IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)BIDANG KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

(1)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF HOPE FAMILY HEALTH PROGRAM IN TOWN BANDAR LAMPUNG

by The

ANGGI ANGGRAINI

The problem in this research is the persistence of poverty which is characterized by low quality of life of the population , health and nutrition . The government has made various efforts to mengetaskan poverty , but until now the fact that many Indonesian people are still living below the poverty line . The purpose of this study is to know the process of implementation of family expectations ( CCT ) in the health sector in the city of Bandar Lampung implemented .

This study used a qualitative research method . Selection of informants was based on subjects who control problem , have the data and are willing to provide data antaralain UPPKH

coordinator , assistant clerk PKH , SPM officers , officers and officers ADM SIM . The focus of this research is directed at the implementation of the Family Hope Program Health Bandar Lampung in government management perspective , which in the view in some aspects of

government management : planning ( Planning) , organizing ( Organizing ) , and implementation ( Actuating ) .

The results of this study indicate that , in the implementation of family programs in health expectancy in Bandar Lampung in general , its implementation is considered effective but from the aspect of Government Management found several problems in socialization , organizing payment stage , and the verification of commitment , but the goals and objectives of this PKH also already started achieved well .


(2)

AB ✁✂✄☎

✆ ✝✞✟ ✠ ✝ ✠✡✁A ✆✞✂ ☛☞✂✄ ✝KELUARGA HARAPAN BIDANG

KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh

ANGGI ANGGRAINI

✌✍✎ ✍✏✍✑ ✒ ✍✏✍✓ ✔✕✖ ✕✏✗✘✗✍✖ ✗✖✗ ✙✍✗✘✚ ✓ ✍✎✗✑ ✍✒ ✍✖✙✍ ✔✕✖✒✚✒✚✛ ✓✗✎✛ ✗✖ ✙✍✖✜ ✒✗✘✍✖✒ ✍✗

✒✕✖✜ ✍✖ ✢✕✖✒✍✑✖✙✍ ✛ ✚✍✏✗✘✍✎ ✑✗✒✚✔ ✔✕✖✒✚✒✚✛✣ ✛✕✎✕✑✍✘✍✖ ✒ ✍✖ ✜✗✤ ✗. ✥✕✓✕✢✗✖ ✘✍✑ ✘✕✏✍✑ ✓✕✏✍✛✚ ✛✍✖✦✕✢ ✦✍✜ ✍✗✚ ✔✍✙✍✚✖ ✘✚ ✛✓✕✖✜✕ ✘✍✎✛✍✖ ✛✕✓✗✎✛✗✖✍✖ ✣ ✘✍✔ ✗ ✑✗✖✜✜ ✍✛ ✗✖ ✗ ✧✍✛✘✍✖✙✍

✦✍✖ ✙✍✛ ✢✍✛ ✙✍✘ ★✖✒✩✖✕✎✗✍ ✙✍✖✜ ✓ ✍✎✗✑ ✑✗✒✚✔ ✒✗ ✦✍✪ ✍✑ ✜✍✢ ✗✎ ✛✕✓✗✎✛ ✗✖✍✖✫ ✬✚✭✚✍✖

✔✕✖✕✏✗✘✗✍✖ ✗✖✗ ✍✒ ✍✏✍✑ ✗✖✜✗✖ ✓✕✖✜✕ ✘✍✑✚ ✗ ✔✢✩✎✕✎ ✗✓✔✏✕✓✕✖✘✍✎✗ ✔✢✩✜✢✍✓ ✛✕✏✚✍✢✜✍

✑ ✍✢✍✔✍✖(✥✮✯) ✒✗✦ ✗✒ ✍✖✜✛✕✎✕✑✍✘✍✖✒✗✮ ✩✘✍ B✍✖✒✍✢ ✰✍✓✔✚✖✜✒✗✏✍✛✎ ✍✖✍✛✍✖✫

✥✕✖ ✕✏✗✘✗✍✖ ✗✖ ✗ ✓✕✖✜ ✜✚✖✍✛✍✖ ✓✕ ✘✩ ✒✕ ✔✕✖✕✏✗✘✗✍✖ ✛ ✚✍✏✗✘✍✘✗✧. ✥✕✓✗✏✗✑✍✖ ✗✖✧✩✢✓ ✍✖ ✒✗✒✍✎ ✍✢ ✛✍✖ ✔✍✒ ✍ ✎✚✦✭✕ ✛ ✙✍✖✜ ✓✕✖✜✚✍✎ ✍✗ ✔✕✢✎✩ ✍✏✍✖ ✣ ✓✕✓✗✏✗✛ ✗ ✒ ✍✘✍ ✒✍✖ ✦✕✢✎✕✒✗✍

✓✕✓✦ ✕✢ ✗✛✍✖ ✒ ✍✘✍✍✖✘✍✢✍✏✍✗✖ ✛✩✩✢✒✗✖✍✘✩✢ ✱✥✥✮✯, ✔✕ ✘✚✜✍✎✔✕✖✒✍✓✔✗✖✜✥✮✯, ✔✕ ✘✚✜ ✍✎ ✲✥✌, ✔✕ ✘✚✜✍✎ A✳✌ ✒✍✖ ✔✕✘✚✜✍✎ ✲★ ✌. ✴✩✛✚✎ ✒ ✍✏✍✓ ✔✕✖✕✏✗✘✗✍✖ ✗✖✗ ✒✗✍✢✍✑✛✍✖ ✔✍✒✍ ★ ✓✔✏✕✓✕✖ ✘✍✎✗ ✥✢✩✜✢✍✓ ✮✕✏✚✍✢✜ ✍ ✯ ✍✢✍✔✍✖ B✗✒ ✍✖✜✮✕✎✕✑ ✍✘✍✖ ✮ ✩✘✍ B✍✖✒✍✢ ✰✍✓✔ ✚✖✜ ✒ ✍✏✍✓ ✔✕✢✎✔✕ ✛✘✗✧ ✓✍✖✍✭✕✓✕✖ ✔✕✓✕✢ ✗✖✘✍✑✍✖✣ ✙✍✖✜ ✒✗ ✏✗✑✍✘ ✒✍✏✍✓ ✦✕✦ ✕✢✍✔✍ ✍✎✔✕ ✛

✓ ✍✖✍✭✕✓✕✖ ✔✕✓✕✢ ✗✖✘✍✑✍✖ ✙✍✗✘✚ ✔✕✢ ✕✖ ✵✍✖✍✍✖ (Planning), ✔✕✖✜ ✩✢✜✍✖✗✎✍✎✗✍✖

(Organizing),✒ ✍✖✔✕✏✍✛✎ ✍✖✍✍✖(Actuating).

✯ ✍✎✗✏ ✔✕✖ ✕✏✗✘✗✍✖ ✗✖ ✗ ✓✕✖✚✖✭✚✛✛✍✖ ✦✍✑✪ ✍, ✒✍✏ ✍✓ ✗✓✔✏✕✓✕✖ ✘✍✎✗ ✔✢✩ ✜✢✍ ✓ ✛✕✏✚✍✢✜✍ ✑ ✍✢✍✔✍✖ ✦ ✗✒ ✍✖✜ ✛✕✎✕✑ ✍✘✍✖ ✒✗✮ ✩✘✍ B✍✖✒ ✍✢ ✰✍✓✔ ✚✖✜ ✎✕ ✵✍✢✍ ✚✓✚✓, ✗✓✔✏✕✓✕✖✘✍✎✗✖✙✍ ✒✗✖ ✗✏✍✗ ✕✧✕ ✛✘✗✧ ✖✍✓✚✖ ✒✍✢✗ ✍✎✔✕ ✛ ✌✍✖✍✭✕✓✕✖ ✥✕✓✕✢ ✗✖ ✘✍✑ ✍✖ ✒✗✘✕✓✚ ✛✍✖ ✦ ✕✦✕✢✍✔✍

✔✕✢✓✍✎ ✍✏✍✑ ✍✖ ✒ ✍✏✍✓ ✛✕✜✗✍✘✍✖ ✎✩ ✎✗✍✏✗✎ ✍✎✗, ✔✕✖✜ ✩✢✜✍✖ ✗✎ ✍✎✗✍✖ ✘✍✑ ✍✔ ✔✕✓✦✍✙✍✢✍✖✣ ✒ ✍✖ ✔✕✏✍✛✎ ✍✖✍ ✍✖ ✶✕✢✗✧ ✗✛✍✎✗ ✛✩✓✗✘✓✕✖ ✖✍✓✚✖ ✘✚✭✚✍✖ ✎✕✢ ✘✍ ✎ ✍✎ ✍✢✍✖ ✥✮✯ ✗✖ ✗ ✔ ✚✖ ✎✚✒✍✑

✓✚✏✍✗✘✕✢✵✍✔✍✗✒✕✖✜✍✖✦✍✗✛✫


(3)

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh :

ANGGI ANGGRAINI

(TESIS)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2014

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh :

ANGGI ANGGRAINI

(TESIS)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2014

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh :

ANGGI ANGGRAINI

(TESIS)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

✷ ✸✹✺ ✻ ✸✻ ✼✽ ✾✿✷ E G H ( H)

ID✾✼❁❂EEH✾✽✾ DI G 013

GI GG

1226021023

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh :

ANGGI ANGGRAINI 1226021023

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh :

ANGGI ANGGRAINI 1226021023

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(5)

[.

t, i:l;

i. ",, t,..,:::;n _.''-' i.,ii i i 1,' i;.':fi;;; f i ir ::i.r ;':l'


(6)

Judtil'Tesis

ilannh,Hal1qgis$A

i

'i:"rr " I{omor fokok; f-Iahasis$m

i rl: ::::,':'tl;.1 t,:t l' , 'r..::'i ;,:r'. ' I i: rr'

:'IllPLEiln 'Tn

ELUAn(IA

IIABAPAI{

(PIffi)

BIDANG I{ESEIIAIAN

,DrI[Q${i '

'-$S$,.,,.,,]

:

l,12@i0ia,,,,

,' .,,,

,.' I tlmu

$o$l

,dan,IImu Polilik, ;'llmu"Pgrnerintahan ' r"

'

,.. :'

'lr''lt:,i.1.,:,:,:,::.. :'.; I i',.,ii .r.. .', i,'

Dr. Syarlef Flakhra

ruP

195S805

198605

1005

un

:l

tromi5t fernUimbing

:::t' :.,. _ '' I '.: .. :;,,:., ..,..., .rr. :.:.r..i:

Ketua,Program

$tu

i

m6ter

ilmu PemCrintahan

rrvlqs

r;fil# Il*n' EI.

ttrru

Poli

- 1' -;'; ' :

!IDIISDTAIilN

,',

univiisitas lamPung

NrP 19600416 198605 2

ffiz


(7)

PERNYATAAFT

Dengan

ilr

saya menYatakan bahwa:

1.

Tesis dengan

judul

:' "Implementasi, Program Keluarga Harapao (PKII) di

Bidang Kesehatan

di

Kota Bandar Lampung datam Perspektif Manajemen

Pemerintahan,, adalah karya saya sendiri

dan saya tidak

melalorkan penjiplakan atau pengutipan atas karyapenulis lain dengan cara yang tidak

sesuai dengan etika ilmiah yang berlaku pada masyarakat akademik atau yang

disebut sebagai plagratisme. Karya tulis

ini

murni gagasan' rumusan dan

penelitiansayasendiri,tanpabanftanpihaklaiukecualiarahanTim

Pembimbing dan Penguji'

Z. Hak

intelektual atas karya ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas

LamPrmg.

pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpa8gan dan ketidakbenaran dalam pernyataan

ini'

maka saya

bersedia menerima saoksi akademik benrpa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis.ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan nonna yang berlaku di Universitas LamPmg.

Bandar LarnPung, Juli 2014

Yang Membuat PernYataan,

Anggi Anggrsini


(8)

Motto

Dan, Cukuplah Rabb-mu menjadi pemberi

petunjuk dan penolong

(Q.S. Al-Furqon: 31)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah

Dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,

Dan hanya pada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

(Q.S. Alam Nasyrah: 6-8)

Pasti ada jalan bagi niat yang tulus dan

Kemauan untuk membahagiakan orang yang

kita sayangi serta jangan pernah menyerah

(Penulis)


(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim

❃❄❅ ❆❇❈ ❉❄ ❊❄❄ ❆❅ ❋

●❊❆❈ ❆❍ ❆■ ❆❄ ❆❊❏❑▲❄ ❆❊❏❑▼❉❍❉ ◆ ❆❄❅ ❆❇❈ ❉ ❄ ❊❄❄ ❆❅ ❍❉❉

capkan kehadirat Allah SWT

yang Maha Besar dan Maha Segalanya. Semoga Allah meridhoi dan memberkahi

karya sederhana ku ini....

Kupersembahkan karyaku ini kepada orang-orang yang Ku kasihi dan

mengasihiku...

Kedua orang tuaku tersayang

Untuk mama yang sudah melahirkan, membesarkan, dan mendidikku dengan

penuh kesabaran dan kasih sayang. Setiap doa, ucapan, dan kasih sayang Ibu

akan selalu kuingat dan takkan pernah kulupakan. Hanya doa yang bisa

kuberikan padamu. Untuk papa yang sudah membesarkanku dengan setiap tetes

keringat dan dengan ketulusan sehingga menjadikanku seorang anak yang

mandiri dan tegar dalam menjalani kerasnya kehidupan. Terima kasih...

Untuk sahabat-sahabat terbaikku, Terima Kasih untuk semuanya,

kebersamaan, kenangan, keceriaan, kesedihan, tangis, canda, dan tawa yang

telah kita lalui bersama, tak akan mampu terganti walau kelak langkah kita

berbeda. Aku akan sangat merindukan kalian...

Untuk Almamaterku tercinta Universitas Lampung


(10)

❖P ◗❘❙

A

❚❯P❱❲❳

❨❩❬❬ ❭ ❨❩❬❬ ❪ ❫❭❩ ❭, ❴ ❭❵❫❛ ❭❪ ❜ ❫❩ ❴❭ ❝ ❫❩❴❫❪ ❞❫❡❢ ❣ ❩❬, ❢❫❴ ❫ ❤ ❫❩❬ ❬ ❫❵ 17 Juni 1989,

merupakan putri dari pasangan Bapak Drs. Abdul Kohar dan Ibu Iti Indriati, S.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara, yakni Andri Agasi dan Agis Agita. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Salaudin Sukarame Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 1995, kemudian dilanjutkan pada Sekolah Dasar Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2001. Setelah mengakhiri masa SD, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Bandar Lampung dan berhasil lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu diterima sebagai salah satu mahasiswi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2010, penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.


(11)

SANWACANA

Bismillahirahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji hanyalah milik SWT Rab semesta

alam yang tak hentinya memberikan nikmat. Berkat, rahmat dan hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung dalam

Perspektif Manajemen Pemerintahan . Peneliti berharap, karya yang merupakan

wujud kerja dan pemikiran maksimal serta didukung dengan bantuan dan keterlibatan berbagai pihak ini akan dapat bermanfaat di kemudian hari.

Tesis ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas Lampung, dan dosen pengajar peneliti, terima kasih atas ilmu dan motivasi yang telah diberikan;

2. Dr. Ari Darmastuti, M.A. selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan Dosen Penguji Tesis, terima kasih telah memberikan perhatiannya dan bimbingannya selama proses penyusunan tesis, maupun selama perkuliahan dan memberikan ilmu, kritik, saran, serta koreksinya untuk kesempurnaan tesis ini dengan penuh kesabaran;

3. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu


(12)

Politik Universitas Lampung, atas bimbingan dan arahan serta kemudahan dalam pelayanan administrasi selama ini;

4. Dr. Syarief Makhya, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan perhatiannya dan bimbingannya selama proses penyusunan tesis, maupun selama perkuliahan dan memberikan ilmu, kritik, saran, serta koreksinya untuk kesempurnaan tesis ini dengan penuh kesabaran, terimakasih pak semoga ilmu yang telah bapak berikan akan membawa saya menjadi orang yang berguna baik bagi keluarga maupun masyarakat luas nantinya... Amin; 5. Dr. Hartoyo, M.Si selaku dosen pebimbing II yang telah banyak memberikan

wawasan ilmu kehidupan, bimbingan, motivasi dan memberikan masukan dan keyakinan bahwa peneliti dapat melakukan yang terbaik dalam penyelesaian tesis ini, serta terima kasih atas kesabaran yang diberikan selama peneliti menjalani proses bimbingan.

6. Seluruh Jajaran Dosen Pengajar, Bapak Aman Toto Dwijono, Bapak Denden Kurnia, Ibu Dwi Wahyu, Bapak Maulana, Bapak Robi, Bapak Wondo, Bapak Budiharjo, Bang Arizka, dan Bang Darma serta dosen-dosen lain, terimakasih atas wawasan ilmu dan warna-warni kehidupan, mohon maaf apabila banyak hal yang kurang berkenan.

7. Staf Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Staf FISIP Universitas Lampung yang tak dapat ditulis satu per satu, terima kasih telah banyak membantu Peneliti

selama menuntut ilmu Program Studi Pascasarjana Magister Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung; 8. Kedua Orangtuaku, yang telah membesarkan, mendidik, membimbing serta

memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan penuh kesabaran. Untuk papa yang selalu berdoa untuk keberhasilan anaknya, terima kasih untuk saran dan motivasinya. Untuk mama yang tiada hentinya berdoa untuk keberhasilanku, mama yang selalu sabar dan kasih motivasi, Terima kasih Papa dan Mama ku persembahkan kebanggaan ini untuk kalian..

9. Sahabat-sahabat yang tak pernah lelah berada di samping ku dalam suka dan duka: Mopi (terimakasih atas saran, motivasi dan selalu ada diwaktu yang tepat, semoga cepet nyusul wisuda, dan bisa masuk PNS, sukses selalu Mopi


(13)

Selvia Putri BFF kesayangan, amin..), Lidya (BFF, teman yang baik dan sangat royal, semoga banyak proyek dan makin cair), Nuna (semoga cepet lanjut MIP), mbak nissa (temanku yang cantik dan baik hati terimakasih saran dan motivasinya, semoga tesisnya cepet selesai dan bisa cepat dapet kerja), ganesya (BFF), diah fuji (BFF kesayangan paling baik).

10. Orang yang selalu menemani hari-hariku dr. Jaka Zulferza, terimakasih pinky swear atas saran dan motivasinya, semoga bisa jadi dokter yang hebat, bermanfaat dan amanah.

11. Keluarga besar Magister Ilmu Pemerintahan Angkatan 2012, Ayu Nadia, Hinfa, Pak Camat, Angga Natalia, Erwi, Andre, Bagus, Atuk Bakrie, Mbak Aprina, Mbak Naniek, Mbak Maulida Fitri, Mbak Arya, Mbak Susi, Mbak Hani, Mbak Lucy, Mbak Oca, Bang Dian, Bang Imbron, Bang Rano, Bang Karbon, Bang Ainudin, Bang Dahro, Pak Dirwan, Mbak Waty, Bang Anggi, Bang Dwi, Mbak Aprilia, Mbak Martha, Mbak Maulidan Ulfa terima kasih kalian telah menjadi bagian dari cerita hidupku, semoga MIP 2012 tetap

kompak

12. Orang-orang yang pernah hadir dalam hidup ku dan menaburkan kasih sayang. Terima kasih atas cerita hidup dan proses kehidupan yang indah yang telah kalian berikan.

13. Berbagai pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung terwujudnya kelulusan ini.

Akhir kata, Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014

Peneliti,


(14)

✐❥❦❧A♠♥ ♦♥

♣qrs qt✉✈✉

♣qrs qt✇ q①② qt

♣qrs qts q②③ ④

②q ②✉⑤③⑥♣q⑦⑧④⑧q⑥

1⑨⑩ ④❶❷❶❸②❹❺❶ ❻❶❼ ❽⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ 1

1⑨❾ t❿➀ ❿➁❶❼ ①❶➁❶ ❺❶➂⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ 12

1⑨➃ s❿➄❿❶❼⑤❹❼❹❺➅❷➅❶❼⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ 12

1⑨➆ ①❶❼➇❶❶❷⑤❹❼ ❹❺➅❷➅❶❼⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨⑨ ⑨⑨⑨ 12

②q ②✉✉s✉⑥➈q⑧q⑥⑤ ⑧✈sq➉ q

2⑨⑩ ⑤❹❼ ❹❺➅❷➅❶❼s ❹❸➊❶➂❿❺❿ . 14

2.2 Tinjauan Tentang Kebijakan Publik ... 17

2.3 Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan ... 19

2.4 Tinjauan Tentang Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) ... 22

2.5 Tinjauan Tentang Pendekatan Manajemen Pemerintahan ... 26

2.5.1 Manajemen Perencanaan (Planning) 29

2.5.2 Konsep Pengorganisasian (Oganizaion )... 31

2.5.3 Konsep Pelaksanaan (Actuating) 34 2.6 Tinjauan Tentang Program Keluarga Harapan ... 35

2.6.1 Program Keluarga Harapan... 35


(15)

2➍➎ ➍➏➐➑➒➓➔➓→➣➑↔ ➑↕ ➓➙ ➓→➐➛➜ ➝➛➓➞ ➣➑➒➟ ➓➛➝➓➠➓➛➓➡ ➓→➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ 44

2➍➎ ➍➢➤➟ ➞ ➥ ➑➛➦➓ ➔➓➐➛➜➝➛ ➓➞ ➣➑➒➟➓➛ ➝➓➠➓➛ ➓➡➓→➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ 48

2➍➧➣➑➛➓→ ➝➨ ➓➩➫➨➫➛➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ 50

➭➯ ➭➲➲➲➳➵ ➸➺➦➵➐➵ ➻➵ ➼➲ ➸➲ ➯➻

3➍➽ ➸➫➡ ➑➐➑→➑➒➫➙ ➫➓→➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ 55

3➍➾ ➩➜ ➨➟↔➐➑→ ➑➒➫➙ ➫➓→➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ 56

3➍ ➏ ➼➜➨➓↔➫➐➑→➑➒➫➙ ➫➓→➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ 57

3➍ ➢ ➚➑→ ➫↔➪➓→➤➟ ➞ ➥ ➑➛➦➓➙ ➓➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ 58

3➍➶ ➸➑➨→➫➨➐➑→➝➟ ➞➡ ➟ ➒➓→➦➓➙ ➓➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ 60

3➍➎ ➸➑➨→➫➨➐➑→➝➜➒➓↕➓→➦➓➙ ➓➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ 61

3➍➧ ➸➑➨→➫➨➯→➓➒➫↔ ➫↔➦➓➙ ➓ ➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍ ➍➍➍➍➍ ➍➍➍ 52

3➍➹ ➘➴➫Validitas Data . 64

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Dinas Sosial Kota Bandar Lampung... 67

4.2 Dasar Hukum Dinas Sosial Kota Bandar Lampung ... 68

4.3 Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung ... 68

4. 4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Bandar Lampung 69


(16)

➷➬ ➷V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan .. 77

5.2 Analisis Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan

di Kota Bandar Lampung . .... 87

5.2.1 Perencanaan ... 90

5.2.2 Pengorganisasian . . . 102

5.2.3 Pelaksanaan . . 113

5.3 Rancangan Bangun Program Keluarga Harapan Bidang Kesehatan . 125

5.3.1 Mekanisme Program Keluarga Harapan (PKH) 125

5.3.2 Substansi Program Keluarga Harapan (PKH) ... 133

5.3.3 Sasaran / Target Program Keluarga Harapan (PKH) 140

5.4 Studi Komparatif Terhadap Penelitian Terdahulu . 150

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan .. 153


(17)

➮➱✃❐ ➱❒❮ ➱❰ Ï ➱❒

Ð ÑÒ ÑÓ ÑÔ

ÕÖ ×ØÙ ÚÛÜÝÞ ÞßàØá âÙ ØãáÚâß× Úâä Ûå Þæà Ûßçâæâ ÜèÛæâä Ù âáââá èÝéêêêê ë ì

íÖ ÝÛßâá îäâèØäØ ßêêêêêêêêêêêêêêêêêêêêêêêÖÖ ï ð

ëÖ ñâáòâá î âáóâá îôáõÜöæÛÜ Ûá ÚâÙ Ø èß Þî ß âÜÝÛæôâßî âé â ßâöâáêêêêÖ Ö Õ÷ ÷


(18)

ùú ûü úýü úþ ÿ

✁✂ ✄✂ ☎✂ ✆

✝✞✟✠✡ ☛☞✌✍ ☛✎✏ ✠✑ ✠✒✓ ☛✔ ✟✕✖✌✍ ✌ ✖☛✎✗✘ ✠✑✠✙ ☛✓ ☛✎✥✥✥✥✥✥✥✥✥✥✞✞✥✥✞✚ ✛

✜✞✢☛✣✓ ☛✒✟✠✤☛✦☛✓ ☛✎✔ ✟✕✖✌✟✧✓ ☛★☛✎✖ ☛✒✩☛✦✏✪✎✗✥✥✥✞✞✞ ✥✥✥✥ ✥✥✥✫✫


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks karenanya meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tapi hingga kini faktanya masih banyak rakyat Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Untuk mencari solusi yang relevan dalam pemecahan masalah kemiskinan, perlu dipahami sebab musabab dan menelusuri akar permasalahan kemiskinan itu.

Adapun kriteria RTSM dari BPS (Depkominfo, 2008:8) adalah sebagai berikut :

1. Luas bangunan tempat tinggal ukuranny

2. Jenis lantai tempat tinggalnya terbuat dari tanah, bambu atau kayu

3. Bangunan rumah menggunakan dinding bambu, rumbia atau kayu berkualitas rendah

4. Fasilitas jamban tidak ada, kalaupun ada digunakan bersama dengan keluarga lain 5. Fasilitas air minum dan masak dari mata air tak terlindungi seperti air sungai, air

danau atau air hujan

6. Sumber penerangan bukan listrik

7. Dalam seminggu tidak pernah mengkonsumsi daging atau susu 8. Hanya mampu membeli satu setelan pakaian dalam setahun


(20)

2

9. Tidak mampu membayar obat anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas atau Poliklinik

10.Pekerjaan tetap kepala keluarga sebagai petani dengan lahan setengah hektar, buruh tani, kuli bangunan, tukang kayu atau tukang becak, pemulung

11.Pekerjaan lain dengan penghasilan maksimum Rp. 600.000,- perbulan 12.Pendidikan tertinggi kepala keluarga tidak lebih dari Sekolah Dasar

13.Tidak memiliki harta senilai Rp. 500.000 seperti bangunan, perhiasan, ternak atau kredit barang.

Kemiskinan merupakan kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Suharyanto, dalam Syahwie, 2011). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 mencapai 28,07 juta atau 11,37% dari total penduduk di Indonesia. Kemiskinan ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan gizi. Beban kemiskinan sangat dirasakan oleh kelompok-kelompok tertentu seperti perempuan dan anak-anak yang berakibat pada terancamnya masa depan mereka.

Secara umum, kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks, maka cara penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan dan diperlukan strategi penanganan yang tepat sasaran, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Menurut pandangan umum dimensi pendidikan yang rendah dan dimensi rendahnya mutu kesehatan masyarakat dilihat sebagai alasan mendasar mengapa terjadinya kemiskinan.


(21)

Selama beberapa dekade, upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan penyedian kebutuhan dasar seperti pangan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir melalui sistem kredit, pembangunan prasarana dan pendampingan, penyuluhan sanitasi dan sebagainya. Dari serangkaian cara dan strategi penanggulangan kemiskinan tersebut, semua berorientasi pada material, sehingga keberlanjutan sangat bergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah. Di samping itu, tidak adanya tatanan pemerintah yang demokratis menyebabkan rendahnya aksestabilitas dan inisiatif masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan dengan cara mereka sendiri. Upaya pengetasan kemiskinan kini semakin mendesak kembali untuk dikaji ulang.

Klaim pemerintah tentang Wajib Belajar 9 tahun yang sudah tuntas seakan bertabrakan dengan fakta sebenarnya. Masih banyak anak usia jenjang pendidikan dasar yang kesulitan mengakses pendidikan.

Dengan kondisi demikian, maka negara berkewajiban melakukan upaya pengetasan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena masyarakat miskin merupakan tanggung jawab negara Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam UUD 1945

Pasal 34 ayat 1 yang berbunyi, “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh

negara” dan ayat 2 yang berbunyi “Negara mengembangkan sistem jaringan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai

dengan martabat manusia”. Dalam melaksanakan kewajiban negara tersebut, maka

Pemerintah Indonesia harus memberikan perhatiannya secara serius dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan perlu membuat suatu kebijakan atau program nasional yang berkaitan dengan pertumbuhan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.


(22)

4

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial bagi keluarga rumah tangga sangat miskin (RTSM), pemerintah mengeluarkan sebuah Program Keluarga Harapan (PKH) yaitu sebuah bantuan bersyarat sebagai jaminan sosial untuk mengakses kesehatan dan pendidikan yang mencakup kesehatan balita dan ibu hamil serta pendidikan bagi anak usia pendidikan dasar. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan di Indonesia diharapkan akan membantu penduduk termiskin, bagian masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga.

PKH serupa dengan program di negara lain yang dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. Program diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. Di Indonesia, PKH sudah berjalan sejak 2007, menurut Mensos cukup berhasil dilihat dari tingkat partisipasi anak usia sekolah yang pergi ke sekolah terus meningkat, begitu juga dengan partisipasi ibu hamil yang memeriksakan kandungannya sehingga berdampak pada menurunnya angka kematian ibu dan anak.

Merujuk pada Sistem Jaminan Sosial Nasional berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004, PKH menjadi model jaminan yang unik, berbeda dengan program penanggulangan kemiskinan lainnya karena PKH merupakan bantuan sosial bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang dimaksudkan demi mempertahankan kehidupan dalam kebutuhan dasar terutama pendidikan dan kesehatan, dalam pelaksanaan kegiatannya RTSM di dampingi oleh pendamping sosial dan apabila melanggar komitmen dikenakan sanksi. PKH bernuansa


(23)

pemberdayaan yakni menguatkan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) agar mampu keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong anak-anak sekolah.

Dalam pemberdayaan PKH terdapat dua komponen yang menjadi fokus dalam program ini yaitu pendidikan dan kesehatan, namun dalam bahasan ini penulis membatasi hanya pada Program Keluarga Harapan di bidang kesehatan. Tujuan utama PKH Kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan).1

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat mencantumkan bahwa seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Jamkesmas dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Bagi Peserta PKH yang tidak mempunyai kartu Jamkesmas, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menunjukkan kartu PKH asli dan menyerahkan foto copy kartu PKH karena peserta PKH secara tidak langsung merupakan peserta Jamkesmas, sehingga memiliki hak yang sama dengan peserta Jamkesmas lain dibidang kesehatan. Kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi warga rumah tangga sangat miskin (RTSM).

1 Fidyatun, Erna. 2012. “

Evaluasi Program Keluarga Harapan”. Diakses Tanggal 19 Januari 2014


(24)

6

Program Keluarga Harapan di Bidang kesehatan ini sangat besar manfaatnya, pihak yang tidak memahami dan tidak bertindak konsisten dengan kenyataan bahwa sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh mutu gizi, kesehatan, dan pendidikan di usia dini dan di masa pertumbuhan anak. Kesehatan terintegrasi dengan berbagai sektor, karena kesehatan tidak akan lepas dari keadaan sosial masyarakat, terutama dalam hal perekonomian. Status ekonomi menjadi tonggak utama yang menyokong kesehatan itu sendiri, karena itu dalam upaya peningkatan status kesehatan sangat diperlukan adanya kerjasama yang berkesinambungan, baik dalam pelaksanaan maupun dalam hal pengawasan. 2

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu Program yang terintegrasi antara kesehatan dengan sosial. PKH memberikan bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Peserta PKH adalah masyarakat yang masuk ke dalam kriteria miskin yang telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan memiliki tanggungan ibu hamil, bayi usia di bawah 5 tahun di dalam satu rumah tangga sangat miskin (RTSM). Program ini dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan.

PKH dirancang untuk membantu penduduk miskin kluster pertama yakni Bantuan dan Perlindungan Sosial Kelompok Sasaran. Dalam jangka pendek PKH akan memberikan

income effect kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga, sedangkan untuk jangka panjang, program ini akan memutus

2Fidyatun, Erna. 2012. “Evaluasi Program Keluarga Harapan”. Diakses Tanggal 19 Januari


(25)

rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas kesehatan atau nutrisi, pendidikan, dan kapasitas pendapatan anak di masa depan (price effect). Dengan adanya PKH diharapkan RTSM memiliki akses yang lebih baik untuk memanfaatkan pelayanan sosial dasar, yaitu kesehatan, pangan dan gizi termasuk menghilangkan kesenjangan sosial, ketidakberdayaan dan keterasingan sosial yang selama ini melekat pada diri warga miskin.

Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Struktur organisasi PKH terdiri dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Pusat, Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kabupaten/kota, dan Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan. UPPKH Kecamatan melaporkan setiap bulan kepada UPPKH Kabupaten/kota, yang nantinya akan dilaporkan kepada UPPKH Pusat yang berada di Jakarta. 3

PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, aktor utamanya adalah dari Dinas Sosial, kemudian dibantu oleh BPS, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, PT. Pos Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informasi, Kantor PKH kecamatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Masyarakat. Dengan demikian, PKH membuka peluang terjadinya sinergi antara program yang mengintervensi sisi pelayaanan (supply) dan Rumah Tangga Sangat Miskin (demand) dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi, koordinasi

3


(26)

8

antar sektor, koordinasi antar tingkat pemerintahan, serta antar pemangku kepentingan (stakeholder).

Kota Bandar Lampung melaksanakan PKH kepada untuk mengurangi tingkat kemiskinan serta meningkatkan kesejateraan keluarga, yang salah satunya dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama dalam bahasan ini adalah bidang kesehatan. BPS pada tahun 2013 jumlah rumah tangga sangat miskin (RTSM) calon peserta PKH sebanyak 9.257 dan berkurang menjadi 6.912 setelah dilakukan validasi. Peserta PKH di bidang kesehatan antaralain ibu hamil berjumlah 227 orang, jumlah bayi dan balita berjumlah 3905 sisanya peserta PKH di bidang pendidikan. PKH bidang kesehatan merupakan program yang melibatkan Dinsos dan Dinkes. Pelaksanaan lapangan program ini dilakukan oleh Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) yang terdiri dari empat operator, satu orang petugas administrasi, satu orang petugas entry data, satu orang petugas pengaduan masyarakat dan 27 pendamping yang tersebar di 13 Kecamatan di Kota Bandar Lampung.

Sumber dana PKH berasal dari APBN dan APBD untuk operasional manajemen guna kelancaran pelaksanaan di Kabupaten/kota. APBN digunakan untuk bantuan kepada peserta dan gaji dari operator dan pendamping PKH. APBD Kabupaten digunakan untuk operasional PKH seperti rakor, rapat evaluasi, kebutuhan lapangan seperti ATK, dan lain-lain. Pencairan dana dilakukan melalui PT. Pos setiap 3 bulan. Untuk pembiayaan pelayanan bidang kesehatan dari peserta PKH, klaim dimasukkan kedalam pembiayaan Jamkesmas, karena peserta PKH secara tidak langsung merupakan peserta Jamkesmas, sehingga memiliki hak yang sama dengan peserta Jamkesmas lain dibidang kesehatan.


(27)

Program Keluarga Harapan (PKH) memberikan dampak positif kepada masyarakat Kota Bandar Lampung. Program ini meningkatkan akses kesehatan bagi peserta dan memiliki cara yang berbeda dengan bantuan tunai lainnya atau program jaminan lainnya, karena peserta PKH memiliki kewajiban-kewajiban bidang kesehatan yang dibebankan kepada peserta dan harus dijalankan sebagai syarat. Program Keluarga Harapan (PKH) ini memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan program bantuan sosial lainnya, karena program ini memiliki kewajiban yang harus dilakukan oleh peserta PKH dan peserta juga didampingi oleh pendamping, sehingga peserta PKH dapat terpantau dengan baik melalui pendamping disetiap wilayah.

Hal ini menjadi tantangan utama pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin. Akan tetapi dalam observasi ditemukan beberapa permasalahan dalam pelaksanaan PKH yaitu;

1. Kurangnya Koordinasi dengan RTSM penerima PKH, hal ini terlihat dari banyaknya warga yang tidak mematuhi komitmen, sehingga dijatuhkan sanksi berupa pemotongan uang bantuan.

2. Sosialisasi kepada peserta PKH di bidang kesehatan dirasakan tidak maksimal karena rendahnya pengetahuan dan tingkat kesadaran RTSM terhadap pentingnya kesehatan ibu hamil, bayi dan balita. Uang yang didapat dari program ini bertujuan untuk membiayai ibu hamil, bayi dan balita untuk memeriksakan kesehatan secara berkala ke Posyandu, tetapi masih ada warga yang menggunakan uang bantuan untuk kepentingan lain seperti membeli mainan anak atau membayar hutang piutang.


(28)

10

Berdasarkan permasalahan dalam pelaksanaan PKH di Kota Bandar Lampung, tentu harus mampu di jawab oleh pihak terkait dalam hal ini khususnya para pendamping PKH dengan upaya yang ditekankan pada adanya penjelasan-penjelasan secara menyeluruh. Sehingga berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan”

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan suatu masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang “Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan di Kota Bandar Lampung dalam Perspektif Manajemen

Pemerintahan”.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat:

1. Manfaat Praktis : Untuk memberi masukan, bahan refrensi, serta sebagai sumber informasi awal bagi peneliti-peneliti lain yang tertarik terhadap Implementasi


(29)

Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan.

2. Manfaat Akademis : Untuk mengembangkan kajian-kajian dan penelitian dalam bidang Ilmu Pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan dalam Perspektif Manajemen Pemerintahan.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Akhmad Rozi (2011) dengan judul Implementasi Program Keluarga Harapan di Kabupaten Tanah Laut, sesuai hasil penelitian diperoleh bahwa PKH dalam implementasinya di lokasi kasus dapat dinilai efektif. Efektivitas pelaksanaan program ditentukan oleh faktor ketepatan sasaran, ketersediaan fasilitas, dan adanya pendampingan yang memadai. Manfaat yang paling dirasakan oleh Rumah Tangga sangat Miskin (RTSM) peserta program PKH adalah sub-program peningkatan kualitas sarana sekolah, karena dana bantuan PKH benar-benar bisa digunakan untuk mendukung kelangsungan pendidikan formal anak-anak dari keluarga peserta PKH. Dalam konteks kasus di Kabupaten Tanah Laut isu utama yang tampak adalah kurang adanya dukungan dari pihak pelaksana kesehatan dan pendidikan untuk mendukung program. Oleh karena itu perlu diteliti apakah implementasi PKH dapat berjalan efektif dan memberikan manfaat bagi peserta PKH dengan adanya kondisi aktual semacam itu.

Hasbi Iqbal (2008) tesis dengan judul Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Kudus. Pelaksanaan lapangan berupa sosialisasi program, verifikasi data, pembagian kartu, pencairan dana, dan pembuatan laporan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Program Keluarga Harapan telah berjalan sesuai dengan Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaanya. Dampak yang dirasakan peserta program adalah semakin meningkatnya penggunaan fasilitas pendidikan dan kesehatan oleh anak usia sekolah, ibu


(31)

hamil serta anak Balita. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan pelaksanaan program adalah sikap pelaksana program yang kurang baik, kondisi sosial ekonomi yang hampir sama menimbulkan kecemburuan, situasi politik yang mendukung dan menolak program, keterampilan pelaksana program yang masih perlu ditingkatkan, dan koordinasi antara pelaksana program yang masih perlu dilegalkan. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlunya upaya mempercepat tindak lanjut pengaduan yang telah disampaikan, sehingga diharapkan apresiasi peserta terhadap program tersebut menjadi lebih baik lagi.

Hal tersebut juga didapat hasil penelitian yang sama pada program keluarga harapan Bidang kesehatan di Kota Bandar Lampung (Anggi Anggraini, 2014). Dalam implementasi program keluarga harapan di Kota Bandar Lampung secara umum, implementasinya dinilai efektif dan telah berjalan sesuai dengan Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaanya. Hal ini dapat dilihat dari setiap tahapan proses implementasinya yang berjalan sesuai dengan perencanaan, terkoordinasi, terintegrasi dan sistematis, dengan sedikit hambatan dalam kegiatan sosialisasi, pengorganisasian tahap pembayaran dan pelaksanaan verifikasi komitmen namun tujuan serta sasaran PKH ini pun sudah mulai tercapai dengan baik. Dampak yang dirasakan peserta program adalah semakin meningkatnya penggunaan fasilitas kesehatan oleh ibu hamil, ibu nifas, bayi serta anak Balita. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlunya upaya mempercepat tindak lanjut pengaduan yang telah disampaikan, monitoring dan evaluasi sehingga diharapkan apresiasi peserta terhadap program tersebut menjadi lebih baik lagi.


(32)

14

Mekanisme program keluarga harapan antaralain pertemuan awal, sosialisasi, pembayaran, pemberian pelayanan kesehatan dan verifikasi komitmen. Namun dalam pelaksanaan di lapangan masih terdapat hambatan seperti masih banyak peserta PKH yang tidak mamatuhi komitmen karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sehingga banyak warga miskin yang tidak memahami tentang pentingnya kesehatan ibu hamil, bayi dan balita. Bagi RTSM yang tidak mematuhi komitmen akan dikenakan sanksi berupa pemotongan dana bantuan dan pada tahap pembayaran kurang berjalan tertib, dikarenakan padatnya antrian sementara loket khusus pembayaran dana PKH hanya dua loket. Kurangnya koordinasi dengan PT. Pos dalam penyediaan sarana pembayaran dana PKH menjadi salah satu faktor penghambat PKH.

2.2 Tinjauan Tentang Kebijakan Publik

Menurut George C. Edwards III dan Ira Sharkansky dalam Suwitri (2008:10)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “suatu tindakan pemerintah yang berupa

program-program pemerintah untuk mencapai sasaran atau tujuan”. Sedangkan menurut Thomas R.

Dye dalam Howlett dan Ramesh (2005:2), kebijakan publik adalah segala yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan perbedaan yang dihasilkannya (What government did, why they do it and what differences it makes). Dalam pemahaman bahwa


(33)

atau memutuskan untuk “tidak mengurus” suatu isu, maka pemahaman ini juga merujuk pada definisi Thomas R. Dye dalam Tilaar dan Nugroho (2008:185) yang menyatakan

bahwa kebijakan publik merupakan “segala sesuatu yang dikerjakan dan tidak dikerjakan pemerintah”.

Senada dengan definisi Dye, George C. Edwards III dan Ira Sharkansky dalam Suwitri (2008:9) juga menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan :

“Apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang dapat

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan atau dalam policy statement yang berbentuk pidato-pidato dan wacana yang diungkapkan pejabat politik dan pejabat pemerintah yang segera ditindaklanjuti dengan program-program dan tindakan

pemerintah”

Kedua definisi baik dari Dye, Edwards III dan Sharkansky sama-sama menyetujui bahwa kebijakan publik juga termaksud juga dalam hal “keputusan untuk tidak melakukan

tindakan apapun”. Menurut James A. Anderson dalam Subarsono (2005:2), kebijakan publik merupakan “kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparatur dan aparatur

pemerintah” Senada dengan Laswell dan Kaplan, David Easton dalam Subarsono (2005:2)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat” karena kebijakan mengandung nilai-nilai di dalamnya.

M. Irfan Islamy (2002:102) menguraikan beberapa elemen penting dalam kebijakan publik, yaitu :

a. Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk perdanya berupa penetapan tindakan-tindakan pemerintahan;


(34)

16

b. Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata;

c. Bahwa kebijakan publik, baik untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu itupun mempunyai dan dilandasi maksud dan tujuan tertentu;

d. Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditunjukan bagi kepentingan seluruh anggota masyarakat.

Berdasarkan definsi kebijakan publik yang dipaparkan di atas, maka kebijakan publik memiliki konsep-konsep sebagai berikut :

a. Kebijakan publik berisi tujuan, nilai, dan praktik/pelaksanaan

b. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah bukan organisasi swasta. c. Kebijakan publik tersebut menyangkut pilihan yang dilakukan atau tidak dilakukan

oleh pemerintah.

2.3 Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan

Salah satu tahap yang penting dalam proses kebijakan publik adalah tahap implementasi . Implementasi kebijakan adalah tahap lanjutan setelah kebijakan dirumuskan secara jelas dan suatu cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Lester dan

Stewart dalam Winarno (2000:104) menjelaskan bahwa “Implementasi kebijakan

dipandang dalam pengertian luas, merupakan alat administrasi hukum dari berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan


(35)

Sementara Widagdo menjelaskan Implementasi berarti “Menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu tertentu. Kedua penjelasan tersebut menyiratkan bahwasanya dalam implementasi kebijakan memerlukan berbagai sumber daya dalam rangka mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Seperti dijelaskan oleh Jones dalam Widodo, pelaksanaan kebijakan menuntut adanya beberapa syarat antara lain adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasional, yang dalam hal ini sering disebut resources. Oleh karena itu jones merumuskan batasan implementasi yang dalam hal ini adalah proses penerimaan sumber daya tambahan sehingga dapat menghitung apa yang dikerjakan. Berkaitan hal tersebut Meter dan Horn dalam Subarsono (2006:99) memberikan batasan implementasi sebagai :

“Tindakan yang dilakukan oleh individu pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakkan ini mencakup usaha untuk mengubah keputusan menjadi tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”

Batasan atau pengertian tentang implementasi kebijakan tersebut mengindikasikan suatu kebutuhan akan mekanisme atau prosedur pelaksanaan kebijakan. Berkenaan hal ini casley dan kumar dalam Abdul Wahab (2001:23) mengemukakan suatu metode dengan 5 langkah mekanisme yang perlu dilakukan dalam suatu implementasi kebijakan. Kelima langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi masalah


(36)

18

c. Mengkaji hambatan yang muncul dalam pembuatan keputusan d. Mengembangkan solusi-solusi yang paling layak

e. Memantau secara berkelanjutan umpan balik yang terjadi dari tindakan yang dilakukan.

Selain mekanisme implementasi kebijakan di atas, Smith dalam Tachjan (2006:31) menguraikan di dalam proses implementasi ada empat variabel yang perlu diperhatikan. Keempat variabel dalam implementasi kebijakan publik tersebut, yaitu :

a. Kebijakan yang diidealkan (Idealized policy); b. Kelompok sasaran (Target groups)

c. Badan-badan pelaksana (Implementing Organization) d. Faktor lingkungan (Enviromental factor)

Teori-teori diatas menyimpulkan bahwasannya Implementasi merupakan proses yang kompleks yang melibatkan berbagai aktor serta menggunakan berbagai sumber daya dalam pelaksanaannya dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, selain itu implementasi merupakan tahap yang krusial dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kebijakan. Bagaimana baiknya suatu kebijakan jika diimplementasikan tidak akan menimbulkan dampak atau tujuan yang diinginkan.

Implementasi yang dimaksud dalam Program Keluarga Harapan adalah membantu mengurangi kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada kelompok masyarakat sangat miskin. Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang, dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan memutus


(37)

rantai kemiskinan antar generasi memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan Kebutuhannya.

2.4 Tinjauan Tentang Implementasi Program Kelurga Harapan

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah sebuah kebijakan program yang dirumuskan oleh Pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan penduduk di Indonesia. Secara umum, konsep kebijakan hampir selalu dikaitkan dengan keputusan tetap yang bersifat konsisten dan merupakan pengulangan tingkah laku dari yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut (Mukhtar Sarman, 2000).

Menurut Friedrich sebagaimana dalam Leo Agustino (2008:7), kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan, terutama dalam kaitan adanya peran fungsional Pemerintah di ranah publik sebagai pelayan masyarakat.

Merujuk pada Nugroho (2004:100), untuk menyelesaikan permasalahan yang berkembang di masyarakat diperlukan kebijakan sebagai realisasi dari fungsi dan tugas negara serta dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Dengan kata lain, kebijakan (dalam konteks peran Pemerintah sebagai pemangku otoritas publik) dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang ada di ranah publik. Dan untuk itu dibutuhkan bukan hanya perumusan (rencana) program, tetapi juga implementasi program guna mencapai tujuan yang telah


(38)

20

direncanakan. Oleh karena itu suatu kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atas tujuan yang diinginkan (Tachjan, 2006:31).

Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan dengan sarana dan dalam urutan waktu tertentu. Padahal implementasi kebijakan program itu baru dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan telah ditetapkan, program-program aksi telah dibuat, dan dana untuk mendukung pelaksanaan program aksi telah dialokasikan untuk pencapaian tujuan kebijakan tersebut (Samodra Wibawa,2004:23).

Dalam konteks model PKH, strategi dasarnya adalah bagaimana memberikan perlindungan sosial bagi RTSM. Merujuk pada ADB (2003) konsep perlindungan sosial dimaksudkan sebagai seperangkat kebijakan kesejahteraan sosial yang dirancang untuk mengurangi kemiskinan dan kerentanan (vulnerability) melalui perluasan pasar kerja yang efisien, pengurangan risiko-risiko kehidupan yang senantiasa mengancam manusia, serta penguatan kapasitas masyarakat dalam melindungi dirinya dari berbagai bahaya dan gangguan yang dapat menyebabkan terganggunya atau hilangnya pendapatan.

Namun, menurut Norton (2001) perlindungan sosial merupakan kebijakan yang ditujukan kepada kelompok masyarakat yang mengalami keadaan yang rentan baik secara absolut atau kerentanan yang paling miskin. Selain itu dapat ditujukan kepada kelompok masyarakat yang tidak miskin untuk perlindungan dalam menghadapi guncangan dan peristiwa siklus kehidupan. Karena itu kebijakan perlindungan sosial mestinya dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:

a. Responsif terhadap realitas kebutuhan dan kondisi kehidupan kelompok sasaran; b. Terjangkau dalam konteks perencanaan anggaran jangka pendek dan panjang;


(39)

c. Berkelanjutan, baik secara finansial dan politik;

d. Adanya kelembagaan dalam struktur pemerintahan yang berkelanjutan maupun kelembagaan di tingkat implementasi terutama di struktur masyarakat sipil;

e. Dibangun dengan prinsip memanfaatkan kemampuan individu, rumah tangga dan komunitas serta menghindari penciptaan ketergantungan dan stigma dan,

f. Mampu menanggapi skenario yang berubah cepat dan munculnya tantangan baru.

Di Indonesia sejak tahun 2004 telah diterbitkan undang-undang terkait perlindungan sosial, yaitu UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Dalam sistem jaminan sosial ini diakui bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Untuk memberikan jaminan sosiai yang menyeluruh, Negara mengembangkan sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, yang terdiri jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Sedangkan undang undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial lebih banyak mengatur perlunya keberadaan Tenaga Kesejahteraan Sosial.

PKH adalah sebuah model perlindungan sosial berbasis keluarga. Secara konseptual PKH termasuk dalam kategori bantuan sosial (social assistance), yakni program jaminan sosial (social security) yang berbentuk tunjangan uang, barang, atau pelayanan kesejahteraan yang umumnya diberikan kepada keluarga rentan yang tidak memiliki penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Keluarga miskin, penganggur, anak-anak, penyandang cacat, lanjut usia, orang dengan kecacatan fisik dan mental, kaum minoritas, yatim-piatu, kepala keluarga tunggal, pengungsi, dan korban konflik sosial adalah beberapa contoh kelompok sasaran bantuan sosial.


(40)

22

Dalam pelaksanaan perlindungan sosial berbasis keluarga, sesuai kebijakan pemerintah, termasuk bagian dari program penanggulan kemiskinan. Program ditujukan kepada kelonpok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga. Program ini merupakan kebijakan perlindungan sosial dalam rangka pemenuhan, hak dasar. Pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin (Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010).

Melalui Inpres Nomor 3 Tahun 2010, Presiden mengintruksikan kepada segenap Menteri, Pimpinan Lembaga Non Departemen dan Kepala Daerah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, untuk memfokuskan antara lain percepatan program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga. PKH merupakan program perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai kepada RTSM, yang selanjutnya kepada mereka diwajibkan untuk melakukan pemanfaatan fasilitas kesehatan dan pendidikan.

2.5 Tinjauan Tentang Pendekatan Manajemen Pemerintah

Manajemen pemerintahan adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan dan berfungsi sebagai alat atau perangkat lunak (software) yang berada dalam mind atau pikiran manusia dan dapat digunakan untuk memperlancar aktivitas pemerintah. Menurut Carl J Bellone (2001:285) manajemen pemerintahan merupakan Values as object oriented activity, yang dilakukan oleh perangkat pemerintahan. Tindakan (action) pemerintah senantiasa harus berorientasi kepada nilai-nilai obyektif yang menjadi falsafah bagi negara yang bersangkutan. Indonesia sebagai negara berdaulat memiliki falsafah hidup adalah pancasila


(41)

dan nilai-nilai lainnya yang berlaku dalam kelompok-kelompok masyarakat tertentu yang menjadi kekayaan budaya bagi bangsa Indonesia. Kedua jenis nilai ini pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk kelestariannya.

Manajemen pemerintahan ditinjau dari segi obyek materinya merupakan perangkat lunak (software) yang meliputi beberapa komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan secara utuh dari setiap komponen manajemen aparatur akan melahirkan kecerdasan manusia yang mempelajarinya. "Manusia memiliki dua otak yaitu otak rasional dan otak emosional, demikian juga kecerdasan yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional". Kedua jenis otak tersebut akan melahirkan manajemen pemerintahan yang handal.

Selain obyek materi manajemen pemerintahan tersebut di atas, juga memiliki obyek forma yang diistilahkan dengan perangkat keras (handware) yaitu suatu bangunan yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan "untuk membentuk suatu kekuatan yang tangguh dari bangunan tersebut". Pengertian bangunan disini antara lain kondisi fisik manusia yang melaksanakan aktivitas manajemen pemerintahan.

Dalam pelaksanaan PKH dibutuhkan manajemen pemerintah yang efektif untuk mencapai tujuan dari program keluarga harapan. Manajemen pemerintah yang efektif adalah seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta maupun negeri untuk menentukan keputusan secara efektif dan tepat sasaran. Hal ini berfungsi untuk mengurangi penyalahgunaan kekuasaan, penyelewengan dana, dan lain-lain.


(42)

24

1. Perencanaan (Planning) yaitu pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, kebijaksanaan, program dan lain-lain.

2. Pengorganisasian (Organizing) yaitu penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun organisasi, penugasan wewenang dan tanggung jawab serta koordinasi.

3. Pelaksanaan (Actuating) dilakukan organisasi setelah organisasi memiliki perencanaan dan melakukan pengoranisasian dengan memiliki struktur organisasi termaksud terjadinya personil sebagai pelaksana sesuai kebutuhan unit atau satuan kerja yang dibentuk.

4. Penganggaran (Budgeting) merupakan satu fungsi manajemen yang sangat penting peranannya karena fungsi ini berkaitan dengan penerimaan, pengeluaran, penyimpanan, penggunaan dan pertanggung jawaban, namun lebih luas lagi berhubungan dengan kegiatan tatalaksana keuangan.

5. Pengawasan (Control) yaitu penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan kolektif.

Namun dalam Pembahasan ini penulis membatasi hanya pada Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan pelaksanaan (actuating) karena teori ini sesuai dengan permasalahan yang ada dan sesuai dengan judul dalam penelitian ini. Penganggaran (budgeting) tidak digunakan karena kesulitan untuk mencari data valid keuangan yang ada dalam penganggaran program keluarga harapan (PKH), sementara pengawasan peneliti berpendapat lebih cenderung pada evaluasi sedangkan yang diteliti adalah implementasi. Konsep implementasi dan evaluasi merupakan konsep yang saling berkaitan namun berdiri sendiri.


(43)

2.5.1 Konsep Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah suatu pemeliharaan yang berhubungan dengan waktu yang akan datang dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan demi mencapai hasil yang dikehendaki. Menurut T. Hani Handoko (2003:69), kegiatan perencanaan pada dasarnya akan melalui empat tahap sebagai berikut :

1. Menetapkan tujuan

2. Merumuskan keadaan saat ini

3. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan

4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.

Menurut Si Wilujeng (2007:58) Perencanaan memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a. Kontribusi terhadap tujuan (contribution of obyective). Bahwa setiap perencanaan dilakukan untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai.

b. Kedudukan yang istimewa dari satu perencanaan (primacy of planning). Bahwa setiap perencanaan selalu harus ditempatkan pada kedudukan pertama dari suatu proses manajemen. Perencanaan dapat memberi arah bagi pelaksanaan proses manajemen berikutnya.

Pembuatan perencanaan ini tentunya memiliki maksud dan tujuan. Salah satu maksudnya adalah untuk melihat program-program yang digunakan untuk dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan-tujuan utama di waktu datang. Beberapa manfaat perencanaan adalah :


(44)

26

1. membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan

2. memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas

3. membantu penempatan tanggung jawab lebih cepat 4. memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi

5. memudahkan dalam dalam melakukan kordinasi di seluruh aspek bagian 6. membuat tujuan lebih spesifik

7. efisiensi waktu, usaha dan dana

2.5.2 Konsep Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah kegiatan membagi-bagi tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama. Prinsip terbaginya tugas secara proporsional Gibson (1996:483) pengorganisasian adalah semua kegiatan manejerial yang dilakukan utuk mewujudkan kegiatan yang direncanakan menjadi struktur tugas, wewenang dan menentukan tugas yang akan dilaksanakan. Pengorganisasian yang efektif yakni dapat membagi habis tugas secara merata dan menentukan tugas-tugas ke dalam sub-sub komponen organisasi. Menurut Saiful Sagala (2000:49), ada empat syarat yang harus dipertimbangkan dalam pengorganisasian :

1. Legtimasi 2. Efisiensi 3. Keefektifan 4. Keunggulan

Menurut H. Hadari pelaksanaan pengorganisasian agar berfungsi untuk mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan kerjas sama, perlu


(45)

diaktualisasi asas-asas pengorganisasian secara intensif. Beberapa asas tersebut adalah sebagai berikut :

1. Asas Kesatuan dan kejelasan Tujuan, Tujuan adalah arah yang harus dijadikan pedoman dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Asas Pembagian Kerja Sebagai Jaringan Kerja (Net Work). Setiap organisasi kerja non profit yang dibentuk untuk melaksanakan sejumlah volume kerja di bidangnya yang memerlukan pembidangan dan pembagian tugas.

3. Asas Kesatuan Perintah, di lingkungan organisasi non profit, perintah yang diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan sebagian diantaranya bersumber dari keputusan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pimpinan.

4. Asas koordinasi, pengorganisasian yang diawali dengan pengaturan struktur organisasi sebagai kegiatan pembidangan dan pembagian pekerjaan, agar seluruh volume kerja terbagi habis dalam unit-unit/satuan-satuan kerja yang dibentuk.

5. Asas Kelenturan (Flexibility), dalam uraian tentang asas pembagian kerja sebagai jaringan kerja telah dikemukakan bahwa sebuah organisasi non profit mungkin saja menghadapi kondisi harus menambah atau mengurangi unit/satuan kerja dalam struktur.

6. Asas Fungsionalitas, dari uraian-uraian terdahulu dapat disimpulkam bahwa setiap organisasi mengemban satu atau lebih fungsi pelayanan umum dan pembangunan. Fungsi ini melahirkan dan mewujudkan melalui kebijakan

umum yang disebut “Pembinaan generasi muda” yang dapat dilakukan pada pendidikan jalur sekolah dan jalur luar sekolah.


(46)

28

Menurut H. Nahrawi Hadari (2000:66-69) Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur berikut ini :

a. Perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logika dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagunan kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselasaikan, atau terlalu ringan sehimgga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu.

c. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme, untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjadi perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak efisienan dan konflik-konflik yang merusak.

2.5.3 Konsep Pelaksanaan (Actuating)

Menurut Gerry R. Terry (1996), actuating merupakan usaha menggerakan anggota kelompok sehingga berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran tujuan.


(47)

melalui pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Adapun peran actuating menurut Nawawi (2000:95) antara lain:

a. melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing), dan komunikasi (communication). Dijelaskan bahwa pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil baik secara struktural maupun fungsional agar langkah operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi.

b. actuating merupakan upaya menjadikan perencanaan menjadi kenyataan dengan berbagai pengarahan dan motivasi agar karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Fungsi actuating menurut Nawawi (2000:95) antara lain :

a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.

b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan

d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi karyawan.

e. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis.

Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya


(48)

30

manusia dan non manusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi, dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja dengan tugas, fungsi, peran, keahliannya dan kompetensi SDM masing-masing untuk mencapai masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja yang telah ditetapkan.

2.6 Tinjauan Tentang Program Keluarga Harapan

2.6.1 Program Keluarga Harapan

Program keluarga harapan adalah suatu program penanggulangan kemiskinan yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan namun dalam pembahasan ini penulis membatasi hanya Program Keluarga Harapan di bidang kesehatan.

Sasaran atau penerima bantuan PKH di bidang kesehatan adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yaitu Ibu rumah tangga dari keluarga yang terpilih melalui mekanisme pemilihan sesuai kriteria yang ditetapkan yaitu Ibu hamil, ibu nifas, memiliki bayi dan balita. Dalam layanan kesehatan peserta PKH menerima bantuan uang tunai dan menerima pelayanan kesehatan (ibu, bayi, balita) di Puskesmas, Posyandu dll.

Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program


(49)

penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Struktur organisasi PKH terdiri dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Pusat, Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kabupaten/kota, dan Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan. UPPKH Kecamatan melaporkan setiap bulan kepada UPPKH Kabupaten/kota, yang nantinya akan dilaporkan kepada UPPKH Pusat yang berada di Jakarta. 1

PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, aktor utamanya adalah dari Dinas Sosial, kemudian dibantu oleh BPS, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, PT. Pos Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informasi, Kantor PKH kecamatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Masyarakat. Dengan demikian, PKH membuka peluang terjadinya sinergi antara program yang mengintervensi sisi pelayaanan (supply) dan Rumah Tangga Sangat Miskin (demand) dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi, koordinasi antar sektor, koordinasi antar tingkat pemerintahan, serta antar pemangku kepentingan (stakeholder).

1


(50)

32

Gambar 1. Sistem Koordinasi Antar Stakeholder Dalam Pelaksanaan PKH

Kementrian Sosial UPPKH Pusat PT. Pos Indonesia Tim Pengendalian PKH Tim Pengarah Pusat Tim Teknis Pusat

UPPKH Kab/ Kota

1. Ketua UPPKH PKH 2.Koordinator UPPKH 3.Petugas Pendamping PKH 4. Petugas SPM

5.Patugas ADM. 6. Petugas SIM

Dinas Sosial Kantor Petugas Pos Kantor Pos Kab/ Kota Tim Koordinasi

Teknis Kab / Kota Tim Koordinasi Teknis Provinsi PUSAT PROVINSI KAB/KOTA KECAMATAN


(51)

Di dalam program PKH ada kewajiban (condinationalities) yang harus dilaksanakan oleh Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) peserta PKH terkait upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kewajiban berkaitan dengan upaya peningkatan status kesehatan ibu hamil, ibu nifas, memiliki bayi dan balita dari keluarga rumah tangga sangat miskin. Kewajiban yang harus dilaksanakan adalah :

a. Bagi ibu rumah tangga sangat miskin yang dalam keadaan hamil pada waktu pendaftaran diwajibkan untuk datang ke puskesmas dan mengikuti pelayanan pemeriksaan kesehatan ibu hamil sesuai dengan protokol Departemen Kesehatan;

b. Bagi rumah tangga sangat miskin yang mempunyai anak 0 – 6 tahun wajib membawa anaknya ke Puskesmas untuk mengikuti pelayanan kesehatan anak sesuai protokol Departemen Kesehatan;

c. RTSM wajib mematuhi komitmen untuk mengunjungi pemberi pelayanan kesehatan ( PPK) sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati.


(52)

34

Tabel 1. Kewajiban peserta PKH di bidang kesehatan

No. Sasaran Pelayanan Kesehatan

1. Bayi

0 – 11 bulan

1. Timbang badan tiap bulan 2. Monitor tumbuh kembang 3. Imunisasi lengkap

4. Khusus 6-11 bl, kapsul biri vit A 100.000 IU

2. Balita 1 – 5 tahun

1. Timbang badan tiap bulan 2. Monitor tumbuh kembang

3. Pemberian Vit A dosis tinggi (2 x / Tahun) 3. Anak

5 – 6 tahun

1. Timbang badan tiap bulan 2. Monitor tumbuh kembang 4. Ibu Hamil 1. Pemeriksaan kehamilan

TW I = 1 kl TW II = 1 kl TW III = 2 kl

2. Pemberian tablet Fe 3. Imunisasi TT 5. Ibu Melahirkan Ditolong tenaga kesehatan

6. Ibu Nifas Diperiksa 3 kali yaitu minggu I,II dan VI 7. Bayi baru lahir

(0 – 28 hr)

1. Umur 6-48 jam : 1x (KN1) 2. Umur 3-7 hr : 1x (KN2) 3. Umur 8-28 hr : 1x (KN3)


(53)

Persyaratan peserta PKH di bidang kesehatan antara lain :

1. Bagi peserta PKH yang mempunyai kartu Jamkesmas, dapat menggunakan kartu Jamkesmasnya.

2. Bagi Peserta PKH yang tidak mempunyai kartu Jamkesmas, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menunjukkan kartu PKH asli dan menyerahkan foto copy kartu PKH.

3. Bagi anggota peserta PKH yang tidak mempunyai kartu Jamkesmas, dapat diberikan pelayanan kesehatan dengan membawa foto copy kartu PKH, foto copy kartu KK dan foto copy KTP ( bagi yang sudah berhak mempunyai KTP).

Besar bantuan peserta PKH di bidang kesehatan antara lain :

1. Bantuan kesehatan untuk ibu hamil/nifas, bayi, balita Rp. 800.000

2. Besar bantuan berkisar Rp. 600.000 s/d Rp.2.200.000 / tahun tergantung kondisi keluarga dan kepatuhan keluarga dalam memenuhi kewajiban

Catatan :

- Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun / ibu hamil/ nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak.

- Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun

- Batasan minimum dan maksimum adalah antara 15-25% perdapatan rata-rata RTSM per tahun.


(1)

141 yang berjalan sesuai dengan perencanaan, terkoordinasi, terintegrasi dan sistematis, dengan sedikit hambatan dalam kegiatan sosialisasi, pengorganisasian tahap pembayaran dan pelaksanaan verifikasi komitmen namun tujuan serta sasaran PKH ini pun sudah mulai tercapai dengan baik. Dampak yang dirasakan peserta program adalah semakin meningkatnya penggunaan fasilitas kesehatan oleh ibu hamil, ibu nifas, bayi serta anak Balita. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlunya upaya mempercepat tindak lanjut pengaduan yang telah disampaikan, monitoring dan evaluasi sehingga diharapkan apresiasi peserta terhadap program tersebut menjadi lebih baik lagi.

Mekanisme program keluarga harapan antaralain pertemuan awal, sosialisasi, pembayaran, pemberian pelayanan kesehatan dan verifikasi komitmen. Namun dalam pelaksanaan di lapangan masih terdapat hambatan seperti masih banyak peserta PKH yang tidak mamatuhi komitmen karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sehingga banyak warga miskin yang tidak memahami tentang pentingnya kesehatan ibu hamil, bayi dan balita. Bagi RTSM yang tidak mematuhi komitmen akan dikenakan sanksi berupa pemotongan dana bantuan dan pada tahap pembayaran kurang berjalan tertib, dikarenakan padatnya antrian sementara loket khusus pembayaran dana PKH hanya dua loket. Kurangnya koordinasi dengan PT. Pos dalam penyediaan sarana pembayaran dana PKH menjadi salah satu faktor penghambat PKH.


(2)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Melalui analisis pada Bab V Hasil dan Pembahasan dapat disimpulkan bahwa implementasi Program Keluarga Harapan Bidang Kesehatan Kota Bandar Lampung menunjukkan : 1. Berdasarkan hasil penelitian implentasi PKH bidang kesehatan dari sisi perencanaan,

pengorganisasian dan pelaksanaan sudah berjalan cukup optimal, hal ini dapat dilihat dengan menurunnya angka kematian ibu melahirkan dan bayi, meningkatnya akses pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, adanya pendampingan yang memadai serta terjalinnya koordinasi antar instansi terkait dalam mensukseskan PKH. Dalam kegiatan sosialisasi terdapat permasalahan seperti Bahasa yang digunakan/ disampaikan terlalu teknis dan formal, sehingga menyulitkan peserta PKH yang tingkat pengetahuan dan pemahaman bahasa teknisnya kurang sehingga menghambat sosialisasi, dalam manajemen pengorganisasian dalam tahap pembayaran tidak berjalan tertib, dikarenakan padatnya antrian sementara loket khusus pembayaran dana PKH hanya dua loket. Kurangnya koordinasi dengan PT. Pos dalam penyediaan sarana pembayaran dana PKH menjadi salah satu faktor penghambat PKH, kemudian dalam manajemen pelaksanaan verifikasi komitmen sesuai dengan data absensi kehadiran peserta PKH melakukan pelayanan kesehatan, dan apabila peserta tidak mematuhi komitmen maka aka nada pemotongan uang tergantung absensi kehadiran besarnya pemotongan, meskipun telah dilakukan sosialisasi tentang PKH beserta sanksinya hal


(3)

218 ini tidak lantas membuat peserta PKH tunduk dalam komitmen sehingga dikenakan sanksi yang berlaku.

2. Program Keluarga Harapan (PKH) di bidang kesehatan mensyaratkan peserta PKH yaitu ibu hamil, ibu nifas, dan anak usia kurang dari enam tahun untuk melakukan kunjungan rutin ke berbagai sarana kesehatan. Oleh karena itu, program ini secara langsung akan mendukung pencapaian target program kesehatan, adapun kegiatan pelayanan antara lain pertemuan awal, sosialisasi, pembayaran, pemberian pelayanan kesehatan, dan verifikasi komitmen.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, dalam implementasi program keluarga harapan bidang kesehatan di Kota Bandar Lampung secara umum, implementasinya dinilai efektif, hal ini terlihat dari meningkatnya kunjungan peserta PKH ke posyandu 36% dan menurunnya angka kematian bayi usia di bawah 6 bulan 25,3% dan bayi usia di bawah 3 tahun 39,5%, namun dari aspek Manajemen Pemerintahan ditemukan beberapa permasalahan dalam kegiatan sosialisasi, pengorganisasian tahap pembayaran, dan pelaksanaan verifikasi komitmen namun tujuan serta sasaran PKH ini pun sudah mulai tercapai dengan baik.

6.2 Saran

1. Dalam sosialisasi harus dilakukan di forum resmi dengan komitmen dan keterampilan pelaksana yang tinggi, materi yang disampaikan harus lengkap dan detail, sehingga dapat diterima masyarakat dengan jelas, kemudian adanya sosialisasi secara berkala sampai ke daerah pelosok, sosialisasi tersebut bertujuan untung mengkampanyekan pentingnya kesehatan Ibu hamil, bayi dan balita sehingga peserta PKH memahami dan patuh pada pelaksanaan pelayanan kesehatan.


(4)

219 2. Koordinasi antara pelaksana program harus ditingkatkan, dengan cara melegalisasi tim koordinasi melalui pembuatan surat keputusan (SK), kemudian lokasi pencairan dana bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dibuat lebih banyak, terutama untuk mendukung daerah terpencil/terisolir, untuk meringankan beban biaya transportasi masyarakat miskin, dan penambahan loket pembayaran, khususnya bagi RTSM komponen kesehatan terdapat ibu hamil, bayi dan balita serta sikap pelaksana harus jelas dan tegas untuk meminilisir terjadi pelanggaran komitmen. Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk pengentasan kemiskinan, jika dana yang diberikan dipotong untuk pemerataan, bagaimana masyarakat miskin dapat keluar dari kemiskinannya.

3. Perlu adanya monitoring dan evaluasi dalam Program Keluarga Harapan (PKH) untuk mencegah terjadinya penyimpangan, menjamin penyelesaian masalah secara cepat dan tentunya sebagai mekanisme umpan balik untuk penyempurnaan rancangan maupun pelaksanaan program kedepannya


(5)

✭✮✯✰A✱✲✳✴✰A✵✮

✶ ✷✸✹ Isbandi Rukminto✺ ✻✼✼ ✽✺ Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas ✺ ✾Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis✿ ✹❀akarta:

Lembaga Penerbit ❁❂❃I✹ ❄et ❅✺

✶ ❆✷ ✸✹✻ ✼ ❅✼✺❇Mengolah Data Statistik Hasil Penelitian ✺ ❈❉ ❊❋akarta: ❄✺ ●✶ ❆ ✷✸ Offset✺ ❍ellone✺ ❄arl J✺ ✻✼ ✼ ❅✺❇Organization Theory and The New Public Administration ✺✶ ■l❋n

and ❍acon✺ Inc✺❀akarta : Gramedia

Dessler, Gerry. 2001. Organization Theory Integrating Structure and Behavior . Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, 2001, hal. 19-20

Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial. 2011. Pedoman Operasional Kelembagaan PKH Daerah .

Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen . Yogyakarta, Penerbit : BPFE.

Hasibuan, H. Malayu SP. 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Bumi aksara.

Jabbar, Hasbiullah (ed). 2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan . Jakarta : Blantika, Cet 1.

Maleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Norton, Andy, 2001. Social Protection Concept and Approaches . International Development Institute, London.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumberdaya Manusia . Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, Riant, 2004. Kebijakan publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi . Elex Media Komputindo, Jakarta.


(6)

Sarman❏ Mukhtar & Sajogyo, 2000. Masalah Penanggulangan Kemiskinan . Puspa

Swara, Jakarta.

Soekanto, Soedjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Subarsono, AG. 2006. Analisis Kebijakan Publik konsep, teori dan aplikasi . Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif .Surakarta:Panitia.

Sulistyo, Basuki. 2006. Metode Penelitian . Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

T. Hani Handoko. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia . BPFE. Yogyakarta.

Wahab, Sholichin Abdul, 2007. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara . Bumi Aksara, Jakarta.

Warsono, dkk. 2009. Corporate Governance Concept And Model , Yogyakarta: Center Of Good Corporate Governance.

❑ ▲ferensi

Fidyatun, Erna. 2012. Evaluasi Program Keluarga Harapan . Diakses Tanggal 19 Januari 2014