BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Menulis Teks Eksposisi a. Pengertian Menulis - YUSUP WIBISONO BAB II

20

BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Konseptual
1. Kemampuan Menulis Teks Eksposisi
a. Pengertian Menulis
Banyak ahli yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian menulis
seperti Suparno dan Yunus (2007: 1.15-1.24) yang berpendapat bahwa menulis
adalah suatu kemampuan yang di dalamnya terdapat serangkaian aktivitas yang
terjadi dan melibatkan beberapa fase, yaitu pra penulisan (persiapan), fase
penulisan (pengembangan isi karangan), pasca penulisan (telaah dan revisi atau
penyempurnan tulisan). Pada hakekatnya kegiatan ini mengacu pada penyampaian
pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya
(Suparno dan Yunus, 2007: 1.3). Di dalam hal ini, pesan dimaknai sebagai isi atau
muatan dari tulisan, sedangkan tulisan sendiri adalah sebuah simbol atau lambang
bahasa. Selain uraian pendapat tersebut, Suparno dan Yunus (2007: 1.3) juga
menekankan bahwa di dalam sebuah penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya harus terdapat empat unsur
yang terlibat yaitu, penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan,

saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Tarigan (2013: 22) berpendapat bahwa menulis adalah suatu kegiatan
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran

20
Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

21

grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna,
tetapi tidak dapat menggambarlan kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Selain itu,
menulis menurut Tarigan (2013: 3) juga dipahami sebagai salah satu aspek
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Berdasarkan pendapatpendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif oleh karena itu di dalam kegiatan menulis seorang
penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata
(Tarigan, 2013: 3). Parera (1987: 1) berpendapat sangat singkat tentang menulis
yakni bahwa menulis merupakan suatu proses. Berdasarkan pendapat Parera

tersebut maka dapat dipahami bahwa menulis pada hakekatnya merupakan suatu
proses, oleh karena itu seorang penulis harus melalui rangkaian tahapan di dalam
kegiatan menulis.
Resmini (2006: 229) mengungkapkan bahwa menulis adalah sebuah
kegiatan yang dipandang sebagai suatu keterampilan, proses berpikir (kegiatan
bernalar), kegiatan transformasi, kegiatan berkomunikasi, dan sebuah proses oleh
karena itu menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari
siswa. Marwoto dkk (1985: 12) berpendapat bahwa menulis adalah kemampuan
seseorang untuk menuangkan sebuah ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan
pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif,
enak dibaca, dan bisa dipahami orang lain.
Abdurrahman (2003: 223) berpendapat bahwa menulis adalah sebuah
kegiatan di mana menulis diartikan bukan hanya menyalin tetapi juga

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

22

mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Sukirno
(2013: 6) berpendapat bahwa menulis adalah rangkaian tahap-tahap kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dengan penekanan pada
penciptaan kondisi belajar menulis untuk mencapai kompetensi dasar menulis yang
ditentukan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Syamsuddin (2011: 12) berpendapat bahwa menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang
dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung antara
mereka. Hal tersebut terjadi karena di dalam kenyataan hidup bermasyarakat,
kontak komunikasi itu tidak selalu dapat dilakukan dengan tatap muka. Di sisi lain,
Syamsudin juga berpendapat bahwa menulis juga dapat diartikan sebagai
mengarang. (Slamet, 2008: 96) berpendapat bahwa menulis merupakan
keterampilan yang sukar dan kompleks. Keterampilan menulis dikuasai seseorang
sesudah menguasai keterampilan berbahasa yang lain yaitu menyimak, berbicara,
dan membaca. Menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak
perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai. Menulis merupakan kegiatan menggali
pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis,
menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan
mudah dan jelas.
Wiyanto (2004: 1-2) berpendapat bahwa menulis itu mempunyai dua arti
utama. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi
tanda-tanda yang dapat dilihat. Bunyi-bunyi yang diubah itu bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, menulis itu mempunyai arti
mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini

dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Penulis menuangkan
gagasan lewat kegiatan menulis dan pembaca menampung gagasan itu dengan cara

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

23

membaca. Di dalam konteks ini menulis dinilai berbeda dengan mengarang.
Menulis menghasilkan tulisan, sedangkan mengarang menghasilkan karangan.
Tulisan dilandasi fakta, pengalaman, pengamatan, penelitian, pemikiran, atau
analisis, sedangkan karangan banyak dipengaruhi oleh imajinasi dan perasaan
pengarang.
Suroso (2009: 180) berpendapat bahwa menulis merupakan aktivitas
menyusun serta merangkai kalimat sedemikian rupa agar pesan yang terkandung
dapat disampaikan dengan baik kepada pembaca oleh karena itu, setiap kalimat
harus disusun sesuai dengan kaidah-kaidah gramatikal sehingga mampu
mendukung pengertian, baik dalam bentuk maupun dalam makna. Kalimat yang
mengandung konsep tersebut diwujudkan di atas kertas dengan menggunakan
media visual menurut sistem garfologi tertentu. Mulyati dkk (2009: 1.13)
berpendapat bahwa menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan

tulisan, oleh karena itu, dapat dipahami bahwa menulis adalah suatu keterampilan
berbahasa yang paling rumit di antara jenis keterampilan berbahasa lainnya.
Menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, tetapi juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan
yang teratur.
Ahmadi (1990: 28) berpendapat bahwa menulis adalah meletakkan atau
mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa
sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol grafis itu
sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa. Menulis juga dapat
dipandang sebagai upaya untuk merekam ucapan manusia menjadi bahasa baru,
yaitu bahasa tulis. Bahasa tulis itu tidak lain adalah suatu jenis notasi bunyi,

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

24

kesenyapan, inflesi, tekanan nada, isyarat atau gerakan, dan ekspresi muka yang
memindahkan arti dalam ucapan atau bicara manusia. Dalman (2014: 4)
berpendapat bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan,
perasaan dalam bentuk lambang/tanda/tulisan yang bermakna. Secara umum di

dalam kegiatan menulis terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan
suatu lambang/tanda/tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata,
kumpulan kata yang membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat
membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf membentuk wacana/ karangan yang
utuh dan bermakna.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian menulis yang telah
diuraikan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah rangkaian kerja
intelektual berupa aktivitas mengutarakan ide atau gagasan, pikiran, dan perasaan
terhadap suatu hal dengan menggunakan bahasa tulis berupa lambang-lambang
grafik atau simbol-simbol visual sebagai medianya yang dilakukan melalui
berbagai tahapan yang kompleks dan runtut mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, hingga penyelesaian sehingga dapat menghasilkan tulisan yang
pesannya dapat dengan mudah dipahami oleh pembacanya.
b. Tujuan Menulis
Pada hakekatnya kegiatan menulis merupakan kegiatan yang memiliki
tujuan tertentu, di dalam hal ini Tarigan (2013: 24) berpendapat bahwa setiap jenis
tulisan itu mengandung beberapa tujuan, tetapi karena tujuan itu beraneka ragam
maka bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan
beberapa kategori di dalam menulis, di antaranya yaitu sebagai berikut.


Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

25

1)
2)
3)
4)

Memberitahukan atau mengajar (wacana informatik)
Meyakinkan atau mendesak (wacana persuasif)
Menghibur atau menyenangkan (wacana kesastraan)
Mengutamakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapiapi (wacana ekspresif)

Di sisi lain, hakekat utama dari tujuan menulis secara lebih luas adalah
untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan
efektif kepada pembaca (Keraf, 2004: 38). Seorang penulis perlu menguasai objek,
gagasan, dan pengembangan gagasannya dalam kalimat yang jelas serta terperinci
sehingga tulisan yang dihasilkannya dapat efektif. Senada dengan pendapat Keraf
tersebut, Hartig dalam Tarigan (2013: 25-26) juga mengungkapkan beberapa

“tujuan” dari suatu tulisan, di antaranya sebagai berikut.
1) Assignment Purpose (Tujuan Penugasan)
Tujuan penugasan menekankan bahwa penulis hanya menulis sesuatu
karena ditugaskan atau memiliki tujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
bukan atas kemauan penulis itu sendiri.
2) Altruistic Purpose (Tujuan Altruistik)
Tujuan altruistik, secara umum menekankan bahwa penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, menolong
pembaca dalam memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya.
3) Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif)
Tujuan menulis persuasif secara khusus bertujuan untuk meyakinkan para
pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4) Informational Purpose (Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan).

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

26

Secara umum inti dari tujuan informasional adalah untuk memberi
informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca.

5) Self-Exspresive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri)
Penulis bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri (pengarang)
kepada pembaca.
6) Creative Purpose (Tujuan Kreatif)
Penulis menonjolkan kreativitas atau keinginan mencapai norma artistik
atau seni yang ideal, seni idaman. Hal tersebut muncul karena tulisan ini juga
bertujuan bukan hanya sebagai pernyataan diri, tetapi sebagai “keinginan kreatif”
di dalam hal ini dinilai sudah melebihi pernyataan diri.
7) Problem-Solving Purpose (Tujuan Pemecahan Masalah)
Di dalam tulisan ini, penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dengan cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti
secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti
dan diterima oleh pembaca.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang tujuan menulis yang telah diuraikan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis secara umum adalah untuk
memberikan informasi kepada orang lain (pembaca) melalui media tulisan.
Informasi yang disampaikan di dalam tulisan dapat berupa pesan yang bersifat
komunikatif yakni pesan yang mendukung interaksi sosial antara satu orang dengan
orang yang lain, satu orang dengan sekelompok orang, ataupun sekelompok orang
dengan sekelompok orang yang lain, maupun pesan yang bersifat ekspresi diri

(kreasi) yang khusus berupa karya sastra.
c. Fungsi Menulis

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

27

Pada hakekatnya seseorang melakukan sebuah aktifitas selain memiliki
tujuan juga pasti memiliki fungsi. Di dalam hal ini, menulis sebagai sebuah aktifitas
juga memiliki beberapa fungsi pokok. Nurjamal dan Sumirat (2010: 71)
mengungkapkan beberapa fungsi dari menulis, di antaranya sebagai berikut.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Menginformasikan sesuatu kepada pembaca

Meyakinkan pembaca
Mengajak pembaca
Menghibur pembaca
Melarang atau memerintahkan kepada pembaca
Mendukung pendapat orang lain
Menolak dan menyanggah pendapat orang lain.

Di sisi lain, Nurjamal dan Sumirat (2010: 70) juga berpendapat bahwa suatu
tulisan atau karangan dapat dikatakan terbentuk secara sistematis apabila mengacu
pada beberapa komponen sebagai berikut. Pertama, terdapat relevansi yang baik
antara judul dengan bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup tulisan.
Kedua, terdapat relevansi yang baik antara bagian awal atau pendahuluan denagn
bagian isi dengan bagian akhir atau penutup tulisan atau sebaliknya. Ketiga,
terdapat relevansi antara kalimat atau klausa yang satu dengan klausa yang lain
dalam tiap alenia. Keempat, terdapat relevansi antara isi tulisan dengan tujuannya.
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Nurjamal dan Sumirat, Haris
dan Amran Halim dalam (Nurgiyantoro, 2001: 309) juga berpendapat bahwa di
dalam menulis itu terdapat dua unsur utama, yaitu: pertama memlilih (mungkin
menemukan) gagasan yang akan dikemukakan dan kedua memilih ungkapan
(bahasa) untuk mengemukakan gagasan. Secara sederhana kedua unsur tersebut
dapat dikatakan sebagai unsur gagasan dan bahasa. Secara lebih mendetail, pada
dasarnya kegiatan menulis justru lebih banyak berhubungan dengan masalah yang
bukan bahasa yakni memilih dan mengorganisasikan gagasan. Secara keseluruhan

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

28

hanya sebagian kecil saja yang sungguh-sungguh bersifat bahasa. Kondisi tersebut
muncul dikarenakan menulis memang menuntut kemampuan kognitif yang tinggi,
pengetahuan yang luas, dan kepekaan menulis. Hal tersebutlah yang menyebabkan
seseorang yang dinilai sudah terampil berbahasa secara aktif poduktif belum tentu
mampu untuk menulis, sekalipun dia adalah penutur asli . Aktivitas menulis
memang dinilai lebih berkonotasi ilmiah dan sungguh-sungguh daripada sekedar
mengekspresikan gagasan seperti dalam berbicara.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang fungsi menulis yang telah diuraikan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi menulis secara umum adalah untuk
menginformasikan sesuatu hal kepada pembaca, dengan anggapan bahwa apa yang
disampaikan oleh penulis melalui tulisannya itu dapat dipahami dengan tepat yakni
pesan yang disampaikan oleh penulis dapat diterima oleh pembaca dengan tepat
tanpa adanya salah pemahaman atau tafsiran.
d. Manfaat Menulis
Secara umum, sudah sangat jelas bahwa kegiatan menulis itu manfaatnya
sangat penting bagi manuasia di era modern seperti saat ini, senada dengan konsep
tersebut Greves dalam (Darmojo dan Wibisono, 1999: 21) menyampaikan tentang
pentingnya manfaat menulis, di antaranya sebagai berikut.
1) Menulis Menyumbang Kecerdasan
Menurut ahli psikolinguistik, menulis adalah salah satu aktivitas yang
kompleks.

Kompleksitas

menulis

terletak

pada

tuturan

kemampuan

mengaharmonikan berbagai aspek. Aspek–aspek itu meliputi pengetahuan tentang
topik yang akan dituliskan, penuangan pengetahuan ke dalam racikan bahasa yang

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

29

jernih, yang disesuaikan dengan corak dan warna kemampuan pembacanya, serta
cara penyajian selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Berdasarkan uraian
tersebut, maka untuk dapat mencapai kesanggupan seperti itu seseorang dituntut
untuk memiliki keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serta
menata dan mengembangkan daya nalar dalam berbagai tingkat (Greves dalam
Darmojo dan Wibisono, 1999: 21).
2) Menulis Mengembangankan Daya Inisiatif dan Kreatifitas
Di dalam kegiatan membaca, segala hal telah tersedia dalam bacaan kita
untuk dimanfaatkan. Di sisi lain, dalam menulis seseorang harus menyiapkan atau
mempelajari sendiri segala sesuatunya, unsur mekanik tulisan yang benar seperti
ejaan, diksi, bahasa, penyataan dan jawaban. Agar hasilnya mudah dibaca, maka
apa yang harus dituliskan di tata dengan runtut, jelas, dan menarik (Greves dalam
Darmojo dan Wibisono, 1999: 21).
3) Menulis Menumbuhkan Keberanian
Pada saat pelaksanaannya, ketika menulis seseorang penulis harus berani
menampilkan kediriannya, termasuk pikirannya, perasaannya dan gayanya, serta
menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya dia harus siap dan mau melihat
dengan jernih penilaian dan tanggapan dari pembacanya, baik yang bersifat positif
atau negatif (Greves dalam Darmojo dan Wibisono, 1999: 21).
4) Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu
hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui oleh orang lain, tetapi apa
yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, dia tidak akan
dapat menyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

30

pengetahuan yang memadai tentang apa-apa yang akan ditulis (Greves dalam
Darmojo dan Wibisono, 1999: 21).
Berdasarkan uraian pendapat tentang manfaat menulis yang telah diuraikan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis itu sangat besar bagi
perkembangan intelektualitas seseorang khususnya seorang anak (siswa) yang
nantinya akan berpengaruh langsung terhadap beberapa aspek di antaranya yaitu,
aspek kecerdasan, aspek pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas, aspek
keberanian (percaya diri), aspek pengembangan kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi.
e. Hubungan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa yang Lain
Secara umum sudah diketahui bahwa keterampilan berbahasa itu mencakup
empat komponen (Mode). Secara umum keempat komponen tersebut adalah
menyimak, berbicara, menulis, dan membaca (Suparno dan Yunus (2007: 1.6).
Keempat keterampilan tersebut erat sekali hubungannya satu sama lainnya
sehingga disebut sebagai catur-tunggal (Tarigan, 2013: 1). Secara konsep di dalam
memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya seseorang melalui suatu hubungan
tata urutan yang teratur yakni, umumnya di mulai dari keterampilan menyimak
kemudian berbicara, membaca, dan kemampuan terakhir menulis. Pada dasarnya
dua keterampilan dasar berbahasa yaitu keterampilan menyimak dan berbicara
sudah dipelajari sebelum seorang anak masuk sekolah (Tarigan, 2013: 1). Di dalam
hal ini hubungan keterampilan menulis dengan keterampilan berbahasa yang
lainnya dapat diuraikan lebih rinci sebagai berikut.
1) Hubungan Menulis dengan Membaca

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

31

Menulis dan membaca adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang
disampaikan penulis dan diterima oleh pembaca dijembatani melalui lambang
bahasa yang dituliskan (Suparno dan Yunus (2007: 1.7). Menulis adalah kegiatan
berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang
bersifat reseptif. Secara umum apabila ditampilkan dalam peran kondisi nyata,
seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk
tulisan, sebaliknya seorang pembaca mencoba memahami gagasan, perasaan, atau
informasi

yang

menghubungkannya

disajikan
dengan

dalam

bentuk

kemungkinan

tulisan
maksud

tersebut
penulis

sekaligus
berdasarkan

pengalamannya (Dalman, 2014: 9).
Apabila mengacu pada uraian pendapat Dalman tersebut, maka dapat
dipahami bahwa pada dasarnya hubungan antara menulis dan membaca adalah
hubungan antara penulis dan pembaca. Apabila seseorang menuliskan sesuatu,
pada prinsipnya adalah adanya keinginan dari penulis agar tulisannya itu dibaca
oleh orang lain, paling sedikit dapat dibaca oleh si penulis di lain waktu. Secara
sederhana dapat dipahami bahwa kegiatan baca tulis merupakan sebuah kegiatan di
dalam keterampilan menulis di mana penulis juga berlaku sebagai pembaca, artinya
ketika kegiatan menulis berlangsung, penulis juga membaca hasil tulisannya.
(Tarigan, 2013: 4). Seseorang akan mampu menulis setelah membaca karya orang
lain atau secara tidak langsung akan membaca karyanya sendiri. Pada saat
seseorang membaca karya orang lain, maka ia juga akan berperan seolah-olah
sebagai seorang penulis yaitu ia akan menemukan topik dan tujuan, gagasan, serta
mengorganisasikan bacaan dari karangan yang dibacanya (Suparno dan Yunus,

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

32

2007: 1.4-1.5). Senada dengan pendapat tersebut, kegiatan baca-tulis pada
hakekatnya adalah suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan
pembaca sebagai penulis (Goodman dan Tierney dalam Suparno dan

Yunus,

2007: 1.7).
2) Hubungan Menulis dengan Menyimak
Secara umum hubungan antara menulis dengan menyimak adalah hubungan
antara input dan output. Pada waktu seseorang membutuhkan ide, inspirasi, atau
informasi untuk tulisannya, maka hal tersebut dapat dipenuhi salah satunya dengan
kegiatan membaca dari media cetak maupun sumber tidak tercetak. Di dalam
sumber tidak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, dan
diskusi inilah kegiatan menyimak dilakukan (Dalman, 2014: 10). Secara umum
penulis tidak hanya memperoleh ide atau informasi untuk tulisannya saja dari
kegiatan menyimak tersebut, tetapi juga menginspirasikan tata, segi, dan struktur
penyampaian lisan yang menarik hatinya yang

akan berguna untuk

aktivitas menulisnya di kemudian hari (Suparno dan Yunus, 2007: 1.8).
3) Hubungan Menulis dengan Berbicara
Menulis dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif, artinya penulis dan pembicara berperan sebagai penyampai atau pengirim
pesan kepada pihak lain (Dalman, 2014: 11). Senada dengan pendapat Dalma
tersebut, secara umum menulis dan berbicara itu memiliki ciri yang sama, yaitu
produktif dan ekspresif. Di sisi lain, perbedaannya muncul pada konteks bahwa
menulis itu memerlukan penglihatan dan gerak tangan, sedangkan di dalam
berbicara diperlukan pendengaran dan pengucapan (Tarigan, 2013: 12). Secara

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

33

sederhana dapat dipahami bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung,
tidak tatap muka, sedangkan berbicara merupakan komunikasi langsung atau tatap
muka. Sejumlah ahli sepakat bahwa keterampilan berbicara dan menulis
dimasukkan ke dalam retorik. Di dalam hal ini, retorik dimaknai sebagai seni
penyusunan atau penggubahan (kata-kata dan kalimat) yang tepat guna dan
bertanggung jawab, baik dalam tuturan maupun dalam tulisan (Tarigan, 2013: 12).
Di sisi lain, retorik juga dipahami sebagai penggunaan bahasa secara tepat guna
untuk mengkomunikasikan perasaan sejati dan gagasan-gagasan yang sehat serta
masuk akal (Loban dalam Tarigan, 2013: 13).
Pada dasarnya menulis dan berbicara itu harus mengambil sejumlah
keputusan berkaitan dengan topik, tujuan, jenis informasi yang akan disampaikan,
serta cara penyampaiannya sesuai dengan kondisi sasaran (pembaca dan
pendengar) dan corak teksnya (eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi, dan
persuasi) (Suparno dan Yunus, 2007: 1.8). Pesan yang disampaikan melalui media
tulisan dapat diperoleh dari hasil berbicara, begitu juga sebaliknya yaitu seseorang
berbicara dapat mengambil konsep atau informasi dari hasil tulisannya sendiri atau
orang lain (Dalman, 2014: 11). Apabila mengacu pada pendapat T.S Eliot dalam
Tarigan (2013: 13) yang berkomentar bahwa: “Kalau kita menulis seperti kita
berbicara, kita akan menjumpai bahwa tidak seorang pun yang mau membacanya
dan kalau kita berbicara seperti kita menulis jelas bahwa tidak ada orang mau
mendengarkannya”.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut, secara umum dapat
dipahami bahwa kegiatan menulis tidak dapat dipisahkan dari kegiatan kebahasaan

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

34

lainnya. Pada dasarnya menulis didorong oleh kegiatan mendengarkan (menyimak),
berbicara, dan membaca, seperti dalam berbicara, menulis membawa ide-ide dari
seseorang dengan tujuan dan makna yang berbeda. Secara sederhana seseorang
akan dapat mengembangkan perasaan pendengar dan merasakan kegaitan menulis
sebagai tindakan yang relevan yang terjadi di antara diri sendiri, orang lain, dan
masyarakat (Campbell, 2006: 30).
f. Tahap-Tahap Penulisan
Parera (1987: 1) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses.
Proses di dalam hal ini meliputi proses penulisan yang di dalamnya terdapat
beberapa tahap penulisan di antaranya meliputi tahap prapenulisan (persiapan),
tahap penulisan (pengembangan isi karangan), dan tahap pascapenulisan (telaah
dan revisi atau penyempurnaan tulisan) (Suparno dan Yunus, 2007: 1.14). Pada
dasarnya ketiga tahap penulisan tersebut menunjukkan kegiatan utama yang
berbeda, di dalam tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang mengarahkan
penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu. Di dalam tahap penulisan dilakukan
apa yang telah ditentukan itu, yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimatkalimat, satuan paragraf, bab, atau bagian. Di dalam tahap terakhir yaitu
pascapenulisan yang dilakukan adalah membaca dan menilai kembali yang ditulis,
memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi (Dalman,
2014: 15-19). Tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis tersebut akan
diuraikan lebih rinci sebagai berikut.
1) Tahap Prapenulisan
Pada dasarnya tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

35

menulis, di mana di dalamnya mencakup beberapa langkah dalam menulis
karangan. Penulis menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, hingga melakukan
berbagai hal yang memperkaya masukan kognitifnya di dalam tahapan ini (Dalman,
2014: 15). Di sisi lain Proett dan Gill dalam (Suparno dan Yunus, 2007: 1.16) juga
berpedapat bahwa tahapan ini adalah sebuah fase untuk mencari, menemukan, dan
mengingat kembali pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dan diperlukan
penulis. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk mengembangkan isi serta mencari
kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis
dapat disajikan dengan baik.
Seorang penulis di dalam membuat karya tulis membutuhkan bahan atau
data untuk mendukung ide-idenya. Apabila seorang penulis tidak mempunyai data
atau bahan bagaimakah mungkin ia dapat mengembangkan tulisannya. Sumber data
dapat diperoleh dari sumber utama, seperti pengalaman dan inferensi dari
pengalaman. Di dalam tahap prapenulisan ini akan dibahas lebih rinci tentang
beberapa aktivitas pendukungnya seperti menentukan topik, menentukan maksud
dan tujuan penulisan, memerhatikan sasaran karangan (pembaca), mengumpulkan
informasi pendukung dan mengorganisasikan ide dan informasi masing-masing
kegiatan tersebut akan diuraikan lebih rinci sebagai berikut.
a) Menentukan Topik
Kegiatan utama dari menentukan topik adalah penulis menentukan apa yang
akan dibahas di dalam tulisannya nanti. Topik merupakan inti persoalan yang
menjiwai isi karangan, yang mempertautkan seluruh bagian atau ide karangan
menjadi satu keutuhan, oleh karena itu tanpa kehadiran sebuah topik yang jelas,

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

36

maka isi karangan pun akan membuat fokusnya kabur (Suparno dan Yunus, 2007:
1.18). Topik tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengalaman, dan
pengamatan. Seorang penulis dapat menulis tentang pendapat, sikap, atau
tanggapan sendiri atau orang lain atau tentang khayalan/imajinasi yang dimilikinya.
Di dalam menentukan topik karangan harus selalu berkenaan dengan fakta.
Masalah pertama yang dihadapi penulis untuk merumuskan tema sebuah karangan
adalah topik atau pokok pembicaraan. Penentuan topik sebelum menggarap suatu
tema merupakan suatu keahlian. Topik mana yang akan dipergunakan dalam
sebuah karangan pada dasarnya bukanlah merupakan persoalan namun, seringkali
hal inilah yang menjadi beban yang tidak kecil bagi mereka yang baru mulai
menulis. Penulis baru/pemula merasa sukar sekali menemukan topik mana yang
kiranya dapat dipergunakannya untuk menyusun karangannya. Sebenarnya
sumber-sumber yang berada di sekitar kita menyediakan bahan yang berlimpahlimpah. Apa saja yang menarik dapat dijadikan topik dalam karangan: pengalaman
masa lampau, pengalaman masa kini, cita-cita, karier, alam sekitar, persoalanpersoalan kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, mata pencaharian dan sebagainya
(Keraf, 2004: 123-124).
Pada tahap selanjutnya setelah topik ditentukan, topik tersebut juga perlu
dibatasi. Membatasi topik tulisan berarti mempersempit atau memperkecil ruang
lingkup pembicaraan dalam penulisan. Cara membatasi topik dapat dilakukan
dengan mempergunakan cara berikut. Pertama, tetapkan topik yang ingin digarap
dalam suatu kedudukan sentral. Kedua, ajukan pertanyaan apakah topik yang
berada di dalam keadaan sentral itu masih dapat diperinci lebih lanjut?. Ketiga,

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

37

tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih. Keempat, ajukanlah
pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih lanjut?. Cara-cara
tersebutlah yang dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh sebuah topik yang
sangat khusus yang akan digarap (Keraf, 2004: 127-128).
b) Menentukan Maksud atau Tujuan Penulisan
Salah satu cara untuk membantu merumuskan tujuan adalah bertanya pada
diri sendiri “Apakah tujuan saya menulis topik karangan ini?”. Berdasarkan
pertanyaan tersebut, maka tahap selanjutnya akan berkembang pada munculnya
rumusan utama berupa tujuan dari kegiatan menulis tersebut. Secara umum tujuan
di dalam konteks ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya yaitu,
menghibur, memberi tahu atau menginformasikan, mengklarifikasi atau
membuktikan, atau membujuk (Suparno dan Yunus, 2007: 1.18). Penentuan tujuan
dinilai sangat penting karena menjadi nyawa atau misi utama dari sebuah karangan.
Pendapat tersebut muncul dengan dasar bahwa menentukan tujuan tulisan adalah
penting sebelum memulai menulis, tujuan menulis akan berpengaruh dalam
menentukan bentuk, panjang, sifat, dan cara penyajian tulisan. Pada tahap setelah
menentukan tujuan penulisan maka kita tahu apa yang akan dilakukan dalam tahap
penulisan. Jika tulisan tanpa dilandasi oleh tujuan yang jelas dan tegas dapat
menyebabkan tulisan itu tanpa arah yang jelas dan besar kemungkinan tidak
dipahami pembaca. Pada hakekaktnya tujuan dapat disebut sebagai nyawa karena
di dalam perkembangannya akan menentukan berbagai corak (Genre) dan bentuk
karangan, gaya penyampaian, serta tingkat kerincian isi karangan tersebut (Suparno
dan Yunus, 2007: 1.18).

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

38

c) Memperhatikan Sasaran Karangan (Pembaca)
Sebuah karangan yang baik bukan hanya ditentukan karena memiliki topik
dan tujuan yang jelas saja, namun juga harus memperhatikan sasaran karangan
tersebut yaitu pembacanya siapa. Britton dalam (Suparno dan Yunus, 2007: 1.19)
berpendapat bahwa keberhasilan menulis itu dipengaruhi oleh ketepatan
pemahaman penulis terhadap pembaca tulisannya. Kemampuan tersebut
memungkinkan seorang penulis untuk dapat memilih informasi serta cara penyajian
yang sesuai. Berdasarkan uraian pendapat Britton tersebutlah maka dapat dipahami
bahwa seorang penulis terkadang dipaksa untuk berulang-ulang membaca atau
meminta orang lain membaca tulisannya dan memperbaikinya (revisi).
Tujuan utama dari kegiatan membaca berulang-ulang adalah untuk
membuat adanya keselaran pemahaman antara pesan yang ingin disamapaikan oleh
penulis dan kesamaan pemahaman pesan oleh pembaca. Seorang penulis juga harus
memperhatikan dan menyesuaikan tulisannya dengan level sosial, tingkat
pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan kebutuhan pembaca (Dalman, 2014:
17). Kondisi tersebut muncul dikarenakan apa yang disampaikan oleh seorang
penulis di dalam tulisannya terkadang belum tentu dapat dipahami dan diperlukan
oleh pembaca (Suparno dan Yunus, 2007: 1.19).
d) Mengumpulkan Informasi Pendukung
Seorang penulis harus memiliki bahan dan informasi yang lengkap untuk
mendukung tulisannya, oleh karena itulah, sebelum seorang penulis menulis ia
perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih informasi yang dapat mendukung,

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

39

memperluas, dan memperkaya isi tulisannya (Suparno dan Yunus, 2007: 1.19).
Bahan dan informasi awal dinilai sangat penting karena dua komponen tersebut
akan menjadi faktor penentu terhadap tingkat kedalaman materi tulisan dan makna
yang terkandung di dalamnya (Dalman, 2014: 17). Senada dengan pendapat
Dalman tersebut, Suparno dan Yunus (2007: 1.20) juga berpendapat bahwa apa
yang disampaikan oleh seorang penulis tanpa adanya bahan dan informasi yang
mencukupi maka sebuah karangan dapat dikatakan hanya memuat hal-hal yang
bersifat umum, usang, bahkan pembaca dapat lebih menguasai akan pesan yang
terkandung di dalamnya.
Pengumpulan bahan dan informasi tersebut perlu dilakukan agar tulisan
menjadi berbobot dan dapat meyakinkan pembaca. Pengumpulan bahan dan
informasi itu sendiri pada dasarnya dapat dilakukan sebelum, sewaktu, atau sesudah
penulisan terjadi namun, akan lebih baik apabila bahan dan informasi yang relevan
telah terkumpul dalam jumlah yang cukup sebelum kegiatan penulisan dilakukan
oleh seorang penulis. Penilaian logis tersebut muncul dengan dasar bahwa bahan
dan informasi yang dimiliki oleh seorang penulis hanya berfungsi sebagai modal
awal saja. Di dalam proses penulisan, modal awal berupa bahan dan informasi
tersebut harus ditambah dan disempurnakan agar lebih relevan dengan topik dan
tujuan penulisan karangan. Di sisi lain, penambahan bahan dan informasi akan
mudah dilakukan dikarenakan seorang penulis sudah tahu persis apa yang
diperlukannya, dengan mengacu pada dua komponen awal tersebut (Suparno dan
Yunus, 2007: 1.20).
e) Mengorganisasikan Ide dan Informasi
Kegiatan mengorganisasikan ide dan informasi pada dasarnya adalah

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

40

langkah terakhir dari tahapan prapenulisan. Setelah seorang penulis menentukan
topik, tujuan, corak wacana, mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan
pembaca, maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan atau menata ide-ide
karangan agar menjadi saling bertautan, runtut, dan padu (Suparno dan Yunus,
2007: 1.20). Secara umum banyak kesulitan-kesulitan yang muncul dalam
mengorganisasikan ide dan informasi. Hal tersebut dapat terjadi karena sebelum
menulis, ide dan informasi yang akan dituangkan oleh seorang penulis tidak disusun
atau diorganisasikan terlebih dahulu. Seorang penulis harus menyusun kerangka
karangan dengan tujuan utama agar tulisannya dapat tersusun secara sistematis.
Kerangka

karangan

adalah

panduan

seseorang

dalam

menulis

ketika

mengembangkan suatu karangan (Dalman, 2014: 18).
Di sisi lain, kerangka karangan juga diartikan sebagai sebuah topik
kerangka yang memuat rencana karangan yang berisi pokok-pokok permasalahan
pembicaraan yang tersusun secara sistematis dan dapat dikembangkan menuju
bentuk yang lebih sempurna. Penyusunan kerangka karangan ini merupakan
kegiatan terakhir yang dilakukan pada tahap persiapan atau prapenulisan. Keraf
(2004: 149) menyatakan bahwa kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang
memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap. Ada pun manfaat
dari kerangka karangan adalah di antaranya yaitu: digunakan untuk menyusun
karangan secara teratur, memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbedabeda, menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih, dan
memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.
2) Tahap Penulisan
Pada tahap ini, seorang penulis membahas setiap butir pokok yang ada di

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

41

dalam kerangka yang disusun dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang
telah dipilih dan dikumpulkan pada tahap prapenulisan (Dalman, 2014: 18). Di
dalam tahapan mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh,
diperlukan bahasa yang tepat, oleh karena itu seorang penulis harus menguasai
kata-kata yang mendukung gagasan atau ide yang dimilikinya. Penulis harus
mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami
pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat
efektif yang selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf
dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai tanda baca yang digunakan secara
tepat.
Secara umum di dalam tahap penulisan akan mengacu pada struktur utama
karangan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu awal, isi, dan akhir.
Bagian pertama, awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan sekaligus
menggiring pembaca terhadap pokok tulisan. Bagian ini dinilai sangat penting
karena akan menentukan apakah pembaca melanjutkan kegiatan

bacanya

atau tidak, oleh karena itu seorang penulis harus berupaya agar awal karangan yang
ditulisnya dapat dibuat semenarik mungkin (Suparno dan Yunus, 2007: 1.23).
Bagian kedua, isi karangan yang menyajikan pembahasan tentang topik atau
ide utama karangan, termasuk pada hal-hal yang menjelaskan atau mendukung ide
seperti: contoh, ilustrasi, informasi, bukti, atau alasan. Di dalam bagian ini, seorang
penulis dituntut harus dapat mengembangkan ide, namun cara untuk
mengembangkan ide tidaklah sesederhana yang dibayangkan karena pada saat
mengembangkan setiap ide, seorang penulis juga dituntut untuk dapat mengambil
keputusan. Keputusan di dalam konteks ini mengacu pada kedalaman serta

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

42

keluasan isi, jenis informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan
termasuk di dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara
pembahasan (pilihan kata, pengalimatan, dan pengaleniaan). Keputusan yang
diambil di dalam hal ini tentunya harus diselaraskan dengan topik, tujuan, corak
karangan, dan pembaca karangan (Suparno dan Yunus, 2007: 1.23).
Bagian ketiga, akhir karangan yang berfungsi untuk mengembalikan
pembaca kepada ide-ide inti dan penekanan ide-ide penting. Pada dasarnya, bagian
akhir itu juga berisi kesimpulan dan dapat ditambahkan rekomendasi atau saran
apabila diperlukan (Dalman, 2014: 18-19).
3) Tahap Pascapenulisan
Di dalam tahap pascapenulisan, secara umum berintikan pada adanya
sebuah upaya untuk melakukan penyempurnaan dan penghalusan dari tulisan yang
telah dibuat. Sebuah tulisan perlu dibaca kembali pada tahap ini. Kegiatan yang ada
di dalam tahap pascapenulisan terdiri atas dua komponen pokok yaitu,
penyuntingan dan perbaikan (revisi) (Dalman, 2014: 19). Heffernan dan Lincoln
serta Tompkins dan Hosskisson dalam (Suparno dan Yunus, 2007: 1.24)
membedakan pengertian menyunting (editing) dan perbaikan atau revisi. Menurut
mereka, penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan usur mekanik karangan
seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa,
pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Ada pun pengertian revisi
atau perbaikan lebih mengarahkan pada pemeriksaan dan perbaikan terhadap isi
karangan.
Di sisi lain, Defelice, Proet, Gill, dan Kemnitz dalam (Suparno dan Yunus,

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

43

2007: 1.24) berpendapat yang intinya berlawanan terhadap pendapat yang
disampaikan oleh Heffernan dan Lincoln serta Tompkins dan Hosskisson. Defelice,
Proet, Gill, dan Kemnitz justru berpendapat bahwa pengertian penyuntingan dan
revisi adalah kegiatan yang sama. Mereka berpendapat bahwa baik penyuntingan
atau revisi pada dasarnya mengacu kepada kegiatan pemeriksaan, membaca ulang,
serta memperbaiki unsur mekanik dan isi karangan. Suparno dan Yunus (2007:
1.24) berpendapat yang dapat dikatakan senada dengan pendapat Defelice, Proet,
Gill, dan Kemnitz, yang mengartikan penyuntingan sebagai kegiatan membaca
ulang suatu “buram karangan” (kerangka karangan) dengan maksud untuk
merasakan, menilai, dan memeriksa baik unsur mekanik ataupun isi karangan. Pada
hakekatnya, tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menemukan atau
memperoleh informasi tentang unsur-unsur karangan yang perlu disempurnakan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan di dalam kegiatan penyuntingan dan
revisi di antaranya sebagai berikut.
a) Membaca keseluruhan karangan
b) Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki atau memberikan catatan bila ada halhal yang harus diganti, ditambahkan, atau disempurnakan, serta
c) Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan (Suparno dan
Yunus (2007: 1.25).
Berdasarkan hasil dari penyuntingan itulah, nantinya kegiatan revisi atau
perbaikan karangan akan dilakukan. Kegiatan revisi tersebut dapat berupa
penambahan, penggantian, penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali
unsur-unsur karangan. Suparno dan Yunus (2007: 1.24-1.25) berpendapat bahwa

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

44

secara umum, kadar revisi karangan itu sendiri tergantung pada tingkat
keperluannya, meliputi revisi berat, sedang, atau ringan. Di dalam revisi ringan,
umumnya disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dari unsur-unsur mekanik.
Kegiatan perbaikannya biasanya dilakukan bersamaan dengan penyuntingan
namun, di dalam revisi berat yang disebabkan oleh kesalahan urutan gagasan,
contoh, atau ilustrasi, cara pengembangan, penyampaian penjelasan atau bukti,
kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan setelah penyuntingan seleseai dilakukan.
Apabila perbaikan itu mendasar, maka kegiatan revisi berat ini biasanya diikuti
dengan penulisan kembali karangan (rewrite) (Suparno dan Yunus (2007: 1.241.25).
Berdasarkan uraian tentang tahap-tahap penulisan tersebut, secara umum
dapat dipahami bahwa tahap-tahap penulisan itu merupakan rangkaian alur berpikir
yang runtut dan kronologis. Tahap-tahap penulisan tersebut dimulai dari tahap
pertama berupa prapenulisan yang intinya merupakan tahap perencanaan atau
persiapan menulis berupa kegiatan mencari, menemukan, dan mengingat kembali
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Tahap kedua
penulisan yang membahas setiap butir pokok yang ada di dalam kerangka yang
disusun dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan
dikumpukan pada tahap prapenulisan. Tahap ketiga pascapenulisan yang secara
umum berintikan pada adanya upaya untuk melakukan penyempurnaan dan
penghalusan dari tulisan yang telah dibuat.
g. Ciri-Ciri Tulisan yang Baik
Tarigan (2013: 6-7) mengungkapkan bahwa secara umum tulisan yang baik

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

45

itu memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya sebagai berikut.
1) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis mempergunakan
nada yang serasi.
2) Tulisan yang baik mencerminakan kemampuan sang penulis menyusun bahanbahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh.
3) Tulisan

yang

baik

mencerminkan

kehidupan

kemampuan

penulis

memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga makna
sesuai dengan yang diinginkan oleh sang penulis.
4) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara
meyakinkan.
5) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk memperbaiki atau
menyunting kembali tulisan tersebut.
6) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis mempergunakan
ejaan dan tanda baca secara seksama (Tarigan, 2013: 6-7).
h. Teks Eksposisi
1) Pengertian Teks Eksposisi
Berdasarkan asal katanya, kata eksposisi berasal dari bahasa Inggris yaitu
exposition yang berarti “membuka” atau “memulai” (Resmini, 2006: 139). Selain
itu, Tarigan (2013: 65) mengatakan bahwa tulisan yang bernada penjelasan (the
explanatory voice) biasanya juga disebut tulisan penyingkapan (explository
writing). Di dalam teks eksposisi, masalah utama yang dikomunikasikan oleh
penulis kepada pembaca adalah informasi. Hal atau sesuatu yang dikomunikasikan
itu dapat berupa, a) data faktual, misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar
terjadi atau bersifat historis, tentang bagaimana sesuatu (misalnya suatu mesin)

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

46

bekerja, tentang bagaimana suatu operasi diperkenalkan, b) suatu analisis atau suatu
penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta, dan c) mungkin sekali berupa
fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus,
asalkan tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi (Resmini, 2006: 139).
Suryanta (2014: 44) menjelaskan bahwa hakekat teks eksposisi terletak
pada adanya opini dan argumen penulis. Teks eksposisi biasanya memuat isu atau
persoalan tentang topik tertentu dan pernyataan yang menunjukkan posisi penulis
dalam menanggapi isu atau persoalan tersebut. Pada tahap selanjutnya teks
eksposisi juga dapat didefinisikan sebagai teks yang berisi paparan, pendapat, atau
opini seseorang dalam menanggapi atau menyikapi suatu isu atau permasalahan
(Suryanta, 2014: 44). Di sisi lain, Priyatni (2014: 91) berpendapat bahwa teks
eksposisi adalah teks yang digunakan untuk meyakinkan pembaca terhadap opini
dengan sejumlah argumen pendukung.
Selain pendapat Resmini tersebut, Marwoto dkk (1985: 170) menutarakan
bahwa teks eksposisi juga dapat diartikan sebagai paparan yang memberikan,
mengupas, atau menguraikan sesuatu demi sesuatu penyuluhan (penyampaian
informasi), dan penyuluhan tersebut tanpa harus disertai desakan atau paksaan
kepada pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkan sebagai suatu yang
besar. Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.12) teks eksposisi adalah ragam
wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan
sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan
pembacanya.
Eksposisi merupakan retorika yang digunakan untuk menyampaikan uraian
ilmiah tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran perasaan dan sikap pembacanya

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

47

atau tidak berusaha mempengaruhi pendapat orang lain. Penulis eksposisi harus
membekali dirinya dengan pemahaman objek yang dibicarakan dengan mengetahui
prinsip umum atau teori ilmiahnya. Penulis juga harus mempunyai kemampuan
menganalisis persoalan secara jelas dan konkret. Fakta dan ilustrasi yang
disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang akan disampaikannya.
Keraf (1981: 3) menjelaskan bahwa eksposisi atau pemaparan adalah salah
satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan
menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau
pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut. Selain itu, Keraf juga
menekankan bahwa eksposisi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
menguraikan suatu objek sehingga dapat memperluas pandangan atau pengetahuan
pembaca dari uraian tersebut. Pada dasarnya wacana ini dapat digunakan untuk
menjelaskan wujud dan hakekat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian
suatu kebudayaan kepada pembaca. Eksposisi dianggap sebagai sebuah alat untuk
menjelaskan bagaimana pertalian suatu obyek dengan obyek yang lain atau dapat
digunakan oleh seorang penulis untuk menganalisa struktur suatu barang,
menganalisa karakter seorang individu, atau situasi (Keraf, 1995: 7). Di sisi lain,
Kosasih (2013: 122) juga mengemukakan bahwa teks eksposisi adalah teks yang
memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi.
Parera (1987: 5) juga mengemukakan pengertian eksposisi sebagai sebuah
kegiatan memaparkan kejadian atau masalah agar pembaca dan pendengar dapat
memahaminya. Alwi (2007: 290) menjelaskan pengertian eksposisi sebagai uraian
atau paparan yang bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan, misalkan suatu
karangan. Eksposisi merupakan paragraf yang berisi pemaparan pikiran atau

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

48

pendapat untuk memperluas pandangan atau pengetahuan pihak lain atau pembaca.
Hasani (2005: 30) mendefinisikan bahwa eksposisi merupakan bentuk tulisan yang
sering digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah dan tidak berusaha
mempengaruhi pendapat pembaca.
Suparmi (1985: 184) juga mengungkapkan bahwa di dalam menulis
eksposisi seorang penulis pada hakekatnya sedang menjelaskan sesuatu atau
mengembangkan sebuah gagasan. Rahardi (2009: 166) berpendapat bahwa
eksposisi adalah paragraf paparan yang bertujuan untuk menampilkan atau
memaparkan sosok objek tertentu yang hendak dituliskan. Senada dengan
pendapat-pendapat tersebut, Resmini (2006: 139) berpendapat bahwa eksposisi
adalah karangan yang bertujuan utama untuk memberitahu, mengupas,
menguraikan, atau menerangkan sesuatu dengan acuan semata-mata hanya untuk
membagikan informasi dan tidak sama sekali untuk mendesak atau memaksa
pembaca untuk menerima pandangan atau pendirian tertentu sebagai sesuatu yang
benar.
Darwanti (2015: 24-25) memaparkan bahwa teks eksposisi adalah paragraf
yang digunakan untuk memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuan
utamanya adalah agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan
sejelas-jelasnya. Sementara itu, Dawud (2004: 15) menjelaskan bahwa teks
eksposisi itu menekankan pada uraian agar pembaca memahami penjelasan, konsep,
definisi, atau uraian yang dikemukakan oleh penulis. Teks eksposisi sering
digunakan dalam menyampaikan uraian-uraian ilmiah, ilmiah populer, dan uraian
ilmiah lainnya yang pada prinsipnya tidak berusaha mempengaruhi pendapat orang

Keterkaitan Retrival Kata..., Yusup Wibisono, Program Pascasarjana UMP, 2017

49

lain. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebutlah, maka dapat dipahami bahwa teks
eksposisi merupakan tulisan yang menjelaskan dan menginformasikan sesuatu yang
dapat menambah pengetahuan seseorang atau pembaca.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa teks eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menerangkan atau menginformasikan dan menguraikan suatu pokok pikiran
sehin