analisi kebijakan moneter dan redenominasi

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perekonomian merupakan satu segi yang sangat penting bagi suatu negara.
Keadaan perekonomian sangat cepat berubah dari waktu ke waktu. Perekonomian
tidak selamanya mewujudkan penggunaan tenaga kerja penuh, kestabilan harga
dan pertumbuhan perekomomian. Muncul masalah masalah pengganguran,
kenaikan harga dan perumbuhan ekonomi yang tidak teguh yang menyebabkan
berkurangnya kemakmuran masyarakat.
Untuk

mengatasi

masalah

perekomomian

maka

pemerintah


pun

menerapkan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah perekonomian yaitu
kebijakan fiskal, moneter dan segi penawaran. Dalam makalah ini akan dibahas
salah satu kebijakan pemerintah yaitu kebijakan moneter. Kebijakan moneter
adalah semua upaya atau tindakan bank sentral untuk mempengaruhi
perkembangan moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar).
Kebijakan moneter yang saat ini digagas oleh pemerintah adalah
melakukan redenominasi rupiah. Rupiah yang dianggap terlalu banyak digit dan
tidak efisien sehingga harus disederhanakan. Pemerintah pun mulai melakukan
sosialisasi redenominasi secara bertahap agar redenominasi bisa diterapkan di
Indonesia.
I.2 Permasalahan
1. Tahun 2022 pemerintah akan melaksanakan redenominasi rupiah secara
penuh.
2. Akankah redenominasi rupiah berhasil seperti negara yang melakukan hal
serupa kebijakan yang serupa.

1


BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER
II.1.1Pandangan umum kebijakan moneter:
Kebijakan moneter didefinisikan dengan rencana dan tindakan otoritas
moneter yang terkoordinasi untuk menjaga keseimbangan moneter, dan kestabilan
nilai uang, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas
kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
II.1.2 kebijakan moneter menurut ahli:
Menurut

Wikipedia

Kebijakan

moneter

adalah

proses


mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti
menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Menurut Nopirin kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh
penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang
beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat
Menurut Iswardono kebijakan moneter merupakan salah satu bagian
integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk
mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca
pembayaran
II.1.3 Kesimpulan pengertian kebijakan moneter:
Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan bank sentral untuk
mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai
tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu.

2

II.2 TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

1. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange)
dalam perekonomian.
2. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian
dan stabilitas tingkat harga.
3. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan
ekonomi yang diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
4. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat
terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal.
5. Menjaga kestabilan Ekonomi. Artinya pertumbuhan arus barang dan jasa
seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
6. Menjaga kestabilan Harga. Harga suatu barang merupakan hasil interaksi
antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di
pasar.
7. Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil
pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang
dan jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru
sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat
8. Memperbaiki

neraca


Perdagangan

Kerja

Masyarakat.

Dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri
yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.
II.3 UKURAN KEBERHASILAN KEBIJAKAN MONETER
1. Kesempatan Kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan
produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja.
3

Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan
karyawan.
2. Kestabilan harga
Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di
masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan

sama dengan harga yang akan masa depan.
3. Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi
ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka
pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
II.4 SYARAT KEBIJAKAN MONETER
1. Indepensi Bank Sentral.
Sebenarnya tak ada Bank Sentral yang bisa bersifat benar-benar
independen tanpa campur tangan dari pemerintah. Namun demikian, ada
instrumen kebijakan yang tidak dipengaruhi oleh pemerintah, misalnya melalui
kebijakan fiskal.
2. Fokus terhadap sasaran.
Pengendalian inflasi hanyalah salah satu di antara beberapa sasaran lain
yang hendak dicapai oleh Bank Sentral. Sasaran-sasaran lain kadang-kadang
bertentangan dengan sasaran pengendalian inflasi, misalnya sasaran pertumbuhan
ekonomi, kesempatan kerja, neraca pembayaran, dan kurs. Oleh karena itu,
seharusnya bank Sentral tidak menetapkan sasaran lain dan berfokus pada sasaran
utama pengendalian inflasi.
3. Capacity to forecast inflation.
Bank Sentral mutlak harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi

inflasi secara akurat, sehingga dapat menetapkan target inflasi yang hendak
dicapai.
4. Pengawasan instrumen

4

Bank Sentral harus memiliki kemampuan untuk mengawasi instrumeninstrumen kebijakan moneter.
5. Pelaksanaan secara konsisten dan transparan.
Dengan pelaksanaan target inflasi secara konsisten dan transparan, maka
kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan yang ditetapkan semakin meningkat.
II.5 JENIS KEBIJAKAN MONETER
II.5.1 Kebijakan moneter ketat (tight money policy)
Kebijakan moneter untuk mengurangi/membatasi jumlah uang beredar.
Kebijakan

ini

dilakukan

pada


saat

perekonomian

mengalami

inflasi.

kebijakan ini dapat dilakukan berupa
a. Peningkatan suku bunga (politik diskonto)
b. Penjualan surat berharga (SBI) (politik pasar terbuka)
c. Peningkatan cadangan kas (politik cash ratio)
d. Pengetatan pemberian kredit (politik kredit selektif)
II.5.2 Kebijakan moneter longgar (easy money policy)
Kebijakan moneter untuk menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
kebijakan ini dapat dilakukan berupa:
a. Penurunan tingkat suku bunga (politik diskonto).

b. Pembelian surat-surat berharga: saham dan obligasi (politik pasar terbuka).
c. Penurunan cadangan kas (politik cash ratio).
d. Pemberian kredit longgar.
II.6 GOLONGAN KEBIJAKAN MONETER
5

II.6.1 Kebijakan moneter Kuantitatif
Kebijakan moneter kuantitatif adalah kebijakan moneter yang dijalankan
oleh bank sentral, yang bertujuan untuk mempengaruhi penawaran uang atau suku
bunga dan perubahan tersebut di harapkan dapat mempengaruhi kegiatan
ekonomi.
Instrumen kebijakan moneter Kuantitatif
1. Discount policy (politik diskonto)
Politik diskonto artinya kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan suku
bunga bank dalam rangka memperlancar likuiditas sehari-hari. Bank sentral dalam
menjalankan tugasnya mengawasi kegiatan bank umum, dapat mengubah tingkat
bunga yang berlaku. Jika dalam kondisi kegiatan ekonomi masih berada di bawah
tingkat kegiatan yang diharapkan, bank sentral dapat menurunkan tingkat
diskonto/suku bunga, sehingga masyarakat melakukan pinjaman dan banyak
investasi yang ada di masyarakat.

2. Open market policy (politik pasar terbuka atau operasi pasar terbuka).
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities).
Agar operasi terbuka ini menjadi sukses, haruslah ada dua keadaan dalam
perekonomian. Keadaan-keadaan tersebut adalah:


Bank-bank perdagangan tidak memiliki kelebihan cadangan.



Tersedia cukup banyak surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan.
3. Cash Receive Ratio (politik cadangan kas atau giro wajib minimum)
Politik cadangan kas artinya kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan

cadangan kas yang harus ada di bank-bank umum.
Apabila kondisi perekonomian terjadi kenaikan harga (inflasi), maka bank
sentral dapat menaikkan cadangan kas minimumnya sehingga uang yang beredar
dapat dikurangi. Sebaliknya jika kondisi perekonomian sedang lesu, maka
6


pemerintah dapat menurunkan cadangan kas minimumnya, sehingga uang yang
beredar bertambah karena banyaknya pinjaman yang diberikan kepada
masyarakat.
Akibat dari naiknya cadangan kas, maka kemampuan bank umum untuk
memberikan pinjaman berkurang atau bank umum tidak mampu memberikan
pinjaman dan sekaligus dana yang menganggur di bank semakin bertambah.
II.6.2 Kebijakan moneter Kualitaitif
Kebijakan yang dijalankan bank sentral, yang bertujuan mempengaruhi
kegiatan dalam sektor-sektor tertentu dan dilakukan melalui peraturan atau
melalui perbincangan langsung dengan institusi keuangan.
Instrumen kebijakan moneter Kuantitatif
1. Plafon credit policy (politik pagu kredit)
Politik

pagu

kredit

artinya

kebijakan

untuk

memperketat

atau

mempermudah dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat. Untuk mengatur
kegiatan ekonomi agar lebih tumbuh dengan baik, maka pemerintah (Bank
Indonesia) dapat melakukan pengawasan pinjaman secara selektif dengan tujuan
untuk memastikan bahwa bank umum memberikan pinjaman-pinjaman dan
melakukan investasi-investasi sesuai dengan yang diinginkan pemerintah.
2. Moral persuation policy (politik pembujukan moral)
Politik pembujuan moral artinya Bank Indonesia menghimbau kepada bankbank umum untuk mempertimbangkan kondisi ekonomi secara makro agar arus
uang dapat berjalan dengan lancar. Kebijakan ini dijalankan pemerintah dengan
menetapkan hal-hal yang harus dilakukan oleh bank umum dalam bentuk tertulis,
melalui pertemuan dengan pimpinan bank-bank tersebut. Dalam pertemuan itu
bank sentral menjelaskan kebijakankebijakan yang sedang dijalankan pemerintah
dan bantuan-bantuan yang diinginkan dari bank-bank umum untuk mensukseskan
kebijakan tersebut.

7

II.7 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETER
1. Elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga.
Artinya pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap tingkat
investasi. Makin elastis pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga,
maka kebijakan moneter makin efektif, sebab turunnya tingkat bunga akan
menambah investasi yang cukup besar. Sehingga hubungan antara tingkat
bunga dengan tingkat investasi dapat dikatakan berbanding terbalik,
maksudnya makin rendah tingkat bunga, akan semakin besar tingkat
investasinya dan makin tinggi tingkat bunga, akan semakin kecil tingkat
investasinya.
2. Elastisitas permintaan uang terhadap tingkat bunga.
Artinya pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap permintaan
uang. Makin elastis permintaan uang terhadap tingkat bunga, kebijakan
moneter makin tidak efektif, dan sebaliknya makin tidak elastis
permintaan uang terhadap tingkat bunga, kebijakan moneter makin efektif.

8

BAB III
PEMBAHASAN
III.1

TAHUN

2022

PEMERINTAH

AKAN

MELAKSANAKAN

REDENOMINASI RUPIAH SECARA PENUH.
III.1.1 Pengertian Redenominasi Rupiah
Redenominasi Rupiah adalah menyederhanakan denominasi (pecahan)
mata uang Rupiah menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit
(angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut.
III.1.2 Latar Belakang Redenominasi Rupiah.
1. Uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini adalah Rp 100.000,- yang
merupakan pecahan terbesar kedua di dunia setelah mata uang Vietnam
yang pernah mencetak 500.000 Dong. Namun tidak memperhitungkan
negara Zimbabwe yang pernah mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe
dalam satu lembar mata uang.
2. Munculnya keresahan atas status rupiah yang terlalu rendah ketimbang
mata uang lainnya, misalnya terhadap dolar, euro, dan uang global lainnya,
bukan soal substansi tapi soal identitas karena kekuatan mata uang kita
relatif stabil, cadangan devisa juga aman, inflasi terjaga (satu digit),
investasi juga tidak ada persoalan, kinerja ekonomi kita baik.
3. Pecahan

uang

Indonesia

yang

selalu

besar

akan

menimbulkan

ketidakefisienan dan ketidaknyamanan dalam melakukan transaksi, karena
diperlukan waktu yang banyak untuk mencatat, menghitung dan membawa
uang untuk melakukan transaksi sehingga terjadi ketidakefisienan dalam
transaksi ekonomi.
4. Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan
ASEAN dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun
2015.
5. Untuk menghilangkan kesan bahwa nilai nominal uang yang terlalu besar
seolah – olah mencerminkan bahwa di masa lalu, suatu negara pernah
9

mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental
ekonomi yang kurang baik.
III.1.3 Pencetus Redenominasi Rupiah
Rencana kebijakan ini dilontarkan oleh Bank Indonesia pada awal Mei
2010 dan dikonfirmasikan oleh Gubernur BI terpilih, Darmin Nasution, pada 31
Juli 2010.
III.1.4 Syarat Redenominasi Rupiah
Pertama adalah penjelasan kepada masyarakat bahwa redenominasi
adalah bukan sanering atau memotong nilai uang.
Kedua, wacana, usulan dan pelaksanaan

redenominasi

harus

dikomunikasikan dan dikoordinasikan dengan baik bersama pemerintah,
perbankan, dan dunia usaha.
Ketiga, pemerintah dan Bank Indonesia harus menjamin bahwa
masyarakat tidak dirugikan dengan program redenominasi.
Keempat, redenominasi tidak dilakukan pada saat sekarang, melainkan
pada masa yang akan datang.
Kelima, yang harus diwaspadai dan dikendalikan adalah risiko
kemungkinan potensi keadaan seperti ini dimanfaatkan orang untuk spekulasi dan
menyebar rumor yang tidak benar
III.1.5 Perbedaan Redenominasi dengan Sanering
Parameter

Redenominasi

Aksi

Penyederhanaan

Sanering
denominasi Pemotongan

daya

(pecahan) mata uang menjadi masyarakat

beli
melalui

pecahan lebih sedikit dengan pemotongan nilai uang
cara mengurangi digit (angka
0) tanpa mengurangi nilai mata
uang tersebut
Pengaruh

Berpengaruh

Tidak Berpengaruh

terhadap harga
barang

10

Daya beli
Nilai

uang

Tetap

Turun

Tidak

Ya

terhadap barang
Kerugian

Mengefisienkan

dan

menyamankan transaksi

Tujuan

Mengurangi jumlah uang
beredar

Menyetarakan ekonomi dengan
negara regional

Kondisi

saat Makrekonomi stabil, ekonomi Makroekonomi

pelaksanaan

labil,

bertumbuh, inflasi terkontrol

hiperinflasi

Momentum

Bertahap, persiapan matang

Mendadak, tanpa persiapan

pelaksanaan

dan terukur

III.1.6 Tahapan Redenominasi Rupiah
Tahap pertama adalah persiapan yang dimulai tahun 2013. Agenda
pokoknya,

antara

lain,

adalah

pembahasan

Rancangan

Undang-Undang

Redenominasi, konsultasi publik, rencana pencetakan uang dan distribusinya,
serta penyesuaian infrastruktur dan teknologi informasi sistem pembayaran dan
akuntansi.
Tahap kedua adalah masa transisi. Pada masa ini, BI akan mulai
mengedarkan pecahan rupiah baru ke pasar dan berangsur-angsur menarik
pecahan rupiah yang lama dari peredaran. Jadi, akan ada dua pecahan rupiah yang
beredar pada masa ini, yakni rupiah baru dan lama. Pecahan baru adalah pecahan
yang sudah dihilangkan tiga digit terakhirnya. Semisal saat ini pecahan Rp
100.000 nantinya ada pecahan baru Rp 100.
Tahap ketiga adalah saat pecahan rupiah baru disebut menjadi rupiah. Ini
mengandaikan seluruh uang beredar di pasar adalah pecahan baru. Dengan
demikian, tidak ada lagi rupiah baru dan lama, tetapi rupiah hasil redenominasi.
11

Seluruh proses di luar tahap persiapan diperkirakan memerlukan waktu enam
tahun.
III.2 AKANKAH REDENOMINASI RUPIAH BERHASIL SEPERTI
NEGARA YANG MELAKUKAN KEBIJAKAN YANG SERUPA.
III.2.1 Dampak Redenominasi Rupiah
1. Efisiensi sistem pembayaran akan tercapai dimana harga barang yang
tercantum menjadi lebih sederhana, proses pencatatan, penyimpanan,
pengelolaan, dan pelaporan data dalam laporan keuangan/statistik menjadi
lebih pendek, cepat serta dapat disajikan dalam angka penuh.
2. Dalam teknologi informasi, redenominasi akan mengurangi penyesuaian
software dan hardware tersebut dalam mengakomodir digit angka yang
semakin besar. Saat ini, kemampuan komputer hanya dapat mengakomodir
15 digit angka saja. Padahal nilai APBN Indonesia telah mencapai 16 digit.
3. Redenominasi juga dapat mengurangi hambatan dan kendala teknis berupa
kemungkinan kesalahan manusia dalam proses pembukuan transaksi atau
kegiatan statistik lainnya.
4. Persepsi atau kepercayaan masyarakat lebih tinggi terhadap uang Rupiah
dikarenakan harga berubah pada kisaran yang sempit
5. Mengurangi risiko currency substitution yang selanjutnya mendukung nilai
Rupiah yang lebih stabil.
6. Mendukung kesetaraan ekonomi dengan kawasan dalam era Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015
III.2.2 Negara yang Sukses melakukan Redenominasi
Turki melakukan redenominasi karena laju inflasi yang terus meninggi
sejak tahun 1970. Inflasi yang tinggi tersebut menyebabkan nilai ekonomi di
negara

tersebut

mencapai

hitungan

triliun,

bahkan

kuadriliun. Turki

meredenominasi mata uang secara bertahap dengan memperhatikan stabilitas
perekonomian

dalam

negerinya.

Proses

redenominasi

mata

uang

Lira

menghabiskan waktu selama 7 tahun, dimulai tahun 2005
Rumania Setelah rezim komunis jatuh pada tahun 1989, negara ini
mengalami ketidakstabilan ekonomi. Tahun 2000 Rumania mampu menytabilkan
ekonomi makronya dengan ciri-ciri: pertumbuhan ekonomi tinggi, tingkat
12

pengangguran rendah. Namun inflasi terus melambung mengakibatkan turunnya
nilai uang Lei. Tuntutan ekonomi sehat semakin besar setelah negara ini
bergabung dengan Uni Eropa di tahun 2002[2]. Terinspirasi kesuksesan
Redenominasi Turki, Gubernur Bank Nasional Rumania, Mugur Isarescu
merancang program yang sama.
Polandiaberhasil menghilangkan 4 angka nol dalam 1 kali operasi pada
tahun 1995
Ukraina berhasil melaksanakan redenomisasi yang menghilangkan 5
angka nol dalam 1 kali operasi pada tahun 1996.
BulgariaLev Bulgaria pernah di redenominasi akibat inflasi yang tinggi,
sehingga100 lev (lama) setara dengan 1 lev (baru.).
Brazil termasuk negara yang paling sering melakukan redenominasi.
Tercatat negara ini telah melakukan 6 kali operasi redenomisasi, yaitu tahun 1967,
1970, 1986, 1989, 1993 dan 1994.
III.2.3 Negara yang Gagal Melakukan Redenominasi
Rusia sudah melakukan 3 kali redenominasi, yaitu tahun 1947, 1961 dan
1998. Tahun 1998 inflasi Rusia mencapai 28%, akhirnya pemerintah kembali
menetapkan kebijakan redenominasi Rubel dengan menghilangkan 3 digit nol.
Sayang redenominasi Rubel tahun 1998 tidak berhasil. Masyarakat Rusia
mengangap kebijakan tersebut sebagai sebagai instrumen bagi pemerintah
merampok kekayaan rakyat
Argentina menghilangkan 13 angka nol melalui 4 kali operasi pada 1970,
1983, 1985, 1992
Zimbabwe menghilangkan 3 angka nol
Korea Utara pada akhir tahun 2009 melakukan redenominasi 100 won
menjadi 1 won. Namun, saat warga hendak menggantikan uang lama won ke uang
baru, stok uang baru tidak tersedia. Saat chaos terjadi, muncul pasar gelap yang
mengambil kesempatan. Pasar gelap ini menprasaranai masyarakat yang
13

menyelamatkanuangnya ke Yuan dan US$. Hal ini didasari kepanikan publik,
khawatir won-nya sama sekali kehilangan nilai.
Afghanistan Kekisruhan redenominasi Korea Utara terjadi juga di
Afghanistan. Tahun 2002, pemerintah Afghanistan memberlakukan pemotongan 3
digit nol mata uang Afghani. Sayangnya, masyarakat tidak cukup mempercayai
pemerintah yang meminta agar proses konversi berjalan natural. Kelangkaan mata
uang baru terjadi setelah masyarakat berbondong-bondong memborong mata uang
baru
Belanda Ketika Euro disepakati sebagai mata uang bersama Uni Eropa,
otomatis mata uang lama dari negara-negara Eropa pemakai euro, seperti Gulden
Belanda, juga mengalami redenominasi. Belanda juga saat terjadi penyesuaian
Gulden menjadi Euro cukup mengalami masalah. Pedagang tidak menyikapi
perubahan mata uang dengan nilai konversi yang baru, karena konversi Gulden
menajdi Euro tidak berupa bilangan bulat kelipatan 10.
III.2.4 Pendapat Ekonom di Indonesia Tentang Redenominasi Rupiah.
Wakil Presiden Boediono menghimbau semua pihak untuk menjaga
ketenangan dan kestabilan situasi ekonomi dan moneter. Menurut Wapres,
redenominasi bukan berarti menandakan perekonomian memburuk. Redenominasi
justru dilakukan pada saat perekonomian dalam kondisi yang baik.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan bahwa meskipun
belum dikonsultasikan oleh pemerintah, namun kajian redenominasi rupiah yang
akan dilakukan Bank Indonesia (BI) diyakini tidak berdampak buruk bagi
perekonomian Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi

Penanaman

Modal

(BKPM)

Gita

Wiryawan mendukung ide redenominasi yang sedang digulirkan Bank Indonesia.
Ide simplifikasi nominal rupiah ini diyakini akan mempermudah hidupnya. "Saya
oke-oke saja dengan ide redenominasi," kata Gita.
Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan mengatakan bahwa
kebijakan redenominasi mata uang rupiah yang direncanakan oleh Bank Indonesia
(BI) memang harus dilakukan karena kondisi perekonomian Indonesia yang
semakin membaik. Kebijakan ini bisa membuat perekonomian makin praktis.
14

Analis PT Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih dan VP Research &
Analys PT Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan bahwa
redenominasi atau pengurangan nominal rupiah hanya memberikan efek
psikologis ke pasar saham. Jika rencana itu tersosialisasi dengan baik, maka
semestinya pasar saham tidak terpengaruh dan bisa bergerak dengan normal lagi.

BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
1. Redenominasi rupiah adalah penyederhanaan mata uang rupiah bukan
pemotongan nilai mata uang rupiah. Redenominasi rupiah bertujuan
efisiensi nilai mata uang rupiah. Redenominasi rupiah dilakukan secara
pelahan dan memelukan waktu yang cukup panjang untuk menerapkan
redenominasi melalui sejumlah tahapan.
2. Redenominasi rupiah diharapkan minimbulkan efek positif seperti dengan
negara-negara yang sukses melakukan redenominasi dan para ekonom
juga mengharapkan efek positif dari redenominasi rupiah.
IV.2 Saran

15

1. Pemerintah diharapkan bisa aktif dan kontinyu dalam melakukan
sosialisasi redenominasi rupiah agar redenominasi tidak berakhir hanya
sebagai wacana yang tidak terealisasi.
2. Masyarakat juga ikut serta dalam menyukseskan realisasi redenominasi
rupiah di Indonesia agar harapan redenominasi rupiah bisa tercapai dan
bisa mermberi dampak positif.
3. Pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam mencapai realisasi
redenominasi rupiah.

DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, Sri. 2000. Perkembangan Moneter Perbankan Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Adji Wahyu. 2007. Ekonomi Jilid.1.Jakarta : Erlangga.
Samuelson,Paul A. 1985. Ekonomi.Ed-12. Jakarta: Erlangga.
Sukirno, Sadono. 1999. Pengantar Teori Makro edisi kedua. Jakarta: PT Raja
grafindo persada.

Sukirno, Sadono. 2004. Teori Pengantar Makro Ekonomi edisi ketiga. Jakarta:
Raja grafindo Persada.

www.id.wikipedia.com
www.pdf-search.com

16

www.pdf-world.com
www.google.com

LAMPIRAN
MATA UANG
Meringkas Rupiah (Redenominasi)
Selasa, 29 Januari 2013 | 10:10 WIB

17

KOMPAS.com - Anda tentu sudah jamak menemukan harga-harga yang
diringkas pada menu minuman-makanan di kafe atau restoran. Harga satu porsi
daging panggang Rp 95.000, misalnya, ditulis Rp 95, atau harga secangkir kopi
Rp 25.000 ditulis Rp 25.
Dan tahukah Anda, ternyata pedagang dan pembeli di pasar-pasar tradisional
hewan di Jawa Tengah sudah jauh hari meringkas rupiah. Jika pedagang menyebut
harga seekor kambing Rp 2.000, itu maksudnya adalah Rp 2 juta. Sebaliknya, jika
calon pembeli menawar Rp 1.500, itu artinya ia mengajukan penawaran Rp
1.500.000.
Dalam daftar menu kafe, rupiah ditulis ringkas. Di pasar hewan, rupiah diucapkan
ringkas. Penulisan ataupun pengucapan rupiah secara ringkas tersebut dalam
beberapa hal sejatinya adalah bentuk penyederhanaan digit rupiah yang hari-hari
ini diserukan oleh Kementerian Keuangan (Kemkeu) dan Bank Indonesia (BI)
sebagai redenominasi.
Konsep redenominasi yang digagas Kemkeu dan BI adalah menghapuskan tiga
digit terakhir rupiah tanpa menurunkan nilai tukar mata uang yang digunakan.
Latar belakangnya adalah digit rupiah yang sudah terlalu banyak dipandang tidak
efisien. Apalagi, volume rupiah akan semakin berlipat seiring tumbuhnya kegiatan
ekonomi masyarakat.
Dari sisi nilai tukar terhadap mata uang asing seperti dollar AS, rupiah adalah
yang terendah di Asia Tenggara setelah dong dari Vietnam. Padahal, produk
domestik bruto (PDB) Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan Asia
Tenggara. Artinya, rupiah dinilai terlalu rendah dibandingkan skala ekonomi
Indonesia.
Guna mencapai tujuan, redenominasi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama
adalah persiapan yang dimulai tahun ini. Agenda pokoknya, antara lain, adalah
pembahasan Rancangan Undang-Undang Redenominasi, konsultasi publik,
rencana pencetakan uang dan distribusinya, serta penyesuaian infrastruktur dan
teknologi informasi sistem pembayaran dan akuntansi.
Tahap kedua adalah masa transisi. Pada masa ini, BI akan mulai mengedarkan
pecahan rupiah baru ke pasar dan berangsur-angsur menarik pecahan rupiah yang
lama dari peredaran. Jadi, akan ada dua pecahan rupiah yang beredar pada masa
ini, yakni rupiah baru dan lama. Pecahan baru adalah pecahan yang sudah
dihilangkan tiga digit terakhirnya. Semisal saat ini pecahan Rp 100.000 nantinya
ada pecahan baru Rp 100.
Nilai antara pecahan lama dan pecahan baru yang menggantikan adalah sama.
Contoh, nilai pecahan lama Rp 100.000 sama dengan nilai pecahan baru Rp 100.
Jadi, jika pecahan Rp 100.000 bisa digunakan untuk membeli dua gelas jus
mangga, maka Rp 100 pecahan baru juga bisa membeli barang sama.
18

Pada masa transisi ini, pedagang diwajibkan mencantumkan dua harga sekaligus,
yakni harga versi pecahan lama dan harga versi pecahan baru. Ini untuk
menghindari pembulatan ke atas secara berlebihan.
Tahap ketiga adalah saat pecahan rupiah baru disebut menjadi rupiah. Ini
mengandaikan seluruh uang beredar di pasar adalah pecahan baru. Dengan
demikian, tidak ada lagi rupiah baru dan lama, tetapi rupiah hasil redenominasi.
Seluruh proses di luar tahap persiapan diperkirakan memerlukan waktu enam
tahun.
Risiko yang berpotensi timbul selama proses redenominasi setidaknya adalah
pembulatan harga ke atas yang bisa memicu inflasi, penolakan karena
ketidakpahaman, dan perselisihan perhitungan. Antisipasi yang jitu bakal
membawa kesuksesan program maupun ekonomi.
Jika terjadi hal sebaliknya, berarti mohon maaf, BI dan Kemkeu kalah canggih
daripada pasar hewan. (FX Laksana Agung Saputra)
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/29/10104098/Meringkas.Rupiah
?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=

Redenominasi Bukan Memotong Nilai Rupiah
Penulis : Harry Susilo | Minggu, 27 Januari 2013 | 18:57 WIB
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
SIDOARJO, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Perekonomian Hatta
Rajasa menyatakan, sosialisasi redenominasi atau penyederhanaan nilai pecahan
rupiah harus matang karena banyak warga belum paham.
"Masih banyak masyarakat kita yang belum memahami apa itu redenominasi.
Jangan sampai dianggap sebagai sanering atau pemotongan nilai uang. Itu tidak
baik karena dapat menimbulkan distorsi," kata Hatta, di Sidoarjo, Jawa Timur,
Minggu (27/1/2013).
Hatta mengatakan, pemerintah tidak akan gegabah meluncurkan program
redenominasi tanpa disertai sosialisasi matang. Sebab, jika redenominasi gagal,
hal itu dapat memunculkan dampak inflasi.
"Ada negara yang sukses melaksanakan (penyederhanaan) ini, tetapi ada juga
negara yang gagal dan malah menimbulkan inflasi. Kita tentu tidak ingin gagal,
oleh sebab itu harus hati-hati," ucap Hatta.
Redenominasi yang digagas pemerintah dan Bank Indonesia adalah
penyederhanaan pecahan rupiah dengan menghilangkan tiga digit terakhir tanpa
19

mengubah nilai tukar mata uang tersebut. Sebagai contoh, pecahan Rp 10.000
akan diganti Rp 10.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/27/18570321/Redenominasi.Buk
an.Memotong.Nilai.Rupiah

Apa Manfaat Redenominasi Rupiah?
Penulis : Didik Purwanto | Rabu, 30 Januari 2013 | 15:02 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti
mengatakan, redenominasi atau penyederhanaan nilai nominal rupiah mempunyai
beberapa manfaat, di antaranya kebanggaan sebagai bangsa. Menurut dia, dengan
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih besar, terdapat penilaian bahwa
perekonomian Indonesia masih terbelakang.
"Indonesia itu nilai tukarnya masih besar, jadi ada persepsi bahwa negara yang
memiliki nilai tukar masih besar memiliki perekonomian terbelakang. Apalagi,
nilai tukar yang masih besar-besar ini dipersepsikan sebagai negara berkembang,"
kata Destry kepada Kompas.com saat ditemui di Hotel Four Seasons, Jakarta,
Rabu (30/1/2013).
Ia menilai kebijakan redenominasi akan memberikan manfaat ekonomis kepada
masyarakat. Manfaat paling utama adalah kebanggaan (pride).
Jika dapat melakukan redenominasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang
saat ini Rp 9.680 per dollar AS menjadi hanya Rp 9,6 per dollar AS. Kondisi ini
akan sebanding dengan nilai ringgit Malaysia terhadap dollar AS sebesar 3,05
20

ringgit, peso Filipina yang sebesar 41,92 peso, baht Thailand sebesar 30,52 baht,
dan dollar Singapura sebesar 1,23 dollar Singapura.
"Jangan sampai seperti Zimbabwe yang masih memiliki lembaran senilai 1 juta.
Mereka kan inflasinya juga tinggi," tuturnya.
Dengan kondisi tersebut, bank sentral dinilai memang harus segera menerapkan
wacana redenominasi ini dengan sebaik-baiknya. Untuk mempercepat informasi,
bank sentral juga harus segera mengedukasi masyarakat agar mereka tahu manfaat
redenomasi secara utuh.
Kekhawatiran yang muncul, menurut Destry, adalah kesiapan perbankan ataupun
institusi keuangan yang harus mengeluarkan biaya investasi untuk sistem
elektronik nilai tukarnya, misalnya dari Rp 10.000 menjadi Rp 10. Nantinya,
pihak bank juga harus mengeluarkan investasi sistem di jaringan anjungan tunai
mandiri (ATM).
"ATM nanti juga harus bisa mengambil dua-duanya, jangan sampai hilang salah
satu. Nantinya ATM ini juga bisa mengambil uang dalam denominasi baru
ataupun lama," katanya.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/30/15025056/Apa.Manfaat.Rede
nominasi.Rupiah?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=

Sesi Tanya Jawab
Apa akibat dari cadangan kas yang tinggi? (Eclesia Elisabeth)
Akibat dari tingginya cadangan kas, maka kemampuan bank umum untuk
memberikan pinjaman berkurang atau bank umum tidak mampu memberikan
pinjaman dan sekaligus dana yang menganggur di bank semakin bertambah.

Apa penyebab gagalnya redenominasi? (Maria Indah Sari)
Beberapa penyebab utama kegagalan redenominasi dari berbagai negara tersebut
adalah tingkat kestabilan ekonomi yang belum mantap, laju inflasi yang tidak
menentu, kurangnya sosialisi dari pemerintah, rendahnya kepercayaan masyarakat
terhadap kebijakan pemerintah, dan dilakukan tanpa perencanaan yang tepat.

21

Contoh kestabilan mata uang? ( Henny Purnamasari)


Sistem kestabilan mata uang mampu mengalokasikan sumber dana dan
menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan
terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan.



Sistem kestabilan mata uang adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan
terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan
fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara
baik.



kestabilan mata uang adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam
penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik
dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Apakah dulu sanering di Indonesia termasuk berhasil atau gagal?
(Diki Setiawan)
Berdasarkan buku sejarah BI, keputusan itu didasarkan pada UndangUndang (UU) No. 2 Prp. tahun 1959. Isinya, pemerintah melakukan sanering
uang pada 25 Agustus 1959 dengan menurunkan nilai uang pecahan Rp500
dan Rp 1.000 menjadi Rp50 dan Rp100. Langkah ini dilakukan untuk menangani
laju inflasi yang terus berlangsung hingga awal 1960-an. Kebijakan ini justru
meningkatkan beban pemerintah, jumlah uang beredar, dan inflasi. Defisit
anggaran justru semakin meningkat. Pada 1961, pemerintah mengalami defisit
anggaran hingga 29,7 persen, lalu 38,7 persen (1962), 50,8 persen (1963), 58,4
persen (1964), dan 63,4 persen (1965).

22

Jelaskan

mengapa

kebijakan

moneter

bisa

meningkatkan

kesejahteraan? (Erni)
Tercipta Stabilisasi ekonomi merupakan suatu keadaan yang menunjukkan
pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan Jika
terjadi stabilitas ekonomi, maka kegiatan usaha atau kegiatan produksi meningkat.
Peningkatan produksi akan diikuti dengan terbukanya kesempatan kerja,
pendapatan masyarakat meningkat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat, kondisi ekonomi yang baik akan ditandai dengan tingkat harga
barang yang stabil. Harga barang yang terjangkau oleh masyarakat sehingga daya
beli masyarakat meningkat dan kesejahteraan meningkat.

Apakah redenominasi akan berhasil di Indonesia? (Yuliani Octavia)
Belum tahu, kebijakan redenominasi Rupiah baru dapat dilaksanakan
setelah tercapai komitmen nasional dan berbagai syarat untuk stabilisasi ekonomi,
seperti defisit fiskal yang terkendali dilaksanakan. Syarat keberhasilan lainnya
adalah persepsi dan pemahaman masyarakat yang mendukung yang didasarkan
akan kebutuhan riil masyarakat. Sehingga diperlukan sosialisasi yang tepat serta
persiapan dalam waktu cukup lama dan matang untuk mencegah adanya gejolak
ekonomi dalam masyarakat karena tidak mudah untuk mensosialisasikan hal ini
kepada jutaan masyarakat Indonesia yang beragam dan tidak semua masyarakat
mampu menerima kebijakan baru dengan mudah dan cepat. Serta harus disertai
kontrol publik agar pelaksanaan redenominasi tidak mengacaukan kondisi
perekonomian di masyarakat. Apabila proses sosialisasi ini tidak dilaksanakan
secara baik dan matang malah akan menimbulkan persepsi keliru (monetary
misperception) di kalangan masyarakat, mereka yang khawatir nilai uangnya
terpotong nantinya menukarkan Rupiah ke mata uang yang relatif kuat seperti
dolar AS, dolar Singapura, Euro, ataupun Yuan.

23