Praktik Akuntansi Manajemen dan Kinerja

PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMAN DAN KINERJA BISNIS;
TINJAUAN PERSPEKTIF INTELLECTUAL CAPITAL1
Sigit Hermawan
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Email : tigis_her@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kaitan antara praktik akuntansi
manajemen dengan kinerja bisnis ditinjau dari perspektif intellectual capital. Praktik akuntansi
manajemen yang dimaksud terkait dengan pengukuran kinerja, anggaran dan penganggaran
modal, dan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Selain itu juga terkait dengan praktik yang lain
yakni Management Accounting Systems (MA – SYS) dan Management Accounting Information
(MA – INFO). Hasil kajian secara keseluruhan menyatakan bahwa intensitas intellectual capital
dapat dikaitan dengan praktik akuntansi manajemen dan kinerja bisnis. Demikian pula dengan
MA – SYS dan MA – INFO yang dapat pula dikaitkan atau ada hubungan dengan masing-masing
komponen intellectual capital dan kinerja bisnis.
Kata Kunci : Akuntansi Manajemen, Kinerja Bisnis, Intellectual Capital
PENDAHULUAN
Ada banyak ragam literatur intellectual capital dalam bidang akuntansi tetapi umumnya
pembahasan hanya pada pelaporan eksternal. Laporan keuangan eksternal menawarkan sangat
sedikit informasi terkait dengan aktiva tak berwujud. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa pasar
modal membutuhkan lebih banyak informasi terkait dengan sumber daya pengetahuan

perusahaan, seperti arah strategi, faktor resiko, pengalaman, integritas, dan kualitas manajerial,
dan sebagian hal tersebut dapat dipenuhi oleh informasi intellectual capital melalui media
presentasi kepada analis.
Oleh karena itu manajemen membutuhkan informasi intellectual capital untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan pemicu nilai yang diharapkan bagi
pengembangan sistem informasi, pengukuran kinerja dan alokasi sumber daya bagi investor
(Ittner and Larcker, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa organisasi dengan tingkat intellectual
capital yang tinggi seharusnya mengembangkan akuntansi manajemen dan sistem pengendalian
yang mendukung usaha tersebut.
Artikel ini membahas tentang praktik akuntansi manajemen dikaitkan dengan kinerja bisnis,
ditinjau dari perspektif intellectual capital. Diawal pembahasan akan diuraikan tentang
intellectual capital baik dari definisi dan komponen-komponen yang ada. Berikutnya akan dibahas
tentang intellectual capital manajemen. Dan pada pembahasan inti akan diuraikan tentang praktik
akuntansi manajemen yang dikaitkan dengan kinerja bisnis. Di akhir pembahasan akan diberikan
simpulan dan saran.
INTELLECTUAL CAPITAL
Perusahaan menciptakan nilai dari apa yang telah dikerjakan selama proses penciptaan
pengetahuan. Secara terakumulasi, ”stock” dari pengetahuan dan kapabilitas adalah sesuatu yang
”unik” bagi pembelajaan organisasi dan pengalaman. Choo and Bontis (2002:16) mengartikan
1


Telah diterbitkan di Jurnal OPTIMAL, FE Universitas Islam “45” Bekasi, Vol 5 No 2, September 2011

1

”stock” sebagai intellectual capital perusahaan. Intellectual capital berisi modal yang berbeda
yang berakar pada karyawan, rutinitas organisasi, hak kekayaan intelektual, dan hubungan dengan
pelanggan, suplier, distributor, dan rekan kerja (Choo and Bontis, 2002)
Brooking (1997), mendefinisikan intellectual capital secara operasional sebagai bahan
intelektual yang diformalkan, diperoleh, dan dikelola untuk menghasilkan asset yang bernilai tinggi.
Tidak jauh berbeda dengan definisi tersebut, Bontis (1996) mengungkapkan bahwa intellectual
capital sukar dipahami, tetapi sekali ditemukan dan dieksplotasi, hal itu akan menyediakan pada
organisasi sebuah sumber daya baru untuk berkompetisi dan menang. Penciptaan nilai dan kekayaan
dari pengelolaan intellectual capital dinyatakan oleh Stewart (1997) bahwa intellectual capital
adalah material intelektual – pengetahuan, informasi, hak intelektual, pengalaman – yang dapat
digunakan untuk menciptakan kekayaan. Sebuah kolaboratif kekuatan otak dan pengemasan
pengetahuan yang bermanfaat.
Komponen Intellectual Capital
Brooking (1997) menyatakan bahwa intellectual capital merupakan fungsi dari empat tipe
asset yakni : 1) market assets; 2) intellectual property assets; 3) human-centered assets; 4)

infrastructure assets. Sedangkan menurut IFAC (1998), intellectual capital terdiri dari human
capital, customer (relational capital), dan structural (organizational) capital yang terbagi atas
dua kelompok yakni intellectual property dan infrastructure assets, seperti yang ada di tabel 1.
Tabel 1. Elemen-Elemen Intellectual Capital
Human Capital
Customer (Relational Capital)
 Know-how
 Brands
 Education
 Customers
 Vocational qualification
 Customer loyalty
 Work-related knowledge
 Company names
 Occupational assessments
 Backlog orders
 Psychometric assessments
 Distribution channels
 Work-related competencies
 Business collaborations

 Entrepreneurial, innovativeness,
 Licensing agreements
proactive and reactive abilities,
 Favorable contracts
changeability
 Franchising agreements
Organizational (Structural) Capital
Intellectual Property
Infrastructure Assets
 Patents
 Management philosophy
 Copyrights
 Corporate culture
 Design rights
 Management processes
 Trade secrets
 Information systems
 Trademarks
 Networking systems
 Service marks

 Financial relations
Sumber : IFAC:1998

Sementara itu Marr (2008:2) menjelaskan bahwa intellectual capital bersama-sama
physical capital dan financial capital dapat menjadi sumber daya perusahaan yang penting.
Intellectual capital termasuk di dalamnya adalah semua sumber daya tak berwujud yang diberikan
kepada perusahaan dan berkontribusi pada suksesnya strategi perusahaan. Sumber daya tak
berwujud dapat dibagi menjadi tiga yakni human capital, structural capital dan human capital,
seperti yang nampak pada gambar 1.
2

Gambar 1. Physical Capital, Financial Capital, dan Intellectual Capital
Sumber : Marr, 2008:2.
Sedangkan menurut Sofiah, et al, 2004, pembagian atau komponen intellectual capital seperti
nampak di gambar 2. Intellectual capital terdiri atas human capital, structural capital, dan
relational capital. Structural capital di bagi menjadi dua yakni process capital dan innovation
capital. Demikian pula dengan relational capital yang dibagi menjadi dua yakni customer capital
dan supplier capital.
Human capital dapat berupa pengetahuan karyawan, kemampuan dan pengalaman
profesional, dan kreativitas pegawai. Structural capital berisi modal inovasi (misalnya paten), dan

modal proses (misalnya prosedur dan proses organisasi). Dan relational capital akan berisi
tentang pengetahuan akan saluran pemasaran, hubungan dengan pelanggan dan suplier, dan juga
jaringan industri atau pemerintah.

3

Human
Capital

IC

Process
Capital

Innovation
Capital

Structural
Capital


Customer
Capital
Relational
Capital
Supplier
Capital
Gambar 2. Pembagian Intellectual Capital
Sumber : Sofiah, et al, 2004
Penjelasan lebih detil tentang komponen intellectual capital dinyatakan seperti berikut ini.
a. Human Capital
Human Capital secara khusus mempresentasikan stock pengetahuan individu yang
tertanam di kapabilitas perusahaan secara kolektif untuk memberikan solusi-solusi terbaik dari
para karyawan (Bontis, 1999, dan 2001). Atau bisa juga dinyatakan sebagai segala kemampuan
yang dimiliki oleh karyawan dalam menunjang tugasnya dan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Hal tersebut dapat diartikan sebagai jumlah dari ketrampilan pekerja, pengalaman,
kapabilitas, dan ”tacit knowledge” (Edvinsson and Malone, 1997, p 34-5). Meritum Project
(2002) mendefinisikan human capital sebagai pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang
dimiliki oleh karyawan sampai mereke meninggalkan organisasi. Sebagai contoh adalah
kapasitas inovasi, kreativitas, ”know how” atau tahu bagaimana, pengalaman sebelumnya,
kapasitas tim kerja, fleksibilitas karyawan, toleransi atas perbedaan, motivasi, kepuasan

karyawan, kapasitas pembelajaran, loyalitas, pendidikan dan pelatihan formal (CIMA, 2005:2).
Moon and Kym (2006) memberikan contoh yang termasuk dalam bagian human capital adalah
kapabilitas karyawan, kepuasan karyawan dan keberlanjutan karyawan. Untuk keberlanjutan
karyawan ini menjadi penting karena terkait dengan keluar masuknya karyawan. Perusahaan
dengan keberlanjutan karyawan yang tinggi akan lebih mudah mencapai tujuan perusahaan
karena tidak lagi dibingungkan dengan keluar masuknya karyawan. Sedangkan Chen et al
(2004) dan Sharabati et al (2010) menambahkan bahwa kreativitas karyawan juga merupakan
bagian yang penting dalam human capital.
b. Structural Capital
Structural capital adalah semua pengetahuan non manusia yang ada di perusahaan seperti
perangkat keras, perangkat lunak, data base, struktur organisasi, paten, merk dagang, dan
segala sesuatu tentang kapabilitas organisasi yang mendukung produktivitas karyawan. Atau
”segala sesuatu yang akan ditinggalkan di kantor ketika karyawan pulang” (Bontis, 2001:45).
Sementara itu CIMA, 2005:2, mendefinisikan structural capital sebagai pengetahuan yang
berada di dalam perusahaan. Hal tersebut terdiri dari rutinitas organisasi, prosedur, sistem,
4

budaya dan database. Misalnya fleksibilitas organisasi, jasa dokumentasi, keberadaan pusat
pengetahuan, keberadaan pusat pengetahuan, pengunaan umum teknologi informasi, dan
kapasitas pembelajaran organisasi.

Structural capital dapat juga dikatakan atau disama artikan dengan Organizational
Capital (OC). IFAC adalah satu satu pihak yang menyamakan antara structural capital dan
organizational capital. Menurut IFAC (1998:9), organizational capital (OC) termasuk
kapabilitas organisasi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar seperti halnya
paten. Dengan demikian setiap paten, merk dagang, alat manajemen, teknik improvisasi, sistem
teknologi informasi, atau usaha riset dan pengembangan yang diimplementasikan atau akan
diimplementasikan untuk mengembangkan efektifitas dan profitabilitas perusahaan dapat
dikategorikan dalam organizational (structural) capital.
c. Relational Capital
Relational capital (RC) atau customer capital (CC), termasuk didalamnya adalah
hubungan organisasi dengan pihak luar seperti loyalitas pelanggan, goodwill, relasi supplier
(IFAC, 1998:9), dan hubungan dengan masyarakat (Moon and Kym, 2006). Sementara itu
CIMA (2005:2) mendefinisikan relational capital sebagai seluruh sumber daya yang terkait
dengan hubungan eksternal perusahaan – dengan pelanggan, supplier, atau partner dalam riset
dan pengembangan. Hal tersebut merupakan bagian dari human capital dan structural capital
yang berkaitan dengan hubungan perusahaan dengan stakeholders (investor, kreditor,
pelanggan, supplier), juga persepsi mereka miliki tentang perusahaan. Misalnya adalah image,
loyalitas pelanggan, kepuasan pelanggan, hubungan dengan supplier, kekuatan komersil,
kapasitas negosiasi dengan entitas keuangan, dan aktivitas lingkungan.
Menurut Bontis (1998:67), tema pokok dari relational capital atau customer capital

adalah pengetahuan tentang chanel pemasaran dan hubungan dengan pelanggan. Customer
capital juga mempresentasikan hal yang potensial dari organisasi yang diperoleh dari
intangible asset yang telah berlalu. Intangible assets tersebut termasuk pengetahuan yang
tertanam pada pelanggan, pemasok, pemerintah, atau asosiasi industri terkait. Sehingga esensi
dari customer capital adalah pengetahuan yang tertanam terkait dengan hubungan eksternal
terhadap perusahaan.
Beberapa contoh yang termasuk dalam dimensi relational capital atau customer capital
adalah merk, pelanggan, loyalitas pelanggan, nama perusahaan, backlogs order, chanel
distribusi, kolaborasi bisnis, perjanjian lisensi, kontrak-kontrak yang menguntungkan,
perjanjian waralaba (IFAC, 1998:9), kapabilitas dasar pemasaran, dan intensitas pasar (Chen et
al, 2004), dan hubungan dengan masyarakat (Moon and Kym, 2006). Contoh lain diberikan
Marr (2008:2) bahwa yang termasuk dalam relational capital atau customer capital adalah
hubungan formal, hubungan informal, jaringan sosial, kemitraan, aliansi, citra merk,
kepercayaan, reputasi perusahaan, loyalitas pelanggan, perjanjian dengan pelanggan, perjanjian
lisensi, perjanjian distribusi, dan joint ventures.
INTELLECTUAL CAPITAL MANAGEMENT (ICM)
Intellectual Capital Management (ICM) adalah penunjuk arah bagi transformasi pemicu nilai
dari human capital dan relational capital ke dalam structural capital sebuah organisasi. Proses yang
ada di perusahaan seperti rekruitmen, pelatihan dan kompensasi membantu mengembangkan
kreativitas dan inovasi. Bersama-sama dengan teknologi yang tepat dan structural capital, ICM

membantu mencipta dan membagi pengetahuan organisasi, yang ketika dieksploitasi dan diterapkan
pada pengetahuan eksternal maka akan membantu mencipta keunggulan bersaing perusahaan.
Sedangkan output dari knowledge management adalah inovasi atau aset intelektual, seperti
paten, merk dagang. Bersama dengan structural capital (teknologi, prosedur, proses, dll), aktiva
berwujud, dan relational capital, aset intelektual dikelola untuk menciptakan produk dan jasa baru

5

yang menghasilkan laba. Oleh karena itu, mengkonversi intellectual capital management ke dalam
aset intelektual akan meningkatkan nilai perusahaan (Roos, et al, 1997, Edvinsson and Malone, 1997).
Gambar 3 menjelaskan tentang model intellectual capital management.

An IC Firm
Business Assets

Human Capital

Dynamics

Human
Resources

Complementary
Assets

Intellectual
Assets

Performance
Measurement

Intellectual
Property

IC

Structural Capital
Organizational Assets

Major
Hidden
Values

Intangible Assets

Relational Capital

Supplier
Capital

Customer
Capital

Sound Knowledge of
Government and
Relations with allied
partners

Gambar 3. Model ICM
(Sumber : Sofiah et al, 2004:5)

Berdasarkan gambar 3, nampak bahwa ketiga komponen intellectual capital (human capital,
structural capital, relational capital) mempengaruhi pengukuran kinerja (performance measurement).
Ketiga komponen tersebut juga saling berhubungan satu sama lainnya. Human capital yang terdiri dari
human resources dan intellectual assets selain akan berinteraksi dengan structural capital dan
relational capital, juga akan mempengaruhi business assets yang berisi complementary assets.
Komponen dari human capital yakni human resources akan saling berkaitan secara timbal balik
dengan structural capital. Artinya apabila perusahaan memiliki human resources yang bagus maka
structural capital yang dimilikinya akan bagus pula. Demikian pula dengan structural capital yang
bagus akan mempengaruhi human resources organisasi. Human resource juga akan mempengaruhi
intellectual assets dan selanjutnya intellectual assets akan mempengaruhi intellectual property.
Komponen intellectual capital yang lain adalah structural capital yang terdiri dari
organizational asset dan intangible assets. Sama seperti human capital, structural capital ini juga

6

akan berinteraksi dengan human capital, relational capital, business assets dan pengukuran kinerja.
Salah satu komponen structural capital yakni organizational assets akan mempengaruhi business
assets. Nampak pada gambar 2 tersebut bahwa intellectual property (kekayaan intelektual) berada
diantara human capital dan structural capital. Hal tersebut dapat dimaklumi bahwa kekayaan
intelektual selain merupakan milik perusahaan (paten, merk dagang, dan lain-lainnya), juga milik
karyawan (human capital) karena melekat pada kapabilitas dan kompetensi karyawan.
Komponen ketiga dari intellectual capital adalah relational capital yang terdiri dari supplier
capital, customer capital, dan hubungan dengan pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Ketiga sub
komponen ini akan secara bersama-sama berinteraksi dengan human capital, relational capital, dan
business performance. Berinteraksi bersama-sama karena apabila perusahaan memiliki modal manusia
yang bagus dalam bentuk karyawan yang kompeten, kapabel, dan berkualitas, dan ditunjang dengan
modal struktural yang baik dalam bentuk budaya organisasi yang membangun, sistem dan prosedur
kerja yang teratur dan terstandar maka hubungan dengan pihak eksternal akan terlaksana dengan baik
pula.
PRAKTIK AKUNTANSI MANAJEMEN
Tidak jelas peran apa yang dimainkan oleh akuntansi manajemen dalam hubungan intellectual
capital management dengan perusahaan yang memiliki intellectual capital tinggi. Tetapi banyak
akuntan yang mengadopsi pendekatan akuntansi manajemen strategi dan fokus pada evaluasi,
penilaian, dan pengukuran intellectual capital untuk menghindari pengabaian pada sumber daya
organisasi yang sangat bernilai (Tayles, et al, 2002). Teknik akuntansi manajemen strategi yang
relevan misalnya adalah Balance ScoreCard (BSC), Economic Value Added (EVA), Activity Based
Costing (ABC), dan Value Based Management (VBM) (Otley, 2001).
Organisasi menyesuaikan strategi manajemen dan praktiknya untuk mencerminkan pertumbuhan
ekonomi berbasis pengetahuan, sehingga praktik akuntansi manajemen harus berkembang khususnya
dalam bidang pengukuran kinerja, anggaran dan penganggaran modal, dan penilaian investasi modal.
Sofiah, et al (2004) telah menguji praktik akuntansi manajemen utama, dan menunjukkan betapa
tingginya intellectual capital perusahaan diharapkan mampu mengembangkaan praktik-praktik
tersebut. Demikian pula dengan Tayles, et al, (2007) yang telah melakukan penelitian tentang
intellectual capital, praktik akuntansi manajemen dan kinerja perusahaan. Adapun model
penelitiannya adalah sebagai berikut :

7

Management Accounting Practices
 Reporting & Decisions
 Performance Measurement
- Value Based
- Non Financial
 Budgetary Control
- Non Accounting Style
- Business Focus
 Capital Investment

IC Intensity in Firms
Influences MAP and
Performance
 Human
 Structural
 Relational

Corporate Performance
Perceived Rangking In Sector
 Financial
- Profit
- Growth
- Return On Assets
- Stock Performance
 Non Financial
- Leadership
- Competitiveness
- New Product Success
 Overall Performance
 Ability to Respond to Economic
Gambar 4. Kerangka Konseptual
Sumber : Tayles, et al, 2007.

Pengukuran Kinerja
Kinerja harus diukur untuk menganalisis strategi karena kinerja adalah hasil dari aktvitas.
Sebagaimana Nelly (1998) menyatakan bahwa pengukuran kinerja adalah proses untuk
mengkuantifikasikan kegiatan masa lalu. Sementara itu pengukuran kinerja tradisional lebih banyak
menggunakan teknik-teknik keuangan seperti Return On Assets, Return on Investment, dan lainlainnya. Pengukuran model tersebut banyak mendapat kritikan karena terlalu melihat ke belakang
(backward looking) (Bourne, et al, 2000), tidak mampu untuk mengukur sumber daya tak berwujud
(Amir dan Lev, 1996), dan tidak cocok untuk menilai kinerja investasi di bidang teknologi baru dan
pasar yang mengharuskan perusahaan untuk bersaing sukses di pasar global.
Maka pada awal tahun 1990-an, muncullah pengukuran kinerja multi dimensional yang
mencoba menutupi kelemahan pengukuran kinerja keuangan (Bourne, et al, 2000). Model pengukuran
tersebut lebih banyak fokus pada sumber daya tak berwujud, seperti halnya pada pelanggan, proses
internal dan pembelajaran. Model-model tersebut seperti Balance ScoreCard (Kaplan and Norton,
1996), Intangible Assets Monitor, dan Skandia Navigator (Sveiby, 1997). Misalnya Balance
ScoreCard (BSC) yang mempertimbangkan relational capital (perspektif pelanggan), structural
capital (perspektif inovasi, pembelajaran, dan internal), dan dampak intellectual capital pada tujuan
pemegang saham (perspektif keuangan).

8

Berkaitan dengan hal pengukuran kinerja, kinerja keuangan, dan intellectual capital tersebut,
hasil penelitian Sofiah, et al (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan intellectual capital yang
tinggi lebih mengandalkan profitabilitas sebagai ukuran kinerja daripada perusahaan dengan
intellectual capital yang rendah. Hasil lain adalah analisis nilai pemegang saham (Shareholder Value
Analysis) memiliki hubungan yang kuat dengan tingginya tingkat human capital, relational capital,
dan structural capital. Sedangkan Economic Value Added (EVA) hanya berhubungan dengan
structural capital. Berikutnya target laba juga berhubungan kuat dengan penekanan pada intellectual
capital. Dan perusahaan yang berinvestasi lebih banyak pada intellectual capital lebih menekankan
pada profitabilitas, berbasis nilai, dan target laba sebagai ukuran kinerja daripada perusahaan yang
berinvestasi lebih kecil di intellectual capital.
Penelitian Sofiah, et al (2004) tersebut juga menguji tentang perusahaan dengan intellectual
capital lebih tinggi akan melaporkan pada manajemen terkait dengan hal-hal berikut ini yakni a)
ukuran keuangan dan kinerja non keuangan, b) tolok ukur kinerja yang berkaitan dengan kontribusi
intellectual capital, 3) focus pada kinerja masa lalu dibanding sukses masa datang, 4) ukuran
keuangan untuk menentukan nilai perusahaan, dan 5) ukuran keuangan yang menyediakan insentif
untuk nilai pemegang saham. Penelitian tersebut dilengkapi hasil wawancara dengan akuntan enam
perusahaan di Kuala Lumpur Malaysia yang menekankan pada pentingnya ukuran keuangan dan non
keuangan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
Anggaran dan Penganggaran Modal
Banyak perusahaan memasukkan anggaran sebagai komponen tak terpisahkan dari sistem
pengendalian manajemennya (Webb, 2002). Hopwood (1973) dalam Sofiah, et al (2004)
mengidentifikasi tiga gaya manajemen dalam mengevaluai kinerja yakni a) A Budget Constrained
Style yakni evaluasi kinerja yang didasarkan pada kemampuan manajer untuk terus menerus
memenuhi anggaran jangka pendek, b) A Profit Conscious Style yakni evaluasi kinerja yang
didasarkan pada kemampuan manajer untuk meningkatkan efektifitas unit secara keseluruhan dalam
jangka panjang guna memenuhi tujuan organisasi, c) A Non-Accounting Style, yakni evaluasi kinerja
yang didasarkan pada besarnya informasi non keuangan, anggaran memainkan peran yang tidak begitu
penting dalam evaluasi kinerja secara keseluruhan.
Sementara itu, hasil penelitian Fanning (2000) dalam Sofiah, et al (2004) menyatakan bahwa
gaya non akuntansi lebih tepat untuk perusahaan dengan intellectual capital tinggi karena anggaran
cenderung untuk fokus pada input dan output keuangan jangka panjang. Sedangkan hasil penelitian
Sofiah, et al (2004) menemukan bahwa perusahaan dengan intellectual capital tinggi lebih
memberikan penekanan pada capaian target anggaran, perhatian pada beban, dan penilaian terkait
kinerja anggaran. Seperti yang diharapkan, perhatian terhadap kualitas dan efektifitas pengembangan
sangat berhubungan dengan tiga bentuk intellectual capital. Dimana hal tersebut juga memiliki
hubungan kuat dengan penggunaan peramalan (forecasting) secara regular dan juga Activity Based
Budgeting, dimana structural capital intellectual capital memiliki nilai lebih tinggi dibanding yang
lainnya.
Hasil penelitian yang lain dari Sofiah, et al (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan
human capital, structural capital dan relational capital yang tinggi lebih suka mengadopsi analisis
strategi dalam menilai kelayakan proyek. Dimana perusahaan yang memiliki structural intellectual
capital yang lebih besar akan lebih cenderung untuk menggabungkan berbagai pendekatan guna
mendefinisikan dan mengkaji investasi aktiva tak berwujud dengan prosedur penganggaran modal
(capital budgeting).
Kinerja Perusahaan
Memang banyak penelitian dan kajian yang menyatakan bahwa intellectual capital memiliki
pengaruh signifikan pada penciptaan nilai (value creation) dan nilai bagi perusahaan (value of the
firm). Tetapi bagaimana jika keadaan ekonomi memburuk dan pasar saham anjok ? Dapatkah
intellectual capital membantu manajemen mengatasi profitabilitas dan ketidakpastian pasar ?

9

Sofiah et al (2004) berpendapat bahwa perusahaan dengan tingkat human capital, structural
capital, dan relational capital yang tinggi memiliki fleksibilitas proteksi (misalnya paten, merk
dagang, dan hubungan pelanggan) dan daya temu yang memungkinkan mereka untuk menahan
kemerosotan ekonomi yang tak terduga. Demikian pula dengan perusahaan yang memiliki
intellectual capital tinggi yang mengadopi sistem pengendalian manajemen yang tepat lebih
mungkin memiliki kinerja lebih tinggi dalam kepemimpinan industri, lebih kompetitif, dan lebih
baik dalam pengembangan produk baru. Kinerja superior dimensi, secara jangka panjang akan
terefleksi di akuntansi keuangan dan ukuran kinerja pasar modal. Hasil akhir dari penelitian Sofiah
et al (2004) menyatakan organisasi atau perusahaan dengan intellectual capital lebih tinggi akan
mampu mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi pula. Ada hubungan positif antara minimal
salah satu variabel intellectual capital dengan kepemimpinan industri, prospek masa depan, laba,
pertumbuhan laba, respon pada persaingan, kesuksesan produk baru, dan seluruh kinerja bisnis.

MA-SYS dan MA-INFO
Apabila penelitian Tayles, et al (2007) dan Sofiah, et al (2004) menguji intensitas
intellectual capital yang dikaitkan dengan praktik akuntansi manajemen dan kinerja perusahaan,
lain halnya dengan penelitian Cleary (2009), yang menguji kaitan Management Accounting
Systems (MA – SYS) dan Management Accounting Information (MA – INFO) dengan komponen
intellectual capital khususnya structural capital dan kinerja bisnis. Penelitian dilakukan di 88
perusahaan yang bergerak di sektor informasi dan teknologi komunikasi Irlandia. Analisis data
menggunakan Partial Least Square (PLS).Komponen atau construct untuk masing-masing MASSYS dan MA-INFO disajikan dalam tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Construct MA - SYS
MA – SYS
Construct
MA – SYS1
Standard Costing/Variance Analysis
MA – SYS2
Absorption (Full Costing)
MA – SYS3
Variable Costing
MA – SYS4
Activity Based Costing / Management
MA – SYS5
Balance ScoreCard
MA – SYS6
Target Costing
MA – SYS7
Job Costing
MA – SYS8
Process Costing
MA – SYS9
Life Cycle Costing
MA – SYS10
Throught-Put Accounting
MA – SYS11
Backflush Costing
MA – SYS12
Functionality Costing
MA – SYS13
MRP/ERP/EVA/SVA
MA – SYS14
Strategic Managerial Accounting
MA – SYS15
Transfer Pricing Models
Sumber : Cleary (2009)

10

Tabel 3. Construct MA – INFO
MA – INFO
Construct
MA – INFO1
Financial Performance Indicator
MA – INFO2
Non – Financial Performance Indicator
MA – INFO3
Product and / or service pricing
MA – INFO4
Budgeting / Budgetary Control
MA – INFO5
Rolling Forecast / Best Estimates
MA – INFO6
Cost Modelling / Simulation
MA – INFO7
Key Activities / Cost Drivers
MA – INFO8
New Product Development
MA – INFO9
Customer Profitability Analysis
MA – INFO10
Cost Management / Reduction
MA – INFO11
Break Even Analysis
MA – INFO12
Sensivity Analysis
MA – INFO13
Value Added Accounting Analysis
MA – INFO14
Capital Investment Appraisal / Allocation
MA – INFO15
Benchmarking
Sumber : Cleary (2009)

Sedangkan model penelitian Cleary (2009), digambarkan seperti berikut :

Business
Performance

MA-INFO
Structural
Capital

MA-SYS

Human
Capital

Relational
Capital

Gambar 5. Model Penelitian Cleary (2009)
Hasil penelitian Cleary (2009) menunjukkan bahwa construct yang ada di MA-SYS dan
MA-INFO saling mendukung atau ada hubungan diantara keduanya. Hal tersebut memberikan
indikasi penting bahwa perusahaan harus mempertimbangkan pengembangan sistem akuntansi
manajemen (MA-SYS) yang mampu memberikan infomasi yang bermanfaat seperti yang
diinginkan oleh manajemen.
Hubungan construct MA-SYS dengan construct structural capital tidak terbukti atau tidak
ada hubungan diantara keduanya. Artinya sistem akuntansi manajemen tidak berpengaruh
terhadap modal struktural perusahaan yang bergerak di sektor indutri ini. Hasil penelitian ini

11

bertolak belakang atau tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya (Tayles, et al 2002). Hal
yang sebaliknya untuk MA-INFO, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara MAINFO dengan construct structural capital. Hal ini menunjukkan pentingnya informasi akuntansi
manajemen yang secara potensial berpengaruh terhadap modal struktural perusahaan. Demikian
pula dengan hubungan antara MA-INFO sebagai variabel endogen (dependen) yang dipengaruhi
oleh MA-SYS sebagai variabel exogen (independen).
Sementara itu, posisi akuntansi manajemen dengan intellectual capital masih dalam
perdebatan. Elemen kunci dalam hal ini adalah kemampuan intellectual capital perusahaan untuk
memberikan dampak pada kinerja bisnis perusahaan secara positif. Beberapa penelitian terdahulu
sangat mendukung perspektif tersebut (Wang and Chang, 2005). Tetapi dalam penelitian Cleary
(2009) ini, hubungan antara structural capital dengan kinerja bisnis tidak terbukti. Hal ini
menandakan bahwa sistem organisasi internal yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, dan
menyebarkan informasi dan pengetahuan organisasi tidak memberikan dampak secara langsung
pada kinerja bisnis perusahaan di sektor ini. Tetapi tidak demikian halnya dengan hubungan
antara construct relational capital dengan construct kinerja bisnis yang terbukti ada pengaruh.
Hasil penelitian ini mendukung teori sebelumnya seperti hasil penelitian Bontis, 1998 dan Wang
and Chang, 2005. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang bergerak di bidang ini harus
terus berinisiatif dan terus melanjutkan pengembangan hubungan dengan stakeholders eksternal
guna memperoleh kinerja bisnis masa depan yang lebih baik.
Hasil penelitian berikutnya terkait dengan hubungan antara relational capital dan structural
capital yang terbukti cukup kuat pengaruhnya. Hal ini menandakan bahwa pengetahuan yang
dihasilkan oleh hubungan karyawan dengan pihak eksternal menjadi elemen penting bagi
pengetahuan perusahaan, mampu digunakan di masa depan, dan menyebar dalam perusahaan.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Bontis (1998) dimana hubungan diantara
keduanya (relational capital dan structural capital) tidak terbukti signifikan.
Terkait hubungan antara human capital dengan relational capital dan structural capital,
walaupun human capital tidak secara langsug mempengaruhi kinerja bisnis, tetapi berpengaruh
langsung terhadap relational capital dan structural capital maka human capital secara potensial
akan mempengaruhi kinerja bisnis pula (Bontis, 1998; Bontis et al, 2002, Do Rosario Cabrita and
Landeiro Vaz, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara human
capital dengan relational capital. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan haruslah
mempertahankan karyawan “kunci” mereka guna menjaga hubungan baik dengan pihak eksternal
guna kepentingan perusahaan jangka panjang. Terkait dengan hal tersebut, maka hasil penelitian
ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dihasilkan oleh Bontis (1998), Bontis and Fitzenz (2002); Wang and Chang (2005).
SIMPULAN DAN SARAN
Praktik akuntansi manajemen dapat menjadi penentu keberhasilan kinerja bisnis perusahaan.
Apalagi bila dikaitan dengan tingkat intellectual capital yang ada di dalam perusahaan. Hal
tersebut dikarenakan praktik akuntansi manajemen akan memberikan informasi yang bermanfaat
untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan pemicu nilai yang diharapkan bagi
pengembangan sistem informasi, pengukuran kinerja dan alokasi sumber daya bagi investor.
Selain itu juga praktik akuntansi manajemen dapat pula dikaitan dengan pengukuran kinerja,
anggaran dan penganggaran modal, kinerja perusahaan secara keseluruhan. Demikian pula dengan
Management Accounting System (MA – SYS) dan Management Accounting Information (MA –
INFO). Hasil penelitian secara keseluruhan menyatakan bahwa intensitas intellectual capital dapat
dikaitan dengan praktik akuntansi manajemen dan kinerja bisnis. Demikian pula dengan MA –
SYS dan MA – INFO yang dapat pula dikaitkan atau ada hubungan dengan masing-masing
komponen intellectual capital dan kinerja bisnis.
12

Implikasi penelitian ini bagi perusahaan adalah bahwa manajemen haruslah
mengembangkan sistem akuntansi manajemen dan akuntansi manajemen strategi agar dapat
memberikan informasi yang bermanfaat kepada manajemen untuk pengambilan keputuan. Selain
itu perusahaan juga harus mengembangkan komponen-komponen intellectual capital karena
terbukti dengan tingkat intellectual capital yang tinggi, maka akan sangat memperhatikan praktik
praktik akuntansi manajemennya yang dapat berdampak pada kinerja bisnis. Bagi para peneliti
dapat mengembangkan construct yang ada di praktik akuntansi manajemen dan dapat pula
menambahkan atau mengganti MA – SYS dan MA – INFO dengan yang lainnya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Amir, E., and Lev, B. 1996. Value Relevance of Non Financial Information of The Wireless
Communication Industry. Journal of Accounting and Economics. 3 – 30
Bontis, Nick. 1996. There’s A Price on Your Head: Managing Intellectual Capital Strategically’,
Ivey Business Journal (formerly Business Quarterly), Summer, pp.40–47.
Bontis, Nick. 1998. Intellectual Capital : An Exploration Study That Develop Measures and
Models. Management Decision. Vol 36, No 2, pp 63 – 76
Bontis, Nick. 1999. Managing An Organizational Learning System By Aligning Stocks and Flows
of Knowledge : An Empirical Examination of Intellectual Capital, Knowledge
Management, and Business Performance. Dissertation. Canada : The University of
Western Ontario
Bontis, Nick. 2001. Assessing Knowledge Assets : A Review of The Model Used To Measure
Intellectual Capital. International Journal of Management Reviews. Volume 3, Issue 1, pp
41 – 60.
Bontis, Nick and Enz, Jac Fitz. 2002. Intellectual Capital ROI : A Casual Map of Human Capital
Antecedents and Consequents. Journal of Intellectual Capital. Vol 3 No 3, pp 223 – 247
Bourne, M., Mills, J. Wilcox, M, Neely, A., Platts, K. 2000. Designing, Implementing and
Updating Performance Measurement System. International Journal of Operations &
Production Management. 20 (7), pp 754 – 771.
Brooking, A. 1996. Intellectual Capital : Core Assets for The Third Millennium, Enterprise
Thomson Business Press. London. United Kingdom.
Chen, Jin., Zhu, Zhaohui., and Xie, Hong Yuan. 2004. Measuring Intellectual Capital : A New
Model and Empirical Study. Journal of Intellectual Capital. Vol 5 No 1, pp 195 – 212
Chartered Institute of Management Accountants (CIMA). 2005. Understanding Corporate Value :
Managing dan Reporting Intellectual Capital. www.cimaglobal.com. Diakses 8 Januari
2011. Jam 21.30 WIB.
Cleary, Peter. 2009. Exploring The Relationship Between Management Accounting And
Structural Capital in A Knowledge – Intensive Sector. Journal of Intellectual Capital. Vol
10 No 1, pp 37 - 52
Coo, Chun Wei., and Bontis, Nick. 2002. Knowledge, Intellectual Capital, and Strategy:Themes
and Tensions. In C.W. Choo, N. Bontis (Eds). The Strategy Management of The
Intellectual and Organizational Knowledge. New York : Oxford University Press.
Do Rosario Cabrita, M. and Landeiro Vaz. 2006. Intellectual Capital and Value Creation :
Evidence from The Portuguese Banking Industry. The Electronic Journal of Knowledge
Management. Vol 4 No 1, pp 11 - 20
14

Edvinsson, L and M Malone. 1997. Intellectual Capital : Realizing Your Company’s True Value
by Finding Its Hidden Brainpower. HapperCollins. New York
International Federation of Accountants (IFAC). 1998. The Measurement And Management Of
Intellectual Capital : An Introduction. New York. USA.
Ittner, Christopher D, and David F. Larcker. 1998. Are Nonfinancial Measures Leading
Indicators of Financial Performance ? An Analysis of Customer Satisfaction. Journal of
Accounting Research. Vol 36 Supplemen.
Kaplan, R.S. and Norton, D.P. 1996. The Balance ScoreCard – Translating Strategy into Action.
Boston, Harvard Business School Press.
Marr,

Bernard. 2008. Make The Invisible Visible: Identify Intellectual
http://www.cimaglobal.com. Diakses 08 Januari 2011. Jam 01.58 WIB

Meritum Project. 2002 . Guidelines for Managing and Reporting
http://www.pnbukh.com. Diakses 08 Januari. Jam 00.30 WIB

on

Capital.

Intangibles.

Moon, Yun Ji, and Kym, Hyo Gun. 2006. A Model for The Value of Intellectual Capital.
Canadian Journal of Administrative Sciences; Sep 2006; 23, 3; ABI/INFORM Global. pg.
253
Otley, D. 2001. Extending The Boundaries of Management Accounting Research : Developing
System For Performance Management. British Accounting Review. 33:
Roos, J., Roos G., Edvinsson, L., and Dragonetti, NC. 1997. Intellectual Capital – Navigating in
The New Business Landscape. London, Macmillan.
Sharabati, Abdel-Aziz Ahmad., Jawad, Shawqi Naji., and Bontis, Nick. 2010. Intellectual Capital
and Business Performance in The Pharmaceutical Sector of Jordan. Management Decision.
Vol 48. No. 1. pp. 105 – 131
Sofiah, Saudah., Mike E Tayles, and Richard H Pike. 2004. Working Paper Series, Intellectual
Capital : An Evolutionary Change in Management Accounting Practices. Working Paper
No. 04/29, July. Bradford University School of Management.
Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital – The New Wealth of Organization. London :
Nicholas Brealey.
Sveiby, Karl Erick. 1997. The New Organizational Wealth – Managing and Measuring
Knowledge Based Assets. San Francisco, Berret-Koehler Publishers, Inc
Tayles, Mike., Andrew Bramley., Neil Adshead., and Janet Farr. 2002. Dealing With The
Management of Intellectual Capital. The Potential Role of Strategic Management
Accounting. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol 15 No 2, pp 251-267.

15

Tayles, Mike., Richard H Pike., and Saudah Sofian. 2007. Intellectual Capital, Management
Accounting Practices, and Corporate Performance. Perceptions of Managers. Accounting,
Auditing, and Accountability Journal. Vol 20 No 4, pp 522-548
Wang, W.Y. and Chang, C. 2005. Intellectual Capital and Performance Causal Model – Evidence
From The Information Technology Industry in Taiwan. Journal of Intellectual Capital, Vol 6
No 2, pp 222 – 36
Webb, R.A. 2002. The Impact of Reputation and Variance Investigations on The Creation of
Budget Slack. Accounting, Organizations and Society. Vol 27 No 3, pp 81 – 91.

16

17