Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

2016

Konsep Kewirausahaan
(Entrepreneurship)
Pada Institusi Perpustakaan
OLEH : MURNIATY, S.SOS.
PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN USU

PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan” ini dengan baik.
Penerapan konsep kewirausahaan pada institusi perpustakaan sebenarnya bukanlah
suatu hal yang baru. Sejak dimulainya proses otomasi pada kegiatan kerumahtanggaan
perpustakaan secara sederhana pada era tahun 1990-an, hingga kini terus berlanjut
memasuki era tahun 2000-an dengan konsep pelayanan yang berbasis online (webbased),

merupakan aktivitas nyata dari penerapan konsep kewirausahaan (entrepreneurship) pada
institusi perpustakaan.
Perlu dipahami bahwa konsep kewirausahaan (entrepreneurship) pada institusi
perpustakaan sebenarnya tidak murni berkonsep bisnis melainkan perpaduan antara konsep
bisnis dan sosial. Konsep kewirausahaan (entrepreneurship) pada institusi perpustakaan
pada hakekatnya bukan bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara finansial, tapi
lebih kepada tindakan praktik inisiatif atau pengembangan kepemimpinan untuk memenuhi
kebutuhan perpustakaan dan penggunanya dengan cara-cara baru yang kreatif dan inovatif.
Ketertarikan penulis untuk memahami lebih jauh tentang bagaimana menerapkan
konsep kewirausahaan (entrepreneurship) pada institusi perpustakaan ini pada akhirnya
menginspirasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Semoga apa yang penulis sajikan
memberikan banyak manfaat bagi para pembaca pada umumnya, terutama bagi para
pustakawan/pengelola perpustakaan di tanah air. Akhir kata, tiada gading yang tak retak,
tiada manusia yang sempurna. Mohon maaf atas kekurangan yang mungkin ada.

Wassalam Penulis
Murniaty, S.Sos.

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan


Page i

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................................

i

Daftar Isi .......................................................................................................................

ii

1. Pendahuluan ............................................................................................................

1

2. Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Secara Umum .....................................

3


3. Penerapan Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi
Perpustakaan ...........................................................................................................

4

4. Inovasi dan Kreatifitas Sebagai Elemen Penting Dalam Konsep Kewirausahaan
(Entrepreneurship) ..................................................................................................

6

5. Menerapkan Jiwa Wirausahawan (Entrepreneur) Pada Pustakawan ......................

8

6. Penutup ..................................................................................................................

15

Daftar Referensi ..........................................................................................................


16

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page ii

Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Pada Institusi Perpustakaan
Oleh:
Murniaty, S.Sos.

1. Pendahuluan
Perpustakaan pada hakekatnya adalah sebuah institusi layanan publik yang bersifat
nirlaba (not for profit organization) yang memiliki beragam sumber daya informasi tetapi
dengan tujuan tidak mencari keuntungan. Berbeda dengan sebuah toko buku yang
menyediakan berbagai macam koleksi bahan pustaka tetapi bersifat profit atau mencari
keuntungan. Namun, dalam operasionalnya perpustakaan memerlukan dana, baik untuk
pengadaan koleksi, pengolahan, perawatan, pelayanan, sampai kepada gaji pustakawannya.
Sebagai institusi yang memerlukan dana, maka seyogyanya tidak mungkin perpustakaan
memberikan layanan secara gratis kepada pemustaka. Dalam banyak hal, operasional

perpustakaan sebenarnya banyak mendapatkan dana dari pemustaka. Hanya saja
pemustaka pada hakikatnya tidak membayar secara langsung, tetapi membayar secara tidak
langsung. Sebagai contoh, mahasiswa pada sebuah perguruan tinggi mendapatkan layanan
perpustakaan secara gratis karena universitas menyediakan dana yang sebenarnya
bersumber dari mahasiswa, seperti misalnya Dana Kelengkapan Mahasiswa (DKM) yang
diperoleh ketika pendaftaran ulang mahasiswa baru. Contoh lainnya, masyarakat umum
mendapatkan

layanan

perpustakaan

umum

secara

gratis

karena


pemerintah

mengalokasikan dana yang sebenarnya juga bersumber dari masyarakat. Jadi pengertian
not for profit di sini adalah perpustakaan bukanlah institusi yang mencari keuntungan secara
finansial. Pendanaan yang didapat perpustakaan sepenuhnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan pemustaka itu sendiri.
Seiring dengan perubahan zaman, perubahan hakikat di atas bisa saja terjadi.
Sekarang ini sangat memungkinkan sekali bagi perpustakaan untuk berubah menjadi
institusi yang profit. Dalam perkembangan terakhir, banyak bermunculan ide-ide untuk
mempertimbangkan kemungkinan perpustakaan dapat menswastakan diri dari jasa yang
diberikannya kepada pemustaka. Ide-ide baru tersebut sangat mendorong perpustakaan
untuk berani terjun mengembangkan dirinya dalam aktivitas ekonomi dan bisnis dan
menjadikan perpustakaan sebagai institusi kewirausahaan (entrepreneurship).
Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 1

Tetapi perlu dipahami bahwa konsep kewirausahaan (entrepreneurship) pada
institusi perpustakaan sebenarnya tidak murni berkonsep bisnis melainkan perpaduan
antara konsep bisnis dan sosial. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Siregar (2013: 3) yang

mengatakan: “Konsep kewirausahaan pada institusi perpustakaan bukan bertujuan untuk
memperoleh keuntungan secara finansial, tapi lebih kepada tindakan praktik inisiatif atau
pengembangan kepemimpinan untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan dan
penggunanya dengan cara baru yang kreatif. Penyediaan produk atau layanan inovatif bagi
pengguna di lingkungan institusi induk perpustakaan biasanya tidak memberikan hasil dalam
bentuk finansial, tetapi penyediaan layanan bagi pengguna di luar institusi induk seyogyanya
menghasilkan keuntungan baik dalam bentuk uang maupun sumber daya lainnya”.
Selanjutnya Siregar (2013: 4) juga mengatakan, alasan lain dilakukannya aktivitas
kewirausahaan (entrepreneurship) pada institusi perpustakaan adalah untuk meningkatkan
pengalaman profesional dan untuk menghasilkan hibah finansial bagi pustakawan secara
individu, sehingga dapat meningkatkan reputasi perpustakaan dalam lingkungannya dan
berpengaruh terhadap peningkatan pendanaan yang diperoleh dari institusi induknya.
Aktifitas kewirausahaan juga dapat lebih menekankan pada kontribusinya terhadap
kemakmuran ekonomi dan untuk memenuhi kebutuhan komunitas yang lebih luas. Dengan
demikian, perpustakaan memiliki kesempatan untuk memperoleh dukungan dari komunitas
bagi pendanaan yang lebih besar dari pemerintah di masa mendatang.
Sumberdaya informasi adalah kekuatan, sehingga memiliki nilai yang sangat tinggi
bagi yang membutuhkan. Untuk itu penting bagi seorang pustakawan dan institusi
perpustakaan, sebagai pengelola sumberdaya informasi, memiliki wawasan kewirausahaan
(entrepreneurship), agar organisasi perpustakaan dapat terus bertahan. Paradigma lama

bahwa perpustakaan hanya institusi pemberi jasa yang not for profit harus segera
ditinggalkan. Melalui pendekatan bisnis dan manajemen yang tepat, maka pimpinan
perpustakaan dapat mengimplementasikan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) pada
pustakawan dan institusi perpustakaannya.
Arti sesungguhnya dari entrepreneur adalah kemandirian. Apa yang dilakukan tidak
tergantung pada pemberian, melainkan sebuah upaya terhadap bentuk kerjasama (bisnis)
dengan institusi-institusi profit lainnya untuk mencapai kesuksesan. Kemudian apa yang
telah diupayakan tersebut berdampak positif bagi banyak orang. Pertanyaannya, apakah
perpustakaan siap menjadi institusi entrepreneurship? Bagaimana sebenarnya konsep
kewirausahaan (entrepreneurship) pada institusi perpustakaan? Bagaimana menerapkan

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 2

jiwa wirausahawan (entrepreneur) pada pustakawan? Melalui makalah ini penulis akan
menelaahnya.
2. Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Secara Umum
Pengertian kewirausahaan (entrepreneurship) sangat bervariasi karena banyaknya
bidang ilmu yang mengembangkannya. Para ahli pun kemudian banyak yang

menggabungkannya dengan konsep-konsep lain. Seperti Richard Cantilon dalam Imansyah
(2009: 7) yang mendefenisikan kewirausahaan (entrepreneurship) sebagai “konsep
keberanian mengambil resiko dalam ketidakpastian”. Artinya setiap tindakan bisnis pasti
memiliki resiko yang sulit diperhitungkan. Tetapi jiwa seorang wirausahawan (entrepreneur)
akan melihat sebuah resiko sebagai sebuah tantangan dan peluang untuk mencapai
keberhasilan. Sementara Peter F. Drucker dalam Kasmir (2006: 17) menyebutkan bahwa
“kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda”. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan
(entrepreneur) adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, berbeda dari yang lain, atau berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Konsep kewirausahaan yang lain disebutkan oleh Zimmerer dalam Kasmir (2006: 17),
yang mengartikan kewirausahaan (entrepreneurship) sebagai “suatu proses penerapan
kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan (usaha)”.

Pendapat ini mengandung makna bahwa untuk

menciptakan sesuatu diperlukan suatu kreatifitas dan jiwa inovator yang tinggi. Seseorang
yang memiliki kreatifitas dan jiwa inovator tentu berpikir untuk mencari atau menciptakan
peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya.

Konsep berbeda diberikan oleh Dewanti (2008: 3) yang menyebutkan bahwa
“kewirausahaan (entrepreneurship) dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir kreatif,
berani mengambil resiko dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan, siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup”. Dalam
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa, kewirausahaan (entrepreneurship) tidak
terbatas pada kemampuan mengelola bisnis semata sebagai pengusaha, tetapi juga
siapapun yang mengelola upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan
sumber daya untuk menemukan peluang demi perbaikan ke arah yang lebih baik. Jelaslah
bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimaksudkan untuk merintis usaha
Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 3

baru sebagai pengusaha, tetapi juga seorang pegawai biasa termasuk pustakawan yang
bekerja pada sebuah instansi atau perpustakaan bisa disebut sebagai wirausahawan
(entrepreneur) bila melakukan inovasi dan kreatifitas.
Melengkapi berbagai konsep kewirausahaan (entrepreneurship) di atas, kiranya perlu
juga kita memahami Instruksi Presiden RI nomor 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995 yang
mendefenisikan kewirausahaan (entrepreneurship) sebagai “semangat, sikap, perilaku, dan
kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada

upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar”.
Melalui Inpres tersebut pemerintah mengingatkan kesadaran kepada masyarakat
bahwa perlu digerakkan dan diberlakukan budaya kewirausahaan (entrepreneurship) pada
institusi-institusi yang ada di masyarakat, termasuk institusi perpustakaan, sehingga dapat
lebih meningkatkan efisiensi dan peningkatan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat
pemakai perpustakaan.
3. Penerapan Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan
Kewirausahaan (entrepreneurship) pada institusi not for profit seperti perpustakaan
merupakan sesuatu yang unik, karena hingga saat ini konsep kewirausahaan lebih melekat
pada institusi yang bersifat bisnis atau profit. Padahal, sekarang ini perkembangan
kewirausahaan juga sudah dapat diterapkan pada institusi layanan publik seperti
perpustakaan (Drucker seperti dikutip oleh Herlina dalam Imansyah, 2009: 3).
Pada institusi perpustakaan, konsep kewirausahaan (entrepreneurship) pada
dasarnya lebih merupakan perpaduan antara konsep bisnis dan sosial. Pemikiran untuk
mengorientasikan perpustakaan ke arah bisnis pada dasarnya bertujuan agar perpustakaan
dapat melakukan proses transformasi, yaitu mengubah sesuatu dari keadaan yang sekarang
ke keadaan yang baru yang lebih baik, dengan menggunakan perangkat inovasi dan
kreatifitas sebagai elemen penting dari semangat kewirausahaan. Setiap institusi yang ingin
maju dan berkembang secara dinamis akan terus melakukan transformasi dari waktu ke
waktu, sesuai dengan kapasitasnya.
Menurut Siregar (2013: 1): “Transformasi bisa dimulai dari hal-hal yang kecil, karena
sistem pada dasarnya adalah kumulasi dari sejumlah besar proses bisnis yang berjalan
dalam sebuah sistem perpustakaan. Dapat dibayangkan, jika sebuah perpustakaan tidak
Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 4

melakukan transformasi, mungkin pengunjungnya akan terus menurun karena tidak
memiliki keunggulan berdaya-saing. Jika hal seperti itu terjadi maka pasar informasi akan
dimenangkan oleh kompetitor dan institusi perpustakaan akan dipandang tidak penting oleh
masyarakat”.
Sekarang ini, pada masyarakat sendiri mulai timbul persepsi bahwa sumberdaya
informasi sebagai komoditi yang berpotensi untuk mendatangkan hasil. Sedangkan institusi
perpustakaan merupakan penyalur distribusi informasi yang sangat baik karena mempunyai
kedekatan dengan kebutuhan pemustaka. Upaya untuk merubah perpustakaan yang
berorientasi ke bisnis bukanlah persoalan yang mudah, melainkan memerlukan
pemikiran yang matang. Bagaimanapun harus diakui, penerapan konsep kewirausahaan
(entrepreneurship) pada organisasi pelayanan publik, seperti perpustakaan, akan lebih sulit
dibandingkan dengan dunia bisnis yang murni. Hal ini disebabkan untuk mengubah sesuatu
yang sudah biasa dan membuat sesuatu yang baru dapat menghadapi kendala yang lebih
besar dari sejumlah orang di dalam institusi pelayanan publik.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsep kewirausahaan (entrepreneurship) pada
institusi perpustakaan sebenarnya tidak murni berkonsep bisnis, melainkan perpaduan
antara konsep bisnis dan sosial. Bagi institusi perpustakaan di Indonesia, bentuk kegiatan
kewirausahaan (entrepreneurship) yang murni berkonsep bisnis dapat disebutkan antara
lain: penyediaan berbagai fasilitas penunjang bagi pemustaka seperti misalnya penyediaan
layanan fotokopi dan penjilidan; percetakan mini; penyediaan peralatan komputer untuk di
sewakan kepada pemustaka dalam rangka penelusuran internet, penulisan artikel, skripsi,
tesis, disertasi; penyediaan wartel, kafenet dan penjualan pulsa; membuka kantin makanan
dan kedai cinderamata; serta menyediakan fasilitas umum seperti mesin ATM, dan lain-lain.
Penyediaan semua fasilitas ini perlu dipikirkan oleh pustakawan masa kini untuk memenuhi
semua jenis kebutuhan pemustaka, selain dari kebutuhan mencari informasi. Untuk
memayungi kegiatan komersial seperti ini dapat dibentuk koperasi karyawan berbadan
hukum yang bertujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi karyawan perpustakaan,
dengan sistem bagi hasil yang sebelumnya telah disepakati dengan institusi penaung.
Pada

lingkungan

perpustakaan

perguruan

tinggi,

kegiatan

kewirausahaan

(entrepreneurship) yang berkonsep sosial dapat dilakukan dalam berbagai bentuk inovasi
dan kreatifitas seperti 1) menyediakan sumberdaya informasi yang dapat diakses secara
online dengan sistem informasi manajemen yang terintegrasi; 2) memperluas jaringan

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 5

pelayanan perpustakaan kepada sivitas akademika dengan cara membuka perpustakaan
cabang di setiap fakultas/unit yang ada, serta mengintegrasikan sistem pelayanannya secara
online dan terintegrasi dengan sistem pengelolaan terpadu; 3) mengintegrasikan topiktopik literasi informasi perpustakaan ke dalam mata kuliah yang relevan, misalnya topik
sosialisasi pemanfaatan e-book dan e-journal, dapat dimasukkan ke dalam mata kuliah
Penelusuran Informasi atau sejenisnya. Untuk itu pustakawan harus merancang materi yang
menarik dan memiliki kompetensi mengajar agar kegiatan ini tepat mencapai sasaran yang
diinginkan. Kegiatan seperti ini akan membuka peluang bagi para pustakawan untuk
mengenal lebih baik kebutuhan kelompok komunitas yang dilayaninya, suatu hal penting
sebagai masukan dalam mendesain layanan perpustakaan yang lebih kreatif dan inovatif.
Aktivitas seperti ini juga menunjukkan peran penting pustakawan sebagai tenaga
kependidikan dalam proses belajar mengajar di lingkungan perguruan tinggi.
4. Inovasi dan Kreatifitas Sebagai Elemen Penting Dalam Konsep Kewirausahaan
(Entrepreneurship)
Siapa yang bisa menyangka sekarang ini hanya dengan memanfaatkan sebuah
Personal Computer (PC) dan jaringan internet seseorang bisa terkoneksi ke seluruh dunia,
saling berkolaborasi dan bekerjasama. Semua ini bisa terjadi berkat inovasi para inovator.
Kemajuan teknologi yang banyak kita nikmati sekarang ini merupakan buah dari kerja keras
dan usaha para inovator. Semua inovator melakukan kerja keras dan penuh ketekunan
untuk dapat berhasil.
Menurut Hutagalung (2010: 16) “kata kunci inovasi adalah perubahan. Perubahan
dapat terjadi secara kebetulan, akan tetapi agar perubahan dapat disebut sebagai inovasi
perubahan tersebut harus mengandung unsur kesadaran dan keyakinan. Ini berarti bahwa
seorang inovator harus tahu dengan jelas apa yang ingin diubah, mengapa dan bagaimana
cara melakukan perubahan”.
Inovasi dibedakan dengan kreatifitas. Kreatifitas merupakan pemikiran-pemikiran
baru, sebaliknya inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru tersebut. Memiliki kreatifitas
berarti kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara
baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Sedangkan inovasi berarti
kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 6

dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan. Jadi, inovasi berarti aplikasi
dari kreatifitas.
Inovasi dan kreatifitas merupakan elemen penting dalam semangat kewirausahaan
(entrepreneurship). Dengan menggunakan perangkat inovasi dan kreatifitas, pustakawan
dapat melakukan berbagai perubahan/transformasi dengan menyajikan berbagai bentuk
pelayanan baru yang sesuai dengan harapan pemustaka yang terus berubah. Di era global
seperti sekarang ini, inovasi memerlukan dukungan penggunaan teknologi komunikasi dan
informasi yang berkembang pesat. Oleh karena itu, tantangan terbesar bagi pustakawan
adalah bagaimana dia mampu memahami dan menguasai perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi tersebut dan mengintegrasikannya ke dalam semua bentuk
pelayanan perpustakaan, sehingga melahirkan jenis-jenis pelayanan baru yang lebih efektif
dan efisien serta menarik. Hal seperti ini perlu dilakukan agar perpustakaan tetap memiliki
keunggulan untuk memenangkan pasar informasi yang semakin kompetitif.
Penerapan teknologi komunikasi dan informasi sebagai bentuk inovasi dan kreatifitas
dalam kegiatan kewirausahaan (entrepreneurship) pada institusi perpustakaan dapat
dilakukan dari hal yang paling sederhana ke hal yang paling canggih. Apabila kegiatan
tersebut bertujuan untuk memberikan perubahan pada layanan yang lebih baik, maka
tindakan tersebut sudah memiliki semangat kewirausahaan (entrepreneurship). Sebagai
contoh 1) sebuah Kartu Tanda Anggota (KTA) Perpustakaan yang umumnya berbentuk
sederhana dapat dilakukan inovasi dengan membuatnya lebih menarik dan memiliki
manfaat yang lebih besar dengan cara menerbitkannya menjadi kartu three in one (3 in 1)
yaitu, pertama sebagai Kartu Tanda Anggota (KTA) Perpustakaan, kedua sebagai Kartu
Tanda Mahasiswa/Siswa (KTM), dan ketiga sebagai Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Untuk keperluan ini maka perpustakaan perlu melakukan kerjasama antara Perpustakaan
dengan Biro Kemahasiswaan/Sekolah dan Bank terkait, sehingga ketiga lembaga ini dapat
saling terintegrasi satu sama lain dalam pemanfaatan kartu three in one tersebut. Contoh
inovasi ke-2) memberi kemudahan kepada pemustaka dalam menelusur koleksi
perpustakaan melalui penyediaan katalog online (OPAC), sehingga pemustaka dapat
mengetahui ketersediaan koleksi yang dibutuhkannya meskipun secara fisik pemustaka
tidak hadir ke perpustakaan. Contoh inovasi ke-3) menambah jam layanan perpustakaan
melalui pembukaan website perpustakaan yang dapat diakses 24 jam sehari dan 7 hari
dalam seminggu, sehingga pemustaka tetap dapat mengakses koleksi dan layanan
Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 7

perpustakaan meskipun jam buka perpustakaan secara fisik telah tutup. Inovasi ke-4)
menyediakan layanan Institutional Repository (IR) untuk kemudahan mengakses terbitan
institusi (grey literature) secara online.
Semua bentuk inovasi dan kreatifitas di atas merupakan perwujudan dari aktifitas
kewirausahaan (entrepreneurship) pada institusi perpustakaan, yang pada dasarnya adalah
memberikan

manfaat

dan

keuntungan

bagi

perpustakaan

dalam

meningkatkan

pelayanannya kepada pemustaka. Aktifitas kewirausahaan seperti itu juga menunjukkan
besarnya kontribusi perpustakaan terhadap kemakmuran ekonomi institusi penaung,
meningkatkan pengalaman profesional pustakawan dalam bekerja, meningkatkan prestasi
kerja, serta meningkatkan reputasi perpustakaan secara nasional dan internasional.
5. Menerapkan Jiwa Wirausahawan (Entrepreneur) Pada Pustakawan
Wirausaha adalah “kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumberdaya-sumberdaya yang
dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam
rangka meraih sukses” (Soetandi, 2010: 4).
Sedangkan yang dimaksud dengan wirausahawan (entrepreneur) adalah “orangorang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang
tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih
sukses/meningkatkan pendapatan” (Soetandi, 2010: 4).
Dengan demikian maka seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang
memiliki jiwa wirausaha dan mengaplikasikan hakekat kewirausahaan dalam hidupnya;
orang yang memiliki kreatifitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Arti tersebut juga
mengandung makna jiwa dan semangat. Artinya sosok wirausahawan (entrepreneur) tidak
saja menunjukkan sebuah profesi, melainkan termasuk jiwa dan semangat yang melekat
pada profesi tersebut.
Seseorang yang berjiwa wirausahawan (entrepreneur) harus memiliki kemampuan
yang kreatif dan inovatif dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide. Setiap pikiran
dan langkah seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah bisnis. Bahkan mimpi seorang
wirausahawan (entrepreneur) sudah merupakan ide untuk berkreasi dalam menemukan dan
menciptakan bisnis-bisnis baru.

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 8

Jiwa wirausahawan (entrepreneur)

harus berani bermimpi, karena mimpi akan

membuat seseorang memiliki visi dan misi yang akan diraihnya di masa depan.
Wirausahawan (entrepreneur) dengan visi besar akan dapat menciptakan lingkungan kerja
yang dinamis dan penuh motivasi. Jiwa wirausahawan (entrepreneur)

selalu melihat

peluang dalam setiap masalah yang ada, bukan sebagai keluhan dan mohon pertolongan.
Jiwa wirausahawan (entrepreneur) selalu melihat setiap orang adalah sumber informasi,
sumber inspirasi, sehingga sikap ramah dan terbuka akan menjadi bagian dari relationship.
Lalu siapa saja yang dapat digolongkan menjadi wirausahawan (entrepreneur) itu?
Menurut Schumpeter dalam Soetandi (2010: 5) “yang dapat digolongkan sebagai seorang
wirausahawan (entrepreneur) adalah seorang “inovator” sebagai individu yang mempunyai
kenalurian untuk melihat benda materi sedemikian rupa, yang kemudian terbukti benar
mempunyai semangat, kemampuan, dan pikiran untuk melakukan inovasi”. Sejalan dengan
pendapat di atas Siregar (2013: 2) juga menyebutkan “entrepreneur biasanya dipandang
sebagai seorang inovator yaitu penggerak ide/gagasan baru dan proses bisnis”.
Melihat karakteristik seorang wirausahawan (entrepreneur) seperti tersebut di atas
maka muncul beberapa pertanyaan,

apakah di dalam dunia kerja pustakawan dapat

diterapkan konsep kewirausahaan? Apakah seorang pustakawan bisa menjadi seorang
wirausahawan (entrepreneur)?
Byers seperti dikutip dalam Imansyah (2009: 9) mengatakan “dalam kewirausahaan
ada individu yang dikenal dengan istilah “entrepreneur” yang memiliki peranan sebagai
individu yang memahami visi, strategi, resiko, dan taktik kewirausahaan. Individu inilah yang
akan memberikan pengaruh yang cukup besar pada kebijakan kewirausahaan dalam
organisasi. Dalam perpustakaan individu yang memiliki peran sebagai “entrepreneur” adalah
pimpinan perpustakaan dan staf perpustakaan yang memiliki otoritas pada kebijakan yang
ada di perpustakaan”.
Banyak orang berfikir bahwa inovasi dan kewirausahaan hanya berkaitan dengan
dunia bisnis semata. Mungkin sedikit yang berfikir bahwa sejak dahulu

pustakawan

sebenarnya sudah banyak melakukan aktivitas kewirausahaan (entrepreneurship) pada
bidang kerja perpustakaan. Seperti ketika di era tahun 1990-an, perpustakaan sudah mulai
melakukan proses otomasi pada kegiatan kerumahtanggaan perpustakaan secara
sederhana, hingga kini terus berlanjut sampai memasuki era tahun 2000-an dengan konsep
pelayanan yang berbasis online (webbased). Aktivitas kewirausahaan (entrepreneurship)
tersebut hingga kini terus berkembang, dimana pustakawan sekarang ini semakin banyak

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 9

melakukan kreatifitas dan inovasi dalam rangka penyediaan sumberdaya informasi yang
dibutuhkan oleh pemustaka, dengan mengintegrasikan teknologi terutama teknologi
komunikasi dan informasi ke dalam berbagai tugas profesional pustakawan.
Dengan demikian sejak dahulu sebenarnya pustakawan sudah berperan sebagai
“entrepreneur” dan menerapkan prinsip kewirausahaan (entrepreneurship) pada bidang
kerja di perpustakaan. Harus diakui bahwa pengintegrasian teknologi komunikasi dan
informasi ke dalam berbagai aktifitas pustakawan telah memberikan berbagai peluang baru
bagi pustakawan untuk berkreasi dan berinovasi. Pustakawan telah berperan sebagai
“inovator” bagi kemajuan perpustakaan. Sebagai hasil dari penggunaan teknologi
komunikasi dan informasi yang intensif oleh pustakawan, banyak produk baru atau jenis
layanan baru yang ditawarkan oleh perpustakaan kepada pemustaka. Pengintegrasian
teknologi komunikasi informasi dalam aktifitas perpustakaan merupakan faktor penentu
keberhasilan manajemen suatu perpustakaan. Dengan dukungan teknologi komunikasi dan
informasi yang terus berkembang, perpustakaan akan mampu untuk terus memenuhi
harapan pemustaka, sehingga perpustakaan tetap diminati dan citranya akan terus
meningkat di masyarakat.
Untuk keberhasilan dalam perannya sebagai seorang entrepreneur di perpustakaan,
maka seorang pustakawan harus memiliki beberapa karakteristik yang menjadi jiwa seorang
entrepreneur, yaitu:
1) Memiliki Visi dan Tujuan Yang Jelas.
Karakteristik umum yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan entrepreneur
adalah memiliki visi dan tujuan yang jelas. Sutarno (2006: 50) mengatakan “visi
merupakan cara pandang tentang kondisi dan situasi di masa yang akan datang. Visi juga
dapat diartikan sebagai gambaran keadaan yang ingin dicapai, tetapi yang lebih baik dan
secara rasional dapat diwujudkan”. Untuk perpustakaan yang berada di bawah naungan
sebuah institusi maka visi perpustakaannya harus sejalan dengan visi institusi.
Pustakawan yang memiliki visi yang jelas akan mengetahui masa depan seperti apa
yang akan dicapai oleh perpustakaannya. Dengan berpijak pada kondisi, kekuatan, dan
kemampuan yang dimiliki oleh perpustakaan sekarang ini, maka melalui visi pustakawan
dapat menyusun standar program, standar kebijakan, standar pelayanan, serta
memperjelas arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh perpustakaan.

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 10

2) Memiliki Kemampuan Manajemen dan Membangun Team Building
Untuk keberhasilan sebagai seorang entrepreneur di perpustakaan, seorang
pustakawan harus memiliki keterampilan manajemen dan kemampuan membangun tim
yang kuat, karena kepemimpinan, kemampuan manajemen dan membangun team
building menjadi kualitas penting dari seorang entrepreneur.
Kemampuan

manajemen

meliputi

kemampuan

untuk

mengkonsep

dan

merencanakan (conceptualizing and planning) berbagai kegiatan;

mengkonsep

kebijakan-kebijakan;

kemampuan

kemampuan

mengevaluasi

tujuan

institusi;

mengkomunikasikan nilai institusi termasuk layanan informasi, produk, dan kebijakan
kepada manajemen puncak/stake holders/kelompok pemustaka;

kemampuan untuk

mendapatkan dukungan dari institusi induk, kemampuan melaksanakan penelitian pasar
tentang kebiasaan serta permasalahan pemustaka dalam mencari informasi untuk
mendapatkan solusi bagi kelompok tersebut; kemampuan untuk menganalisis kebutuhan
informasi pemustaka; kemampuan membangun sumberdaya informasi yang dinamis
berbasis kebutuhan informasi pemustaka; kemampuan mengkaji, menyeleksi, dan
mengaplikasikan sarana informasi yang ada maupun yang akan muncul, serta
kemampuan membuat sarana akses informasi yang efektif bagi pemustaka; dan terakhir
kemampuan untuk membangun team building yang kuat guna keberlangsungan aktivitas
kewirausahaan (entrepreneurship) secara berkelanjutan.
3) Memiliki Inisiatif dan Selalu Proaktif
Inisiatif merupakan hasrat pada tindakan yang maksudnya adalah hasrat menyala
untuk mewujudkan, mengaktualisasikan, dan mengubah ide menjadi kenyataan. Ini
merupakan ciri mendasar dimana pustakawan tidak hanya menunggu sesuatu terjadi,
tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai
kegiatan dan dalam melakukan transformasi/perubahan. Budaya kerja di perpustakaan
seperti sesuatu akan dilakukan apabila diperintahkan oleh atasan harus segera diubah
dengan inisiatif yang datang dari pustakawan.
Pustakawan harus memiliki inisiatif dalam menjalankan setiap tugasnya di
perpustakaan. Kepala perpustakaan sebagai seorang entrepreneur di perpustakaan harus
mampu membangun tumbuhnya inisiatif pada setiap pustakawan. Artinya, pimpinan
harus senantiasa memberikan motivasi kepada pustakawan untuk dapat lebih
Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 11

mengembangkan ide-idenya dalam melakukan inovasi dan mengadakan transformasi
terhadap semua sumberdaya di perpustakaan guna memberikan layanan yang terbaik
bagi para pemustaka.
Dalam praktek kewirausahaan (entrepreneurship), peluang hanya dapat diperoleh
apabila ada inisiatif dan perilaku proaktif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui
pelatihan dan pengalaman seseorang selama bertahun-tahun, dan pengembangannya
diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap dan memiliki semangat
berprestasi. Selanjutnya, perilaku inisiatif harus diimbangi dengan perilaku proaktif, agar
inisiatif atau ide-ide cemerlang dapat diimplementasikan, bukan sekedar angan-angan
semata.
4) Senantiasa Melakukan Kreativitas dan Inovasi
Kreativitas dan inovasi merupakan ciri khusus yang termasuk dalam karakteristik
utama kewirausahaan.

Kreatifitas dan inovasi merupakan elemen penting dalam

semangat kewirausahaan (entrepreneurship). Kreatifitas dibedakan dengan inovasi.
Kreatifitas merupakan aktifitas dari seorang entrepreneur, sebagai cara untuk
mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan
persoalan dengan melihat kesempatan dan peluang yang ada. Sedangkan inovasi berarti
kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan persoalanpersoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan. Jadi, inovasi
merupakan aplikasi dari kreatifitas.
Dengan menggunakan perangkat kreatifitas dan inovasi, pustakawan entrepreneur
dapat melakukan berbagai perubahan/transformasi dengan menyajikan berbagai bentuk
pelayanan baru yang sesuai dengan harapan pemustaka yang terus berubah. Sebagai
seorang “inovator” di perpustakaan, maka pemahaman dan keterampilan dalam
mengaplikasikan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi pada bidang kerja
perpustakaan merupakan keharusan, karena setiap inovasi pasti menggunakan perangkat
teknologi, sementara teknologi akan terus berkembang seiring dengan perkembangan
dunia yang semakin global.
5) Berorientasi Pada Masa Depan dan Berprestasi.
Pustakawan yang berorientasi ke masa depan adalah pustakawan yang memiliki
persfektif dan pandangan jauh ke masa depan. Karenanya, ia akan selalu berusaha untuk
Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 12

berkarya, menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini.
Meskipun terdapat resiko yang mungkin terjadi, tetapi dia senantiasa mencari peluang
dan tantangan demi pembaruan masa depan perpustakaan.
Pustakawan yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik dari prestasi
sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pemustaka
menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktivitas pelayanan yang dilakukan selalu
dievaluasi dan harus lebih baik dari sebelumnya.
6) Berani Mengambil Resiko.
Nugroho seperti dikutif oleh Imansyah (2009: 12) mendefenisikan resiko sebagai
“segala kemungkinan yang dapat terjadi di masa yang akan datang, baik yang dapat atau
tidak dapat diperhitungkan sebelumnya, dan bila terjadi dapat memberikan pengaruh
negarif pada jalannya perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang”.
Keberanian mengambil resiko merupakan sifat yang harus dimiliki seorang
pustakawan entrepreneur, kapanpun dan dimanapun, karena setiap kegiatan kerja di
perpustakaan tidak dapat diprediksikan untuk tetap berjalan lancar tanpa ada hambatan
dan resiko yang harus di hadapi. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana dapat
meminimalisir resiko yang ada. Oleh karena itu, pimpinan sebagai seorang entrepreneur
di perpustakaan harus membuat pedoman kerja untuk para pustakawannya, sehingga
pustakawan memiliki pedoman yang jelas dalam melakukan sesuatu.
7) Kerja Keras.
Jam kerja seorang entrepreneur tidak terbatas pada waktu, dimana ada peluang
disitu dia akan datang. Kadang-kadang seorang pustakawan entrepreneur sulit untuk
mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan perpustakaannya. Ideide baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras dan merealisasikannya. Baginya tidak
ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Semua aktivitas
dilakukan dengan penuh semangat dan energi untuk mencapai keberhasilan. Seorang
entrepreneur adalah seorang pemimpi, maka harus bekerja keras untuk dapat
mewujudkan impiannya.

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 13

8) Mampu Membangun Hubungan (Relationship) Dengan Orang Lain
Seorang pustakawan yang berjiwa entrepreneur harus memiliki sifat suka bergaul
dengan orang lain. Dia harus mampu mengembangkan dan memelihara hubungan baik
dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan aktivitas yang
dijalankan maupun tidak. Hubungan baik dan harmonis yang perlu dijalankan antara lain
dengan para pemustaka, pimpinan institusi induk, stakeholder, pemerintah dan
masyarakat luas.
Membangun hubungan (relationship) dengan orang lain atau komunitas
pustakawan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan mengembangkan
diri menjadi netter librarian, atau lebih dikenal dengan pustakawan berjejaring. Menurut
Widuri (2015: 53-54) “Jejaring personal sangat diperlukan untuk pengembangan diri
pustakawan antara lain untuk transfer pengetahuan, membangun motivasi, berbagi
informasi, membuka peluang (terutama getting a job), membangun silaturahmi, dan
sebagai sarana promosi perpustakaan”.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini sangat mendukung
pustakawan entrepreneur untuk membangun jaringan personal. Pustakawan dapat
memanfaatkan telepon, telepon selular, dan sosial media yang sangat banyak jenisnya
sebagai sarana untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara personal maupun
berkomunikasi dengan komunitas pustakawan.
9) Mampu Membangun Jejaring Perpustakaan (Networking Library)
Jejaring perpustakaan dapat digambarkan secara luas sebagai sistem kerjasama
dengan sejumlah perpustakaan untuk saling membantu satu sama lain untuk memuaskan
kebutuhan penggunanya. Kerjasama dengan berbagai pihak pada hakikatnya merupakan
wadah untuk berinteraksi dengan orang lain, dimana di dalamnya bisa saling bertukar
informasi satu sama lain.
Membangun jejaring sangat diperlukan mengingat perpustakaan sesungguhnya
tidak dapat bekerja sendiri untuk mengembangkan pelayanan yang sesuai dengan
ekspetasi komunitas yang dilayaninya. Alasan lainnya adalah: meningkatkan perolehan
sumberdaya informasi; mempermudah akses informasi; memperluas jangkauan
pelayanan perpustakaan; menarik perhatian institusi induk, pemerintah, dan dunia
bisnis; meningkatkan pendapatan yang bersifat kewirausahaan; meningkatkan
Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 14

profesionalisme pustakawan; menjadi dasar untuk membangun kerjasama antar
perpustakaan.
Seorang pustakawan yang berjiwa entrepreneur harus memiliki kemampuan
membangun jejaring perpustakaan, karena jejaring merupakan bentuk transformasi
perpustakaan menjadi pusat informasi global. Jejaring juga akan membuat pustakawan
lebih dikenal oleh komunitasnya, sehingga hal ini akan memperkuat keberadaan profesi
dan pencitraan diri pustakawan.
6. Penutup
Perpustakaan pada hakekatnya adalah sebuah institusi layanan publik yang bersifat
nirlaba (not for profit organization) yang memiliki beragam sumberdaya informasi tetapi
dengan tujuan tidak mencari keuntungan. Namun seiring dengan perubahan zaman,
perubahan hakikat di atas bisa saja terjadi. Sekarang ini sangat memungkinkan sekali bagi
perpustakaan untuk berubah menjadi institusi yang profit dengan menerapkan
kewirausahaan (entrepreneurship) pada bidang kerja perpustakaan. Tetapi perlu dipahami
bahwa konsep kewirausahaan (entrepreneurship) pada institusi perpustakaan sebenarnya
tidak murni berkonsep bisnis melainkan perpaduan antara konsep bisnis dan sosial.
Konsep kewirausahaan pada institusi perpustakaan pada hakekatnya bukan
bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara finansial, tapi lebih kepada tindakan
praktik inisiatif atau pengembangan kepemimpinan untuk memenuhi kebutuhan
perpustakaan dan penggunanya dengan cara-cara baru yang kreatif dan inovatif.
Sejak dahulu sebenarnya pustakawan sudah banyak melakukan aktivitas
kewirausahaan (entrepreneurship) dan sudah berperan sebagai “entrepreneur” dengan
menerapkan prinsip kewirausahaan (entrepreneurship) pada bidang kerja di perpustakaan.
Sejak dimulainya proses otomasi pada kegiatan kerumahtanggaan perpustakaan secara
sederhana pada era tahun 1990-an, hingga kini terus berlanjut sampai memasuki era tahun
2000-an dengan konsep pelayanan yang berbasis online (webbased), merupakan aktivitas
nyata

dari

penerapan

konsep

kewirausahaan

(entrepreneurship)

pada

institusi

perpustakaan. Aktivitas kewirausahaan (entrepreneurship) tersebut hingga kini terus
berkembang, dimana pustakawan sekarang ini semakin banyak melakukan kreatifitas dan
inovasi dalam rangka penyediaan sumberdaya informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka,
dengan mengintegrasikan teknologi terutama teknologi komunikasi dan informasi ke dalam
Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 15

berbagai tugas profesional pustakawan. Sebagai hasilnya, banyak produk baru atau jenis
layanan baru yang ditawarkan oleh perpustakaan kepada pemustaka. Dengan demikian
perpustakaan akan mampu untuk terus maju dan berkembang memenuhi harapan
pemustaka, sehingga perpustakaan tetap diminati dan citranya akan terus meningkat di
masyarakat.
Referensi:
1. Dewanti, Retno. 2008. Kewirausahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2. Hermawan, Rachman dan Zulfikar Zein. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan
Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
3. Hutagalung, Raja Bongsu. 2010. Kewirausahaan. Medan: USU Press.
4. Indonesia. 1995. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1995 Tentang
Gerakan Nasional Memasyarakatkan Dan Membudayakan Kewirausahaan.
Sumber: www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl30311/.../13235.
5. Imansyah, Ari. 2009. Karakteristik Kewirausahaan Perpustakaan: Studi Kasus
Perpustakaan Depdiknas RI. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Budaya UI. Sumber :
http://lib. ui.ac.id/file?file:digital/127106....Karakteristik%20kewirausahaan.
6. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Radja Grafindo.
7. Perpustakaan Nasional RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpusnas RI.
8. Siregar, A. Ridwan. 2013. Membangun Jejaring dan Kewirausahaan: Pengalaman Dalam
Pengelolaan Perpustakaan. Makalah seminar disampaikan pada Seminar Nasional
Membangun Jejaring dan Kewirausahaan Perpustakaan. Yogyakarta: Prodi Ilmu
Perpustakaan D3 Fak. Adab dan Budaya UIN Sunan Kalijaga. Tanggal 7 Desember 2013.
9. Soetadi, Iskandarini. 2010. Kewirausahaan. Medan: USU Press.
10. Sutarno, NS. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Sagung Seto.
11. Widuri, Noorika Retno. 2015. “Memperbaiki Pola Pikir (Mindset) Pustakawan” di dalam
Bangga Menjadi Pustakawan. Oleh Agung Nugrohoadhi [et. all]. Yogyakarta: Ladang
Kata, 2015, Halaman 50-60.

Murniaty: Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pada Institusi Perpustakaan

Page 16