BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemampuan Membaca a. Membaca 1) Pengertian kemampuan membaca - VIKA NANDHYA RESTIKA BAB II

  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemampuan Membaca a. Membaca 1) Pengertian kemampuan membaca

  Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001 :707) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan yaitu usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Secara lebih luas, kemampuan dasar diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan atau perbuatan. Definisi lain tentang kemampuan adalah keputusan seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.

  Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.

  Dalam komunikasi tulisan, sebagaimana telah dikatakan, lambang- lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf, dalam hal ini huruf-huruf menurut alfabet latin. Dapat dipahami bahwa pada tingkatan membaca permulaaan, proses pengubahan inilah yang terutama dibina dan dikuasai dan ini terutama dilakukan pada masa anak-anak, khususnya pada permulaan di sekolah.Pengertian perubahan ini juga mencangkup pengenalan huruf-

  7 huruf sebagai lambang bunyi-bunyi bahasa. Setelah pengubahan dimaksud diatas dikuasai secara mantap, barulah penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan. Inilah yang dibina dan dikembangkan pada tahun-tahun selanjutnya disekolah (Tampubolon, 1990: 5).

  Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata- kata secara individu akan dapat diketahui,. Kalau halini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan,2008: 7).

  Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding proses), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencangkup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 7).

  Istilah linguistik decoding dan encoding tersebut akan lebih mudah dimengerti kalau kita dapat memahami bahwa bahasa

  (language) adalah sandi (code) yang direncanakan untuk membawa/ mengandung makna (meaning). Beberapa ahli cenderung memakai istilah recording (membaca) sebab pertama kali lambang-lambang tertulis (written symbols) diubah menjadi bunyi, kemudian barulah sandi itu dibaca (are decoding).

  Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis sebagai proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, sehingga dapat mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis bagi diri sendiri maupun orang lain.

2) Tujuan Membaca

  Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi yang mencakup isi dan memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif dalam membaca (Tarigan, 2008: 9).

  Membaca bukan hanya sekedar membaca, tetapi aktivitas ini mempunyai tujuan. Menurut Prasetyono (2008: 59-60) tujuan membaca yaitu: mendapatkan sejumlah informasi baru, dibalik aktivitas membaca, terdapat tujuan yang lebih spesifik, yakni sebagai kesenangan, meningkatkan pengetahuan, dan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan. Berikut ini beberapa penjelasan dari tujuan aktivitas membaca: a. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Aktivitas ini biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Aktivitas yang termasuk dalam katagori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah atau komik.

  b. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah.

  c. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Misalnya, membaca buku keterampilan teknis yang praktis atau buku pengetahuan umum (imiah populer).

3) Aspek membaca

  Tarigan (2008: 12-13) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu: 1) Keterampilan yang bersifat mekanik (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup : a) Pengenalan bentuk huruf.

  b) Pengenalan unsur-unsur linguistik seperti fonem atau grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain.

  c) Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tulis). d) Kecepatan membaca taraf lambat. 2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order).

  Aspek ini mencakup :

  a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramantikal, dan retorikal).

  b) Memahami signifikasi atau makna.

  c) Evaluasi atau penilaian.

  d) Kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

  Dari hasil uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu keterampilan yang bersifat mekanik (mechanical skills) dan keterampilan memahami bacaan.

2. Kemampuan Membaca Pengumuman

  Kemampuan membaca mempunyai banyak tujuan, menurut Burhan Nurgiantoro (2010) dengan kita mampu membaca kita dapat memperoleh dan menanggapi informasi, memerluas pengetahuan, memeroleh hiburan dan menyenangkan hati.

  Pengumuman adalah surat yang disampaikan kepada umum, sekelompok khalayak tanpa harus diketahui siapa dan berapa jumlah pembacanya, dan siapa pun berhak membaca. Pengumuman dibuat untuk mengkomunikasikan atau menginformasikan suatu gagasan, pikiran kepada pihak lain.

  Dari hasil uraian tersebut, maka diambil kesimpulan bahwa kemampuan membaca pengumuman adalah kesanggupan membaca teks pengumuman sehingga mendapatkan suatu informasi yang ada pada pengumuman tersebut dengan menghasilkan suatu gagasan.

  3. Keterampilan Membaca dengan Memahami Isi Pengumuman

  Keterampilan membaca itu penting. keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, pikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut Keterampilan membaca dengan memahami isi pengumuman merupakan kemampuan memahami kata atau kalimat dengan pemahaman isi teks yang ada di dalam sebuah pengumuman.

  4. Keterampilan Membaca dengan Penilaian Unjuk Kerja

  Keterampilan membaca dengan menggunakan penilaian unjuk kerja sebagai tolak ukur pada kemampuan sesorang. Penilaian terhadap kinerja siswa selain memperhitungksn ketepatan unsur kebahasaan, juga harus melibatkan ketapatan dan keakuratan isi atau informasi yang didengar atau dibaca harus kontekstual, relevan dan sesuai dengan perkembangan pengalaman siswa ( Burhan Nurgiantoro: 2010).

5. Gemar Membaca

  Gemar artinya suka, senang sekali. Sementara minat yaitu perhatian, kesukaan/ kecenderungan hati akan sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Hardiningtyas (2009) gemar membaca dapat diartika sebagai kesukaan akan membaca, ada kecenderungan hati ingin membaca.

  Menurut Sartono (2014) gemar membaca (reading literacy) merupakan kemampuan untuk memahami dan mengerti isi teks tertulis serta menerapkan dalam praktek.

  Menurut Prasetyono (2008: 14) untuk membuat aktivitas membaca menjadi suatu kegemaran, hal yang harus dimiliki seseorang adalah minat baca. Menurut Dalman (2013: 141) minat baca merupakan dorongan untuk memahami kata demi kata dan isi yang terkandung dalam teks bacaan tersebut, sehingga pembaca dapat memahami hal-hal yang dituangkan dalam bacaan itu. Selanjutnya, Tampubolon (dalam Dalman, 2013: 141) menjelaskan bahwa minat baca adalah kemampuan atau keinginan seseorang untuk menangkap makna dari tulisan tersebut. Bila seseorang tidak memiliki minat membaca, maka jangan harap dia menjadi gemar membaca.

  Berdasarkan pernyataan diatas peneliti menyimpulkan gemar membaca adalah kesukaan akan membaca dan kecenderungan hati untuk memahami dan mengerti isi yang terkandung dalam teks bacaan serta menerapkanya dalam praktek.

6. Model pembelajaran Examples non examples

  Model pembelajaran Examples non examples atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran (Eko: 2011)

  Model pembelajaran Examples non examples adalah model yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk berjalan berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan (Herisetyawan, 2013).

  Langkah-langkah model pembelajaran Examples non examples menurut Hanafiah dan cucu suhana (2010, 41) yaitu : a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

  b. Guru menempelkan gambar di papan.

  c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memerhatikan / menganalisis gambar.

  d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

  e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

  f. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi susuai tujuan yang ingin dicapai.

  g. Kesimpulan. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Examples non examples Kelebihan :

  1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar 2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

  3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya Kekurangan :

  1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar 2. Memakan waktu yang lama.

  Modifikasi model pembelajaran Examples non examples menurut Hilda sridwita (2013) :

  1. Guru menulis topik pembelajaran

  2. Guru menulis tujuan pembelajaran

  3. Guru membagi peserta didik dalam kelompok (masing-masing kelompok beranggotakan 6-7 orang)

  4. Guru meminta salah satu kelompok mempersentasikan hasil rangkumanya sementara kelompok lain sebagai penyangga dan penanya

  5. Peserta didik melakukan diskusi

  6. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi

7. Media a. Pengertian Media

  Menurut Sadiman (2008: 6) kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Gagne (dalam Sadiman, 2008: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

  Sementara Briggs (dalam Sadiman, 2008: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa.

  Beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat saluran komunikasi sebagai media pembelajaran yang membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

b. Jenis Media

  Media dalam proses belajar mengajar dibedakan menjadi media dua dimensi dan tiga dimensi serta media yang diproyeksikan.

  1) Media Dua Dimensi dan Tiga Dimensi Menurut Sudjana (2008: 101-102) media dua dimensi adalah media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan tiga dimensi selain mempunyai ukuran panjang dan lebih juga mempunyai ukuran tinggi.

  Media dua dimensi dan tiga dimensi jenisnya adalah:

  a) Bagan, yaitu gambar dari sesuatu yang dibuat dari garis dan gambar. Bagan bertujuan untuk memperlihatkan hubungan perkembangan, perbandingan, dan lain-lain. Jenis bagan antara lain bagan keadaan, lukisan, diagramatik, perbandingan, petunjuk, waktu, uraian, dan lain-lain.

  b) Grafik adalah penggambaran data berangka, bertitik, bergaris, dan bergambar yang memperlihatkan hubungan timbal balik informasi secara statistik. Grafik dibedakan menjadi grafik garis, batang, lingkaran, dan gambar.

  c) Poster adalah penggambaran yang ditujukan sebagai pemberitahuan, peringatan maupun penggugah selera yang biasanya berisi gambar-gambar. Poster yang baik gambarnya sederhana, kata-katanya singkat, dan menarik perhatian. d) Gambar mati adalah sejumlah gambar, foto, dan lukisan, baik dari majalah, buku, koran, dan sumber lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu pengajaran.

  e) Peta datar banyak digunakan sebagai media dalam pelajaran ilmu bumi dan kependudukan.Peta datar adalah gambaran rata suatu permukaan bumi yang mewujudkan ukuran dan kedudukan yang kecil dilakukan dalam bentuk garis, titik, dan lambang.

  f) Peta timbul pada dasarnya peta datar dalam bentuk tiga dimensi. Peta timbul dibuat dari tanah iat atau bubur kertas.

  Penggunaan peta timbul sama dengan peta datar.

  g) Globe merupakan model penampang bumi yang dilukiskan dalam bentuk benda bulat. Globe adalah media yang tepat untuk menunjukan negara-negara di dunia.

  h) Papan tulis merupakan alat klasik yang tak pernah dilupakan orang dalam proses belajar mengajar. Peranan papan tulis masih tetap digunakan guru karena merupakan alat yang praktis dan ekonomis.

  2) Media yang Diproyeksikan Media yang diproyeksi adalah media yang menggunakan proyeksi, sehingga gambar nampak pada layar.

  Jenis media yang diproyeksi antara lain: a) Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu, sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus dan menggambarkan pergerakan yang nampak normal.

  b) Slide dan filmstrip adalah gambar yang diproyeksikan dan dapat dilihat dengan mudah oleh siswa di dalam kelas. Suatu slide adalah sebuah gambar transparan (tembus sinar) yang diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor. Gambar ini disebut juga frame atau bingkai.

  Kesimpulan diatas bahwa media terdiri dari media dua dimensi dan media tiga dimensi yang dapat membantu proses belajar mengajar.

  8. Gambar Mati a. Media Gambar

  Media gambar adalah salah satu dari berbagai macam media pendidikan yang paling umum digunakan, menurut Sudjana (2008: 101) menyatakan media gambar adalah sejumlah gambar, foto, dan lukisan, baik dari majalah, buku, koran dan sumber lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu pengajaran. Media ini dgunakan oleh guru karena lebih mudah pembuatan maupun penggunaanya. Faktor- faktor seperti, tidak adanya aliran listrik, daerah terpencil, tidak tersedianya peralatan, kelompok kelas kecil, menyebabkan guru memilih media yang dirasa praktis (Anitah,2008: 8). Gambar dapat ditujukan kepada pebelajar suatu tempat, orang, dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan pengalaman pebelajar sendiri, gambar juga dapat memberikan gambaran dari waktu yang telah lalu atau potret (gambaran) masa yang akan datang.

  Smaldino dkk (dalam Anitah, 2008: 8) mengatakan bahwa gambar atau fotografi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu seperti, binatang, orang, tempat, atau peristiwa. Melalui gambar dapat diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih konkrit (pengalaman langsung), misalnya guru akan menjelaskan terjadinya letusan gunung berapi, maka pebelajar akan lebih mudah menangkap gambar daripada uraian guru dengan kata-kata selain dapat menggambarkan berbagai hal, gambar mudah diperoleh dari majalah, koran, atau bulletin, dan lain-lain.

  Peneliti menyimpulkan bahwa media gambar adalah bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana yang digunakan sebagai alat atau sarana komunikasi dalam bentuk tiruan (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil, kuas, tinta, dan sebagainya untuk digunakan sebagai alat bantu pengajaran.

  Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

  Media gambar merupakan media yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran namun ada beberapa kelebihan dan kekurangan media gambar. Menurut Anitah (2008: 8-9) media gambar mempunyai kelebihan dan kelemahan.

  (1). Kelebihan gambar:

  a. Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata.

  b. Banyak tersedia dalam buku-buku.

  c. Sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan.

  d. Relatif tidak mahal.

  e. Dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi.

  (2). Kelemahan gambar :

  a) Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukan dikelas yang besar.

  b) Gambar mati adalah gambar dua dimensi. Untuk menunjukan demensi yang ketiga (kedalaman benda), harus digunakan satu seri gambar dari objek yang sama tetapi dari sisi yang berbeda.

  c) Tidak dapat menunjukan gerak.

  d) Pebeajar tidak selalu mengetahui bagaimana membaca (menginterprestasi) gambar.

  

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan Media

Gambar

  Media gambar pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran, Menurut Sudjana (2010: 100) bahwa media gambar yang perlu diperhatikan sebagai berikut : 1) Dapat meletakan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir, sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

  2) Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. 3) Dapat meletakan dasar untuk perkembangan belajar, sehingga hasil belajar bertambah mantap.

  4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.

  5) Menumbuhkan pikiran yang teratur dan berkesinambungan. 6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.

  7) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang sempurna. Menurut Sanjaya (2008: 171) manfaat dalam penggunaan media gambaryaitu :

  1) Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. 2) Dapat mengatasi batas ruang kelas. 3) Dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungan.

  4) Dapat menghasikan keseragaman pengamatan. 5) Dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.

  6) Dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar dengan baik 7) Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. 8) Dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.

  Dengan demikian ha-hal yang harus diperhatikan dari penggunaan media gambar adalah : 1) Keotentikan dari gambar yang digunakan sebagai media. 2) Sederhana, sehingga mudah dipahami siswa. 3) Mempunyai ukuran yang dapat disesuaikan dengan ruangan. 4) Sesuai dengan tujuan pembeajaran. 5) Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk beajar. 6) Dapat meletakan dasar untuk perkembangan belajar, sehingga hasil belajar bertambah mantap.

  7) Memberikan pengalaman yang nyata. 8) Dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungan.

  9) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.

  10) Dapat mengotrol kecepatan siswa.

b. Media Foto

  Foto merupakan istilah lain dari potret. Secara pengertian foto adalah gambar yang dibuat dengan kamera atau alat fotografi lainnya. Selain itu foto dan potret juga sering digunakan sebagai kiasan. Misalnya “Foto/potret masa silam itu sering muncul kembali dalam benaknya.” Dalam hal ini, foto/potret berarti bayangan, gambaran, atau kenangan.Media foto termasuk salah satu media grafis yang termasuk media visual. Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif murah, salah satunya adalah foto.

  Melihat dari pengertian-pengertian yang diungkapkan di atas, bahwa media foto pada dasarnya yaitu media yang berbentuk dua dimensi yang merupakan hasil dari tekhnologi kamera, menyerupai bentuk aslinya yang melukiskan pikiran yang menerjemahkan konsep menjadi realistik.

  a) Kelebihan media foto Kelebihan media foto menurut Toto Fathoni yaitu: 1) Foto lebih kongkrit dan lebih realistik 2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu 3) Dapat mengatasi batasan pengamatan 4) Dapat memperjelas masalah 5) Murah harganya, dan mudah dipergunakan

  b) Kelemahan media foto Kelemahan media foto menurut Toto fathoni yaitu: 1) Foto diinterprestasikan secara personal dan subyektif 2) Foto hanya menampilkan presepsi indra mata 3) Foto biasanya disajikan dalam ukuran yang sangat kecil c) Kegunaan media foto Menurut Toto fathoni, kegunaan media foto ada 6, yaitu: 1) Mengurangi verbalisme 2) Mengatasi kekacauan penafsiran

  3) Mengamati perhatian anak didik yang bercabang 4) Mengatasi tidak adanya tanggapan dari siswa 5) Kurang perhatian 6) Keadaan fisik lingkungan belajar yang menggangu.

  d) Karakteristik media foto Karakteristik media foto menurut Toto fathoni yaitu:

  1. Foto harus autentik

  2. Foto harus sederhana

  3. Cukup populer atau familier

  4. Foto harus dinamis

  5. Harus membawa pesan

  6. Foto harus artistik Dari beberapa pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa media foto adalah media dua dimensi yang dibuat menggunakan kamera atau alat fotografi lainnya sebagai curahan ataupun pikiran pembuatnya yang menerjemahkan konsep menjadi realistik.

c. Media Lukisan

  Pengertian lukisan yaitu suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan menggunakan warna dan garis. Lukisan adalah suatu bentuk ungkapan batin seseorang dari hasil suatu pengolahan ide berbakat pengalaman indrawi maupun pengalaman jiwa melalui susunan unsur-unsur estetis dengan ukuran dwi marta (dua dimensi). Lukisan merupakan sebuah bentuk seni yang sangat tua, yang diawali sebagai lukisan prasejarah pada dinding- dinding gua hingga lukisan kontemporer yang kita kenal sekarang.

  Jenis-Jenis Lukisan

  1. Lukisan Figuratif Tertumpu kepada mengkaji dan melukis tubuh manusia atau binatang.

  2. Lukisan Kajian Dilukis untuk mengkaji sesuatu benda. Misalnya kajian terhadap tumbuh-tumbuhan maka pelukis perlu melukis sesuatu bahagian itu dengan teliti sebagai bahan kajian. Kebiasaannya lukisan kajian lebih tertumpu kepada objek alam seperti tumbuh-tumbuhan dan haiwan.

  3. Lukisan Informasi Adalah bertujuan untuk memberi informasi kepada pelanggan, kebiasannya dalam bentuk ilustrasi atau peta.

  4. Lukisan Teknikal Lukisan teknikal memerlukan kemahiran dalam matematik kerana keperluan untuk melukis dengan kadar banding yang tepat. Contoh melukis kenderaan dan alatan pengguna.

  5. Lukisan Konseptual Misalnya sesebuah filem seram memerlukan lukisan satu watak seram untuk dijadikan watak dalam cerita tersebut, maka pelukis perlu melukis konsep watak tersebut dalam bentuk fantasi.

  6. Lukisan Artistik Ia hanya tertumpu kepada keindahan dalam pengkaryaan.

  Lukisan artistik juga dibuat dalam bentuk thamnil untuk mendapatkan idea karya-karya seni yang lain seperti arca, catan, percetakan dan sebagainya.

  Menurut Kasmawati (2012) lukisan dapat menerjemahkan konsep abstrak menjadi lebih realistis dan berwujud, sehingga murid tidak hanya dapat membayangkan saja. Dengan mengambil gambar-gambar dari surat kabar, majalah dan kalender tentu tidak membutukan biaya mahal. Secara garis besar fungsi utama penggunaan media lukisan adalah :

  1. Fungsi edukatif; artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan.

  2. Fungsi sosial; artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang.

  3. Fungsi ekonomis; artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal. d. Fungsi politis; berpengaruh pada politik pembangunan. Fungsi-fungsi tersebut diatas terkesan masih bersifat konseptual. Fungsi praktis yang dijalankan oleh media pengajaran adalah sebagai berikut :

  1. Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi pesrta didik, misalnya kaset video rekaman kehidupan di luar sangat diperlukan oleh anak yang tinggal didaerah pegunungan.

  2. Mengatasi batas ruang dan kelas, misalnya gambar tokoh pahlawan yang dipasang diruang kelas.

  3. Mengatasi keterbatasan kemampuan indera

  4. Mengatasi peristiwa alam, misalnya rekaman peristiwa letusan gunung berapi untuk menerangkan gejala alam.

  5. Menyederhanakan kompleksitas meteri.

  Memungkinkan siswa mengadakan kontak langsung dengan masyarakat atau alam sekitar.

  Dari beberapa pemaparan diatas peneliti menyimpulkan memilih untuk menggunakan media gambar. Peneliti menggunakan media gambar karena media gambar mudah didapatkan dan mudah dibuat sesuai dengan keinginan pembuat dengan menggunakan alat-alat yang sederhana dengan bermacam variasi warna karena umumnya sisw sangat tertarik pada gambar- gambar berwarna.

9. Anak Tunagrahita 1. Pengertian tunagrahita a. Pengertian anak tunagrahita

  Tunagrahita adalah kata lain dari retardasi mental (mental

  retardation ). Arti harifah dari perkataan tuna adalah merugi,

  sedangkan grahita artinya pikiran. Seperti namanya, tunagrahita, ditandai oleh ciri utamanya adalah kelemahan berfikir atau bernalar.

  Akibat dari kelemahan tersebut anak tunagrahita memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata (Muljono dan Sudjadi, 2010 : 19).

  Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasanya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasanya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan secara klasikal, oleh karena itu anak keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni dengan kemampuan anak tersebut (Soemantri,2010: 103).

  Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah kelainan atau kelemahan pada anak berupa kemampuan intelektual dibawah rata-rata anak normal yang berawal dari masa perkembangan sehingga mengakibatkan kemampuan belajar dan adaptasi sosial dibawah rata-rata.

b. Faktor Penyebab Tunagrahita

  Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Faktor-faktor tersebut diklasifikasikan para ahli sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing, namun secara garis besar pada prinsipnya sama. Berikut klasifikasi faktor penyebab (etiologi) seseorang menjadi tunagrahita dari berbagai pendapat:

  Kirk dan Johnson dalam Effendi (2008: 92) mengemukakan bahwa ketunagrahitaan dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu : (1) Radang otak, (2) Gangguan fisiologis, (3) Faktor hereditas, (4) Pengaruh kebudayaan.

  • Radang otak merupakan kerusakan pada area otak tertentuyang terjadi pada saat kelahiran. Radang otak terjadi karena adanya pendarahan dalam otak (intracranial baemorbage) sehingga menyebabkan gangguan motorik dan mental, gejala yang tampak yaitu membesarnya tengkorak kepala disebabkan makin bertambahnya cairan cerebrospinal.
  • Gangguan fisiologis berasal dari virus yang dapat menyebabkan ketunagrahitaan diantaranya rubellacampak jerman. Virus ini sangat berbahaya dan berpengaruh besar pada saat ibu mengandung, sebab akan memberi peluang timbulnya keadaan ketunagrahitaan pada bayi yang dikandung. Selain rubella, bentuk gangguan fisiologis lain adalah rhesus faktor, mongoloid (penampakan fisik mirip keturunan mongol) sebagai gangguan genetik.
  • Faktor hereditas atau keturunan diduga sebagai penyebab terjadinya ketunagrahitaan masih sulit dipastikan kontribusinya sebab para ahli sendiri mempunyai formulasi yang berbeda mengenai keturunan sebagai penyebab ketunagrahitaan.
  • Faktor kebudayaan adalah faktor yang berkaitan dengan segenap perikehidupan lingkungan psikososial dalam beberapa abad faktor kebudayaan sebagai penyebab ketunagrahitaan sempat menjadi masalah yang kontroversial, faktor kebudayaan memang mempunyai sumbangan positif dalam membangun kemampuan psikososial anak.

c. Klasifikasi Anak Tunagrahita

  Pengelompokan anak tunagrahita pada umunya didasarkan pada taraf intelegensinya.Retardasi mental telah menjadi kajian berbagai disiplin ilmu sehingga menimbulkan berbagai jenis klafikasi yang bertolak dari disiplin-disiplin ilmu tersebut.Pengklafikasian anak tunagrahita menurut Muljono dan Sudjadi (2010: 24-26) diantaranya berdasarkan (1) medis-biologis, (2) social-psikologis, dan (3) klafikasi untuk keperluan pembelajaran.

  • Klasifikasi medis-biologis

  Tunagrahita dipandang sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit atau kondisi biologis yang tidak sempurna. Sifat dari suatu klasifikasi media didasarkan pada faktor penyebabnya atau faktor etiologis. Grossmanetel dalam Muljiono dan Sudjadi(2010: 24) menyusun daftar katagori etiologis penyakit sebagai berikut : 1. Akibat infeksi dan/atau intoxikasi.

  2. Akibat rudapaksa dan/atau sebab fisik lain.

  3. Akibat gangguan metabolisma, pertumbuhan atau gizi.

  4. Akibat penyakit otak yang nyata.

  5. Akibat /pengaruh prenatal yang tidak diketahui.

  6. Akibar kelainan kromosomal.

  7. Gangguan waktu kehamilan.

  8. Gangguan pasca-psikiatrik.

  9. Pengaruh-pengaruh lingkungan.

  10. Akibat kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan.

  • Klasifikasi sosial-psikologis

  Klasifikasi sosial-psikologis menggunakan dua kriteria, yaitu kriteria psikometrik dan kriteria perilaku adaptif Taraf retardasi mental berdsarkan perilaku adaptif juga terdiri dari empat macam, yaitu : a. Ringan

  b. Sedang

  c. Berat

  d. Sangat berat Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku adaptif diestimasikan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ahli klinis dan kurang memiliki gradasi yang baik seperti halnya yang diukur oleh intelegensi yang menghasilkan IQ.

  • Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran

  Pembelajaran anak-anak berinteligensi rendah umunya diklasifikasikan bedasarkan taraf subformalitas intelektual mereka.

  Ada empat kelompok pembedaan untuk keperluan pembelajaran, yaitu:

  1. Taraf perbatasan atau lamban belajar (the borderline or

  the slow learner ) (IQ 70-85),

  2. Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) (IQ 50-70 atau 75),

  3. Tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) (IQ 30 atau 35 sampai 50 atau 55), dan

  4. Tunagrahita mampu rawat (dependent or profoundly mentally retarded ) (IQ dibawah 25 atau 30).

  Anak tunagrahita mampu didik karena perkembangan mentalnya yang tergolong subnormal akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program reguler disekolah dasar, namun tunagrahita mampu didik dipandang masih memeiiki poyensi untuk menguasai pelajaran.

  Anak tunagrahita mampu latih dipandang sebagai anak yang tidak dapat mencapai prestasi akademik minimum, namun anak tunagrahita mampu latih masih mempunyai potensi untuk belajar:

  1. Keterampilan untuk menolong dirinya sendiri (self-help skills),

  2. Penyesuaian sosial dalam kehidupan keluarga dan bertetangga, dan

  3. Dapat melakukan pekerjaan sederhana dit tempat kerja terlindungi (sheltered workshop).

  Anak tunagrahita mampu rawat adalah anak yang retrdasi mentalnya sangat berat maka ia tidak dapat dilatih untuk menolong diri sendiri maupun sosialisasi .Anak semacam ini memerlukan pemeliharaan secara penuh dan pengawasan sepanjang hidupnya.

  Menurut Soemantri (2008: 106-108) pengelompokan pada umunya didasarkan pada taraf inteligensinya, yang terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang, dan berat.sebagai berikut :

  Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 6-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakangan mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Namun demikian anak terbelakangan mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian social secara independen dan pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya, oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik anatara anak tunagrahita ringan dengan anak normal. Tunagrahita sedang, anak tunagrahita sedang disebut juga

  

imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan

  54-40 menurut Skala Weschler (WISC).Anak terbelakangan mental sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun.Mereka dapat didikan mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari berjalan dijalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya.

  Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara social, misalnya menulis namanya sendiri, alamat rumahnya. Dalam kehidupan sehari-hari anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan terus-menerus, mereka juga masih dapat bekerja ditempat kerja terlindung. Tunagrahita berat, kelompokan anak tunagrahita berat sering disebut idiot.Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan sangat berat.Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut Skala Binet dan anatar 39- 25 menurut Skala Weschler (WISC).Tunagrahita sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan IQ di bawah 24menurut Skala Weschler (WISC).

  Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan dan lain- lain.bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.

Tabel 2.1 Klafikasi anak Tunagrahita berdasar Derajat Keterbelakangan

  (Sumber : Blaku, 1976)

  IQ Level Stanford Binet Skala Weschler Keterbelakangan

  Ringan 68-52 69-55 Sedang 51-36 54-40 Berat 32-90 39-25 Sangat Berat >19 >24

B. Kerangka Pikir

  Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengetahui masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca. PTK didefinisikan sebagai usaha penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik di kelas agar lebih professional.

  Belajar bahasa dan sastra sebenarnya suatu hal yang menyenangkan dan mengasyikan tetapi hal ini ada kalanya akan tebalik menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dan membosankan bila ternyata yang terjadi tujuan pembelajaran tidak tercapai karena pembelajaran Bahasa masih monoton. Guru lebih aktif berceramah dibandingkan siswa akibatnya perasaan jenuh belajar Bahasa Indonesia sewaktu-waktu bisa muncul pada diri siswa.

  Berkaitan dengan hal tersebut permasalahan yang sama juga terjadi di SDLB-C Yakut bahwa pembelajaran masih monoton dan siswa kurang aktif mengikuti pelajaran. Proses pembelajaran di sekolah sebaiknya guru dan siswa harus saling berinteraksi dalam pertukaran ilmu pengetahuan, dalam melakukan interaksi guru akan melakukan suatu pendekatan yang mudah diterima oleh siswa oleh karena itu perlu diadakan perubahan dalam menggunakan media sesuai dengan kondisi siswa.

  Penelitian tindakan kelas dengan pemberian model pembelajaran

  Examples non examples pada anak tunagrahita dapat meningkatkan gemar

  membaca dan hasil belajar siswa tentang kemampuan membaca dapat memotivasi anak agar tetap membaca, baik di sekolah maupun di rumah sehingga peneliti memilih gambar-gambar sesuai dengan keadaan dan kemampuan anak dalam menangkap informasi dari gambar tersebut.

  C. Rumusan Hipotesis

  Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah dengan pemberian model pembelajaran Examples non examples dapat meningkatkan gemar membaca dan kemampuan membaca pengumuman pada anak tunagrahita siswa kelas IV SDLB-C Yakut Purwokerto tahun pelajaran 2014.

  D. Penelitian yang relevan

  Penelitian oleh Sumarminingsih (2002/2003) tentang perbandingan hasil pembelajaran membaca dengan media gambar dan tanpa media gambar pada siswa kelas I SD Negeri 4 Tanjung Purwokerto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 23 siswa. Eksperimen ini dilakukan dengan subjek yang sama, setelah sebelumnya dilakukan pembelajaran membaca tanpa media gambar. Hasil analisis menunjukan bahwa t-hitung = 3.388 pada taraf signifikansi 5% diketahui t-tabel sebesar 1,70 pada taraf signifikansi 5% oleh karena t-hitung lebih besar dari t-tabel , maka hipotesa (Ha) diterima berarti ada perbedaan prestasi pembelajaran membaca dengan media gambar dengan pembelajaran membaca menggunakan tanpa media gambar. Penelitian diatas relevan dengan penelitian ini karena mengujikan atau menggunakan variabel yang sama yaitu media gambar dalam pembelajaran membaca. Hal yang membedakan penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Eksperimen.