Pengaruh Kurs Dollar tingkat Inflasi dan

Pengaruh Kurs Dollar, tingkat Inflasi,dan Suku Bunga
terhadap Investasi
Evita Natalia Paemba
Jurusan Akuntansi Universitas Atma Jaya Makassar

ABSTRAK
Investasi merupakan salah satu hal penting bagi pertumbuhan perekonomian suatu Negara.
Berbicara mengenai macam macam investasi, Investasi sendiri dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu investasi asing dan investasi domestik. Investasi Asing adalah investasi yang bersumber
dari pembiayaan luar negeri, sedangkan Investasi Domestik ialah investasi yang bersumber dari
pembiayaan dalam negeri. Investasi pada umumnya digunakan untuk pengembangan usaha yang
terbuka dan tujuan investasi tersebut untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh dari tingkat inflasi, suku bunga
kredit, dan kurs dollar investasi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda dengan uji validitas yang meliputi uji kestasioneran, uji
kointegrasi (cointegration test), dan analisis koreksi kesalahan (analysis error correction
mechanism) serta uji asumsi klasik. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel PDRB memiliki
pengaruh signifikan dengan arah positif terhadap investasi di Provinsi Sulawesi selatan
sedangkan variabel kurs dollar Amerika memiliki pengaruh signifikan dengan arah negatif
terhadap jumlah investasi di Provinsi Sulawsei selatan.Dalam penelitian ini variabel tingkat
inflasi serta suku bunga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah investasi di

ProvinsiSulawesi selatan.
Kata Kunci : Investasi, Inflasi, Kurs, Suku Bunga.
ABSTRACT
Investment is one of the important things for the economic growth of a country. Speaking of
various kinds of investments, Investment itself can be divided into two kinds, namely foreign
investment and domestic investment. Foreign Investment is an investment that comes from
foreign financing, while Domestic Investment is an investment that comes from domestic

financing. Investments are generally used for the development of open business and investment
objectives to earn profits in the future. The purpose of this research is to know the influence of
inflation rate, loan interest rate, and investment dollar rate in South Sulawesi Province. In this
research using multiple linear regression analysis technique with validity test which includes test
kestasioneran, cointegration test, and error error correction analysis and classical assumption test.
The result of research stated that the variable of GRDP has a significant influence with the
positive direction toward investment in Bali Province while the variable of US dollar exchange
rate has a significant influence with the negative direction toward the amount of investment in
South Sulawsei Province. In this research variable inflation rate and interest rate do not have
significant

influence


to

Amount

of

investment

in

South

Sulawesi

province.

Keywords: Investment, Inflation, Exchange Rate, Interest Rate.
PENDAHULUAN
Perekonomian dunia telah memasuki era globalisasi yang memberikan pengaruh besar terhadap

pergerakan modal asing yang akan masuk ke dalam pasar keuangan di Negara-negara
berkembang. Perubahan iklim makro ini sangat mempengaruhi investor dalam mengambil
keputusan investasi. Nilai tukar merupakan salah satu alat ukur keteguhan perekonomian suatu
Negara.

Biasanya

nilai

mata

uang

suatu

Negara

sangat

tergantung


pada

kinerja

ekonominya.Indonesia merupakan salah satu Negara yang telah membuka diri bagi parainvestor
asing. Adanya investor asing ke pasar tentu saja berfungsi sebagai katalis yang mendorong
investasi lokal. Oleh karena itu, stabilitas terhadap nilai tukar mata uang suatu Negara
merupakan suatu hal yang sangat penting yang berdampak kepada tingkat perekonomian Negara
tersebut.Seperti halnya yang terjadi baru-baru ini, dimana nilai tukar mata uangRupiah terhadap
Dollar AS melemah, terjadihnya

pelemahan nilai tukar tersebut berpotensi menurunkan

sentimen positif pasar investasi.bahwa “para investor akan memilih keluar dari pasar Indonesia
sejenak.Keputusan

ini

diambil


guna

mencari

pasar

yang

lebih

sehat

sebelum

memutuskankembali ke Indonesia.
Bagi suatu negara dalam melakukan pembangunan ekonomi membutuhkan pembiayaan yang
tidak hanya bersumber dari tabungan domestik saja namun harus mendapat bantuan berupa
investasi dalam negeri maupun investasi asing (Nurcholis, 2005:10). Investment atau investasi
merupakan suatu kegiatan penanaman modal untuk mencari keuntungan. Keuntungan yang


didapat tidak hanya dirasakan oleh investor tersebut namun manfaatnya juga dapat dirasakan
oleh daerah tempat investor tersebut menanamkan modalnya. Bagi daerah, suatu investasi sangat
bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerahnya.

Menurut

Ralhan

(2006)

berbagai

hasil

empiris

menunjukkan

bahwa


fundamental makroekonomi cukup penting dalam menarik arus modal di
suatu daerah sehingga menyiratkan bahwa kebijakan makroekonomi harus
sesuai dan harus memberikan insentif untuk menarik investasi.Para pelaku
bisnis akan mempertimbangkan untuk melakukan investasi atau tidak
dengan melakukan suatu ekspektasi terhadap kondisi perekonomian suatu
negara di masa depan. Menurut Sulong dan Agus (2005), salah satu indikator
yang

digunakan

oleh

para

pelaku

ekonomi

dalam


menilai

kondisi

perekonomian disuatu negara adalah tingkat inflasi. Oleh karena itu,
keputusan seorang investor untuk melakukan investasi di suatu daerah
dipengaruhi oleh tingkat inflasi di daerah tersebut.

Keberhasilan dalam melakukan pembangunan ekonomi disuatu daerah
oleh`pemerintah`maupun
masyarakat
swasta
demi
mewujudkan
peningkatan kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakatnya dapat dinilai
dari perkembangan tingkat pertumbuhan PDRB. PDRB itu sendiri
menggambarkan hasil daripada kegiatan atau aktifitas perekonomian disuatu
wilayah yang dimana aktifitas tersebut dilakukan baik oleh pemerintah,
swasta, maupun masyarakat pada umumnya dalam suatu rentang waktu

tertentu. Oleh karena itu secara tidak langsung PDRB dapat digunakan
sebagai suatu indikator dalam menilai hasil pembangunan perekonomian
suatu daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Nguyen Dinh Chien dan
Kezhong Zhang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara PDRB
dengan investasi asing langsung. Hal ini berarti semakin tinggi PDRB maka
akan meningkatkan investasi disuatu daerah. Tingkat bunga dan investasi
memiliki hubungan yang berlawanan arah atau negatif (Tandelilin, 2010:43).
Menurut Kasmir (2002:131), bunga merupakan suatu balas jasa kepada
konsumen atau nasabah yang diberikan oleh bank dengan prinsip
konvensional atas jasa atau transaksi yang telah dilakukan nasabah tersebut.
Kegiatan investasi akan dilaksanakan apabila terdapat selisih yang lebih
besar atau sama antara tingkat pengembalian atas modal yang ditanamkan
dengan tingkat bunga. Ketika suku bunga mengalami penurunan, investasi
akan mengalami peningkatan (Sukirno, 2001:165).

Kurs merupakan suatu indikator penting dalam perekonomian suatu negara, harga kurs
ditentukan atas permintaan serta penawaran yang terjadi dipasar. Neraca berjalan maupun
variabel makro ekonomi lainnya dipengaruhi oleh kurs. Dalam melakukan pengukuran atas
kondisi perekonomian suatu negara dapat menggunakan kurs sebagai salah satu alatnya.
Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi

ekonomi yang relatif baik atau stabil (Dornbusch, 2008:453). Penelitian Kurniati et.al (2007)
tentang determinan FDI di Asia dan Indonesia serta menguji dampak investasi yang masuk ke
China terhadap FDI yang masuk ke Indonesia menggunakan series data tahun 1992 sampai
dengan 2006 menyimpulkan bahwa motif dari investor asing menanamkan modalnya di Asia dan
Indonesia, dimana investor menaruh perhatian besar terhadap potensi pasar maupun stabilitas
nilai tukar yang mencerminkan stabilitas finansial serta dalam perjanjian regional atau bilateral
melibatkan home dan host country sebagai pencerminan adanya insentif investasi. Menurut
Reinhart,dkk (dalam Okafor, 2012) dikatakan terdapat faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
investor dalam menanamkan modal ke suatu daerah yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor
penarik (domestik) dan faktor pendorong (global). Faktor penarik adalah faktor-faktor atau
kondisi yang diciptakan oleh suatu negara penerima dalam menarik minat pemodal asing untuk
menginvestasikan modalnya, seperti lingkungan makroekonomi yang stabil dan efisien di negara
tersebut. Maka dari itu perlu diteliti pengaruh keempat faktor tersebut yaitu tingkat inflasi,
produk domestik regional bruto (PDRB), suku bunga kredit, serta kurs dollar terhadap investasi
sebagai acuan dalam penentuan strategi demi meningkatkan investasi khususnya di Provinsi
Sulawesi selatan .
Sesuai dengan teori – teori yang telah dipaparkan serta penelitian – penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
Ha.1 : Tingkat inflasi, PDRB, suku bunga , dan kurs dollar berpengaruh secara simultan terhadap
investasi di Provinsi Sulawesi selatan

Ha.2 : Tingkat inflasi, suku bunga kredit, dan kurs dollar berpengaruh negatif terhadap investasi
di Provinsi Sulawesi selatan, sedangkan PDRB berpengaruh positif terhadap investasi di Provinsi
Sulawesi selatan.

METODE PENILITIAN

bunga dan kurs dollar terhadap investasi di Provinsi Sulawesi selatan.
Penilitian ini di lihat dari data Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri
di Provinsi Sulawesi Selatan periode 1996-2010 terealisasi,
Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Harga Konstan Provinsi
Sulawesi Selatan Periode 1996-2010, Perkembangan Tingkat Upah Minimum di Provinsi
Sulawesi Selatan Periode 1996-2010. Perkembangan Suku Bunga Kredit di Provinsi Sulawesi
Selatan , Tingkat Inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan periode 1996-2010
Dipilihnya Provinsi Sulawesi selatan sebagai lokasi penelitian oleh karena
investasi sangat penting dalam membantu pembangunan ekonomi nasional
pada umumnya dan Provinsi Sulawesi selatan pada khususnya sehingga
diperlukan kajian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah
investasi di Provinsi Sulawesi selatan . Adapun yang menjadi obyek
penelitian ini adalah perkembangan jumlah investasi di Provinsi Sulawesi
selatan periode 1996-2010 serta variabel tingkat inflasi, PDRB, suku bunga
kredit, serta kurs dollar periode 1996-2010 yang mempengaruhinya. Investasi
merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh seseorang atau lebih maupun
sebuah badan atau institusi dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
produksi. Investasi

yang

digunakan dalam penelitian

ini terdiri

dari

penjumlahan nilai PMDN dan nilai PMA yang telah terealisasi di Provinsi
Sulawesi selatan pada periode1996-2010. Inflasi merupakan kenaikan tingkat
harga secara umum yang terjadi dan berlangsung terus menerus. Tingkat
inflasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi yang
terjadi di Provinsi Sulawesi selatan dalam periode1996-2010. PDRB yang
digunakan adalah PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah keseluruhan
barang – barang serta jasa akhir yang telah diproduksi oleh seluruh unit
maupun pelaku usaha yang merupakan pendapatan atas penggunaan
seluruh factor-faktor produksi di suatu daerah yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan dalam hal ini
adalah periode 1996-2010 di Provinsi Sulawesi selatan. Suku bunga kredit
adalah nilai yang harus

diberikan sebagai balas

jasa yang berupa

kompensasi kepada bank sebagai pemberi pinjaman yang berdasarkan
prinsip konvensional. Dalam penelitian ini menggunakan data suku bunga
yang terdiri dari rata – rata suku bunga
kredit investasi pada bank – bank umum di Provinsi Sulawesi selatan
periode1996-2010. Kurs Dollar adalah sejumlah mata uang rupiah yang
diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Dalam hal ini
adalah mata uang asing yang digunakan sebagai mata uang internasional
yaitu U$ dollar periode 1996-2010 Dalam penelitian ini menggunakan jenis
data kuantitatif dimana dalam penelitian ini yang merupakan data kuantitatif
adalah jumlah investasi di Provinsi Sulawesi selatan, data perkembangan
PDRB atas dasar harga berlaku di Provinsi Sulawesi selatan, data tingkat
inflasi di Provinsi Sulawesi selatan, data perkembangan suku bunga kredit di
Provinsi Sulawesi selatan, serta data perkembangan kurs dollar di Provinsi
Sulawesi selatan dalam bentuk tiga bulanan (triwulan).
Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder. Data
sekunder adalah
data yang dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya. Dalam hal ini data
berupa jumlah investasi di Provinsi Sulawesi selatan, data perkembangan
PDRB atas dasar harga berlaku di provinsi Sulawesi selatan, data tingkat
inflasi di Provinsi Sulawesi selatan, data perkembangan suku bunga kredit di
Provinsi Sulawesi selatan, serta data
perkembangan kurs dollar di Provinsi Sulawesi selatan dalam bentuk tiga
bulanan (triwulan). Data didalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Provinsi Sulawesi selatan , Bank Indonesia, serta Badan Penanaman
Modal Provinsi Sulawesi selatan.
Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi non
perilaku,
yaitu pengamatan atau observasi dengan tidak melibatkan diri pada
pengumpulan data primer. Dalam penelitian ini peneliti hanya terlibat
sebagai pengamat independen. Data dikumpulkan dengan cara mempelajari
dokumen serta catatan – catatan yang berkaitan dengan penelitian

yangdilakukan (Sugiyono, 2009:204).Penelitian ini menggunakan teknik
analisis linier berganda untuk mencari pengaruh dari variabel tingkat inflasi,
PDRB, suku bunga kredit dan kurs dollar terhadap jumlah investasi di Provinsi
Sulawesi selatan baik secara simultan maupun parsial. Namun sebelumnya
data runtun waktu yang cukup panjang umumnya memiliki kecenderungan
menaik (trend), sehingga tidak stasioner.sehingga kemungkinan akan terjadi
kointegrasi atau dapat menghasilkan hubungan yang semu (spurious
regression). Oleh karena itu data runtun waktu apabila digunakan untuk
peramalan jangka panjang, maka perlu dianalisis keseimbangannya jangka
panjang melalui 1) Uji Kestasioneran, 2) Kointegrasi (cointegration test), dan
3) Analisis Koreksi Kesalahan (Analisis Error Corection Mechanism =ECM).
Setelah melakukan uji validitas data namun sebelum meregresi data, dengan
bantuan Eviews Ver.6, perlu dilakukan uji asumsi klasik yang dimana terdiri
dari pada uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, serta uji
heteroskedastisitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada facto 4.1 dapat dilihat bagaimana perkembangan PMDN di provinsi Sulawesi Selatan.
Perkembangan PMDN di Sulawesi Selatan periode 1996-2010 mengalami fluktuasi. Hal ini
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim investasi seperti kebijakan ekonomi yang dilakukan
pemerintah, situasi politik dan keamanan serta terjadinya krisis ekonomi dan sebagainya.
Kondisi seperti ini mempengaruhi kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 4.1 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Sulawesi
Selatan periode 1996-2010
Tahun
1996
1997
1998
1999

Realisasi Nilai Proyek
PMDN(juta rupiah)
680.155
1.125.204
284.866
212.043

Pertumbuhan
65,43%
-74,68%
-25,56%

2000
1.203.124
2001
93.612
2002
179.093
2003
315.047
2004
133.233
2005
160.585
2006
130.426
2007
244.670
2008
1.186.911
2009
955.791
2010
3.212.298
Sumber: BKPMD prov. Sul-Sel

467,39%
-92,22%
91,31%
75,91%
-57,71%
20,52%
-18,78%
87,59%
385,11%
-19,47%
236%

Pertumbuhan PMDN di provinsi Sulawesi Selatan selama periode 1995-2010 rata-rata
81,48%. Realisasi nilai PMDN paling tinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar Rp 3.212.298 juta,
besarnya nilai PMDN pada saat itu dipengaruhi oleh semakin membaiknya kondisi
perekonomian serta adanya program laporan kegiatan penanaman modal (LKPM) sebagai upaya
untuk mengetahui dan memfasilitasi kendala-kendala yang dihadapi investor dalam kegiatan
investasinya, sehingga investor dapat mencapai target realisasi investasi yang direncanakan
sebelumnya. LKPM ini dilakukan setiap tiga bulan. Sedangkan nilai realisasi PMDN paling
rendah terjadi pada tahun 2001 sebesar Rp. 93.612 juta, nilai PMDN tersebut dipengaruhi oleh
situasi politik dan keamanan di Indonesia pada saat itu yang kurang baik untuk melaksanakan
kegiatan investasi.
4.2 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sulawesi Selatan
Dalam kerangka ekonomi makro, pendapatan nasional yang dapat di wujudkan dalam
bentuk Produk Domestik Regional Bruto merupakan gambaran aktivitas perekonomian dalam
suatu daerah. Pengukuran PDRB sangat diperlukan dalam kebijakan makroekonomi. Pengukuran
tersebut dapat digunakan untuk menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi, siklus usaha, hubungan antara kegiatan ekonomi dan pengangguran, serta
ukuran Bactor penentu inflasi. PDRB juga menggambarkan aktivitas perekonomian suatu daerah.
Perekonomian secara umum dikatakan membaik jika terjadi peningkatan PDRB.
Meskipun demikian, didalam perhitungan PDRB terdapat unsur harga yang mempengaruhi
besarnya nilai PDRB. Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik menghitung output barang

dan jasa perekonomian tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga. Dengan asumsi harga konstan,
maka nilai barang yang diproduksi dengan pengeluaran agregat akan bergerak kearah yang sama.
Perkembangan PDRB di provinsi Sulawesi Selatan yang terlihat pada Bacto 4.2 mengalami
pertumbuhan yang positif selama periode 1996-2010, kecuali pada tahun 1998 mengalami
pertumbuhan yang BactorBe. Hal ini disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
pada saat itu ,turut mempengaruhi perekonomian di provinsi Sulawesi Selatan. Rata-rata tingkat
pertumbuhan PDRB di provinsi Sulawesi Selatan

periode 1996-2010 sebesar 4,85%.

Pertumbuhan PDRB tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 8,21%, total nilai PDRB pada saat
itu sebesar Rp 51.197.036 milyar. Sedangkan petumbuhan PDRB paling rendah terjadi pada
tahun 1998 yaitu dengan tingkat pertumbuhan sebesar -5,32% dengan nilai PDRB sebesar Rp
26.200.888 milyar. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki konstribusi paling besar terhadap nilai
PDRB provinsi Sulawesi Selatan yaitu factor pertanian, factor perdagangan, hotel dan restoran
serta BactorBe pengolahan.
Tabel 4.2 Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Harga Konstan
Provinsi Sulawesi Selatan Periode 1996-2010.
Tahun

PDRB

Pertumbuhan
(milyar rupiah)
1996 26.535.549
1997 27.675.640
4,30%
1998 26.200.888
-5,32%
1999 26.941.763
2,83%
2000 28.258.970
4,89%
2001 29.735.720
5,22%
2002 30.948.818
4,07%
2003 32.627.380
5,42%
2004 34.345.080
5,26%
2005 36.424.018
6,05%
2006 38.867.679
6,70%
2007 41.332.426
6,34%
2008 44.549.825
7,78%
2009 47.314.024
6,20%
2010 51.197.036
8,21%
Sumber : BPS provinsi Sul-Sel.
4.3 Perkembangan Tingkat Upah Minimum di Provinsi Sulawesi Selatan

Kebijakan pemerintah tentang penetapan upah minimum dapat berpengaruh secara
langsung terhadap penanaman modal dalam negeri. Oleh karena itu pemerintah harus benarbenar mempertimbangkan dengan baik kebijakan dalam menetapkan tingkat upah. Disatu sisi,
dengan penentuan upah minimum yang tinggi akan memberatkan sisi produsen sebagai pemakai
Bactor tenaga kerja dalam menjalankan kegiatan produksi. Tetapi di lain sisi penentuan upah
minimum yang terlalu rendah akan menekan kesejahteraan pekerja.
Table 4.3 menunjukkan perkembangan tingkat upah minimum di seluruh wilayah
provinsi Sulawesi Selatan. Pada Bacto tersebut dapat dilihat bahwa upah minimum di provinsi
Sulawesi Selatan terus mengalami perkembangan yang positif selama periode 1996-2010,
kecuali pada tahun 1998 tidak terjadi kenaikan upah, hal ini disebabkan kondisi perekonomian
pada saat itu memburuk akibat krisis ekonomi. Pada saat itu upah tidak dinaikkan karena apabila
upah minimum dinaikkan maka akan semakin memperbesar biaya investasi. Disisi lain apabila
upah di turunkan maka akan menyebabkan semakin turunnya daya beli masyarakat karena inflasi
mencapai angka yang cukup tinggi. Oleh karena itu pemerintah mengambil kebijakan untuk
tidak menaikkan ataupun menurunkan tingkat upah.
Petumbuhan tingkat upah yang positif dipengaruhi oleh semakin kompleksnya kebutuhan
hidup akibat inflasi. Rata-rata tingkat pertumbuhan upah minimum di provinsi Sulawesi Selatan
periode 1996-2010 sebesar 18.45%. Pertumbuhan upah minimum paling tinggi terjadi pada
tahun 2002, kenaikannya mencapai 50% di bandingkan tahun sebelumnya yakni dari Rp 200.000
perbulan menjadi Rp 300.000 perbulan. Pada tahun 2003-2010 masih terus mengalami kenaikan
dengan persentase pertumbuhan yang fluktuatif hingga pada 2010 tingkat upah minimum
mencapai Rp 1.00.000 perbulan.
Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Upah Minimum di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 19962010.
Tahun
1996
1997
1998
1999
2000

Tingkat Upah Minimum
(rupiah)
102.000
112.000
112.000
129.000
148.000

Pertumbuhan
9,80%
0%
15,17%
14,73%

2001
200.000
2002
300.000
2003
375.000
2004
415.000
2005
455.000
2006
510.000
2007
612.000
2008
679.000
2009
950.000
2010
1.000.000
Sumber : BPS provinsi Sul-Sel

35,13%
50%
25%
10,67%
9,64%
12,09%
20%
10,95%
39,91%
5,26%

4.4 Perkembangan Suku Bunga Kredit di Provinsi Sulawesi Selatan
Keinginan untuk melakukan investasi akan semakin kecil apabila tingkat suku bunga
tinggi. Hal ini dikarenakan besarnya pengeluaran yang dikeluarkan oleh investor dalam investasi
akan bertambah sebagai akibat dari tingginya tingkat bunga yang merupakan biaya dari
penggunaan dana (cost of capital) yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut.
Sebaliknya semakin rendah tingkat bunga akan semakin mendorong investor untuk melakukan
investasi. Hal ini dikarenakan biaya penggunaan dana semakin kecil sehingga tingkat
keuntungan yang diharapkan semakin besar.
Pada Bacto 4.4 dapat dilihat bagaimana perkembangan

tingkat suku bunga kredit di

provinsi Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi yang bervariasi selama periode 1996-2010. Ada
beberapa kebijakan dari Bank Sentral yang dapat mempengaruhi tingkat suku bunga. Salah
satunya ialah mengatur jumlah uang beredar di masyarakat dengan meningkatkan tingkat suku
bunga simpanan, yang akan menarik masyarakat untuk menabung sehingga mengurangi tingkat
konsumsi masyarakat dan menurunkan tingkat bunga kredit untuk memudahkan masyarakat
dalam memperoleh kredit usaha yang ditujukan untuk membuka lapangan kerja dan mengurangi
pengangguran.
Tabel 4.4 Tingkat Suku Bunga Kredit Investasi di Provinsi Sulawesi Selatan periode 1996-2010.
Tahun
1996
1997
1998

Suku Bunga Kredit
(persen)
16.4%
17.3%
23.2%

Petumbuhan
5.48%
34.10%

1999 22.9%
2000 16.6%
2001 17.9%
2002 17.8%
2003 15.7%
2004 14.1%
2005 15.7%
2006 15.1%
2007 13.5%
2008 14.4%
2009 13.6%
2010 12.6%
Sumber : BI Makassar

-1.29%
-27,51%
7.83%
-0.55%
-11.79%
-10.19%
11.34%
-3.82%
-10.59%
6.66%
-5.55%
-7.35%

Rata-rata tingkat suku bunga kredit investasi di provinsi Sulawesi Selatan selama periode
1996-2010 sebesar 16,45%. Tingkat suku bunga kredit investasi terendah terjadi pada tahun 2010
sebesar 12,6 % hal ini terjadi sebagai upaya pemerintah untuk menstimulus perkembangan dunia
usaha untuk kembali mengairahkan Bactor strategis. Sedangkan angka tertinggi suku bunga kredit
investasi

di provinsi Sulawesi Selatan terjadi pada tahun 1998, angka suku bunga kredit

investasi pada saat itu mencapai 23,3%. Hal ini dipengaruhi oleh terjadinya krisis ekonomi yang
dipicu Bactor moneter.
4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di provinsi Sulawesi Selatan
Angka inflasi merupakan salah satu BactorBeB stabilitas ekonomi yang mencerminkan
perubahan harga. Laju inflasi biasanya disebabkan oleh naik turunnya produksi barang dan jasa,
distribusinya dan juga disebabkan oleh jumlah uang beredar.
Di Indonesia laju inflasi banyak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga BBM. Tingkat
inflasi yang tinggi akan sangat merugikan perekonomian suatu Bactor yang pada akhirnya
merupakan malapetaka bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Besarnya angka inflasi di
Sulawesi Selatan memiliki kecenderungan yang searah dengan inflasi nasional.

Tabel 4.5 Tingkat Inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan periode 1996-2010
Tahun

Inflasi

Pertumbuhan

(persen)
1996
4,56%
1997
8,20%
1998
80,86%
1999
1,64%
2000
9,73%
2001
11,77%
2002
8,25%
2003
3,01%
2004
6,47%
2005
15,20%
2006
7,21%
2007
5,71%
2008
12,45%
2009
3,24%
2010
6,82%
Sumber : BPS provinsi Sul-Sel

79,82%
886,10%
-97,97%
493,29%
20,97%
-29,91%
-63,51%
114,95%
134,93%
-52,56%
-20,80%
118,04%
-73,97%
110,49%

Pada Bacto dapat dilihat bagaimana perkembangan inflasi di provinsi Sulawesi Selatan
selama periode 1996-2010. Sama halnya dengan perkembangan tingkat bunga, perkembangan
inflasi di Sulawesi Selatan juga mengalami fluktuasi dengan tingkat inflasi rata-rata 12,34%
selama periode 1996-2010. Inflasi di provinsi Sulawesi Selatan mencapai angka tertinggi pada
tahun 1998 dimana tingkat inflasi mencapai 80,86 %. Kondisi tersebut terjadi sebagai dampak
dari guncangan krisis moneter. Setelah terjadinya krisis moneter inflasi kembali mulai agak
stabil. Pada tahun 1999 inflasi di provinsi Sulawesi Selatan mencapai titik terendah yaitu hanya
1,64%. Berbagai kebijakan dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kondisi perekonomian di
Indonesia secara keseluruhan salah satunya dengan mengontrol laju inflasi. Akan tetapi inflasi
kembali mencapai angka dua digit pada tahun 2001, 2005, 2008. Hal ini disebabkan karena pada
tahun 2001 situasi politik di Indonesia kurang baik. Inflasi pada saat itu sebesar 11,77%.
Sedangkan pada tahun 2005 dan 2008 inflasi mencapai besaran dua digit karena adanya imbas
kenaikan harga BBM yang terutama di dorong oleh kenaikan harga minyak bumi. Inflasi pada
tahun 2005 sebesar 15,20% sedangkan tahun 2008 sebesar 12,45%.
4.6. Hasil Uji Regresi Pengaruh PDRB, Tingkat Upah, Suku Bunga Kredit dan Inflasi
terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri
Untuk membuktikan hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini, maka dilakukan
perhitungan regresi dengan metode ordinary least square. Metode ini merupakan suatu analisa

kuantitatif yang digunakan untuk menghitung koefisien regresi, hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat secara parsial dan simultan.
Dengan menggunakan data time series (deret waktu) dari tahun 1996-2010 tentang
pengaruh PDRB (X1), Tingkat Upah (X2), Suku Bunga Kredit(X3) dan Inflasi(X4) terhadap
Penanaman Modal Dalam Negeri (Y) di provinsi Sulawesi Selatan, maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
Ln Y = -173,672+13,567. X1 +(-3,740).X2 + (-0,090).X3 + (-0,001).X4
t

= (-3,020)

F

= 3,762

R2

= 0,601

(3,409)

(-3,475)

(-0,696)

(-0,062)

Pengujian yang dilakukan ditujukan untuk menelaah hubungan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat adalah dengan melihat nilai signifikansi t-statistik. Uji t-statistik
dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi dengan taraf nyata yang digunakan sebesar
5 persen. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan maka variabel bebas
tersebut berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel terikatnya, dan sebaliknya jika nilai
signifikansinya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka variabel bebas tersebut tidak
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel terikatnya. Berdasarkan hasil uji BactorBeB
diperoleh bahwa variabel PDRB dan tingkat upah mempunyai nilai signifikansi yang lebih kecil
dari taraf nyata yang digunakan. Sedangkan untuk variabel suku bunga kredit dan inflasi nilai
signifikansinya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel PDRB dan tingkat upah berpengaruh signifikan terhadap PMDN.
Sedangkan variabel suku bunga kredit dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap PMDN.
Pengujian F-statistik untuk mendeteksi apakah semua variabel bebas secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variable terikat. Berdasarkan hasil perhitungan regresi diketahui
bahwa secara simultan keempat variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat, sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan yang digunakan dapat diterima.
Kemudian koefisien korelasi (R2) sebesar 0,60. Angka ini memberi indikasi bahwa 60
persen naik turunnya penanaman modal dalam negeri di provinsi Sulawesi Selatan dipengaruhi

oleh variabel PDRB, tingkat upah, suku bunga kredit dan inflasi dan 40 persen ditentukan oleh
variabel diluar model dan pembahasan.
4.7 Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap Penanaman Modal Dalam
Negeri.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa PDRB memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri. Apabila terjadi peningkatan PDRB sebesar 1% maka
penanaman modal akan meningkat sebesar 13,56%. Sedangkan nilai signifikansinya sebesar
0,007 menunjukkan bahwa PDRB mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PMDN, hal ini
berarti bahwa PDRB mempengaruhi besarnya nilai realisasi PMDN. PDRB merupakan BactorBeB
perekonomian suatu wilayah. Peningkatan nilai PDRB menggambarkan suatu perekonomian
mengalami pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut mendorong kepercayaan dan merangsang para
investor untuk melakukan kegiatan investasi. Oleh karena itu, jika pertumbuhan ekonomi periode
sebelumnya menunjukkan kearah yang membaik maka akan meningkatkan kepercayaan investor
atau pemilik modal untuk menanamkan modalnya.

4.8 Pengaruh Tingkat Upah terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel Tingkat Upah berpengaruh BactorBe dan
signifikan terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di porvinsi Sulawesi Selatan. Apabila
tingkat upah meningkat sebesar 1% maka penanaman modal akan turun sebesar 3,74%.
Sedangkan nilai signifikasinya sebesar 0,006 menunjukkan bahwa tingkat upah berpengaruh
secara signifikan terhadap PMDN, hal ini berarti bahwa tingkat upah mempengaruhi besarnya
nilai realisasi PMDN. Hal ini dikarenakan jika tingkat upah yang dibayarkan mengalami
peningkatan maka akan memberatkan pengusaha, terutama jika kenaikan tersebut ternyata tidak
diikuti dengan peningkatan produktivitas pekerja. Besarnya tingkat upah akan menyebabkan
tingkat keuntungan yang diterima perusahaan akan menurun, karena tingkat upah yang tinggi
akan meningkatkan biaya penggunaan Bactor produksi yaitu tenaga kerja. Dengan tingkat
keuntungan yang menurun tersebut maka kecenderungan perusahaan untuk berinvestasipun
mengalami penurunan.

4.9 Pengaruh Suku Bunga Kredit terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri
Hasil uji regresi menunjukkan variabel Suku Bunga Kredit berpengaruh BactorBe dan tidak
signifikan terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di provinsi Sulawesi Selatan. Apabila suku
bunga kredit meningkat sebesar 1% maka penanaman modal akan turun sebesar 0,090%, namun
tidak signifikan. Suku bunga kredit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PMDN karena
ada Bactor-faktor lain yang lebih menjadi perhatian utama investor dalam menentukan keputusan
berinvestasi. Seperti masalah birokrasi atau kelembagaan, situasi politik dan keamanan dan
sebagainya.
4.10 Pengaruh Inflasi terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa Inflasi memiliki pengaruh yang BactorBe dan tidak
signifikan terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri di provinsi Sulawesi Selatan. Apabila
inflasi meningkat sebesar 1% maka penanaman modal akan turun sebesar 0,001%, namun tidak
signifikan. Salah satu Bactor yang menyebabkan inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap PMDN karakteristik masyarakat Sulawesi Selatan yang pada umumnya sangat
konsumtif. Sehingga meskipun inflasi meningkat, hal tersebut tidak akan mempengaruhi PMDN
karena investor tetap yakin bahwa inflasi tidak akan berpengaruh terlalu besar terhadap
penurunan daya beli masyarakat. Faktor lain yang menyebakan inflasi tidak berpengaruh
terhadap investasi yaitu investor biasanya telah membuat kesepakatan dengan pemerintah untuk
melakukan kegiatan investasi jauh sebelum kegiatan investasi tersebut dilaksanakan, jadi
meskipun terjadi inflasi kegiatan investasi akan tetap dilaksanakan.

KESIMPULAN
Pada penelitian ini tingkat inflasi, PDRB, suku bunga kredit, serta kurs dollar
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap investasi di Provinsi
Sulawesi selatan periode1996-2010. Sedangkan secara parsial PDRB dan kurs
dollar berpengaruh signifikan terhadap investasi di Provinsi Sulawesi selatan
periode 1996-2010 namun tingkat inflasi dan suku bunga kredit secara parsial
tidak memiliki pengaruh yang signifikan kepada investasi di Provinsi Sulawesi
selatan periode 1996-2010 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan,
kurs dollar memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap jumlah investasi di
Provinsi Sulawesi selatan dibandingkan dengan PDRB. Berdasarkan simpulan
tesebut maka kestabilan kurs dollar harus terus diperhatikan mengingat
menguatnya rupiah terhadap dollar menunjukkan adanya kepercayaan

terhadap kondisi perekonomian yang mulai pulih sehingga nantinya
diharapkan dapat terjadi peningkatan pada jumlah investasi. Pengaruh PDRB
memang lebih kecil dibandingkan kurs dollar namun tetap disarankan untuk
terus meningkatkan laju pertumbuhan PDRB di Provinsi Sulawesi selatan
misalnya dengan meningkatkan promosi daerah maupun peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan membentuk pribadi yang
kreatif sehingga mampu mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam
yang terdapat di Provinsi Sulawesi selatan itu sendiri. Tingkat inflasi dan suku
bunga kredit secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
investasi di Provinsi Sulawesi selatan namun kestabilan tingkat inflasi
maupun suku bunga kredit tetap harus diperhatikan mengingat pengaruhnya
secara simultan terhadap investasi di Provinsi Sulawesi selatan.

REFERENSI

Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ralhan, Mukesh. 2006. Determinants of Capital Flows: A Cross-Country
Analysis. Econometrics Working Paper EWP0601. Canada: Department of
Economics, University of Victoria Canada.
Sulong, Zunaidah dan Agus D. Harjito. 2005. “Linkages Between Foreign
Direct Investments And Its Determinants in Malaysia”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 10 No. 1
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:xYm_J5w2V4EJ:repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2980/BAB
%2520IV.docx%3Fsequence%3D6+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id BAB IV

Sumber: BKPMD prov. Sul-Sel
Sumber : BPS provinsi Sul-Sel
Ni Made Krisna Marsela
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas


Udayana