konsep ilmu islam dan barat
KONSEP ILMU
Perspektif Islam dan Barat
Dr. Dinar Dewi Kania
Institute for the Study of Islamic Thought
and Civilization (INSISTS)
Apa itu ...
• Ilmu ?
• Ilmu Pengetahuan ?
• Pengetahuan atau knowledge?
• Science atau sains ?
• Barat ?
• Islam ?
• Adakah perbedaan antara konsep ilmu
Barat dan Islam ?
Apa itu
•Barat ?
•Islam ?
Filsafat Ilmu
•Ontologi
(obyek ilmu)
•Epistemologi
(cara / proses mengetahui ilmu)
•Aksiologi
(manfaat atau kegunaan ilmu)
Epistemologi
•Pengkajian
mendalam
dan
sistematis terhadap pengetahuan,
kriteria-kriteria
dalam
perolehannya
dengan
keterbatasan-keterbatasannya
serta
cara
menjustifikasi
pengetahuan tersebut, dikenal
dengan nama “Epistemologi”.
Epistemologi
• Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani episteme yang berarti
pengetahuan (knowledge atau
science) dan logos yan berarti ilmu.
Epistemologi merupakan cabang
filsafat yang membahas mengenai
pengetahuan sehingga epistemologi
dikenal dengan nama filsafat
pengetahuan atau teori
Siapa yang mempertanyakan
Ilmu ?
1. Menurut Furmerton sejarah epistemologi dimulai oleh
kaum skeptis, di mana kaum skeptis sering kali secara
implisit mengisyaratkan (presuppose) beberapa hal yang
berkaitan dengan pengetahuan (knowledge) atau justifikasi.
Status mereka sebagai seorang skeptis ditetapkan
berdasarkan klaim yang mereka buat tentang “apa yang
kami ketahui” (what we know) atau lebih tepatnya “ yang
tidak diketahui” (don’t know). Pertanyaan-pertanyaan yang
sering diungankapkan oleh kaum sofis diantaranya “how
much of what we think we know about nature is really
objective part of it, and how much is contributed by the
human mind. Indeed, do we have any knowledge of nature
as it really is? “ Richard Fumerton, Epistemology,hlm. 6
Siapa yang mempertanyakan Ilmu ?
• Protagoras contohnya memberikan
diktumnya yang terkenal “Man is the
measure of all things”
Siapa yang mempertanyakan
Ilmu ?
2. Plato
Plato adalah filsuf Yunani yang bisa dikatakan
menjadi pencetus nyata epistemologi, karena berusaha
untuk berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan dasar
seperti; Apa itu pengetahuan? di mana adalah
pengetahuan umum ditemukan, dan berapa banyak dari
apa yang kita pikir kita tahu biasa adalah benar-benar
pengetahuan? Apakah alasan dapat memberikan
pengetahuan? apa hubungan antara pengetahuan dan
keyakinan yang benar?. The Meno, merupakan dialog
Plato pertama untuk merefleksikan secara sistematis
beberapa isu fundamental dalam Epistemologi.
Ilmu dalam Sejarah
Islam
• Tahapan kelahiran ilmu: (1) turunnya
wahyu dan lahirnya pandangan hidup
Islam (Worldview of Islam), (2) lahirnya
kesadaran bahwa wahyu yang turun
mengandung struktur ilmu pengetahuan,
(3) lahirnya tradisi keilmuan dan
komunitas ilmuwan, (4) lahirnya disiplindisiplin ilmu
• Peradaban Islam berinteraksi dengan sains
Yunani dalam tiga tahap: (1) akuisisi, (2)
adopsi, dan (3) asimilasi
• Sejarah yang ditulis Barat seringkali
‘mengabaikan’ kontribusi Islam
Perbedaan konsep ilmu Barat dan Islam
• 1. Makna Realitas
(apa yang ada, yang menjadi obyek ilmu)
• 2.Makna Kebenaran (truth), apa itu kebenaran ?
Dapatkah manusia memperoleh kebenaran ?
• 3. Sumber-sumber ilmu. Apakah sumber ilmu yang
validitasnya lebih tinggi ? Akal ? Indra ? Hati? Wahyu ?
• 4. Proses memperoleh pengetahuan. Apakah manusia bisa
memperoleh pengetahuan yang sejati ? Apa itu ilmu yang
sejati ? Bagaimana cara memperolehnya ?
• 5. Netralitas ilmu. Apakah ilmu itu bebas nilai ? Apakah ilmu
value ladden ?
• 6. Aksiologi/ kegunaan ilmu. Apakah fungsi ilmu ? Apakah
hubungan ilmu dengan moral ? Apakah adab ?
1. Realitas
• Barat
Idealisme, Materialisme, Dinamisme
(Philosophy of flux), Activisme, Esensialisme,
Eksistensialisme
• Sofis yang meragukan secara radikal
meragukan adanya eksistensi adalah Gorgias.
Menurutnya “there was no such thing as
reality, that if there were, we could not know
of it, and that even if we could know of it, we
could not communicate our knowlege of it”
2. Kebenaran
• Theory of the truth . Menurut michael p. Lynch sulit untuk
mendefinisikan kebenaran karena
1. Kebenaran berkaitan dengan beliefs. Seseorang yang
meyakini sesuatu, tentunya akan meyakini bahwa yang
diyakininya itu sesuai dengan kebenaran.
2. Kebenaran berkaitan dengan knowledge atau ilmu (empiric)
3. Kebenaran berkaitan dengan logika, krn akan menentukan
premis premis mana yg valid dan kesimpulan mana yg benar
atau salah.
4. Kebenaran berkaitan dengan konsep misterius lainnya, yaitu
realitas.
Berbicara tentang kebenaran berarti berbicara tentang realitas
apa adanya.
Kebenaran Menurut
Islam
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orangorang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat. (QS. al-Fatihah [1]: 6-7)
Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa. (QS. al-Baqarah [2]: 1-3)
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan
sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
(QS. al-Baqarah [2]: 147)
Kebenaran itu ada, bisa dicapai oleh
manusia, dan bersumber dari Allah SWT !
Al-Haq
• Realitas dan Kebenaran menurut al-Attas
Kata haq digunakan baik untuk realitas
maupun kebenaran dan menunjuk pada
sebuah kondisi ontologis. Ia bermakna
kecocokan terhadap kebutuhan akan
kebijaksanaan, keadilan, rightness,
kebenaaran, realitas, kesopanan. Lawan
dari haq adalah bātil, bermakna nonrealitas atau kepalsuan
• Kesimpulannya...
Barat tidak mengakui status ontologis alam
metafisik sehingga bagi Barat, alam
metafisik bukanlah obyek ilmu
Islam, mengakui status ontologis alam fisik
maupun metafisik, sehingga obyek ilmu
dalam Islam mencakup keduanya.
3. Sumber-sumber Ilmu
• Barat = Menafikan wahyu sebagai sumber
ilmu.
• Islam = Wahyu adalah sumber ilmu yang
tertinggi. Wahyu otentik adalah Al-Qur’an
dan Hadits.
4. Proses Mengetahui
• Barat
1. Rasionalisme
2. Empirisme
3. Kritisisme
4. Positivisme,
5. Intuisionisme
Bagaimana Cara
Mengetahui ?
Melalui rasio
(rasionalisme)
Melalui
pengalaman
(empirisme)
Scientif
c
method
Scientif
c
knowled
ge
Jika pengetahuan hanya bersifat logis
namun tidak empiris, maka ia disebut
sebagai pengetahuan filsafat, bukan sains
Positivisme
Segala
pengetahuan
yang ilmiah
harus dan pasti
dapat diukur
Mungkinkah
Mengetahui?
Socrates,
Plato dan
Aristoteles
Ada kebenaran yang relatif,
ada pula kebenaran yang
berlaku umum secara
mutlak
Protagoras
dan kaum
Sophist
Man is the measure of all
things (manusia adalah
ukuran bagi segala
sesuatunya
Skeptisisme
Meragukan kebenaran dan
membenarkan keraguan
Relativisme
Semua pendapat samasama benar, tergantung
sudut pandang
Postmodernism
e
Kebenaran itu tidak ada
Dikotomi Ilmu Ala Barat
Positivisme: Ilmu pengetahuan
haruslah observable, repeatable,
measurable,
testable
dan
predictable.
Cara Mengetahui
Menurut Islam
Al-
5. Netralitas Ilmu
• Sebuah kebenaran yang dicapai melalui
berpikir, sangat ditentukan oleh subyektifitas
atau obyektivitas dalam berpikir. membicarakan
tentang berpikir obyektif sebagai bentuk kerja
akal, tidak bisa terlepas dari berpikir secara
filsafati, karena filsafat mengajak manusia
untuk berpikir menurut tata tertibnya (logika)
dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma
serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya
sampai ke dasar persoalan.
• (harun nasution dalam Idzam Fautanu )
• Immanuel Kant: pengetahuan adalah
mungkin, namun metafisika tidaklah mungkin
• Hegel: teori ‘tesis dan antitesis’
• Feuerbach: filsafat tertinggi adalah manusia,
bukan Tuhan
• Karl Marx: agama adalah faktor sekunder;
faktor primernya adalah ekonomi
• Charles Darwin: tidak ada proses penciptaan;
makhluk hidup bertahan karena adaptasi dan
seleksi alam
• Auguste Comte: fase teologis, metafisik dan
positif
• Nietzsche: God is dead
Penolakan Terhadap
Netralitas Ilmu
• Gahral: (1) fakta bermuatan teori, (2)
falibilitas teori, (3) fakta sarat nilai, (4)
interaksi antara subjek dan objek
penelitian.
• Karl Raimund Popper: kita tidak
pernah tahu pasti kebenaran melalui
verifikasi fakta.
• Thomas S. Kuhn: paradigmalah yang
menentukan jenis-jenis eksperimen
yang dilakukan, jenis-jenis pertanyaan
yang diajukan dan pemilihan masalah
yang dianggap penting.
Bebas dari Agama ?
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi:
Karena sains Barat tidak memberi tempat
pada wahyu, agama, bahkan Tuhan, maka
sains itu dianggap bebas nilai. Akan
tetapi sains tidak bebas dari ideologi,
kultur dan worldview Barat. Dalam sains
itu sendiri terdapat asumsi-asumsi dan
doktrin-doktrin seperti pada agama. Maka
sebenarnya, sains Barat itu tidak bebas
nilai, melainkan hanya bebas dari agama
saja.
Worldview Seorang Muslim
Realitas
Konsep Tuhan
Konsep Ilmu
Konsep Kehidupan
Konsep manusia
Konsep moralitas
Konsep Ukhuwwah
Konsep Jihad
Konsep Alam Semesta
dsb
Sumber : Hamid Fahmy Z
Konsep Tuhan (Tawhid)
Sebagai Bangunan
Sentral
pendidikan
Struktur
Konsep
Manusia
hukum
Struktur
Konsep nilai
Struktur
Konsep
ilmu
Struktur
KONSEP TUHAN
Wahyu, agama, Nabi,
Penciptaan
dsb
politik
ekonomi
Ilmu & teknolgi
Struktur
Konsep
kehidupan
Struktur
Konsep
dunia
Sumber : Hamid Fahmy Z
6. Aksiologi/ Manfaat Ilmu
• Barat = Ilmu tidak berkolerasi dengan
amal dan moral
• Islam
Kesimpulan
• Filsafat Ilmu dalam Perspektif Islam dan
Barat memiliki perbedaaan yg mendasar
• Ilmu dalam Islam tidak pernah terpisah
dari Tuhan dan bimbingan-Nya
• Perlunya Islamisasi ilmu
• Islamisasi bukan sekedar labelisasi,
melainkan menyentuh epistemologinya
• Melibatkan pembebasan manusia dari
unsur magis, mitologi, animisme,
kebudayaan dan penguasaan sekuler
Sekian dan Terima Kasih
Definisi Ilmu
• Peradaban Barat modern yang positivistik
membedakan pengetahuan ke dalam dua
istilah
teknis,
yaitu
science
dan
knowledge. Bidang-bidang ilmu fisik atau
empiris masuk dalam kategori pertama,
sedangkan istilah kedua diperuntukkan
bagi bidang-bidang ilmu nonfisik seperti
konsep mental dan metafisika.
Definisi Ilmu
• Bahasa Indonesia menterjemahkan istilah
science dengan ilmu, sementara
knowledge diterjemahkan dengan
pengetahuan. Dengan kata lain, sejak
jaman Modern, hanya ilmu yang bersifat
fisik-empiris yang bisa dikategorikan
sebagai ilmu yang bersifat ilmiah
(scientifc knowledge), sementara sisanya,
seperti ilmu agama, tidak bisa
dikategorikan sebagai ilmu yang bersifat
Definisi Ilmu
• Padahal kata ‘ilm dalam epistemologi
Islam tidak sama dengan pengetahuan
biasa dan tidak dibatasi hanya pada
bidang ilmu fisik dan empiris saja. Ilmu
dalam epistemologi Islam dapat
diterapkan dengan sama validnya, baik itu
pada ilmu yang fisik-empiris maupun ilmu
yang metafisik.
‘ilm dalam al-Qur’an
• Di dalam al-Qur’an, kata-kata yang
langsung bermakna ilmu muncul 27 kali
dan‘alim (orang yang berilmu) sebanyak
140 kali. Terdapat 704 referensi di dalam
al-Qur’an yang berasal dari kata‘ilm.
Selain itu, kata yang mengacu kepada
buku, pena, tinta, dan sebagainya, juga
banyak dan teksnya dimulai dari katakata iqra (bacalah), yaitu sesuatu yang
berhubungan dengan masalah keilmuan.
‘ilm
• Ilmu atau ‘ilm dalam bahasa Arab merupakan
masdar atau kata benda abstrak yang berasal
dari kata kerja‘alima dan bermakna
mengetahui. Orang yang mengetahui atau
sebagai subjek disebut‘alim, sedangkan yang
menjadi objek ilmu disebut ma’lum atau yang
diketahui. Pada perkembangannya, kata ilmu
dipakai mengacu kepada dua hal, yaitu
pertama sebagai masdar yang berarti proses
pencaian ilmu dan kedua sebagai objek ilmu
(ma’lum).
‘ilm
• Menurut Wan Daud, dilihat dari aspek linguistik, kata ‘ilm
memang bermakna luas. Merujuk pada kamus Arabic
English Lexicon, ia menjelaskan bahwa perkataan ‘ilm
berasal dari kata ‘ain-lam-mim yang diambil dari kata
‘alamah, yaitu “tanda, petunjuk atau indikasi yang
dengannya sesuatu atau seseorang dikenal; kognisi atau
label; ciri-ciri; indikasi; tanda-tanda”, oleh karena itu,
sejak dahulu umat Islam menganggap ‘ilm (ilmu) berarti
al-Qura’an; syari’at; sunnah, Islam, iman; ilmu spiritual
(‘ilm al-ladunni), hikmah dan ma’rifah, atau sering
disebut juga sebagai cahaya (nÛr); pikiran (fkrah), sains
(khususnya ‘ilm yang jamaknya ‘ulÛm), dan pendidkanyang kesemuanya menghimpun hakikat ilmu.
• Frans Rosenthal telah mengoleksi 380
definisi ilmu yang diambil dari para tokoh
Muslim. Meski tidak mudah
mendefinisikan ilmu, namun hal tersebut
tidak akan memengaruhi hakikat ilmu
sebagai sebuah realitas karena sebuah
definisi hanya merupakan alat untuk
menangkap sementara sesuatu yang
didefinisikan tersebut.
• Definisi ilmu menurut al-Raghib al-Isfahani (443/1060)
dalam Kamus Terminologi al-Qur’an disebutkan bahwa
ilmu adalah ‘persepsi tentang sesuatu sebagaimana
realitasnya’ (al-ilm idrak al-shay’ bi-haqiqatihi). Definisi
ini berarti bahwa mempersepsikan kualitas (bentuk,
ukuran, berat, volume, warna dan lain-lain) dari sesuatu
tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah ilmu. Dari
definisi ini terdapat pandangan filosofis bahwa setiap
dari substansi terdiri dari esensi (essence) dan aksiden
(accidents).
• Al-Ghazâli (505/1111) mendeskripsikan ilmu sebagai
‘pengenalan sesuatu sebagaimana adanya’ (ma’rifah alshay’ ‘ala ma huwa bihi).
• Menurut Syamsuddin, di sinilah perbedaan antara Isfahani
dengan al-Ghazâli. Kata Idrak yang digunakan Isfahani
mengindikasikan perpindahan pikiran dari yang satu kepada
yang lainnya (misalnya dari tidak tahu menjadi tahu) dan
juga mengisyaratkan bahwa ilmu masuk ke dalam pikiran
manusia dari luar sebagaimana adanya. Terminologi
ma’rifah yang digunakan al-Ghazâli mengindikasikan bahwa
ilmu adalah pengenalan terhadap sesuatu atau selfdiscovery, di mana objek ilmu tidak lagi dianggap sebagai
sesuatu yang asing karena ia telah dikenali sebelumnya oleh
pikiran. Seseorang tidak bisa mengatakan dirinya berilmu
sebelum ia mengetahui sesuatu seperti apa adanya sebab
terkadang sesuatu itu tidak tampak seperti apa adanya.
• Ibn Taimiyyah mendefinisikan ilmu
sebagai sebuah ilmu yang berdasar pada
dalîl (bukti). Dalîl yang dimaksud bisa
berupa penukilan wahyu dengan metode
yang benar (al-naql al-mushaddaq), dapat
juga berupa penelitian ilmiah (al-bahts almuhaqqaq), sedang yang dimaksud
dengan "ilmu yang bermanfaat" adalah
yang bersumber dari Rasul saw.
Definis Ilmu
• Menurut Al-Attas, Ilmu adalah tibanya makna
ke dalam jiwa bersamaan dengan tibanya jiwa
kepada makna dan menghasilkan hasrat serta
kehendak diri. Tibanya makna ke dalam jiwa
berarti Tuhan sebagai sumber asal ilmu,
sedangkan tibanya jiwa kepada makna
menunjuk kepada jiwa sebagai penafsirnya.
Maka menurut al- Attas ilmu adalah kesatuan
antara orang yang mengetahui dengan makna,
dan bukan antara yang mengetahui (subjek
ilmu) dengan yang diketahui (objek ilmu).
Contoh Kasus :
• Apakah yang menjadi karakteristik obyek ontologis ilmu yang
membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya ?
jawab dari semua pertanyaan itu adalah sangat sederhana : Ilmu
memulai penjelajahannya dari pengalaman manusia dan berhenti
di batas pengalaman manusia. Apakah ilmu mempelajari hal
ihwal surga dan neraka ? jawabannya adalah tidak ; sebab surga
dan neraka berada di luar jangkauan pengalaman manusia.
Apakah ilmu mempelajari sebab musabab kejadian terciptanya
manusia ? jawabannya juga adalah tidak; sebab kejadian itu
berada di luar jangkauan pengalaman kita. Baik hal-hal yang
terjadi sebelum hidup kita, maupun apa-apa yang terjadi sesudah
kematian kita, semua itu berada di luar penjelajahan ilmu.
• Jujun S. Suriasumantri , Filsafat Imu ; Sebuah Pengantar,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009, hlm. 91
Contoh Kasus
• ... Singkatnya, agama dimulai dengan rasa
percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya,
kepercayaan itu bisa meningkat atau menurun.
Pengetahuan lain, seperti ilmu umpamanya,
bertitik tolak sebaliknya, dimulai dengan rasa
tidak percaya, dan setelah memulai proses
pengkajian illmiah, kita bisa diyakninkan atau
tetap pada pendirian semula.
• Jujun dalam Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu: Teori
dan Aplikasi, Jakarta : Referensi, 2012, hlm. 75
Perspektif Islam dan Barat
Dr. Dinar Dewi Kania
Institute for the Study of Islamic Thought
and Civilization (INSISTS)
Apa itu ...
• Ilmu ?
• Ilmu Pengetahuan ?
• Pengetahuan atau knowledge?
• Science atau sains ?
• Barat ?
• Islam ?
• Adakah perbedaan antara konsep ilmu
Barat dan Islam ?
Apa itu
•Barat ?
•Islam ?
Filsafat Ilmu
•Ontologi
(obyek ilmu)
•Epistemologi
(cara / proses mengetahui ilmu)
•Aksiologi
(manfaat atau kegunaan ilmu)
Epistemologi
•Pengkajian
mendalam
dan
sistematis terhadap pengetahuan,
kriteria-kriteria
dalam
perolehannya
dengan
keterbatasan-keterbatasannya
serta
cara
menjustifikasi
pengetahuan tersebut, dikenal
dengan nama “Epistemologi”.
Epistemologi
• Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani episteme yang berarti
pengetahuan (knowledge atau
science) dan logos yan berarti ilmu.
Epistemologi merupakan cabang
filsafat yang membahas mengenai
pengetahuan sehingga epistemologi
dikenal dengan nama filsafat
pengetahuan atau teori
Siapa yang mempertanyakan
Ilmu ?
1. Menurut Furmerton sejarah epistemologi dimulai oleh
kaum skeptis, di mana kaum skeptis sering kali secara
implisit mengisyaratkan (presuppose) beberapa hal yang
berkaitan dengan pengetahuan (knowledge) atau justifikasi.
Status mereka sebagai seorang skeptis ditetapkan
berdasarkan klaim yang mereka buat tentang “apa yang
kami ketahui” (what we know) atau lebih tepatnya “ yang
tidak diketahui” (don’t know). Pertanyaan-pertanyaan yang
sering diungankapkan oleh kaum sofis diantaranya “how
much of what we think we know about nature is really
objective part of it, and how much is contributed by the
human mind. Indeed, do we have any knowledge of nature
as it really is? “ Richard Fumerton, Epistemology,hlm. 6
Siapa yang mempertanyakan Ilmu ?
• Protagoras contohnya memberikan
diktumnya yang terkenal “Man is the
measure of all things”
Siapa yang mempertanyakan
Ilmu ?
2. Plato
Plato adalah filsuf Yunani yang bisa dikatakan
menjadi pencetus nyata epistemologi, karena berusaha
untuk berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan dasar
seperti; Apa itu pengetahuan? di mana adalah
pengetahuan umum ditemukan, dan berapa banyak dari
apa yang kita pikir kita tahu biasa adalah benar-benar
pengetahuan? Apakah alasan dapat memberikan
pengetahuan? apa hubungan antara pengetahuan dan
keyakinan yang benar?. The Meno, merupakan dialog
Plato pertama untuk merefleksikan secara sistematis
beberapa isu fundamental dalam Epistemologi.
Ilmu dalam Sejarah
Islam
• Tahapan kelahiran ilmu: (1) turunnya
wahyu dan lahirnya pandangan hidup
Islam (Worldview of Islam), (2) lahirnya
kesadaran bahwa wahyu yang turun
mengandung struktur ilmu pengetahuan,
(3) lahirnya tradisi keilmuan dan
komunitas ilmuwan, (4) lahirnya disiplindisiplin ilmu
• Peradaban Islam berinteraksi dengan sains
Yunani dalam tiga tahap: (1) akuisisi, (2)
adopsi, dan (3) asimilasi
• Sejarah yang ditulis Barat seringkali
‘mengabaikan’ kontribusi Islam
Perbedaan konsep ilmu Barat dan Islam
• 1. Makna Realitas
(apa yang ada, yang menjadi obyek ilmu)
• 2.Makna Kebenaran (truth), apa itu kebenaran ?
Dapatkah manusia memperoleh kebenaran ?
• 3. Sumber-sumber ilmu. Apakah sumber ilmu yang
validitasnya lebih tinggi ? Akal ? Indra ? Hati? Wahyu ?
• 4. Proses memperoleh pengetahuan. Apakah manusia bisa
memperoleh pengetahuan yang sejati ? Apa itu ilmu yang
sejati ? Bagaimana cara memperolehnya ?
• 5. Netralitas ilmu. Apakah ilmu itu bebas nilai ? Apakah ilmu
value ladden ?
• 6. Aksiologi/ kegunaan ilmu. Apakah fungsi ilmu ? Apakah
hubungan ilmu dengan moral ? Apakah adab ?
1. Realitas
• Barat
Idealisme, Materialisme, Dinamisme
(Philosophy of flux), Activisme, Esensialisme,
Eksistensialisme
• Sofis yang meragukan secara radikal
meragukan adanya eksistensi adalah Gorgias.
Menurutnya “there was no such thing as
reality, that if there were, we could not know
of it, and that even if we could know of it, we
could not communicate our knowlege of it”
2. Kebenaran
• Theory of the truth . Menurut michael p. Lynch sulit untuk
mendefinisikan kebenaran karena
1. Kebenaran berkaitan dengan beliefs. Seseorang yang
meyakini sesuatu, tentunya akan meyakini bahwa yang
diyakininya itu sesuai dengan kebenaran.
2. Kebenaran berkaitan dengan knowledge atau ilmu (empiric)
3. Kebenaran berkaitan dengan logika, krn akan menentukan
premis premis mana yg valid dan kesimpulan mana yg benar
atau salah.
4. Kebenaran berkaitan dengan konsep misterius lainnya, yaitu
realitas.
Berbicara tentang kebenaran berarti berbicara tentang realitas
apa adanya.
Kebenaran Menurut
Islam
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orangorang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat. (QS. al-Fatihah [1]: 6-7)
Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa. (QS. al-Baqarah [2]: 1-3)
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan
sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
(QS. al-Baqarah [2]: 147)
Kebenaran itu ada, bisa dicapai oleh
manusia, dan bersumber dari Allah SWT !
Al-Haq
• Realitas dan Kebenaran menurut al-Attas
Kata haq digunakan baik untuk realitas
maupun kebenaran dan menunjuk pada
sebuah kondisi ontologis. Ia bermakna
kecocokan terhadap kebutuhan akan
kebijaksanaan, keadilan, rightness,
kebenaaran, realitas, kesopanan. Lawan
dari haq adalah bātil, bermakna nonrealitas atau kepalsuan
• Kesimpulannya...
Barat tidak mengakui status ontologis alam
metafisik sehingga bagi Barat, alam
metafisik bukanlah obyek ilmu
Islam, mengakui status ontologis alam fisik
maupun metafisik, sehingga obyek ilmu
dalam Islam mencakup keduanya.
3. Sumber-sumber Ilmu
• Barat = Menafikan wahyu sebagai sumber
ilmu.
• Islam = Wahyu adalah sumber ilmu yang
tertinggi. Wahyu otentik adalah Al-Qur’an
dan Hadits.
4. Proses Mengetahui
• Barat
1. Rasionalisme
2. Empirisme
3. Kritisisme
4. Positivisme,
5. Intuisionisme
Bagaimana Cara
Mengetahui ?
Melalui rasio
(rasionalisme)
Melalui
pengalaman
(empirisme)
Scientif
c
method
Scientif
c
knowled
ge
Jika pengetahuan hanya bersifat logis
namun tidak empiris, maka ia disebut
sebagai pengetahuan filsafat, bukan sains
Positivisme
Segala
pengetahuan
yang ilmiah
harus dan pasti
dapat diukur
Mungkinkah
Mengetahui?
Socrates,
Plato dan
Aristoteles
Ada kebenaran yang relatif,
ada pula kebenaran yang
berlaku umum secara
mutlak
Protagoras
dan kaum
Sophist
Man is the measure of all
things (manusia adalah
ukuran bagi segala
sesuatunya
Skeptisisme
Meragukan kebenaran dan
membenarkan keraguan
Relativisme
Semua pendapat samasama benar, tergantung
sudut pandang
Postmodernism
e
Kebenaran itu tidak ada
Dikotomi Ilmu Ala Barat
Positivisme: Ilmu pengetahuan
haruslah observable, repeatable,
measurable,
testable
dan
predictable.
Cara Mengetahui
Menurut Islam
Al-
5. Netralitas Ilmu
• Sebuah kebenaran yang dicapai melalui
berpikir, sangat ditentukan oleh subyektifitas
atau obyektivitas dalam berpikir. membicarakan
tentang berpikir obyektif sebagai bentuk kerja
akal, tidak bisa terlepas dari berpikir secara
filsafati, karena filsafat mengajak manusia
untuk berpikir menurut tata tertibnya (logika)
dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma
serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya
sampai ke dasar persoalan.
• (harun nasution dalam Idzam Fautanu )
• Immanuel Kant: pengetahuan adalah
mungkin, namun metafisika tidaklah mungkin
• Hegel: teori ‘tesis dan antitesis’
• Feuerbach: filsafat tertinggi adalah manusia,
bukan Tuhan
• Karl Marx: agama adalah faktor sekunder;
faktor primernya adalah ekonomi
• Charles Darwin: tidak ada proses penciptaan;
makhluk hidup bertahan karena adaptasi dan
seleksi alam
• Auguste Comte: fase teologis, metafisik dan
positif
• Nietzsche: God is dead
Penolakan Terhadap
Netralitas Ilmu
• Gahral: (1) fakta bermuatan teori, (2)
falibilitas teori, (3) fakta sarat nilai, (4)
interaksi antara subjek dan objek
penelitian.
• Karl Raimund Popper: kita tidak
pernah tahu pasti kebenaran melalui
verifikasi fakta.
• Thomas S. Kuhn: paradigmalah yang
menentukan jenis-jenis eksperimen
yang dilakukan, jenis-jenis pertanyaan
yang diajukan dan pemilihan masalah
yang dianggap penting.
Bebas dari Agama ?
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi:
Karena sains Barat tidak memberi tempat
pada wahyu, agama, bahkan Tuhan, maka
sains itu dianggap bebas nilai. Akan
tetapi sains tidak bebas dari ideologi,
kultur dan worldview Barat. Dalam sains
itu sendiri terdapat asumsi-asumsi dan
doktrin-doktrin seperti pada agama. Maka
sebenarnya, sains Barat itu tidak bebas
nilai, melainkan hanya bebas dari agama
saja.
Worldview Seorang Muslim
Realitas
Konsep Tuhan
Konsep Ilmu
Konsep Kehidupan
Konsep manusia
Konsep moralitas
Konsep Ukhuwwah
Konsep Jihad
Konsep Alam Semesta
dsb
Sumber : Hamid Fahmy Z
Konsep Tuhan (Tawhid)
Sebagai Bangunan
Sentral
pendidikan
Struktur
Konsep
Manusia
hukum
Struktur
Konsep nilai
Struktur
Konsep
ilmu
Struktur
KONSEP TUHAN
Wahyu, agama, Nabi,
Penciptaan
dsb
politik
ekonomi
Ilmu & teknolgi
Struktur
Konsep
kehidupan
Struktur
Konsep
dunia
Sumber : Hamid Fahmy Z
6. Aksiologi/ Manfaat Ilmu
• Barat = Ilmu tidak berkolerasi dengan
amal dan moral
• Islam
Kesimpulan
• Filsafat Ilmu dalam Perspektif Islam dan
Barat memiliki perbedaaan yg mendasar
• Ilmu dalam Islam tidak pernah terpisah
dari Tuhan dan bimbingan-Nya
• Perlunya Islamisasi ilmu
• Islamisasi bukan sekedar labelisasi,
melainkan menyentuh epistemologinya
• Melibatkan pembebasan manusia dari
unsur magis, mitologi, animisme,
kebudayaan dan penguasaan sekuler
Sekian dan Terima Kasih
Definisi Ilmu
• Peradaban Barat modern yang positivistik
membedakan pengetahuan ke dalam dua
istilah
teknis,
yaitu
science
dan
knowledge. Bidang-bidang ilmu fisik atau
empiris masuk dalam kategori pertama,
sedangkan istilah kedua diperuntukkan
bagi bidang-bidang ilmu nonfisik seperti
konsep mental dan metafisika.
Definisi Ilmu
• Bahasa Indonesia menterjemahkan istilah
science dengan ilmu, sementara
knowledge diterjemahkan dengan
pengetahuan. Dengan kata lain, sejak
jaman Modern, hanya ilmu yang bersifat
fisik-empiris yang bisa dikategorikan
sebagai ilmu yang bersifat ilmiah
(scientifc knowledge), sementara sisanya,
seperti ilmu agama, tidak bisa
dikategorikan sebagai ilmu yang bersifat
Definisi Ilmu
• Padahal kata ‘ilm dalam epistemologi
Islam tidak sama dengan pengetahuan
biasa dan tidak dibatasi hanya pada
bidang ilmu fisik dan empiris saja. Ilmu
dalam epistemologi Islam dapat
diterapkan dengan sama validnya, baik itu
pada ilmu yang fisik-empiris maupun ilmu
yang metafisik.
‘ilm dalam al-Qur’an
• Di dalam al-Qur’an, kata-kata yang
langsung bermakna ilmu muncul 27 kali
dan‘alim (orang yang berilmu) sebanyak
140 kali. Terdapat 704 referensi di dalam
al-Qur’an yang berasal dari kata‘ilm.
Selain itu, kata yang mengacu kepada
buku, pena, tinta, dan sebagainya, juga
banyak dan teksnya dimulai dari katakata iqra (bacalah), yaitu sesuatu yang
berhubungan dengan masalah keilmuan.
‘ilm
• Ilmu atau ‘ilm dalam bahasa Arab merupakan
masdar atau kata benda abstrak yang berasal
dari kata kerja‘alima dan bermakna
mengetahui. Orang yang mengetahui atau
sebagai subjek disebut‘alim, sedangkan yang
menjadi objek ilmu disebut ma’lum atau yang
diketahui. Pada perkembangannya, kata ilmu
dipakai mengacu kepada dua hal, yaitu
pertama sebagai masdar yang berarti proses
pencaian ilmu dan kedua sebagai objek ilmu
(ma’lum).
‘ilm
• Menurut Wan Daud, dilihat dari aspek linguistik, kata ‘ilm
memang bermakna luas. Merujuk pada kamus Arabic
English Lexicon, ia menjelaskan bahwa perkataan ‘ilm
berasal dari kata ‘ain-lam-mim yang diambil dari kata
‘alamah, yaitu “tanda, petunjuk atau indikasi yang
dengannya sesuatu atau seseorang dikenal; kognisi atau
label; ciri-ciri; indikasi; tanda-tanda”, oleh karena itu,
sejak dahulu umat Islam menganggap ‘ilm (ilmu) berarti
al-Qura’an; syari’at; sunnah, Islam, iman; ilmu spiritual
(‘ilm al-ladunni), hikmah dan ma’rifah, atau sering
disebut juga sebagai cahaya (nÛr); pikiran (fkrah), sains
(khususnya ‘ilm yang jamaknya ‘ulÛm), dan pendidkanyang kesemuanya menghimpun hakikat ilmu.
• Frans Rosenthal telah mengoleksi 380
definisi ilmu yang diambil dari para tokoh
Muslim. Meski tidak mudah
mendefinisikan ilmu, namun hal tersebut
tidak akan memengaruhi hakikat ilmu
sebagai sebuah realitas karena sebuah
definisi hanya merupakan alat untuk
menangkap sementara sesuatu yang
didefinisikan tersebut.
• Definisi ilmu menurut al-Raghib al-Isfahani (443/1060)
dalam Kamus Terminologi al-Qur’an disebutkan bahwa
ilmu adalah ‘persepsi tentang sesuatu sebagaimana
realitasnya’ (al-ilm idrak al-shay’ bi-haqiqatihi). Definisi
ini berarti bahwa mempersepsikan kualitas (bentuk,
ukuran, berat, volume, warna dan lain-lain) dari sesuatu
tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah ilmu. Dari
definisi ini terdapat pandangan filosofis bahwa setiap
dari substansi terdiri dari esensi (essence) dan aksiden
(accidents).
• Al-Ghazâli (505/1111) mendeskripsikan ilmu sebagai
‘pengenalan sesuatu sebagaimana adanya’ (ma’rifah alshay’ ‘ala ma huwa bihi).
• Menurut Syamsuddin, di sinilah perbedaan antara Isfahani
dengan al-Ghazâli. Kata Idrak yang digunakan Isfahani
mengindikasikan perpindahan pikiran dari yang satu kepada
yang lainnya (misalnya dari tidak tahu menjadi tahu) dan
juga mengisyaratkan bahwa ilmu masuk ke dalam pikiran
manusia dari luar sebagaimana adanya. Terminologi
ma’rifah yang digunakan al-Ghazâli mengindikasikan bahwa
ilmu adalah pengenalan terhadap sesuatu atau selfdiscovery, di mana objek ilmu tidak lagi dianggap sebagai
sesuatu yang asing karena ia telah dikenali sebelumnya oleh
pikiran. Seseorang tidak bisa mengatakan dirinya berilmu
sebelum ia mengetahui sesuatu seperti apa adanya sebab
terkadang sesuatu itu tidak tampak seperti apa adanya.
• Ibn Taimiyyah mendefinisikan ilmu
sebagai sebuah ilmu yang berdasar pada
dalîl (bukti). Dalîl yang dimaksud bisa
berupa penukilan wahyu dengan metode
yang benar (al-naql al-mushaddaq), dapat
juga berupa penelitian ilmiah (al-bahts almuhaqqaq), sedang yang dimaksud
dengan "ilmu yang bermanfaat" adalah
yang bersumber dari Rasul saw.
Definis Ilmu
• Menurut Al-Attas, Ilmu adalah tibanya makna
ke dalam jiwa bersamaan dengan tibanya jiwa
kepada makna dan menghasilkan hasrat serta
kehendak diri. Tibanya makna ke dalam jiwa
berarti Tuhan sebagai sumber asal ilmu,
sedangkan tibanya jiwa kepada makna
menunjuk kepada jiwa sebagai penafsirnya.
Maka menurut al- Attas ilmu adalah kesatuan
antara orang yang mengetahui dengan makna,
dan bukan antara yang mengetahui (subjek
ilmu) dengan yang diketahui (objek ilmu).
Contoh Kasus :
• Apakah yang menjadi karakteristik obyek ontologis ilmu yang
membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya ?
jawab dari semua pertanyaan itu adalah sangat sederhana : Ilmu
memulai penjelajahannya dari pengalaman manusia dan berhenti
di batas pengalaman manusia. Apakah ilmu mempelajari hal
ihwal surga dan neraka ? jawabannya adalah tidak ; sebab surga
dan neraka berada di luar jangkauan pengalaman manusia.
Apakah ilmu mempelajari sebab musabab kejadian terciptanya
manusia ? jawabannya juga adalah tidak; sebab kejadian itu
berada di luar jangkauan pengalaman kita. Baik hal-hal yang
terjadi sebelum hidup kita, maupun apa-apa yang terjadi sesudah
kematian kita, semua itu berada di luar penjelajahan ilmu.
• Jujun S. Suriasumantri , Filsafat Imu ; Sebuah Pengantar,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009, hlm. 91
Contoh Kasus
• ... Singkatnya, agama dimulai dengan rasa
percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya,
kepercayaan itu bisa meningkat atau menurun.
Pengetahuan lain, seperti ilmu umpamanya,
bertitik tolak sebaliknya, dimulai dengan rasa
tidak percaya, dan setelah memulai proses
pengkajian illmiah, kita bisa diyakninkan atau
tetap pada pendirian semula.
• Jujun dalam Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu: Teori
dan Aplikasi, Jakarta : Referensi, 2012, hlm. 75