten September 2015)

  Pada perkembangannya, tingkat kemiskinan Provinsi Banten pada September 2015 memperlihatkan pola yang menurun. Gambar 2 menyajikan perkembangan tingkat kemiskinan selama kurun waktu September 2011 - September 2015. Pada September 2011, angka kemiskinan Banten tercatat sebesar 6,26 persen dengan jumlah penduduk 689,22 ribu jiwa. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin menunjukan kecenderungan menurun. Namun Maret 2013, tingkat kemiskinan mengalami peningkatan. Angka kemiskinan naik dari

  5,71 persen pada September 2012 menjadi 5,74 persen pada Maret 2013. Sementara itu jumlah penduduk miskin meningkat dari 642,88 ribu jiwa menjadi 652,36 ribu jiwa pada periode yang sama.

Gambar 1.2 Persentase Penduduk Miskin Banten

  

Menurut Kabupaten/Kota September 2013

Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten 2015

  Dilihat menurut kabupaten/kota, persentase penduduk miskin tertinggi terletak di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang, dengan persentase mencapai 9,50 persen dan 10,25 persen. Kedua daerah ini merupakan daerah sentra pertanian, yang berdasarkan data historis selalu menjadi daerah dengan angka kemiskinan tertinggi di Banten.

  Pada bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin Banten kembali meningkat mencapai 702,40 ribu orang (5,90 persen), atau bertambah 53,21 ribu orang (8,20 persen).

Gambar 1.3 Gambar 1.4 Perkembangan IPM Lebak Statistik Kemiskinan Lebak

  

Sumber: Statistik Daerah Lebak 2015 Sumber: Statistik Daerah Lebak 2015

  IPM merupakan indeks komposit nilai rata-rata dari gabungan tiga komponen penilai kualitas sumber daya manusia, digunakan untuk mengukur pencapaian keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Masing-masing indeks dari komponen IPM memperlihatkan seberapa besar tingkat pencapaian yang telah dilakukan selama ini dibidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

  IPM Kabupaten Lebak pada tahun 2014 mencapai 68,82 yang merupakan rata-rata dari pencapaian indeks kelangsungan hidup/kesehatan (64,37), indeks pengetahuan (78,01) dan indeks daya beli (64,37), indeks pengetahuan (78,01) dan indeks daya beli (64,09). Berarti pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Lebak saat ini telah mencapai 68,82 persen dari nilai maksimal. Makin melebarnya jarak antara IPM Lebak dan Banten menunjukkan bahwa manusia Kabupaten dan Kota lainnya di Banten. Naiknya persentase penduduk miskin pada tahun 2014 terjadi di semua Kabupaten / Kota di Propinsi Banten.

  Kenaikan harga BBM pada tahun 2014 mungkin menjadi salah satu pemicunya.

  Ketertarikan peneliti menentukan wilayah peneltitian dengan lokusnya di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak, karena Kabupaten Lebak merupakan salah satu Kabupaten tertinggal di Provinsi Banten. Selain itu, Kabupaten Lebak merupakan daerah otonom terluas di Provinsi Banten dengan luas wilayah 330.507,18 Km² atau 330.507,18 Ha yang secara administratif membawahi 28 Kecamatan, 340 Desa serta 5 Kelurahan. Menurut Pemerintah Provinsi Banten, dari 161 kecamatan di Provinsi Banten seluruhnya terdapat warga miskin, namun wilayah terparah atau menjadi kantong-kantong kemiskinan ada di 15 kecamatan, di seluruh Provinsi Banten. Adapun di Kabupaten Lebak kantong-kantong kemiskinan dari 28 kecamatan, penduduk miskin terbanyak berada di empat kecamatan yaitu: Kecamatan Cimarga, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Wanasalam dan Kecamatan Malingping (http://wongbanten.com/ inilah- kecamatan-kantong-kemiskinan-di-provinsi-banten/, diakses 02-02-2016 ).

  Berdasarkan permasalahn kemiskinan di atas, Wanasalam merupakan salah satu kecamatan yang menjadi kantong kemiskinan di Kabupaten Lebak.

  Kecamatan Wanasalam juga tingkat pendidikan dan kesehatannya masih rendah. Kualitas pendidikan dan kesehatan merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan. Kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu, keluarga dan masyarakat luas. Negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi warga negaranya untuk semua lapisan, (dalam “ketetapan

  Kondisi kualitas kesehatan di Kecamatan Wanasalam terbilang masih rendah jika mengacu pada data-data statisitik berikut ini, dimana sarana dan fasilitas kesehatan di Wanasalam pada tahun 2014 tercatat 2 unit Puskesmas, 3 unit Pustu, 1 unit Poskesdes, dan 65 unit Posyandu. Tenaga medis yang ada di Kecamatan Wanasalam pada tahun 2014 ada peningkatan, meskipun rasionya masih rendah, tetapi hanya ada 1 orang dokter umum yang bertugas di dua puskesmas, sementara dokter yang domisili tidak ada, Bidan sebanyak 26 orang (27 persen), Paramedis lain/Perawat sebanyak 19 orang (20 persen) dan dukun (paraji) terlatih dan tidak terlatih masing-masing sebanyak 49 orang dan 3 orang atau sekitar (53 persen) dari total paraji yang ada. Sementara jumlah penduduk yang harus dilayani untuk mendapatkan akses kesehatan adalah sebanyak 53.606 orang (BPS Kabupaten Lebak 2015: 60-61).

  Indikator derajat kesehatan masyarakat, antara lain adalah angka kematian bayi, bayi lahir mati, status gizi, angka kematian bulin. Hal ini berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga, pola hidup sehat, kebersihan lingkungan serta sarana pelayanan kesehatan yang tersedia. Data BPS (2015), tercatat pada tahun 2014 angka penderita Gizi buruk di Kecamatan Wanasalam sebanyak 11 orang (0,26 persen), gizi kurang 207 orang (4,95 persen), gizi baik sebanyak 3.798 orang (94,79 persen) dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 13 orang. Adapun angka lahir mati sebanyak 27 kasus, naik sekitar 77,77 persen dibanding tahun 2013 lalu, yang hanya terjadi 11 kasus (BPS Kabupaten Lebak, 2015: 61-62).

  Indikator kesejahteraan yang menjadi sasaran dalam Program PKH berikutnya adalah kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar sumber daya manusia yang siap dan menunjang dalam upaya pembangunan di segala sektor, sebagai upaya mengentaskan angka kemiskinan.

  Ketersedian instansi pendidikan di Kecamatan Wansalam dari 13 desa secara keseluruhan, pada tahun 2014-2015 dari TK sampai SMA mencapai 73 sekolah, terdiri dari TK/RA 10 buah, SD 25 buah, MI 17 buah, SMP 5 Buah, SMA 2 buah, MA 2, dan SMK 3 buah. Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan fasilitasnya, salah satu indikatornya adalah rasio murid-guru, rasio murid-guru untuk tingkat SD 23 sisiwa dibimbing oleh 1 guru, untuk rasio tingkat SMP 12 sisiwa dibimbing oleh 1 guru, untu rasio tingkat SMA 8 orang siswa dibimbing 1 guru. Artinya rasio di atas masih normal menurut perhitungan Suryadarama yang dirujuk oleh perhitungan BPS (2015:5), karena rasio yang ideal adalah kurang dari 25 orang siswa.

  Mengacu pada permasalahan pendidikan di atas belum semua indikator tersajikan dari kualitas pendidikan yang terjadi di wanasalam dan hal itu menggambarkan kemajuan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Wanasalam. Namun, dari gambaran tersebut peneliti menganggap sudah cukup alasan untuk melakukan penelitian terhadap fenomena implementasi kebijakan Program PKH khusunya di Kecamatan Wansalam. Mengacu pada indikasi permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam dengan judul penelitiannya adalah: “Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak”.

  1.2 Identifikasi Masalah 1.

  Kemiskinan di Provinsi Banten yang masih sangat komplek 2. Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih kurang terampil menyebabkan kemiskinan semakin komplek

  3. Rendahnya Keberhasilan dari berbagai program penanggulangan kemiskinan

  4. Keterpaduan antara berbagai faktor penyebab kemiskinan dengan indikator yang jelas sehingga kemiskinan tidak bersifat temporer tetapi permanen 5. Penanggulangan kemiskinan saat ini masih berorientasi material sehingga keberlanjutannya sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah 6. Angka partisipasi sekolah kuhususnya bagi anak-anak RTSM masih belum optimal. PKH bertujuan agar anak RTSM dapat mengakses pendidikan lebih baik.

  1.3 Batasan Masalah

  Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, dan agar cakupan penelitian ini tidak terlalu luas dan tidak banyak menimbulkan penafsiran, maka penelitian ini dibatasi pada: 1.

  Implementasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.

2. Faktor-faktor pendukung yang memengaruhi implementasi Program

3. Faktor-faktor penghambat yang memengaruhi implementasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.

  4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dari Program Keluarga Harapan

  1.4 Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana implementasi PKH di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak? 2. Bagaimana bentuk program PKH di Kecamatan Wanasalam Kabupaten

  Lebak? 3. Bagiamana kondisi RTSM di Kecamatan Wanasalam sejak diimplementasikannya PKH di Kecamatan Wanasalam Kabupaten

  Lebak?

  1.5 Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui implementasi PKH di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.

  2. Untuk mengetahui bentuk program PKH di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.

  3. Untuk mengetahui kondisi RTSM di Kecamatan Wanasalam sejak diimplementasikannya PKH di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.

1.6 Manfaat Penelitian

  Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan memberikan kegunaan untuk pengembengan Ilmu Administrasi Negara dan kebijakan publik. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam penelitian berikutnya yang sejenis.

  2. Praktis: (a) bagi peneliti, diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan teori yang selama ini telah diperoleh pada bangku kuliah Ilmu Administrasi Negara kususnya pada mata kuliah Kebijakan Publik dan menjadi bekal untuk menjadi implementator yang profesional. (b) Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan program kebijakan, khususnya mengenai Program Keluarga Harapan sehingga mampu memberikan kebijakan yang berkesinambungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Kebijakan Publik

  Menurut Budi Winarno (2007:15), istilah kebijakan (policy term) mungkin digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia” , “kebijakan ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang debirokartisasi dan deregulasi. Budi Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan dengan istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, standar, proposal dan grand design .

  Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkinya kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota.

  Robert Eyestone (dalam Agustino, 2006:6) mendefinisikan kebijakan

  

Eulau dan (dalam Agustino, 2006:6) Kenneth Prewitt mendefinisikan kebijakan