Media dan Politik Pertarungan Ruang and
1
Media dan Politik:
Pertarungan Ruang & Kuasa Media Menjelang Pemilihan Presiden
Didik Haryadi Santoso
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
didikharyadi.s@gmail.com
Abstrak
Pemilihan umum tidak hanya melahirkan pertarungan kuasa melainkan juga pertarungan ruang. Ruang sosial,
ruang media dan ruang elit saling bersilang sengkarut. Bagaimana pertarungan ruang dan kuasa media menjelang pemilihan presiden? Setidaknya pertanyaan tersebut menjadi benang merah dari tulisan ini. Pertarungan
ruang dan kuasa dirintis melalui remediasi ruang. Di mana ruang sosial tergiring kedalam ruang media kemudian masuk ke dalam ruang elit. Ruang tersebut berbenturan dengan ragam kepentingan media dan partai politik.
Kesemuanya saling mereduksi, saling menguasai dan saling mendominasi. Bentuk dominasi ini hadir dalam dua
bentuk; Pertama, dominasi atas sumber daya manusia dan Kedua, dominasi atas sumber daya materi. Pertarungan ruang media dan kuasa tidak lagi berkutat pada state based power . Bukan pula terhenti pada market
based power melainkan bermuara pada political based power dengan ragam kepentingan politik yang sesaat,
instan dan pragmatis.
Kata Kunci: media, politik, pemilihan presiden
Abstract
Elections are not only about the power but also about how to fight the battle space. Social space, media space
and elite space crossed chaos. How about space and power of the media ahead of the presidential election? At
least the question becomes common thread of this paper. Battle space and power initiated remediation through
space. Social spaces are led into the media space and then enter the elite space. The space is in conflict with the
interests of a variety of media and political parties. All of reducing mutual, mutual control and dominate the
other. Form of domination is present in two forms; First, the dominance of human resources and Second, dominance over material resources. The fight media space and power are no longer dwell on the state-based power.
Nor is stopped at a market-based power but boils down to political power with a variety of interest-based politics that instant and pragmatic.
Keywords: media, politic, presidential election
Pendahuluan
Pemilihan presiden menciptakan banyak
berimbang melainkan hanya sebatas menjadi perpanjangan tangan dari kekuasaan.
pertarungan. Pertarungan itu tidak hanya berada pa-
Relasi antara dunia politik dan dunia media ini kian
da wilayah kuasa melainkan juga pertarungan ruang.
hari kian kusut. Saat di mana kekuasaan partai poli-
Media baik cetak, elektronik maupun new media
tik juga merambah pada penguasaan frekwensi pub-
menjadi salah satu ruang kontestasi para calon atau
lik. Relasi silang sengkarut antara aktor politik dan
kandidat. Para aktor politik saling berebut ruang lalu
sebagian pegiat media berimbas pada tercampur
menciptakan ruangnya sendiri-sendiri, sekaligus
aduknya ragam kepentingan khususnya kepentingan
merintis citranya masing-masing.
politik.
Ruang media tidak lagi menjadi sarana
produksi dan distribusi informasi yang objektif dan
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
2
Sebagian pegiat media tidak lagi berada di tengah-
Ruang yang terbentuk dalam media lahir dan
tengah rakyat dan politisi untuk menjadi wacthdog
hadir menjadi semacam ruang sosial. Menurut Henri
melainkan menjadi “politisi baru” atau “politisi me-
Lafebvre dalam tulisannya yang berjudul “The Pro-
dia” yang siap berpolitik dalam ruang media.
duction of Space”, ruang sosial merupakan produk
Tidak hanya itu, antara kepentingan pember-
sosial yang diproduksi secara sosial oleh pengguna
itaan media dengan kepentingan pribadi menjadi
ruang tersebut (Lafebvre,1992: 26). Ruang sosial
bias dan tidak jelas. Tumbuh dan berkembangnya
bentukan media menjadi semacam arena atau sarana
silang sengkarut antara kekuasaan di wilayah politik
pertukaran informasi dan pertukaran wacana. Tarik
dan kepemilikan berlebih di wilayah media ini me-
ulur ruang itu diperantarai oleh media. Media me-
lahirkan pertarungan ruang dan kuasa. Lalu,
mediasi ulang kedua realitas dan kedua ruang. Pros-
bagaimana pertarungan ruang dan kuasa media men-
es mediasi ini dapat berjalan cepat oleh karena me-
jelang pemilihan presiden? Setidaknya pertanyaan
lalui perantara digital (Bolter & Grusin, 2000: 46)
tersebut menjadi benang merah dari tulisan ini.
Melalui media, ruang-ruang sosial masuk ke
Pada bagian pertama akan dipaparkan secara
dalam ruang digital dengan berbagai macam realitas
singkat tentang latar belakang masalah. Pada bagian
media yang tergiring ke dalamnya. Media menjadi
kedua, akan mengeksplorasi mengenai remediasi
institusi sosial yang memproduksi ruang-ruang so-
ruang media dan ruang politik. Selanjutnya pada
sial. Ruang sosial yang bersifat lokal dapat dengan
bagian pembahasan akan dipaparkan, pertama ten-
mudah bergeser menjadi ruang sosial yang menjadi
tang bagaimana remediasi ruang yang dirintis oleh
lebih “publik”. Habermas menyebutnya dengan po-
media menjelang pemilihan presiden. Kedua, akan
larisasi ruang sosial. Ruang sosial itu menjadi sema-
membahas tentang bagaimana pertarungan ruang
cam panggung sosial. Lebih jauh Henri Lavebvre
dan kuasa di dalam industri media. Media di sini
memaparkan bahwa ruang yang diciptakan melalui
termasuk media cetak, elektronik maupun new me-
produksi sosial seringkali dijadikan sebagai alat
dia . Terakhir kesimpulan dan penutup.
kontrol, dominasi, dan kekuasaan (Lavebvre, 1992:
26)
Remediasi Ruang dalam Industri Media
Media lahir dan hadir menghapus pengha-
Media
memiliki
panggung-panggung
sosial.
andil
menciptakan
Panggung-panggung
lang yang ada pada media tradisional. Media mem-
sosial yang tadinya miskin perhatian, oleh media
bawa berbagai macam ruang satu ke dalam ruang
mendadak berubah menjadi populer hanya dengan
lainnya. Termasuk menggiring ruang politik ke da-
perantara digital. Dalam pertarungan antar-kandidat
lam ruang pribadi, atau sebaliknya membawa ruang
calon presiden misalnya, perubahan format diskusi
elit ke dalam ruang publik. Dalam beberapa kasus,
monoton menjadi dialog interaktif dapat menjadi-
tidak sedikit ruang sosial tergiring ke dalam bentuk
kannya lebih menarik bagi para audien pengakses.
ruang media, dengan kata lain realitas sosial ditarik
Namun demikian, tidak jarang diskusi publik dalam
ke dalam realitas media dan berlanjut ke dalam reali-
ruang media menjadi forum-forum diskusi politis
tas elit.
dengan setting tertentu serta daya dukung pertan-
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
3
yaan dan argumen yang telah dipersiapkan sebe-
Realitas sosial rekaan tersebut ditarik ke dalam reali-
lumnya. Mengenai hal ini, Jurgen Habermas me-
tas media yang semu. Pertanyaannya adalah,
maparkan bahwa beberapa stasiun media, penerbit,
akankah para aktor politik akan terus-terusan memo-
dan
merubah
tong padi, menyapa nelayan, makan bersama rakyat
panggung diskusi menjadi sesuatu yang dapat dikon-
kecil jika tidak dalam posisi sadar kamera, sadar
sumsi sekaligus menjadi sebuah bisnis yang menjan-
media serta sadar akan adanya peristiwa pemilu?
asosiasi
tertentu
telah
mampu
Pada posisi ini, ruang-ruang sosial yang po-
jikan (Habermas, 1987: 230)
Ruang-ruang sosial hasil garapan media itu
los dengan sangat mudah ditarik ke dalam ruang
memiliki kecenderungan menjadi ruang-ruang kon-
media dengan berbagai ragam kepentingannya. Na-
sumsi, baik konsumsi informasi maupun konsumsi
mun demikian, ruang sosial yang telah tergiring ke
wacana bagi publik. Singkat kata, media dan ragam
dalam ruang media itu, sejatinya telah menjadi ruang
kepentingannya secara langsung atau tidak langsung
sosial baru yang dibentuk oleh para penggunanya.
mampu melubangi ruang-ruang sosial bahkan ruang-
Sebagaimana pendapat Henri Lafebvre da-
ruang privat menjadi ruang yang seolah-olah publik.
lam tulisannya yang berjudul “The Production of
Habermas mengistilahkannya dengan privat semu
Space”. Tarik ulur ruang antara masyarakat dengan
dan pseudo public.
elit politik ini diperantarai oleh ruang media.
Persoalan muncul ketika mediasi ulang dari
Media, Politik, dan Pertarungan Ruang
kedua ruang tersebut berbenturan dengan ragam
Dalam hiruk-pikuk konstelasi politik 2014,
kepentingan media dan partai politik. Keduanya sal-
media baik cetak, elektronik maupun new media
ing mereduksi, saling mendominasi, dan saling
turut
mencampuradukkan
menguasai. Sebagaimana pendapat Henri Lafebvre
berbagai macam ruang. Ruang sosial tidak jarang
bahwa ruang yang diciptakan melalui produksi so-
digiring ke dalam ruang media berbasis elit. Kampa-
sial seringkali dijadikan sebagai alat kontrol, domi-
nye dalam industri media televisi misalnya, para
nasi,
kandidat dengan berbagai jaringan media yang di-
Kekacauan itu tentu diperparah dengan silang
milikinya mengambil ruang-ruang sosial milik
sengkarutnya kepemilikan media dengan tumpang
masyarakat secara instan, pragmatis, dan sporadis.
tindihnya agenda politik.
membawa
sekaligus
dan
kekuasaan
(Lafebvre,
1992:
26).
Para capres mendadak akrab memotong padi bersa-
Tentu tulisan ini tidak berpanjang lebar ten-
ma petani, menyapa nelayan, menggendong anak-
tang apa yang telah diketahui tentang dunia politik
anak di gang-gang sempit tepi sungai, dan se-
dan kepemilikan media di Inonesia, Abu Rizal
bagainya.
Bakrie dengan Golkar, TvOne dan ANTV-nya,
Tidak hanya itu, sebagian aktor politik
Surya Paloh dengan Nasdem, Metro TV-nya serta
dengan jaringan media yang dimilikinya juga tidak
Hary Tanoe dengan Hanura, Global TV, RCTI, dan
segan-segan
MNC TV.
makan
bersama
dan
digendong-
gendong oleh masyarakat lokal. Kesemuanya terin-
Menjelang Pemilihan Presiden 2014, riuh
tegrasi ke dalam agenda politik dan agenda media.
rendah dunia politik dan media bercampur baur
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
4
dengan berbagai ragam kepentingan politik praktis
Pertama , penguasaan melalui wadah partai politik,
yang instan dan pragmatis. Dalam kacamata penulis,
Kedua , penguasaan masyarakat grass root pada
tidak jarang sebagian pegiat media baik media cetak,
ruang-ruang media dalam bentuk kolonialisasi
elektronik maupun new media turut berperan sebagai
kesadaran. Bentuk kedua, berjalan secara halus di
spin doctor yang mampu memilah dan memilih
alam bawah sadar para audien. Penguasaan atas
sekaligus mengolah wacana bahkan memutarbalik-
kedua sumber daya tersebut merupakan faktor
kan fakta. Dengan kemampuan retorika yang tinggi
penting bagi aktor politik dalam mewujudkan
disertai silat lidah yang canggih, persepsi audiens
kekuasaan yang pada akhirnya memungkinkan sang
digiring membentuk opini-opini yang seakan-akan
aktor mendominasi pihak lain.
opini publik.
Iklim media dengan interaktivitas yang
Tentu tidak ada opini publik di tengah-tengah indus-
tinggi menuntut para aktor politik untuk memonitor
tri media yang sebagian besar sahamnya dimiliki
dan mengontrol konten-konten politik yang ada di
oleh sekumpulan elit. Maka secara substantif, dalam
media. Bukan saja karena lawan politik memiliki
ruang media bukan opini publik yang dibangun
media,
melainkan opini-opini para elit.
memproduksi dan mendistribusikan konten melalui
melainkan
audien
juga
berpeluang
beragam media termasuk dalam ruang virtual new
Kontestasi Politik dalam Ruang Media
media. Proses produksi konten itu dimulai dari hal-
Saat menjelang pemilihan, baik pemilihan
hal yang sepele hingga hal-hal yang serius. Konten
calon anggota legislatif maupun pemilihan presiden,
tentang Jokowi dan Probowo dalam beberapa waktu
intensitas pertemuan, dan interaksi antara aktor
terakhir di new media dapat dijadikan contoh.
politik dan aktor media dapat dikatakan cukup
Konten tentang isu Transjakarta, banjiir, revolusi
tinggi. Interaksi antara kerja-kerja media dengan
mental, atau konten tentang isu ibu negara dengan
kerja-kerja politik pada titik tertentu bermuara pada
foto Prabowo yang disandingkan dengan kuda
dominasi satu pihak atas pihak lainnya. Kuasa-
adalah salah satu contoh konten hasil produksi dan
menguasai antara satu dengan yang lain. Dalam
distribusi para audien.
interrelasi dunia politik dan industri media dewasa
Di samping itu, pertarungan kuasa dalam
ini misalnya, terjadi dua bentuk dominasi sekaligus,
ruang media yang semakin interaktif menuntut para
pertama, dominasi atas orang atau sumber daya
aktor politik untuk tetap siap, siap dalam arti jika
manusia dan kedua, dominasi atas barang atau sum-
sewaktu-waktu konten atau pesan yang pernah
ber daya materi. Sebagaimana terminologi Antony
mereka sampaikan di media kemudian diolah,
Giddens tentang dua bentuk dominasi.
dimodifikasi, dan diputar ulang oleh lawan politik.
Dalam kaitannya dengan ruang media,
Dalam terminologi Gurevicth dikenal dengan istilah
daya materi merujuk pada
remixing. Statement Yusuf Kalla tentang “negara
penguasaan frekwensi publik beserta perangkat
bisa hancur jika dipimpin Jokowi”, statement Surya
teknologinya. Sedangkan penguasaan atas sumber
Paloh tentang “Nasdem tidak akan menjadi partai
dominasi sumber
daya manusia berlangsung dalam dua bentuk.
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
5
politik” adalah salah satu dari sekian banyak contoh
ing menguasai satu sama lain. Keduanya saling mer-
remixing dalam ruang media dan politik.
eduksi bahkan saling mendominasi.
Pada posisi ini, kehadiran ruang-ruang
Pertarungan ruang kuasa dan ruang media
media yang interaktif mendorong terjadinya banyak
dewasa ini tidak lagi berkutat pada state based pow-
perubahan struktur antara dunia politik dan ruang
er . Bukan pula terhentipada market based power
media. Interrelasi antara dunia politik dan ruang
melainkan bermuara pada political based pow-
media tidak lagi kuat pada dominasi kekuatan peran
er.Political based power ini lahir saat di mana poli-
negara (state regulation), tidak pula berhenti pada
tik hadir sebagai panglima dalam menentukan segala
dominasi kekuatan peran pasar (market regulation)
hal termasuk silang sengkarut industri media.
melainkan bergerak ke arah pada bentuk dominasi
Kuatnya dominasi politik dalam pertarungan ruang
kekuatan politik (political regulation).
dan kuasa ini mendorong media untuk ikut tereduksi
Meminjam istilah Agus Sudibyo dalam
atau mereduksikan diri ke dalam pusaran ragam
karyanya yang berjudul “Kebebasan Semu” tentang
kepentingan politik yang sesaat, instan dan pragma-
state based power dan market based power. Iklim
tis.
pertarungan ruang media dan kuasa dewasa ini tidak
lagi berkutat pada state based power . Bukan pula
Daftar Pustaka
terhenti pada market based power melainkan
Bolter, J. D, dan R. Grusin. 2000. Remediation:
bermuara pada political based power. Sebuah
Understanding Media. USA: MIT Press.
kekuatan berbasis politik di mana masyarakat
Giddens, A. 1984. The Constitution of Society out-
sebagai audien hanya menjadi alat legitimasi
line of the theory Structuration. Cambridge
kekuasaan yang sesaat. Motifnya tidak lain berfokus
UK: Polity Press.
pada akumulasi modal dan kalkulasi laba, baik laba
secara ekonomi maupun laba secara politik.
Habermas,
J. The Structural Transformation Of
Public Sphere: An
Inquiry into a Cate-
gory of Bourgeois Society. terj. Yudi
Santoso. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Penutup
Tidak mudah memetakan pertarungan ruang
dan kuasa di tengah-tengah riuh rendah dunia politik
dan industri media. Apalagi ada saat-saat di mana
pertarungan itu terjadi di “darat”, adakalanya pula
pertarungan itu terjadi di “udara”
berbentuk
frekwensi media televisi, cetak, radio, dan internet.
Para aktor politik dituntut untuk sanggup, siap, dan
mampu bertarung di dalam ruang-ruang media.
Pada posisi ini ruang media dan ruang politik saling
mengisi dan saling melengkapi namun sekaligus sal-
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
Lafebvre, H. 1992. The Production of Space. Basil:
Blackwell.
6
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
Media dan Politik:
Pertarungan Ruang & Kuasa Media Menjelang Pemilihan Presiden
Didik Haryadi Santoso
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
didikharyadi.s@gmail.com
Abstrak
Pemilihan umum tidak hanya melahirkan pertarungan kuasa melainkan juga pertarungan ruang. Ruang sosial,
ruang media dan ruang elit saling bersilang sengkarut. Bagaimana pertarungan ruang dan kuasa media menjelang pemilihan presiden? Setidaknya pertanyaan tersebut menjadi benang merah dari tulisan ini. Pertarungan
ruang dan kuasa dirintis melalui remediasi ruang. Di mana ruang sosial tergiring kedalam ruang media kemudian masuk ke dalam ruang elit. Ruang tersebut berbenturan dengan ragam kepentingan media dan partai politik.
Kesemuanya saling mereduksi, saling menguasai dan saling mendominasi. Bentuk dominasi ini hadir dalam dua
bentuk; Pertama, dominasi atas sumber daya manusia dan Kedua, dominasi atas sumber daya materi. Pertarungan ruang media dan kuasa tidak lagi berkutat pada state based power . Bukan pula terhenti pada market
based power melainkan bermuara pada political based power dengan ragam kepentingan politik yang sesaat,
instan dan pragmatis.
Kata Kunci: media, politik, pemilihan presiden
Abstract
Elections are not only about the power but also about how to fight the battle space. Social space, media space
and elite space crossed chaos. How about space and power of the media ahead of the presidential election? At
least the question becomes common thread of this paper. Battle space and power initiated remediation through
space. Social spaces are led into the media space and then enter the elite space. The space is in conflict with the
interests of a variety of media and political parties. All of reducing mutual, mutual control and dominate the
other. Form of domination is present in two forms; First, the dominance of human resources and Second, dominance over material resources. The fight media space and power are no longer dwell on the state-based power.
Nor is stopped at a market-based power but boils down to political power with a variety of interest-based politics that instant and pragmatic.
Keywords: media, politic, presidential election
Pendahuluan
Pemilihan presiden menciptakan banyak
berimbang melainkan hanya sebatas menjadi perpanjangan tangan dari kekuasaan.
pertarungan. Pertarungan itu tidak hanya berada pa-
Relasi antara dunia politik dan dunia media ini kian
da wilayah kuasa melainkan juga pertarungan ruang.
hari kian kusut. Saat di mana kekuasaan partai poli-
Media baik cetak, elektronik maupun new media
tik juga merambah pada penguasaan frekwensi pub-
menjadi salah satu ruang kontestasi para calon atau
lik. Relasi silang sengkarut antara aktor politik dan
kandidat. Para aktor politik saling berebut ruang lalu
sebagian pegiat media berimbas pada tercampur
menciptakan ruangnya sendiri-sendiri, sekaligus
aduknya ragam kepentingan khususnya kepentingan
merintis citranya masing-masing.
politik.
Ruang media tidak lagi menjadi sarana
produksi dan distribusi informasi yang objektif dan
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
2
Sebagian pegiat media tidak lagi berada di tengah-
Ruang yang terbentuk dalam media lahir dan
tengah rakyat dan politisi untuk menjadi wacthdog
hadir menjadi semacam ruang sosial. Menurut Henri
melainkan menjadi “politisi baru” atau “politisi me-
Lafebvre dalam tulisannya yang berjudul “The Pro-
dia” yang siap berpolitik dalam ruang media.
duction of Space”, ruang sosial merupakan produk
Tidak hanya itu, antara kepentingan pember-
sosial yang diproduksi secara sosial oleh pengguna
itaan media dengan kepentingan pribadi menjadi
ruang tersebut (Lafebvre,1992: 26). Ruang sosial
bias dan tidak jelas. Tumbuh dan berkembangnya
bentukan media menjadi semacam arena atau sarana
silang sengkarut antara kekuasaan di wilayah politik
pertukaran informasi dan pertukaran wacana. Tarik
dan kepemilikan berlebih di wilayah media ini me-
ulur ruang itu diperantarai oleh media. Media me-
lahirkan pertarungan ruang dan kuasa. Lalu,
mediasi ulang kedua realitas dan kedua ruang. Pros-
bagaimana pertarungan ruang dan kuasa media men-
es mediasi ini dapat berjalan cepat oleh karena me-
jelang pemilihan presiden? Setidaknya pertanyaan
lalui perantara digital (Bolter & Grusin, 2000: 46)
tersebut menjadi benang merah dari tulisan ini.
Melalui media, ruang-ruang sosial masuk ke
Pada bagian pertama akan dipaparkan secara
dalam ruang digital dengan berbagai macam realitas
singkat tentang latar belakang masalah. Pada bagian
media yang tergiring ke dalamnya. Media menjadi
kedua, akan mengeksplorasi mengenai remediasi
institusi sosial yang memproduksi ruang-ruang so-
ruang media dan ruang politik. Selanjutnya pada
sial. Ruang sosial yang bersifat lokal dapat dengan
bagian pembahasan akan dipaparkan, pertama ten-
mudah bergeser menjadi ruang sosial yang menjadi
tang bagaimana remediasi ruang yang dirintis oleh
lebih “publik”. Habermas menyebutnya dengan po-
media menjelang pemilihan presiden. Kedua, akan
larisasi ruang sosial. Ruang sosial itu menjadi sema-
membahas tentang bagaimana pertarungan ruang
cam panggung sosial. Lebih jauh Henri Lavebvre
dan kuasa di dalam industri media. Media di sini
memaparkan bahwa ruang yang diciptakan melalui
termasuk media cetak, elektronik maupun new me-
produksi sosial seringkali dijadikan sebagai alat
dia . Terakhir kesimpulan dan penutup.
kontrol, dominasi, dan kekuasaan (Lavebvre, 1992:
26)
Remediasi Ruang dalam Industri Media
Media lahir dan hadir menghapus pengha-
Media
memiliki
panggung-panggung
sosial.
andil
menciptakan
Panggung-panggung
lang yang ada pada media tradisional. Media mem-
sosial yang tadinya miskin perhatian, oleh media
bawa berbagai macam ruang satu ke dalam ruang
mendadak berubah menjadi populer hanya dengan
lainnya. Termasuk menggiring ruang politik ke da-
perantara digital. Dalam pertarungan antar-kandidat
lam ruang pribadi, atau sebaliknya membawa ruang
calon presiden misalnya, perubahan format diskusi
elit ke dalam ruang publik. Dalam beberapa kasus,
monoton menjadi dialog interaktif dapat menjadi-
tidak sedikit ruang sosial tergiring ke dalam bentuk
kannya lebih menarik bagi para audien pengakses.
ruang media, dengan kata lain realitas sosial ditarik
Namun demikian, tidak jarang diskusi publik dalam
ke dalam realitas media dan berlanjut ke dalam reali-
ruang media menjadi forum-forum diskusi politis
tas elit.
dengan setting tertentu serta daya dukung pertan-
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
3
yaan dan argumen yang telah dipersiapkan sebe-
Realitas sosial rekaan tersebut ditarik ke dalam reali-
lumnya. Mengenai hal ini, Jurgen Habermas me-
tas media yang semu. Pertanyaannya adalah,
maparkan bahwa beberapa stasiun media, penerbit,
akankah para aktor politik akan terus-terusan memo-
dan
merubah
tong padi, menyapa nelayan, makan bersama rakyat
panggung diskusi menjadi sesuatu yang dapat dikon-
kecil jika tidak dalam posisi sadar kamera, sadar
sumsi sekaligus menjadi sebuah bisnis yang menjan-
media serta sadar akan adanya peristiwa pemilu?
asosiasi
tertentu
telah
mampu
Pada posisi ini, ruang-ruang sosial yang po-
jikan (Habermas, 1987: 230)
Ruang-ruang sosial hasil garapan media itu
los dengan sangat mudah ditarik ke dalam ruang
memiliki kecenderungan menjadi ruang-ruang kon-
media dengan berbagai ragam kepentingannya. Na-
sumsi, baik konsumsi informasi maupun konsumsi
mun demikian, ruang sosial yang telah tergiring ke
wacana bagi publik. Singkat kata, media dan ragam
dalam ruang media itu, sejatinya telah menjadi ruang
kepentingannya secara langsung atau tidak langsung
sosial baru yang dibentuk oleh para penggunanya.
mampu melubangi ruang-ruang sosial bahkan ruang-
Sebagaimana pendapat Henri Lafebvre da-
ruang privat menjadi ruang yang seolah-olah publik.
lam tulisannya yang berjudul “The Production of
Habermas mengistilahkannya dengan privat semu
Space”. Tarik ulur ruang antara masyarakat dengan
dan pseudo public.
elit politik ini diperantarai oleh ruang media.
Persoalan muncul ketika mediasi ulang dari
Media, Politik, dan Pertarungan Ruang
kedua ruang tersebut berbenturan dengan ragam
Dalam hiruk-pikuk konstelasi politik 2014,
kepentingan media dan partai politik. Keduanya sal-
media baik cetak, elektronik maupun new media
ing mereduksi, saling mendominasi, dan saling
turut
mencampuradukkan
menguasai. Sebagaimana pendapat Henri Lafebvre
berbagai macam ruang. Ruang sosial tidak jarang
bahwa ruang yang diciptakan melalui produksi so-
digiring ke dalam ruang media berbasis elit. Kampa-
sial seringkali dijadikan sebagai alat kontrol, domi-
nye dalam industri media televisi misalnya, para
nasi,
kandidat dengan berbagai jaringan media yang di-
Kekacauan itu tentu diperparah dengan silang
milikinya mengambil ruang-ruang sosial milik
sengkarutnya kepemilikan media dengan tumpang
masyarakat secara instan, pragmatis, dan sporadis.
tindihnya agenda politik.
membawa
sekaligus
dan
kekuasaan
(Lafebvre,
1992:
26).
Para capres mendadak akrab memotong padi bersa-
Tentu tulisan ini tidak berpanjang lebar ten-
ma petani, menyapa nelayan, menggendong anak-
tang apa yang telah diketahui tentang dunia politik
anak di gang-gang sempit tepi sungai, dan se-
dan kepemilikan media di Inonesia, Abu Rizal
bagainya.
Bakrie dengan Golkar, TvOne dan ANTV-nya,
Tidak hanya itu, sebagian aktor politik
Surya Paloh dengan Nasdem, Metro TV-nya serta
dengan jaringan media yang dimilikinya juga tidak
Hary Tanoe dengan Hanura, Global TV, RCTI, dan
segan-segan
MNC TV.
makan
bersama
dan
digendong-
gendong oleh masyarakat lokal. Kesemuanya terin-
Menjelang Pemilihan Presiden 2014, riuh
tegrasi ke dalam agenda politik dan agenda media.
rendah dunia politik dan media bercampur baur
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
4
dengan berbagai ragam kepentingan politik praktis
Pertama , penguasaan melalui wadah partai politik,
yang instan dan pragmatis. Dalam kacamata penulis,
Kedua , penguasaan masyarakat grass root pada
tidak jarang sebagian pegiat media baik media cetak,
ruang-ruang media dalam bentuk kolonialisasi
elektronik maupun new media turut berperan sebagai
kesadaran. Bentuk kedua, berjalan secara halus di
spin doctor yang mampu memilah dan memilih
alam bawah sadar para audien. Penguasaan atas
sekaligus mengolah wacana bahkan memutarbalik-
kedua sumber daya tersebut merupakan faktor
kan fakta. Dengan kemampuan retorika yang tinggi
penting bagi aktor politik dalam mewujudkan
disertai silat lidah yang canggih, persepsi audiens
kekuasaan yang pada akhirnya memungkinkan sang
digiring membentuk opini-opini yang seakan-akan
aktor mendominasi pihak lain.
opini publik.
Iklim media dengan interaktivitas yang
Tentu tidak ada opini publik di tengah-tengah indus-
tinggi menuntut para aktor politik untuk memonitor
tri media yang sebagian besar sahamnya dimiliki
dan mengontrol konten-konten politik yang ada di
oleh sekumpulan elit. Maka secara substantif, dalam
media. Bukan saja karena lawan politik memiliki
ruang media bukan opini publik yang dibangun
media,
melainkan opini-opini para elit.
memproduksi dan mendistribusikan konten melalui
melainkan
audien
juga
berpeluang
beragam media termasuk dalam ruang virtual new
Kontestasi Politik dalam Ruang Media
media. Proses produksi konten itu dimulai dari hal-
Saat menjelang pemilihan, baik pemilihan
hal yang sepele hingga hal-hal yang serius. Konten
calon anggota legislatif maupun pemilihan presiden,
tentang Jokowi dan Probowo dalam beberapa waktu
intensitas pertemuan, dan interaksi antara aktor
terakhir di new media dapat dijadikan contoh.
politik dan aktor media dapat dikatakan cukup
Konten tentang isu Transjakarta, banjiir, revolusi
tinggi. Interaksi antara kerja-kerja media dengan
mental, atau konten tentang isu ibu negara dengan
kerja-kerja politik pada titik tertentu bermuara pada
foto Prabowo yang disandingkan dengan kuda
dominasi satu pihak atas pihak lainnya. Kuasa-
adalah salah satu contoh konten hasil produksi dan
menguasai antara satu dengan yang lain. Dalam
distribusi para audien.
interrelasi dunia politik dan industri media dewasa
Di samping itu, pertarungan kuasa dalam
ini misalnya, terjadi dua bentuk dominasi sekaligus,
ruang media yang semakin interaktif menuntut para
pertama, dominasi atas orang atau sumber daya
aktor politik untuk tetap siap, siap dalam arti jika
manusia dan kedua, dominasi atas barang atau sum-
sewaktu-waktu konten atau pesan yang pernah
ber daya materi. Sebagaimana terminologi Antony
mereka sampaikan di media kemudian diolah,
Giddens tentang dua bentuk dominasi.
dimodifikasi, dan diputar ulang oleh lawan politik.
Dalam kaitannya dengan ruang media,
Dalam terminologi Gurevicth dikenal dengan istilah
daya materi merujuk pada
remixing. Statement Yusuf Kalla tentang “negara
penguasaan frekwensi publik beserta perangkat
bisa hancur jika dipimpin Jokowi”, statement Surya
teknologinya. Sedangkan penguasaan atas sumber
Paloh tentang “Nasdem tidak akan menjadi partai
dominasi sumber
daya manusia berlangsung dalam dua bentuk.
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
5
politik” adalah salah satu dari sekian banyak contoh
ing menguasai satu sama lain. Keduanya saling mer-
remixing dalam ruang media dan politik.
eduksi bahkan saling mendominasi.
Pada posisi ini, kehadiran ruang-ruang
Pertarungan ruang kuasa dan ruang media
media yang interaktif mendorong terjadinya banyak
dewasa ini tidak lagi berkutat pada state based pow-
perubahan struktur antara dunia politik dan ruang
er . Bukan pula terhentipada market based power
media. Interrelasi antara dunia politik dan ruang
melainkan bermuara pada political based pow-
media tidak lagi kuat pada dominasi kekuatan peran
er.Political based power ini lahir saat di mana poli-
negara (state regulation), tidak pula berhenti pada
tik hadir sebagai panglima dalam menentukan segala
dominasi kekuatan peran pasar (market regulation)
hal termasuk silang sengkarut industri media.
melainkan bergerak ke arah pada bentuk dominasi
Kuatnya dominasi politik dalam pertarungan ruang
kekuatan politik (political regulation).
dan kuasa ini mendorong media untuk ikut tereduksi
Meminjam istilah Agus Sudibyo dalam
atau mereduksikan diri ke dalam pusaran ragam
karyanya yang berjudul “Kebebasan Semu” tentang
kepentingan politik yang sesaat, instan dan pragma-
state based power dan market based power. Iklim
tis.
pertarungan ruang media dan kuasa dewasa ini tidak
lagi berkutat pada state based power . Bukan pula
Daftar Pustaka
terhenti pada market based power melainkan
Bolter, J. D, dan R. Grusin. 2000. Remediation:
bermuara pada political based power. Sebuah
Understanding Media. USA: MIT Press.
kekuatan berbasis politik di mana masyarakat
Giddens, A. 1984. The Constitution of Society out-
sebagai audien hanya menjadi alat legitimasi
line of the theory Structuration. Cambridge
kekuasaan yang sesaat. Motifnya tidak lain berfokus
UK: Polity Press.
pada akumulasi modal dan kalkulasi laba, baik laba
secara ekonomi maupun laba secara politik.
Habermas,
J. The Structural Transformation Of
Public Sphere: An
Inquiry into a Cate-
gory of Bourgeois Society. terj. Yudi
Santoso. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Penutup
Tidak mudah memetakan pertarungan ruang
dan kuasa di tengah-tengah riuh rendah dunia politik
dan industri media. Apalagi ada saat-saat di mana
pertarungan itu terjadi di “darat”, adakalanya pula
pertarungan itu terjadi di “udara”
berbentuk
frekwensi media televisi, cetak, radio, dan internet.
Para aktor politik dituntut untuk sanggup, siap, dan
mampu bertarung di dalam ruang-ruang media.
Pada posisi ini ruang media dan ruang politik saling
mengisi dan saling melengkapi namun sekaligus sal-
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015
Lafebvre, H. 1992. The Production of Space. Basil:
Blackwell.
6
Jurnal Simbolika / Volume 1 / Nomor 1 / Maret 2015