Media dan Politik Pertarungan Ruang and

1

Media dan Politik:
Pertarungan Ruang & Kuasa Media Menjelang Pemilihan Presiden
Didik Haryadi Santoso
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
didikharyadi.s@gmail.com

Abstrak
Pemilihan umum tidak hanya melahirkan pertarungan kuasa melainkan juga pertarungan ruang. Ruang sosial,
ruang media dan ruang elit saling bersilang sengkarut. Bagaimana pertarungan ruang dan kuasa media menjelang pemilihan presiden? Setidaknya pertanyaan tersebut menjadi benang merah dari tulisan ini. Pertarungan
ruang dan kuasa dirintis melalui remediasi ruang. Di mana ruang sosial tergiring kedalam ruang media kemudian masuk ke dalam ruang elit. Ruang tersebut berbenturan dengan ragam kepentingan media dan partai politik.
Kesemuanya saling mereduksi, saling menguasai dan saling mendominasi. Bentuk dominasi ini hadir dalam dua
bentuk; Pertama, dominasi atas sumber daya manusia dan Kedua, dominasi atas sumber daya materi. Pertarungan ruang media dan kuasa tidak lagi berkutat pada state based power . Bukan pula terhenti pada market
based power melainkan bermuara pada political based power dengan ragam kepentingan politik yang sesaat,
instan dan pragmatis.
Kata Kunci: media, politik, pemilihan presiden

Abstract
Elections are not only about the power but also about how to fight the battle space. Social space, media space
and elite space crossed chaos. How about space and power of the media ahead of the presidential election? At

least the question becomes common thread of this paper. Battle space and power initiated remediation through
space. Social spaces are led into the media space and then enter the elite space. The space is in conflict with the
interests of a variety of media and political parties. All of reducing mutual, mutual control and dominate the
other. Form of domination is present in two forms; First, the dominance of human resources and Second, dominance over material resources. The fight media space and power are no longer dwell on the state-based power.
Nor is stopped at a market-based power but boils down to political power with a variety of interest-based politics that instant and pragmatic.
Keywords: media, politic, presidential election

Pendahuluan
Pemilihan presiden menciptakan banyak

berimbang melainkan hanya sebatas menjadi perpanjangan tangan dari kekuasaan.

pertarungan. Pertarungan itu tidak hanya berada pa-

Relasi antara dunia politik dan dunia media ini kian

da wilayah kuasa melainkan juga pertarungan ruang.

hari kian kusut. Saat di mana kekuasaan partai poli-


Media baik cetak, elektronik maupun new media

tik juga merambah pada penguasaan frekwensi pub-

menjadi salah satu ruang kontestasi para calon atau

lik. Relasi silang sengkarut antara aktor politik dan

kandidat. Para aktor politik saling berebut ruang lalu

sebagian pegiat media berimbas pada tercampur

menciptakan ruangnya sendiri-sendiri, sekaligus

aduknya ragam kepentingan khususnya kepentingan

merintis citranya masing-masing.

politik.


Ruang media tidak lagi menjadi sarana
produksi dan distribusi informasi yang objektif dan

Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015

2
Sebagian pegiat media tidak lagi berada di tengah-

Ruang yang terbentuk dalam media lahir dan

tengah rakyat dan politisi untuk menjadi wacthdog

hadir menjadi semacam ruang sosial. Menurut Henri

melainkan menjadi “politisi baru” atau “politisi me-

Lafebvre dalam tulisannya yang berjudul “The Pro-

dia” yang siap berpolitik dalam ruang media.


duction of Space”, ruang sosial merupakan produk

Tidak hanya itu, antara kepentingan pember-

sosial yang diproduksi secara sosial oleh pengguna

itaan media dengan kepentingan pribadi menjadi

ruang tersebut (Lafebvre,1992: 26). Ruang sosial

bias dan tidak jelas. Tumbuh dan berkembangnya

bentukan media menjadi semacam arena atau sarana

silang sengkarut antara kekuasaan di wilayah politik

pertukaran informasi dan pertukaran wacana. Tarik

dan kepemilikan berlebih di wilayah media ini me-


ulur ruang itu diperantarai oleh media. Media me-

lahirkan pertarungan ruang dan kuasa. Lalu,

mediasi ulang kedua realitas dan kedua ruang. Pros-

bagaimana pertarungan ruang dan kuasa media men-

es mediasi ini dapat berjalan cepat oleh karena me-

jelang pemilihan presiden? Setidaknya pertanyaan

lalui perantara digital (Bolter & Grusin, 2000: 46)

tersebut menjadi benang merah dari tulisan ini.

Melalui media, ruang-ruang sosial masuk ke

Pada bagian pertama akan dipaparkan secara


dalam ruang digital dengan berbagai macam realitas

singkat tentang latar belakang masalah. Pada bagian

media yang tergiring ke dalamnya. Media menjadi

kedua, akan mengeksplorasi mengenai remediasi

institusi sosial yang memproduksi ruang-ruang so-

ruang media dan ruang politik. Selanjutnya pada

sial. Ruang sosial yang bersifat lokal dapat dengan

bagian pembahasan akan dipaparkan, pertama ten-

mudah bergeser menjadi ruang sosial yang menjadi

tang bagaimana remediasi ruang yang dirintis oleh


lebih “publik”. Habermas menyebutnya dengan po-

media menjelang pemilihan presiden. Kedua, akan

larisasi ruang sosial. Ruang sosial itu menjadi sema-

membahas tentang bagaimana pertarungan ruang

cam panggung sosial. Lebih jauh Henri Lavebvre

dan kuasa di dalam industri media. Media di sini

memaparkan bahwa ruang yang diciptakan melalui

termasuk media cetak, elektronik maupun new me-

produksi sosial seringkali dijadikan sebagai alat

dia . Terakhir kesimpulan dan penutup.


kontrol, dominasi, dan kekuasaan (Lavebvre, 1992:
26)

Remediasi Ruang dalam Industri Media
Media lahir dan hadir menghapus pengha-

Media

memiliki

panggung-panggung

sosial.

andil

menciptakan

Panggung-panggung


lang yang ada pada media tradisional. Media mem-

sosial yang tadinya miskin perhatian, oleh media

bawa berbagai macam ruang satu ke dalam ruang

mendadak berubah menjadi populer hanya dengan

lainnya. Termasuk menggiring ruang politik ke da-

perantara digital. Dalam pertarungan antar-kandidat

lam ruang pribadi, atau sebaliknya membawa ruang

calon presiden misalnya, perubahan format diskusi

elit ke dalam ruang publik. Dalam beberapa kasus,

monoton menjadi dialog interaktif dapat menjadi-


tidak sedikit ruang sosial tergiring ke dalam bentuk

kannya lebih menarik bagi para audien pengakses.

ruang media, dengan kata lain realitas sosial ditarik

Namun demikian, tidak jarang diskusi publik dalam

ke dalam realitas media dan berlanjut ke dalam reali-

ruang media menjadi forum-forum diskusi politis

tas elit.

dengan setting tertentu serta daya dukung pertan-

Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015

3
yaan dan argumen yang telah dipersiapkan sebe-


Realitas sosial rekaan tersebut ditarik ke dalam reali-

lumnya. Mengenai hal ini, Jurgen Habermas me-

tas media yang semu. Pertanyaannya adalah,

maparkan bahwa beberapa stasiun media, penerbit,

akankah para aktor politik akan terus-terusan memo-

dan

merubah

tong padi, menyapa nelayan, makan bersama rakyat

panggung diskusi menjadi sesuatu yang dapat dikon-

kecil jika tidak dalam posisi sadar kamera, sadar

sumsi sekaligus menjadi sebuah bisnis yang menjan-

media serta sadar akan adanya peristiwa pemilu?

asosiasi

tertentu

telah

mampu

Pada posisi ini, ruang-ruang sosial yang po-

jikan (Habermas, 1987: 230)
Ruang-ruang sosial hasil garapan media itu

los dengan sangat mudah ditarik ke dalam ruang

memiliki kecenderungan menjadi ruang-ruang kon-

media dengan berbagai ragam kepentingannya. Na-

sumsi, baik konsumsi informasi maupun konsumsi

mun demikian, ruang sosial yang telah tergiring ke

wacana bagi publik. Singkat kata, media dan ragam

dalam ruang media itu, sejatinya telah menjadi ruang

kepentingannya secara langsung atau tidak langsung

sosial baru yang dibentuk oleh para penggunanya.

mampu melubangi ruang-ruang sosial bahkan ruang-

Sebagaimana pendapat Henri Lafebvre da-

ruang privat menjadi ruang yang seolah-olah publik.

lam tulisannya yang berjudul “The Production of

Habermas mengistilahkannya dengan privat semu

Space”. Tarik ulur ruang antara masyarakat dengan

dan pseudo public.

elit politik ini diperantarai oleh ruang media.
Persoalan muncul ketika mediasi ulang dari

Media, Politik, dan Pertarungan Ruang

kedua ruang tersebut berbenturan dengan ragam

Dalam hiruk-pikuk konstelasi politik 2014,

kepentingan media dan partai politik. Keduanya sal-

media baik cetak, elektronik maupun new media

ing mereduksi, saling mendominasi, dan saling

turut

mencampuradukkan

menguasai. Sebagaimana pendapat Henri Lafebvre

berbagai macam ruang. Ruang sosial tidak jarang

bahwa ruang yang diciptakan melalui produksi so-

digiring ke dalam ruang media berbasis elit. Kampa-

sial seringkali dijadikan sebagai alat kontrol, domi-

nye dalam industri media televisi misalnya, para

nasi,

kandidat dengan berbagai jaringan media yang di-

Kekacauan itu tentu diperparah dengan silang

milikinya mengambil ruang-ruang sosial milik

sengkarutnya kepemilikan media dengan tumpang

masyarakat secara instan, pragmatis, dan sporadis.

tindihnya agenda politik.

membawa

sekaligus

dan

kekuasaan

(Lafebvre,

1992:

26).

Para capres mendadak akrab memotong padi bersa-

Tentu tulisan ini tidak berpanjang lebar ten-

ma petani, menyapa nelayan, menggendong anak-

tang apa yang telah diketahui tentang dunia politik

anak di gang-gang sempit tepi sungai, dan se-

dan kepemilikan media di Inonesia, Abu Rizal

bagainya.

Bakrie dengan Golkar, TvOne dan ANTV-nya,

Tidak hanya itu, sebagian aktor politik

Surya Paloh dengan Nasdem, Metro TV-nya serta

dengan jaringan media yang dimilikinya juga tidak

Hary Tanoe dengan Hanura, Global TV, RCTI, dan

segan-segan

MNC TV.

makan

bersama

dan

digendong-

gendong oleh masyarakat lokal. Kesemuanya terin-

Menjelang Pemilihan Presiden 2014, riuh

tegrasi ke dalam agenda politik dan agenda media.

rendah dunia politik dan media bercampur baur

Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015

4
dengan berbagai ragam kepentingan politik praktis

Pertama , penguasaan melalui wadah partai politik,

yang instan dan pragmatis. Dalam kacamata penulis,

Kedua , penguasaan masyarakat grass root pada

tidak jarang sebagian pegiat media baik media cetak,

ruang-ruang media dalam bentuk kolonialisasi

elektronik maupun new media turut berperan sebagai

kesadaran. Bentuk kedua, berjalan secara halus di

spin doctor yang mampu memilah dan memilih

alam bawah sadar para audien. Penguasaan atas

sekaligus mengolah wacana bahkan memutarbalik-

kedua sumber daya tersebut merupakan faktor

kan fakta. Dengan kemampuan retorika yang tinggi

penting bagi aktor politik dalam mewujudkan

disertai silat lidah yang canggih, persepsi audiens

kekuasaan yang pada akhirnya memungkinkan sang

digiring membentuk opini-opini yang seakan-akan

aktor mendominasi pihak lain.

opini publik.

Iklim media dengan interaktivitas yang

Tentu tidak ada opini publik di tengah-tengah indus-

tinggi menuntut para aktor politik untuk memonitor

tri media yang sebagian besar sahamnya dimiliki

dan mengontrol konten-konten politik yang ada di

oleh sekumpulan elit. Maka secara substantif, dalam

media. Bukan saja karena lawan politik memiliki

ruang media bukan opini publik yang dibangun

media,

melainkan opini-opini para elit.

memproduksi dan mendistribusikan konten melalui

melainkan

audien

juga

berpeluang

beragam media termasuk dalam ruang virtual new
Kontestasi Politik dalam Ruang Media

media. Proses produksi konten itu dimulai dari hal-

Saat menjelang pemilihan, baik pemilihan

hal yang sepele hingga hal-hal yang serius. Konten

calon anggota legislatif maupun pemilihan presiden,

tentang Jokowi dan Probowo dalam beberapa waktu

intensitas pertemuan, dan interaksi antara aktor

terakhir di new media dapat dijadikan contoh.

politik dan aktor media dapat dikatakan cukup

Konten tentang isu Transjakarta, banjiir, revolusi

tinggi. Interaksi antara kerja-kerja media dengan

mental, atau konten tentang isu ibu negara dengan

kerja-kerja politik pada titik tertentu bermuara pada

foto Prabowo yang disandingkan dengan kuda

dominasi satu pihak atas pihak lainnya. Kuasa-

adalah salah satu contoh konten hasil produksi dan

menguasai antara satu dengan yang lain. Dalam

distribusi para audien.

interrelasi dunia politik dan industri media dewasa

Di samping itu, pertarungan kuasa dalam

ini misalnya, terjadi dua bentuk dominasi sekaligus,

ruang media yang semakin interaktif menuntut para

pertama, dominasi atas orang atau sumber daya

aktor politik untuk tetap siap, siap dalam arti jika

manusia dan kedua, dominasi atas barang atau sum-

sewaktu-waktu konten atau pesan yang pernah

ber daya materi. Sebagaimana terminologi Antony

mereka sampaikan di media kemudian diolah,

Giddens tentang dua bentuk dominasi.

dimodifikasi, dan diputar ulang oleh lawan politik.

Dalam kaitannya dengan ruang media,

Dalam terminologi Gurevicth dikenal dengan istilah

daya materi merujuk pada

remixing. Statement Yusuf Kalla tentang “negara

penguasaan frekwensi publik beserta perangkat

bisa hancur jika dipimpin Jokowi”, statement Surya

teknologinya. Sedangkan penguasaan atas sumber

Paloh tentang “Nasdem tidak akan menjadi partai

dominasi sumber

daya manusia berlangsung dalam dua bentuk.

Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015

5
politik” adalah salah satu dari sekian banyak contoh

ing menguasai satu sama lain. Keduanya saling mer-

remixing dalam ruang media dan politik.

eduksi bahkan saling mendominasi.

Pada posisi ini, kehadiran ruang-ruang

Pertarungan ruang kuasa dan ruang media

media yang interaktif mendorong terjadinya banyak

dewasa ini tidak lagi berkutat pada state based pow-

perubahan struktur antara dunia politik dan ruang

er . Bukan pula terhentipada market based power

media. Interrelasi antara dunia politik dan ruang

melainkan bermuara pada political based pow-

media tidak lagi kuat pada dominasi kekuatan peran

er.Political based power ini lahir saat di mana poli-

negara (state regulation), tidak pula berhenti pada

tik hadir sebagai panglima dalam menentukan segala

dominasi kekuatan peran pasar (market regulation)

hal termasuk silang sengkarut industri media.

melainkan bergerak ke arah pada bentuk dominasi

Kuatnya dominasi politik dalam pertarungan ruang

kekuatan politik (political regulation).

dan kuasa ini mendorong media untuk ikut tereduksi

Meminjam istilah Agus Sudibyo dalam

atau mereduksikan diri ke dalam pusaran ragam

karyanya yang berjudul “Kebebasan Semu” tentang

kepentingan politik yang sesaat, instan dan pragma-

state based power dan market based power. Iklim

tis.

pertarungan ruang media dan kuasa dewasa ini tidak
lagi berkutat pada state based power . Bukan pula

Daftar Pustaka

terhenti pada market based power melainkan

Bolter, J. D, dan R. Grusin. 2000. Remediation:

bermuara pada political based power. Sebuah

Understanding Media. USA: MIT Press.

kekuatan berbasis politik di mana masyarakat

Giddens, A. 1984. The Constitution of Society out-

sebagai audien hanya menjadi alat legitimasi

line of the theory Structuration. Cambridge

kekuasaan yang sesaat. Motifnya tidak lain berfokus

UK: Polity Press.

pada akumulasi modal dan kalkulasi laba, baik laba
secara ekonomi maupun laba secara politik.

Habermas,

J. The Structural Transformation Of

Public Sphere: An

Inquiry into a Cate-

gory of Bourgeois Society. terj. Yudi

Santoso. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Penutup
Tidak mudah memetakan pertarungan ruang
dan kuasa di tengah-tengah riuh rendah dunia politik
dan industri media. Apalagi ada saat-saat di mana
pertarungan itu terjadi di “darat”, adakalanya pula
pertarungan itu terjadi di “udara”

berbentuk

frekwensi media televisi, cetak, radio, dan internet.
Para aktor politik dituntut untuk sanggup, siap, dan
mampu bertarung di dalam ruang-ruang media.
Pada posisi ini ruang media dan ruang politik saling
mengisi dan saling melengkapi namun sekaligus sal-

Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015

Lafebvre, H. 1992. The Production of Space. Basil:
Blackwell.

6

Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015