PANCASILA SEBAGAI DEMOKRASI INDONESIA. pdf

PANCASILA SEBAGAI DEMOKRASI INDONESIA

Nama

: Jamaludin Dwi Laspandi

Nim

: 11.11.4766

Kelas

: 11-S1TI-03

Kelompok

:C

Progam Studi

: Perkuliahan Pancasila


Jurusan

: Tehnik Informatika (TI)

Nama Dosen

: Dr. Abidarin Rosidi, M.Ma

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN
INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA
2011

KATA PENGANTAR
Sejarah Perkembangan Kehidupan Kenegaraan Indonesia Mengalami suatu
perubahan dan perkembangan yang sangat besar terutama berkaitan dengan gerakan
reformasi.Namun demikian setelah kurang ;ebih sembilan tahun bangsa indonesia
melakukan reformasi di segala bidang,fakta menunjukkan terjadinya carut-marut dalam
pelaksaan dan penyelenggaraan negara. Reformasi di bidang hukum dan politik telahbanyak

dilakukan,Namun kenyataannya tidak membawa perubahan yang berarti dalam kehidupan
rakyat,terutama menyangkut kesejahtraan, baik lahir maupun batin. Dalam perkembangan
kehidupan kenegaraan,nampak arah prinsip konstitusionalisme dan demokrasi sangat
dominan,namun mengabaikan prinsip walfare state.
Meskipun proses demokratisasi melalui aspek normatif kenegaraan telah banyak
dilakukan setelah reformasi,namun secara esensial pengertian kekuasaaan ditangan rakyat
menjadi bias.Kekuasaan rakyatlah itu saluran demokrasi tersumbat,permasalahan yang
dihadapi oleh rakyat kurang terakomodir dalam kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu
sistem demokrasi dewasa ini, justru memberikan kekuasaan yang sangat besar tehadap
Presiden dan DPR,karena nampak dalam berbagai kebijakan bukan dasar atas kehendak
rakyat,melainkan atas kehendak penguasa baik eksekutif maupun legeslatif.
Meskipun

pasca

reformasi

rakyat

seakan-akan


nampak

menganyam

kebebasan,namun dalam kenyataannya kebebasaan itu bersifat semu,karena dalam
semu,karena dalam kenyataannya,kalangan elit politiklah yang mengenyam kebebasan.
Fakta menunjukan bahwa untuk berpartisipasi dalam kekuasan politik baik eksekutif
maupun legeslatif,nampaknya berkolelasi positif dengan biaya yang sangat tinggi,sehingga
kondisi seperti ini rakyat kecil sulit ikut berpartisipasi.
Selain itupasca reformasi dewasa ini semua warga negara merasakan betapa sangat
rapuhnya nasionalisme indonesia. Banyak anak-anak bangsa Indonesia mengembangkan
organisasi swadaya masyarakat, namun dalam kenyataanyya loyalitasnya lebih kuat pada
kekuatan Internasional atau bahkan transnasional, sehingga dukungan internasional sangat
dominan, Akibatnya persoalan-persoalann bangsa terutama yang menyangkut persatuan
dan kesatuan tidak mendapat perhatian,akibatnya rasa nasionalismenyapun juga semakin
pudar.
Kaburnya pengertian bernegara pada warga negara merupakan kenyataan pahit
yang kita lihat pada era reformasi dewasa ini. Banyak elemen dan kelompok masyarakat


mengembangkan potensinya, namun tidak jarang mengarah pada gerakan separatis yang
menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Pendidikan

Kewarganegaraan

yang

dahulu

dikenal

dengan

Pendidikan

Kewiraan,adalah materi perkuliahan yang menyangkut pemahaman tentang persatuan dan
kesatuan,kesadaran warga negara dalam bernegaara yang meliputi filsafat Pancasila sebagai
dasar filsafat bangsa dan negara,Identitas nasional,demokrasi Indonesia,negara dan
konstitusi,rule of law,geopolitik dan geostrategi Indonesia,hak dan kewajiban warga negara

dalam berbangsa dan benegara, serta pendidikan bela negara yang tertuang dalam suatu
surat Keputusan Dirjen Dikti No.43/DIKTI//2006.Dalam pengembangan materi perkuliahan
tersebut dengan sendirinya juga dikembangkan kemampuan kepribadian dan kemampuan
intelektual dalam bidang politik,hukum,kemsyarakatan,filsafat dan budaya. Materi tersebut
juga membahas tentang demokrasi, hak asasi mmanusia,Lingkungan sosial budaya,ekonomi
serta pertahanan dan keamana. Materi dikembangkan dan disajikan secara objektif dan
ilmiah dan tanpa unsur doktriner.
Oleh karena itu materi perkuliahanPendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya
tidak berifat mileteristik melainkan, objektif dan ilmiah. Mudah-mudahan semua ini
bemanfaaat bagi semua pihak terima kasih.

ABSTRAK

Ideolagi demokrasi yang diklim oleh berbagai negara sekarang ini kerap sekali di
tolak lantaran takse ideal gagasannya implementatif. Indinesia sevara konstitusional
menyatakan diri sebagai penganut kedaulatan rakyat, serta negara hukum menegaskan
pengaturan erbagai asas tentang demokrasi dalam UUD 1945. Tulisan ini selain
mengiventasir diskursus tioritikal soal demokrasi, juga melihatkan betapa secara yuridis
ketatanegaraan pilihan terhadap idiologi ini di anggap paling memungkinkan untuk
diterapkan di indonesia.


BAB I
PENDAHULUAN (LATAR BELAKANG MASALAH)
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh
dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama, mata kulyah tersebut sering di
sebut berbagai civic education, cityzenchip education, dan bahkan ada yang menyebut
sebagai democracy education. Mata kulyah ini memiliki peran strategis dalam
mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggung jawab dan beradaban. Berdasarkan
rumusan civic i ter asio al (1995), di sepakati bahwa pendidikan demokrasi penting
untuk pertumbuhan civic ulture, untuk krberhasilan pengmembangan dan pemiliharaan
pemerintah demokrasi (mansoer,2005).
Pedidikan kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan Civics Education Yang
dikenal di berbagai negara. Sebagai bidang studi ilmiah, Pendidikan kewarganegaraan
bersifat antardisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan
yang membangun ilmu kewarganegaraan ini di ambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena
itu upanya pembahasan dan pengembangannya memerlukan sumbanagan dari berbagai
disiplin ilmu yang meliputi ilmu pilitik,ilmu hukum, ulmu filsafat, ilmu sosiologi, ilmu
administrasi negara, ilmu ekonomi pembangunan bangsa dan ilmu budaya.
Setiap ilmu harus memenuhi syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode,
sistem dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek material

meupun objek formalnya. Objek material adalah bidang saran yang dibahas dan dikaji oleh
suatu bidang dan cabang ilmu.Sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu yang
dipilih untuk membahas objek material tersebut,Adapun objek material dari pendidikan
Kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan kewarganegaraan dalam
kesatuan bangsa dan negara. Sebagai Objek formalnya mencakup 2 segi,yaitu segi hubungan
antar warganegara dan negara (termasuk hubungan antar warganegara) dan segi
pembelaan negara. Dalam hal ini pembahasan pendidikan kewarganegaraan terserah pada
warga negara indonesia dalam hubungannya dengan negara indonesia dan pada upaya
pembelaan negara indonesia.

PERMASALAHAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Semenjak Reformasi,yang di lakuakan pada tahun 1998, praktis pelaksanaan
demokrasi di indonesia mengalami banyak tantangan dan hambatan, kecendrungan yang
terjadi adalah makin memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap gerakan demokrasi
yang saat ini dilaksanakan . Bahkan kecendrungan masyarakat kelas bawah
Memungkinkan kemalinya situasi dan kondisi seperti pada orde baru makin besar.
Tidak dipungkiri memang demokrasi yang dilaksanakan d indonesia saat ini hanya di nikmati
oleh elit-elit tertentu yang menguasai sumber-sumer daya di masyrakat,sehingga hal ini
yang kemudian membuat masyarakat menjadi tidak percaya kepada demokrasi yang sedang
di laksanakan.

Demokrasi sebagai sistem pemerintah dari rakyat, dalam arti rakyat sebagai asal
mula kekuasaan negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintah untuk
mewujudkan suatu cita-citanya. Suatu pemerintah dari rakyat haruslah sesuai dengan
filsafat hidup rakyat itu sendiri yaitu filsafat pancasila, dan inilah dasar filsafat demokrasi
indonesia.
Demokrasi di indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 selain mengakui adanya
kebasan dan persamaan hak juga sekaligus mengakui perbedaan serta keberanekaragaman
mengikat indonesia adalah Bi

eka Tu ggal Ika

Secara filosofis bahwa demokrasi indonesia mendasarkan pada rakyat adalah
sebagai asal mula kekuasaan negara sekaligus sebagai tujuan kekuasaan negara. Rakyat
merupakan penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai mahkluk individu dan makhluk sosial,
oleh karena itu dalam pengertian demokrasi kebebasan individu harus diletakkan dalam
kerangka tujuan bersama,ukan bersifat liberal yang hanya mendasarkan pada kebebasan
individu saja dan juga bukan demokrasi klass. Kebebasan individu yang dikatakan demi
tujuan kesejahtraan bersama inilah yang menurut istilah pendiri negara seagai asas
ke


ersa aa , asas kekeluargaa tetapi uka

epotis e

PENDEKATAN DEMOKRASI INDONESIA MENURUT
HISTORIS,SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
Munculnya gagasan mengenai negara hukum (law state), yaitu negara yang
dijalankan berdasarkan hukum yang berlaku, membuat ideologi demokrasi harus
bersentuhan dengan gagasan ini. Sekarang ini, tak ada satu negara-pun yang tak
mengakomodir gagasan negara hukum.
Tak ada negara yang diperintah, tanpa hukum yang dijunjung tinggi di negara
tersebut. Di lain pihak, gagasan negara hukum hanya akan dapat terbentuk jika adanya
pemerintahan yang demokratis, sebab hanya pemerintahan yang demokratis yang mau
tunduk pada hukum yang dibuat secara aspiratif. Dari relasi itu, lahirlah ciri-ciri dari negara
hukum dewasa ini, seperti berikut ;
a)

Adanya perlindungan terhadap hak-hak warga negara dalam Konstitusi;

b)


Terdapatnya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

c)

Pemilihan Umum yang bebas;

d)

Kebebasan untuk menyatakn pendapat;

e)

Kebebasan untuk berorganisasi/berserikat dan berkumpul; dan

f)

Adanya pendidikan kewarganegaraan (civic education).
Teori mengenai negara hukum ini, menempatkan konstitusi sebagai hukum tertinggi


dalam suatu negara. Hans Kelsen yang dilanjutkan oleh muridnya Hans Nawiasky dalam
Stafenbau theory menyatakan, konstitusi sebagai gerund norm atau norma dasar dalam
suatu negara. Norma dasar itu sangat bersifat asasi dan menjadi ruh bagi terbentuknya
peraturan perundang-undangan di bawahnya. Sebagai gerund norm, konstitusi dapat
bersifat tertulis dan tak tertulis.
Dalam negara hukum, pelbagai karakter dan sifat demokrasi sebagaimana dijabarkan
di atas dijamin dan diatur dalam konstitusi suatu negara. Pengaturan nilai-nilai demokrasi
dalam konstitusi memberikan petunjuk bahwa demokrasi dijadikan ruh bagi tata kelola
negara tersebut. Dalam konteks inilah lahir negara yang demokratis berdasarkan konstitusi.

Dalam ranah ke Indonesiaan, pembahasan terkait negara hukum dapat ditelusuri
dari rumusan pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan : Negara Indonesia adalah negara
hukum. Di lain pihak, Indonesia juga meletakkan rakyat sebagai sesuatu yang paling
berdaulat. Hal ini ditegaskan dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan :
Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar.
Kedua rumusan di atas sekaligus menegaskan bahwa Indonesia adalah negara
hukum yang demokratis berdasarkan konstitusi (UUD 1945) atau dengan kata lain, negara
yang berfaham demokrasi konstitusional.
Di dalam UUD 1945 pasca amandemen terdapat karakter demokrasi yang amat
menonjol dalam sistem ketatanegaraan kita. Karakter-karakter tersebut dapat ditelusuri dari
batang tubuh UUD 1945, yaitu :
1)

Adanya mekanisme pembentukan pemerintahan yang aspiratif melalui Pemilihan

Umum. Hal ini terlihat dalam pengaturan tentang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
(Pasal 6A), pemilihan umum anggota DPR dan DPD (pasal 19 ayat (1) jo pasal 22C ayat (1)),
serta pengaturan tentang pemilihan umum yang dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil (Pasal 22E).
2)

Adanya kemungkinan terjadinya rotasi kekuasaan yang terbuka melalui mekanisme

pemilihan umum yang berlangsung setiap lima tahun sekali (Pasal 22E ayat (1)), dan
pembatasan masa jabatan, seperti pembatasan masa jabatan Presiden dan/atau Wakil
Presiden (Pasal 7).
3)

Adanya pembagian kekuasaan yang tegas antara lembaga-lembaga negara sesuai

dengan tugas dan wewenangnya. Penyelenggaraan fungsi eksekutif dilaksanakan oleh
Presiden

dan

Wakil

Presiden,

serta

dibantu

oleh

para

menteri(Pasal

4,5,10,11,12,13,14,15,16 dan 17). Pelaksanaan kekuasaan legislatif dilakukan oleh DPR dan
DPD (Pasal 19,20,21,22,22A,22B dan 22C) . Pelaksanaan kekuasaan kehakiman dilaksanakan
oleh Mahkamah Agung beserta badan peradilan-peradilan di bawahnya dan Mahkamah
Konstitusi (Pasal 24). Pelaksanaan kekuasaan pengawasan/auditif dilakukan oleh BPK (Pasal
23E).
4)

Hadirnya lembaga-lembaga negara penunjang (the supporting organ), seperti komisi

pemilihan umum (Pasal 22E), Bank Sentral (pasal 23 D) dan Komisi Yudisial (Pasal 24B)
dalam menjalankan tugas ketatanegaraan tertentu.

5)

Adanya jaminan kesetaraan hak-hak warga negara dan perlindungan hak asasi

manusia, seperti kesamaan hak dalam pemerintahan, hak untuk menyatakan pendapat, hak
untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan
serta hak-hak lainnya (Pasal 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34).
Berdasarkan karakter-karakter demokrasi yang terdapat dalam UUD 1945 tersebut,
maka negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang menganut ideologi demokrasi
dengan mengedepankan kedaulatan rakyat sebagai panglimanya. Ide demokrasi-liberal
demikian dianut Indonesia, dikarenakan beberapa alasan :
1)

Alasan Sosiologis
Secara sosiologis, masyarakat Indonesia terdiri dari ribuan suku, serta ratusan

agama, mulai dari agama-agama resmi yang diakui negara hingga agama-agama lokal yang
dianut oleh komunitas stink tertentu di berbagai wilayah Indonesia.
Keanekaragaman itu, membuat Indonesia tidak mungkin memiliki satu ideologi tunggal,
termasuk dalam merumuskan Konstitusinya. Demokrasi berketuhanan misalnya, akan
sa gat sukar diterapka di I do esia, se a tafsir Tuha

aka diterje ahka beragam

oleh beragam komunitas yang ada. Dalam tataran perumusan sumber hukum, akan
dite uka kesulita , se a su
2)

er huku

Tuha

a a ya g dapat dipergu aka .

Alasan Politis
Multikultural dan multi-ideologi masyarakat Indonesia membaginya kepada

setidaknya tiga kelompok ideologi, yaitu : Islam, nasionalis dan sekuler. Ketiga Ideologi itu
belakangan mengerucut pada dua kelompok ideologi, Islam dan Nasionalis.
Kedua kelompok ini semakin mengkristal dalam arena politik Indonesia. Kalangan nasionalis
yang mendapat ikutan dari kalangan sekuler dan kelompok non-Islam lebih nyaman dengan
penggunaan demokrasi-liberal sebagaimana ruh UUD 1945 di atas. Dan tidak pada
tempatnya, kalangan Islam untuk memaksakan ideologi Islamnya demi tegaknya teodemokrasi, sementara kesatuan bangsa adalah jaminannya.
3)

Alasan Historis

Secara historis, digunakan ideologi demokrasi dalam Konstitusi kita terkait dengan
sejarah terbentuknya republik ini di masa lalu. Dalam teori pembentukan negara, terdapat
dua alasan terbentuknya suatu negara.
Pertama : terbentuknya negara berdasarkan kesamaan etnik atau suku. Munculnya
negara atas alasan ini memungkinkan keberlangsungan negara dalam jangka yang panjang,
bahkan dalam beberapa kajian, negara-negara yang telah terpecah dapat bersatu kembali
atas alasan kesamaan etnik ini Hal ini dapat.

PEMBAHASAN DEMOKRASI INDONESIA

A.Demokrasi dan Implementasinya
Pembahasan tentangperanan negaradan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari
telaah tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasan. Pertama, hampir semua negaran di
dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental sebagai telah di
tunjukan oleh hasil studi UNESCO pada awal 1950-an yang mengumpulkan lebih dari 100
sarjana barat dan timur, sementara di negara-negara demokrasi itu pemberian peranan
kepada negara dan masyarakat hidup dalam porsi yang berbeda-beda (kendati sama-sama
negara demokrasi). Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara isensial telah
memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai
organisasi tertingginya tetapi ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbedabeda (Rais,1995:1).
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sisitem pemerintahan,
demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti: pertama, sistem
presidensial yang menyenjajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi dua
kedudukan kepada presiden dan yakni sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintah di pimpin oleh perdana mentri
yang hanya kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepala negara, sebab
kepala negaranya bisa di duduki oleh raja atau presiden yang hanya menjadi simbol
kedaulatan dan persatuan dan; ketiga, sistem referendum yang meletakan pemerintah
sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen. Di beberapa negara ada yang menggunakan
sistem campuran antara presidensial dengan parlementer,yang antara lain dapat dilihat dari
sistem ketatanegaraan di prancis atau di indonesia berdasar UUD 1945.
Dengan alasan tersebut menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir
sepenuihnya di sepakati sebagai model terbaik bagi dasar penyelenggaraan negara ternyata
memberikan implikasi yang berbeda di antara pemakai-pemakainya bagi peranan negara.
B.Arti dan Perkembangan Demokrasi
“e ara sti ologis istilah de okrasi erasal dari
rakyat dan kratos/kratei

ahasa Yu a i, de os berarti

berarti kekuasaa . Ko sep dasar de okrasi erarti rakyat

erkuasa (government of ruleby the people), Ada pula defenisi singkat untuk istilah

demokrasi yang di artikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan
untuk rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi di bebagai negara di sunia, memilki
ciri khas dan spesifikasi masing-masing, yang lazimnya sanagt di pengaruh oleh ciri khas
msyarakat sebagai rakyat dalam suatu Negara.
Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang menggunakanny,
sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi
negara di jamain. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang di berikan untuk istilah
demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara operasional
implikasinya diberbagai negara tidak selalu sama. Sekedar untuk menunjukan betapa rakyat
diletakkan pada posisi penting dalam asas demokrasi ini berikut akan dikutip beberapa
pengertian demokrasi.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam maslah-masalah pokok mengenai
kehidupannya,termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, karena kebijaksanaan
tersebut menentukan kehidupan rakyat (Noer, 1983: 207). Jadi, negara demokrasi adalah
negara yang diselenggarakn berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika di tinjau
dari sudut organisasi, ia berarti suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat
sendiri atau asas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tanagn rakyat.
Dalam hubungan ini menurut Henry B. Mayo bahwa sistem politik demokrasi adalh
sistem yang menunjukan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil yang di awasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan bekala yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik (Mayo, 1960:70).
Meskipun dari berbagai pengertian itu terlihat bahwa rakyat diletakkan pada posisi
se tral rakyat erkuasa (government or role by the people) tetapi dalam praktiknya oleh
Unisco di simpulkan bahwa ide demokrasi itu dianggap ambiguous atau mempunyai arti
ganda, sekurang-kurangnya ada anbiguity atau ketentuan0ketentuan mengenai lembagalembaga atau cara-cara yang di pakai untuk melaksanakan ide, atau mengenai keadaan
kultural serta historis yang mempengaruhi istilah ide dan praktik demokrasi (Budiardjo,
1982: 50). Hal ini bisa dilihat betapa negara-negara yang sama-sama menganut asas
demokrasi ternyata mengimplementasikannya secara tidak sama. Ketidaksamaan tersebut
bahkan bukan hanya pada pembentukan lembaga-lembaga atau aparatur demokrasi, tetapi

juga menyangkut perimbangan porsi yang terbuka bagi peranan maupun peranan
masyarakat.
Memang sejak dimunculkannya kemabali asas demokrasi yaitu setelah tenggelam
beberapa abad dari permukaan Eropah telah menimbulkan masalah tentang siapakah
sebenarnya yang lebih berperan dalam menentukan jalannya negara sebagai organisasi
teringgi: negara ataukah masyarakat? Dengan kata lain, negara kah yang menguasai negara?
Pemakaian demokrasi sebagai prinsip hidup bernegara sebenarnya telah melahirkan fiksiyuridis bahwa negara adalah milik masyarakat, tetapi pada fisik-yuridis inilah telah terjadi
torak-tarik kepentingan, atau kontrol, tolak-tarik mana yang kemudian menunjukan aspek
lain yakni tolak-tarik antara negara-masyarakat karena kemudian negara terlihat memilki
pertumbuhannya sendiri sehingga lahirlah konsep tentang negara organis (Mahasin, 1984:
2). Pemahaman atas masalah ini akan lebih jelas melalui penelusuran sejarah
perkembangan prinsip itu sebagai asas hidup negara yang fundamental.
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara dan
hukum di Yunani kuno dan di praktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke 4 sebelum
masehi sampai abad 6 masehi. Pada waktu itu, dilihat dari pelaksanaanya, demokrasi yang
di praktekkan bersifat langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat
keputusan-keputusan politik di jalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang
bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langsung ini dapat dilaksanakan secara
efekktif karena Negara Kota (City State) Yunani Kuno berlangsung dalam kondisi sederhana
dengan wilayah negara yang hanya terbatas pada sebuah kota dan daerah sekitarnya dan
jumlah penduduk yang hanya lebih kurang 300.000 orang dalam suatu negara. Lebih dari itu
ketentuan-ketentuan demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang resmi yang
merupakan sebagian kecil dari seluruh penduduk. Yang sebagian besar terdiri dari budak
belian, pedagang asing, perempuan, dan anak-anak tidak dapat menikmati hak demokrasi
(Budiardjo, 1982: 54).
Gagasan domokrasi yunani boleh dikatakan lenyap daru muka Dinia Barat ketika
bangsa Romawi dikalahkan oleh bangsa suku Eropah Barat dan benua Eropah memasuki
abad pertengahan (600-1400). Masyarakat abad Pertengahan ini dicirikan oleh struktur
sosial yang feodal; kehidupan sosial dan spritualnya dikuasai oleh paus dan penjabatpenjabat agama, sehingga tenggelam dengan apa yang disebut sebagai masa kegelapan.
Kendati begitu, ada sesuatu yang penting berkenaan dengan demokrasi pada abad
pertengahan itu, yakni lahirnya dokumen magna Charta (Piagam Besar), suatu piagam yang
berisi semacam perjanjian antra beberapa bangsawan dan raja Jhon di inggris bahwa raja

mengakui dan menjamin beberapa hak dan previleges bahwasannya sebagai imbalan untuk
penyerahan dana bagi keperluan perang dan lain-lain. Lahirnya piagam ini, dapat dikatakan
sebagai lahirnya suatu tonggak baru bagipekembangan demokrasi, sebab dari piagam
tersebut terlihat adanya dua prinsip dasar: pertama, kekuasaan Raja harus dibatasi; kedua,
hak asasi manusia lebih penting dari pada kedaulatan Raja ramdlonnaning, 1983: 9).
Ranaissance adalah aliran yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan
budaya Yunani Kuno, yang berupa gelombang-gelombang kebudayaan dan pemikiran yang
dimulai di Italia pada abad ke-14 dan mencapai puncaknya pada abad ke-15 dan 16. Masa
Renaissance adalah masa ketika orang mematahkan semua ikatan yang ada dan
menggantikan dengan kebebasan bertindak yang seluas-luasnya sepanjang sesuai dengan
yang dipikirkan, karena dasar ide ini adalah kebebasan untuk berpikir dan bertindak bagi
manusia tanpa boleh ada orang lain yang menguasai atau membatasi dengan ikatan-ikatan.
Hal itu disamping mempunyai segi positif yang cemerlang dan gemilang karena telah
mengantarkan dunia pada kehidupan yang lebih modern dan mendorong berkembangnya
pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, juga memberi sisi negatif sendiri, sebab danya
pemikiran untuk lepas dari semua ikatan (dan orang tidak mungkin hidup tanpa ikatanikatan) berkembanglah difat-sifat buruk dan asosial seperti kebencian, iri hati, atau cemburu
yang dapat meracuni penghidupan yang mengakibatkan terjadinya perjuangan sengit,
membujuk, menipu, atau melakukan apa saja yang diinginkan kendati melalui dengan cara
yang tercela secara moral.
“elai ‘e aissa e, peristiwa lai ya g

e doro g ti

ul ya ke

ali de okrasi

yang dahulu tenggelam dalam abad pertengahan adalah terjadinya Reformasi, yakni
reformasi agama yang terjadi di eropah Barat pada abad ke-16 yang pada mulanya
menunjukkan sebagao pergerakkan perbaikan keadaan dalam gereja katolik tetapi
kemudian berkembang menjadi asas-asas Protestanisme. Reformasi dimulai dalam pintu
gereja Wittenbreg (31 Oktober 1517), yang kemudian segera memancing terjadinya
serangan terhadap gereja. Luther mempunyai ajaean tentang prngampunan dan
kepercayaan saja, sebagai pengganti upacara-upacara, pekerjaan baik dan perantaraan
gereja, serta mendesak supaya membaca kitab suci yang ternyata telah memberikan
pertanggung jawaban yang lebih besar kepada perseorangan untuk keselamatan sendiri.
Ajaran yang kemudian di sambut dimana-mana itu telah menyulut api pemberontakkan
secara cepat dan meluas dijerman dan sekitarnya, sengketa dengan gereja dan kaisar
bejalan lama dan getir yang tidak terselesaikan dengan diselenggarakannya muktamarmuktamar di Speyer (1526-1529) dan di Augsburg (1530). Berakhirnya reformasi ditandai

dengan terjadinya perdamaian Westphalia (1648) yang ternyata mampu menciptakan
keseimbangan setelah kelelahan akibat perang yang berlangsung selama 30 tahun. Namun,
Protestanisme yang lahir dari Reformasi itu tidak hilang dengan selesainya Reformasi, tetapi
tetap menjadi kekutan dasar didunia Barat sampai sekarang (Shadily, 1977: 937).
Dua kejadian (Renaissance dan Reformasi) ini telah mempersiapkan Eropah masuk
kedalam Aufklarung (Abad Pemikiran) Dan Rasionalisme yang mendorong mereka untuk
memerdekakan pikiran dari batas-batas yang ditentukan gereja untuk mendasarkan pada
pemikiran atau akal (rasio) semata-mata pada gilirannya kebebasan berfikr ini menelorkan
lahirnya pikiran dari kebebasan politik. Dari sini timbullah gagasan tentang hal-hal politik
rakyat yang tidak boleh diselewengkan oleh raja, serta timbul kecaman-kecaman terhadap
raja yang pada waktu rezim memerintah dengan kekuasaan takas terbatas dalam bentuk
monariki-monariki itu telah pula didukung oleh golongan menengah (midleclass) yang waktu
itu mulai berpengaruh karena kedudukan ekonomi dan mutu pendidikan golongan ini relatif
baik (Budiardjo, 1982: 55).
Kecaman dan dobrakan terhadap absolutisme menarik didasarkan pada teori
rasio alistis sa agai sosial-co tarct

(perjanjian masyarakat) yang salah satu asasnya

menentukan bahwa dunia ini dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam (natural) yang
mengangung prinsip-prinsip keadilan yang universal yang memasalahkan berlakunya hukum
alam (naturalaw) bagi semua orang dalam bbidang politik telah melahirkan pendapat umum
bahwa hubungan antara raja dan rakyat didasarkan pada suatu perjanjian yang mengikat
pada kedua belah pihik; Raja diberkan kekuasaan untuk menyelenggarakan penertiban dan
menciptakan suasana yang memungkinkan rakyat menikmati hak-hak alamnya dengan
aman, sedangkan rakyat akan menaati pemerintahan raja, asal hak-hak alamnya juga
terjamin (Budiardjo, 1982: 56).
Tampak bahwa teori hukum alam merupakan usaha untuk mendobrak pemerintahan
absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat dalam suatu asas yang disebut demokrasi
(pemerintah rakyat). Dua filsafat besar yaitu Jhon Locke dan Montesquieu, masing-masing
dari inggris dan Prancis telah membiarkan sumbangan yang besar bagi gagasan pemerintah
demokrasi ini. Jhon Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa hak-hak politik rakyat
mencakup hak atas hidup, kebebasan dan hak memiliki (Live,Liberal,property); sedangkan
montesquieu (1689-1

)

e ge ukaka siste

pilitik terse ut

elalui Trias Politika -

nya, yakni suatu sistem pemisahan kekuasaan dalam negara kedalam kekuasaan legeslatif,
eksekutif dan yudikatif yang masing-masing harus dipegang oleh organ sendiri yang

merdeka, artinya secara prinsip kiranya semua kekuasaan itu tak boleh dipegang hanya
seorang saja.
Dari pemikiran tentang hak-hak politik rakyat dan pemisahan kekuasaan inilah
terlihat

munculnya

kembali

ide

pemerintahan

rakyat(Demokrasi).

Tetapi

dalm

kemunculannya sampai saat ini demokrasi yang berkaitan dengan peran negara dan peran
masyarakat, yaitu demokrasi konstitusional abad ke-19 dan demokrasi konstitusional abad
ke-20 yang keduanya senangtiasa dikaitkan dengan konsep negara hukum (Mahfud, 1999:
20).
C. Bentuk-bentuk Demokrasi
Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu, Formal democracy dan
kedua,substantive democracy, yaitu menunjuk pada bagaimana proses demokrasi itu
dilakukan (Winataputra, 2006)..
Formal democracy menunjuk pada demokrasi dalam arti sistem pemerintahan. Hal
ini dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi diberbagai Negara. Dalam suatu
negara misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan sistem presidensial, atau
sistem parlementer.
Sistem Presidensial: Sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara
langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari rakyat.
Dalam sistem ini kekuasaan eksekutif (kekuasaan menjalankan pemerintah) sepenuhnya
berada ditangan presiden. Oleh karena itu presiden adalh merupakan kepala eksekutif (head
of government) dan sekaligus menjadi kepala negara (head of state). Presiden adalah
penguasa dan sekaligus sebagai simbol kepemimpinan negara (Tim LP3,UMY). Sistem
demokrasi ini sebagaimana diterapkan di negara Amerika dan negara Indonesia.
Sistem Parlementer: Sistem ini menerpakan model hunbungan yang menytatu
antara kekuasaan eksekutif dan legeslatif. Kepala eksekutif (head of government) adalah
berada ditangan seseorang perdana mentri. Adapun kepala negara (head of state) adalh
berada pada seorang ratu, misalnya di negara inggris atau adapula yang berada pada
seorang presiden misalnya india.
Selain bentuk demokrasi sebagaimana dipahami di atas terdapat beberapa sistem
demokrasi yang mendasarkan pada prinsip filosofi Negara.
1.Demokrasi Perwkilan Liberal

Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia
adalah sebagai mahkluk individu yang bebas. Oleh karena itu didalam sistem demokrasi ini
kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaan demokrasi.
Pemikiran tentang negara demokrasi sebagaimana di kembangkan oleh Hobbes,
Locke dan Rousseau bahwa negara terbentuk dengan adanya perbenturankepentingan
hidup mereka dalam hidup bermasyarakat dala suatu natural state. Akibatnya terjadilah
penindasan di antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu individu-individu dalam
suatu masyarakat itu membentuk suatu persekutuan hidup bersama yang di sebut negara,
dengan tujuan untuk melindungi kepentingan dan hak individu dalam kehidupan
masyarakat negara. Atas dasar kepentingan ini dalam kenyataannya muncullah kekuasaan
yang kadang kala menjurus ke arah otoriterianisme.
Berdasarkan kenyataan yang dilematis tersebut,maka muncullah pemikiran kearah
kehidupan demokrasi perwakilan liberal, dan hal inilah yang sering dikenal dengan
demokrat-demokrat liberal. Individu dalam suatu negara dalam partisipasinya disalurkan
melalui wakil-wakil yang dipilih melalui proses demokrasi.
Menurut Held (2004: 10), bahwa demokrasi perwakilan liberal merupakan suatu
pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi problema keseimbangan antara
kekuasaan memaksa dan kebebasan. Namun demikian perlu di sadari bahwa dalam prinsip
demokrasi ini apapun yang dikembangkan melalui kelembagaan negara senantiasa
merupakan suatu manifestasi perlindungan serta jaminan atas kebebasan individu dalam
hidup bernegara. Rakyat harus diberikan jaminan kebebasan secara individu baik di dalam
kehidupan politik, ekonomi, sosial, keagamaan bahkan kebebasan anti agama.
Konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip demokrasi ini adalah berkembang
bebas, terutama dalam kehidupan ekonimi sehingga akibatnya individu yang tidk mampu
menghadapi saingan tersebut akan tenggelam. Adkibat kekuasaan kapasitaslah yang
menguasai kehidupan negara, bahkan berbagai kebijakan dalam negara sanagat ditentukan
dalam kekuasaan kapital. Hal ini sesuai dengan ana;isa P.L Berger bahwa era global dewasa
ini dengan semangat pasar bebas yang dijiwai oleh filosofi demokrasi leberal, maka kaum
kapasitaslah yang berkuasa. Kapitalime telah menjadi fenomena global dan dapat
mengubah masyrakat di seluruh dunia baik dalam bidang sosial, plitik maupun kebudayaan
(Berger, 1988).

KESIMPULAN

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupan sistem filsafat. Yang sdi
maksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama unutuk Stu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang utuh.
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagianyaitu sila-sila pancasila setiap sila pada
hakikatnya merupan suatu asas sendiri , fungsi sendiri-sendiri tujuan tertentu, yaitu suatu
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila. Isi sila-sila pancasila hakikatnya
merupakan suatu ketentuan . Dasar filsafat indonesia terdiri atas lima sila yang masingmasing merupakan suatu asas peradaban. Namun demikian sila-sila pancasila itu bersamasama merupakan suatu kesatuan dan ketuhanan, setiap sila merupakan suatu unsur ( Bagian
yang mutlak ) darikesatuan pancasila . Maka dasar filsafat negara pancasila adalah
merupakan suatu kesatua yang bersifat majemuk tunggal (majemuk artinya jamak) (tunggal
artinya satu). Konsekuensinya setiap sila tidak berdiri sendiri terpisah dai sila yang lainnya.
Sila-sila pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan organis. Antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling
berhungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasi oleh sila-sila
lainnya. Secara demikian ini maka pancasila pada hakikaknya merupakan sistem , dalam
pengertian bahwa bagian-bagian, sila-silanya saling berhubungan secara erat sehingga
membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai sutau sistem juga dapat di
pahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila, yaitu pemikiran tentang
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, Dengan dirinya sendiri sesama
manusia, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilainya telah dimiliki oleh bangsa indonesia.
Dengan demikian pancasila merupakan suatu sistem dalam pengertian kefilsafatan sebagai
mana sistem filsafat lainnya materlialisme.idealisme, rasionalisme., liberalisme, sosialisme
dan sebagainya.

SARAN
Sepanjang masa kemerdekaannya, bangsa Indonesia telah mencoba menerapkan
bermacam-macam demokrasi. Hingga tahun 1959, dijalankan suatu praktik demokrasi yang
cenderung pada sistem Demokrasi Liberal, sebagaimana berlaku di negara-negara Barat
yang bersifat individualistik.
Pada tahun 1959-1966 diterapkan Demokrasi Terpimpin, yang dalam praktiknya
cenderung otoriter. Mulai tahun 1966 hingga berakhirnya masa Orde Baru pada tahun 1998
diterapkan Demokrasi Pancasila. Model ini pun tidak mendorong tumbuhnya partisipasi
rakyat. Berbagai macam demokrasi yang diterapkan di Indonesia itu pada umumnya belum
sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi, karena tidak tersedianya ruang yang cukup untuk
mengekspresikan kebebasan warga negara.
Berdasar pengalaman sejarah, tidak sedikit penguasa yang cenderung bertindak
otoriter, diktaktor, membatasi partisipasi rakyat dan lain-lain. Mengapa dernikian? Ya, sebab
penguasa itu sering merasa terganggu kekusaannya akibat partisipasi rakyat terhadap
pemerintahan. Partisipasi itu dapat berupa usul, saran, kritik, protes, unjuk rasa atau
penggunaan kebebasan menyatakan pendapat lainnya.
Sesudah bergulirnya reformasi pada tahun 1998, kebebasan berbicara dan
menyatakan pendapat, kebebasan memilih, kebebasan berpolitik dan lain-lain semakin
terbuka juga. Era reformasi sekaligus merupakan era demokratisasi. Dalam suasana
reformasi, tidak jarang penggunaan kebebasan tersebut sering berbenturan dengan
kepentingan umum. Inilah yang perlu ditata lebih baik, sehingga penerapan kebebasan
warga negara dan demokrasi tetap berada dalam koridor hukum dan tidak mengganggu
kepentingan umum. Bagaimanapun juga reformasi telah membuka pintu kebebasan, yang
hal ini sangat diperlukan bagi rakyat dalam proses menemukan sistem demokrasi yang lebih
baik. Pada awalnya, penerapan demokrasi lebih terfokus pada bidang politik atau sistem
pemerintahan. Wujud penerapannya antara lain dengan penyelenggaraan pemilihan umum,
pergantian pemegang kekuasaan pemerintahan, kebebasan menyatakan pendapat den lainlain.
Dalam perkembangannya, konsep demokrasi juga diterapkan dalam berbagai bidang
kehidupan, yakni dalam kehidupan ekonomi, pendidikan, sosial-budaya, dan bidang-bidang
kemasyarakatan lainnya. Dengan demikian, demokrasi tidak hanya diterapkan dalam

kehidupan bernegara, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Kehidupan yang demokratis adalah kehidupan yang melibatkan partisipasi rakyat dan
ditujukan untuk kepentingan rakyat.
Bagaimana konsep demokrasi diterapkan dalam bidang ekonomi? Apakah demokrasi
ekonomi juga diterapkan di Indonesia? Apakah UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
dalam bernegara juga memuat ketentuan tentang demokrasi ekonomi? Coba perhatikan isi
UUD 1945 pasal 33 berikut ini:
Ayat Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluarga:
Ayat (2) : Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
Ayat (3) : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,
Ayat (4) : Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Perlu kalian ketahui bahwa isi pasal 33 UUD 1945 sebelum diadakan perubahan
hanya terdiri dari ayat (1), (2), dan (3) tersebut. Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit,
namun isi ayat-ayat tersebut mengisyaratkan berlakunya demokrasi ekonomi. Hal itu
tercermin pada kata-kata, usaha bersama, bersifat kekeluargaan, dan untuk kemakmuran
rakyat. Setelah dilakukan perabahan terhadap UUD 1945, muncullah pasal 33 ayat (4)
tersebut. Perubahan itu semakin menguatkan berlakunya demokrasi ekonomi dalam sistem
perekonomian di Indonesia.
Apa makna demokrasi ekonomi? Untuk memahami hal tersebut, perlu kalian pahami
lagi makna demokrasi. Makna demokrasi yang sangat mendasar adalah partisipasi atau
keikutsertaan seluruh rakyat atau warga dalam menentukan kehidupan bersama. Posisi
rakyat atau warga bukan sebagai objek, melainkan sebagai subjek dalam kehidupan
bersama. Tujuan akhirnya adalah terciptanya kesejahteraan seluruh rakyat atau warga.
Demikian pula halnya dalam bidang ekonomi. Persoalannya adalah bagaimana agar rakyat
atau warga ikut serta dalam kegiatan ekonomi, baik dalam proses produksi maupun
distribusi.

Keikutsertaan rakyat dalam proses produksi bukan semata-mata sebagai alat
produksi atau buruh yang bekerja pada majikan dengan upah yang rendah. Mereka harus
ikut menikmati keuntungan-keuntungan yang diperoleh dan hasil produksi itu dengan
mernperoleh jaminan hidup yang layak. Dengan demikian akan tercipta kesejahteraan
rakyat.
Salah satu bentuk kegiatan badan usahayang bersifat demokratis adalah koperasi.
“ejala de ga se a gat de okrasi, koperasi terke al de ga se

oya

ya dari a ggota,

oleh a ggota, da u tuk a ggota . Co a a di gka de ga per yataa A raha

Li oln

tentang demokrasi yang telah dikutip sebelumnya. Dalam koperasi, pemegang kekuasaan
tertinggi adalah rapat anggota. Rapat anggota berwenang meminta keterangan dan
pertanggungjawaban pengurus maupun pengawas dalam menjalankan tugasnya. Rapat
anggota itu diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun.
Dalam pasal 5 Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang Koperasi dinyatakan
tentang prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut:
1. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2. pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing
4. pemberian balas jasa terbatas terhadap modal
5. kemandirian
Sekarang bagaimana konsep demokrasi diterapkan dalam bidang pendidikan? Sistem
pendidikan nasional kita dari dulu hingga sekarang sebenarnya memiliki visi atau pandangan
yang demokratis. Budaya demokrasi berarti menjadikan demokrasi sebagai suatu kebiasaan
hidup sehari-hariAda beberapa contoh sederhana yang dapat diunjukkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam lingkungan keluarga, harus membiasakan diri untuk menghormati
pendapat anggota keluarga yang lain. Dalam lingkungan sekolah, tidak boleh memaksakan
kehendak pada teman kalian, serta mematuhi tata tertib sekolah. Dalam suatu pertandingan
olah raga misalnya, seluruh peserta harus mematuhi aturan permainan (rule of the game),
tunduk pada putusan juri, sportif, bersedia menerima kekalahan dan lain-lain. Meskipun
tampak sederhana, justru dalam kehidupan bermasyarakat itulah perlu membiasakan hidup
secara demokratis. Pembudayaan demokrasi perlu menjadi agenda penting bagi bangsa
Indonesia, demi terwujudnya kesadaran berdemokrasi di kalangan masyarakat.

REFERENSI

‘ais, A i ,1
, Pe ga tar dala Mis ah Zulfa Ekiza eth, et. Ql, Proses Sukesi Politik,
Tiara wacana, Yogyakarta.Dicey, A.V, 1973,An Introduction to The Studyof The Lae of The
Constitution, Mac. Millan, London
Noer, Deliar, 1993, Pengantar ke Pemikiran Politik, CV. Rajawali,jakarta.
Mahasi ,Aswa ,1

, Negara Da Kuasa ,dala

Prisma NO.8, Tahun 1984

Ramdlonnaning, 1983, Citra an Hak Cipta Hak Asasi Manusia di Indonesia,Lembaga
Kriminologi UI jakarta.
Mahfud, Moh. MD., 1999, Hukum Dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media, Yogyakarta.
Held David, 1995, Democracy and The Glonal Order: From the Modern State to
Cosmopolitan Governance. Regional. Padma Bandung.
Berger. P.L.. 1988. The Capitalisi Revolution. Fifty Propositions About Prosperity, Equality,
and Liberty, Basic Books, New York.