Kedudukan Rekaman CCTV Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Korupsi Setelah Keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20 PUU-XIV 2016

KEDUDUKAN REKAMAN CCTV SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
TINDAK PIDANA KORUPSI SETELAH KELUARNYA PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 20/PUU-XIV/2016

SKRIPSI
Disusun dan Diajukan dalam Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RONI ALEXANDRO LAHAGU
NIM: 130200206

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala kemurahan dan karunia-Nya yang senantiasa diberikan kepada Penulis
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Kedudukan
Rekaman CCTV Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Korupsi Setelah
Keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PUU-XIV/2016”.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk
meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Penulis telah
mencurahkan segenap hati, pikiran, dan kerja keras dalam penyusunan skripsi ini.
Meskipun demikian, Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini
masih terdapat kekurangan baik dari segi substansi maupun penggunaan kata,
sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik
dan saranyang membangun untuk melengkapi kekurangan tersebut, agar skripsi
ini menjadi lebih baik.
Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua
orangtua Penulis, Helpiaro Lahagu dan Retno Irianingsih yang selalu mendoakan,
mendidik dan memberikan dukungan kepada Penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Penulis menyampaikan terimakasih atas kasih yang tak
terbatas yang Papa dan Mama berikan kepada Penulis sejak di dalam kandungan
sampai berumur hampir 22 tahun seperti ini. Segala nikmat yang Penulis rasakan
sekarang ini, adalah hasil setiap tetes keringat kalian yang tak akan pernah bisa

terbalaskan oleh Penulis. Tak ada kalimat selain ucapan syukur kepada Tuhan atas
perjuangan kalian untuk Penulis.

Universitas Sumatera Utara

Melalui kesempatan ini, Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu Penulis selama masa perkuliahan dan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini, yaitu:
1.

Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara;

2.

Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;

3.


Bapak Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara;

4.

Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;

5.

Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;

6.

Bapak Dr. M. Hamdan, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7.


Ibu Liza Erwina, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum
Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8.

Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan
memberikan dukungan penuh kepada Penulis untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini, serta mengajarkan berbagai hal yang sangat bermanfaat bagi
penulis dalam menjalani hidup di masa sekarang maupun yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

9.

Bapak Dr. Edi Yunara, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan
mengajarkan Penulis tentang bagaimana teknik penulisan yang baik dan benar
yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;


10. Bapak Muhammad Siddik, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing Penulis selama masa perkuliahan;
11. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Departemen Hukum Pidana Fakultas
Hukum

Universitas

Sumatera

Utara

yang

telah

mengajarkan

dan

mencurahkan ilmu yang lebih mendalam mengenai Hukum Pidana;

12. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah mendidik dan membimbing Penulis selama menempuh
pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
13. Seluruh Pegawai dan Petugas Kebersihan yang ada di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kenyamanan dalam
menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Sumatera Utara;
14. Keluarga Besar Tua F. Lahagu/R. Ketaren yang senantiasa mendoakan,
memberikan dukungan moral serta memberikan nasihat kepada Penulis dalam
menjalani perkuliahan di perantauan;
15. Sahabat sekaligus teman seperjuangan Penulis selama mengikuti perkuliahan
di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Addy, Bobtian, Bren, Defin,
Kak Desi, Evan, Fitty, Immanuel, Iqbal, Jimmy, Mipa, Rere, Yonas, dan
teman Penulis yang sudah lebih dahulu meninggalkan FH USU, Frederik;

Universitas Sumatera Utara

16. Seluruh teman-teman Penulis di Grup B stambuk 2013, yang selama hampir 4
tahun bersama-sama mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara;
17. Seluruh teman-teman Penulis yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa

Departemen Hukum Pidana (Imadana);
18. Teman-teman dan adik-adik yang tergabung dalam kepanitiaan Perayaan
Natal Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tahun 2016;
19. Teman-teman Stambuk 2013 yang belum Penulis sebutkan, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini; dan
20. Seseorang yang sering mengaku sebagai Barbie, yang selalu memberikan
semangat dan doa kepada Penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa manfaat yang sangat besar bagi
pembaca dan perkembangan hukum di Indonesia. Terima kasih.

Medan, 24 Februari 2017
Penulis,

Roni Alexandro Lahagu

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Roni Alexandro Lahagu *
Alvi Syahrin **

Edi Yunara ***
Tindak pidana korupsi merupakan extraordinary crime yang semakin
beragam modus operandinya. Penggunaan alat bukti elektronik sangat diperlukan
untuk mengatasi masalah tersebut. Termasuk salah satunya yaitu rekaman CCTV.
Keluarnya Putusan MK No. 20/PUU-XIV/2016 tanggal 07 September 2016 yang
memberi tafsir terhadap alat bukti elektronik, menjadi dasar dibentuknya UU No.
19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE.
Putusan tersebut bertujuan untuk menambah pengaturan tentang intersepsi atau
penyadapan yang belum secara khusus diatur dalam sebuah Undang-Undang.
Adapun masalah hukum yang timbul adalah bagaimana pengaturan
mengenai alat bukti dan alat bukti elektronik dalam hukum acara pidana di
Indonesia, bagaimana kekuatan pembuktian rekaman CCTV dalam penyelesaian
tindak pidana korupsi, dan bagaimana kedudukan atau keadaan sebenarnya dari
alat bukti rekaman CCTV sebagai alat bukti dalam tindak pidana korupsi setelah
keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi tersebut. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif dengan mengumpulkan bahan hukum (primer,
sekunder, dan tersier) melalui studi kepustakaan (library research). Bahan hukum
utama yang dikaji adalah Putusan MK No. 20/PUU-XIV/2016 bertanggal 07
September 2016 dan peraturan yang terkait dengan permasalahan dalam skripsi ini
yaitu UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, UU No. 20 Tahun 2001 jo. UU No. 31

Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tipikor dan peraturan lainnya. Untuk
mendukung bahan hukum tersebut, juga dipergunakan bahan hukum sekunder dan
tersier berupa buku, jurnal, internet, kamus, dan sebagainya.
Hasil dari penelitian ini berupa kesimpulan bahwa, pertama, Di Indonesia,
pengaturan tentang alat bukti dalam hukum acara pidana tidak hanya terdapat di
dalam KUHAP, melainkan juga diatur dalam beberapa peraturan perundangundangan yakni pengaturan alat bukti elektronik. Kedua, kekuatan alat bukti
rekaman CCTV dalam penyelesaian tindak pidana korupsi dipengaruhi oleh
berbagai faktor, dan yang ketiga adalah bahwa kedudukan atau keadaan
sebenarnya rekaman CCTV sebagai alat bukti dalam tindak pidana korupsi setelah
keluarnya Putusan MK No. 20/PUU-XIV/2016 harus memenuhi beberapa
ketentuan sehingga bukan merupakan intersepsi atau penyadapan.
Kata Kunci : Alat Bukti, Rekaman CCTV, Intersepsi atau Penyadapan, Korupsi.

*

Mahasiwa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Pidana.
Dosen Pembimbing I / Staff Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
***
Dosen Pembimbing II / Staff Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.
**

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
ABSTRAKSI……………………………………………………………... v
DAFTAR ISI……………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah………………………………………… 9
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan……………………………... 9
D. Keaslian Penulisan………………………………………….. 11
E. Tinjauan Kepustakaan……………………………………… 11
1.

Pengertian Informasi Elektronik dan Dokumen
Elektronik………………………………………………. 11


2.

Pengertian Rekaman CCTV……………………………. 14

3.

Pengertian Kedudukan Rekaman CCTV…....…..…….. 21

4.

Pengertian Pembuktian dan Alat Bukti……………….. 21

5.

Pengertian Tindak Pidana Korupsi………………….… 26

6.

Pengertian Intersepsi atau Penyadapan………………..

7.

Tanggapan Terhadap Putusan MK No. 20/PUU-XIV/

29

2016………………………………………………….... 38
F. Metode Penelitian…………………………………………... 39
G. Sistematika Penulisan……………………………………….. 43

Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGATURAN ALAT BUKTI DAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK
DALAM HUKUM ACARA PIDANA DI INDONESIA
A. Pengaturan tentang Alat Bukti di Indonesia……………….. 44
1.

Pengaturan Alat Bukti menurut KUHAP……………... 44

2.

Pengaturan Alat Bukti menurut Peraturan PerundangUndangan Di Luar KUHAP……………..……………. 53

B. Pengaturan Alat Bukti Elektronik Dalam Hukum Acara
Pidana Di Indonesia………………..…………………….… 54
C. Sistem Pembuktian Di Indonesia…………………………..

63

BAB III KEKUATAN PEMBUKTIAN REKAMAN CCTV DALAM
PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KORUPSI
A. Rekaman CCTV sebagai Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik……………………………………….. 71
B. Kekuatan Pembuktian Rekaman CCTV Dalam Tindak Pidana
Korupsi……………………………………………………… 74
C. Kasus-Kasus Tindak Pidana Korupsi yang Menggunakan
Rekaman CCTV sebagai Alat Bukti………………………… 85
BAB IV KEDUDUKAN REKAMAN CCTV SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
TINDAK PIDANA KORUPSI SETELAH KELUARNYA PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 20/PUU-XIV/2016
A. Analisis Perkara Konstitusi Nomor 20/PUU-XIV/2016........ 93
1.

Kasus Posisi Perkara Konstitusi No. 20/PUU-XIV/2016.. 93

2.

Petitum yang Dimohonkan oleh Pihak Pemohon dalam
Perkara Konsititusi No. 20/PUU-XIV/2016…………… 95

3.

Keterangan Pemerintah atas Materi Pokok Permohonan

Universitas Sumatera Utara

Perkara Konstitusi No. 20/PUU-XIV/2016……………. 98
4.

Keterangan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap Pokok
Dalam Perkara Konstitusi No. 20/PUU/XIV-PUU/2016.. 100

B. Pertimbangan Hakim Mengenai Pokok Permohonan dan
Amar Putusan MK No. 20/PUU-XIV/2016………………… 101
C. Kedudukan Rekaman CCTV Sebagai Alat Bukti dalam
Tindak Pidana Korupsi Setelah Keluarnya Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 20/PUU-XIV/2016………………........... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………. 118
B. Saran………………………………………………………... 120
DAFTAR PUSTAKA……………………………………..……………… 123

Universitas Sumatera Utara