Kekasaran Permukaan Lempeng Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam Dalam Larutan Pembersih Gigi Tiruan Sodium Hipoklorit 0,5%

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Resin akrilik sudah digunakan dibidang kedokteran gigi sejak pertengahan
tahun 1940 untuk berbagai keperluan, salah satunya seperti bahan pembuat basis gigi
tiruan. Resin akrilik yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi umumnya
dibedakan atas tiga jenis, yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi
sinar, dan resin akrilik polimerisasi panas (RAPP).1
Bahan dasar basis gigi tiruan yang sering dipakai adalah resin akrilik polimetil
metakrilat jenis heat cured. Lebih dari 95% plat gigi tiruan dibuat dari bahan resin
akrilik.1,2 Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan yang paling banyak
digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan pada saat sekarang ini. Polimerisasi bahan
ini dilakukan dengan menggunakan pemanasan air atau oven gelombang mikro.
Kelebihan bahan ini yaitu mempunyai sifat transparan, kuat, dapat diwarnai sehingga
meniru warna jaringan mulut, memiliki estetis yang baik, tahan pada suhu tinggi,
mudah dimanipulasi, dan direparasi, serta biaya lebih murah.1,2,3,4 Namun kekurangan
dari bahan ini yaitu mudah patah bila jatuh pada permukaaan yang keras atau akibat
kelelahan bahan karena lama pemakaian, mengalami perubahan warna setelah

beberapa waktu dipakai dalam mulut serta dapat menyerap dan larut dalam beberapa
larutan sehingga dapat merusak struktur dari permukaan basis gigi tiruan.1,5,6
Syarat bahan basis gigi tiruan yang baik harus mudah dimanipulasi, tidak
beraroma, tidak berwarna, memiliki estetis yang baik, dan menghasilkan permukaan
yang halus.1,2,3,4,7 Gigi tiruan resin akrilik selalu berkontak dengan saliva, minuman
dan makanan sehingga gigi tiruan merupakan tempat terbentuknya stain, karang gigi
dan plak karena kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi tiruan resin akrilik. Pada
pemakaian gigi tiruan resin akrilik, mukosa akan tertutup sehingga menghalangi
pembersihan permukaan mukosa maupun permukaan gigi tiruan oleh lidah dan saliva
sehingga terjadi akumulasi plak pada gigi tiruan. Plak pada gigi tiruan merupakan

Universitas Sumatera Utara

2

faktor penting yang dapat menyebabkan inflamasi pada mukosa palatal dan terjadinya
denture stomatitis. Faktor yang menyebabkan denture stomatitis adalah Candida
albicans, infeksi bakteri, alergi, faktor psikologsi, kurangnya kebersihan gigi tiruan,
aliran saliva dan nutrisi.2
Pembersihan plak gigi tiruan diketahui merupakan hal pokok dalam

memelihara kesehatan jaringan rongga mulut. Perawatan rongga mulut tersebut tidak
hanya mencegah karies dan penyakit periodontal, tetapi juga penting dalam mencegah
penyakit sistemik seperti aspirasi pneumonia. Pada kenyataannya, higienis gigi tiruan
resin akrilik yang jelek dapat menghasilkan akumulasi debris dan plak bakteri
terhadap permukaan protesa, yang akhirnya menyebabkan bau mulut, dan perubahan
inflamatori terhadap mukosa yang berkontak.8,9
Persyaratan pembersih gigi tiruan antara lain harus memiliki sifat non toksik,
mudah dibersihkan, tidak mengandung bahan iritan, dapat menghilangkan sisa
makanan, tidak merusak bahan basis gigi tiruan dan anasir gigi, tidak membahayakan
mata dan kulit, stabil dalam penyimpanan, serta bersifat bakterisid dan fungisid.9
Pemeliharaan gigi tiruan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara

mekanis dan kimia. Pembersihan mekanis dilakukan dengan sikat gigi atau alat
ultrasonic, sedangkan pembersihan khemis dengan merendam gigi tiruan kedalam
larutan desinfektan, alkali peroksida, alkali hipoklorit dan enzim. Upaya untuk
mengatasi kenaikan jumlah flora mulut akibat pemakaian gigi tiruan dilakukan
dengan cara pembersihan gigi tiruan dengan merendamnya dalam larutan
desinfektans untuk menghindari kontaminasi bakteri dan jamur.2

Sodium hipoklorit sebagai desinfektan dapat mengurangi mikroorganisme
yang melekat pada gigi tiruan, sedangkan bahan desinfektan sebagai bahan pembersih
seperti klorhexidin glukonat atau salisilat dapat mengurangi plak pada gigi. Selain
kedua bahan di atas, ada juga bahan tradisional seperti daun sirih, daun saga, daun
kemangi yang dapat dipakai sebagai bahan desinfektan.5
Sodium hipoklorit termasuk golongan halogen. Sodium hipoklorit dalam
larutan membentuk hypochlorus acid (HOCl) dan oxychloride (OCl). Desinfektan ini
adalah larutan yang berbahan dasar klorin (Cl2), larutan ini merupakan desinfektan

Universitas Sumatera Utara

3

derajat tinggi (high level disinfectants) karena sangat aktif pada semua bakteri, virus,
jamur, parasit, dan beberapa spora. Bahan tersebut bekerja cepat atau fast acting,
sangat efektif melawan virus Hepatitis B (HBV) dan Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Pemakaian sodium hipoklorit sebagai desinfektan dengan konsentrasi 0,5%
untuk merendam gigi tiruan dianjurkan 10 menit tiap hari.5
Saat ini efek larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5 % terhadap sifat fisik
permukaan resin akrilik belum jelas dikemukakan. Salah satu karakteristik permukaan

pada bahan gigi tiruan berbasis resin akrilik yaitu kekasaran permukaan. Sifat
kekasaran

ini

telah

dilaporkan

mampu

mempengaruhi

adhesi

awal

dari

mikroorganisme terhadap ketidakteraturan permukaan biomaterial.10,11

Kekasaran permukaan

(Ra: Roughness average) dihitung sebagai

penyimpangan rata-rata aritmetik terhadap lembah/dasar permukaan dan puncak
permukaan.12 Bahan dengan permukaan terkasar biasanya memperlihatkan jumlah
mikroorganisme yang lebih banyak. Jika permukaan kasar sedemikian rupa terjadi
dan terpapar pada lingkungan oral, akan mempermudah perlekatan mikroorganisme
patogen dan pembentukan biofilm serta mengakibatkan infeksi.10,11
Sodium hipoklorit dipakai sebagai bahan desinfeksi oleh sebagian pemakai
gigi tiruan. Oleh karena pemakaiannya dalam jangka waktu yang terus menerus maka
timbul permasalahan apakah terjadi perubahan sifat kekasaran pada lempeng resin
akrilik yang direndam dalam sodium hipoklorit.11 Menurut penelitian Mohamad dan
Shatha, dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan kekasaran resin akrilik polimerisasi
panas setelah direndam dalam larutan pembersih gigi tiruan asam oksalat dan asam
tartarat yang dilarutkan dalam isopropil alkohol.13

1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian di atas timbul permasalahan apakah ada perubahan kekasaran
permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam dalam larutan

pembersih gigi tiruan sodium hipoklorit 0,5% selama 10, 20, 30, 40, 50, 60 dan 70
menit.

Universitas Sumatera Utara

4

1.3 Hipotesis Penelitian
Dari uraian tersebut diambil suatu hipotesis, bahwa tidak ada perubahan
kekasaran permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam
dalam larutan pembersih gigi tiruan sodium hipoklorit 0,5% selama 10, 20, 30, 40,
50, 60 dan 70 menit..

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya perubahan
kekasaran pada permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam
dalam larutan pembersih gigi tiruan sodium hipoklorit 0,5% selama 10, 20, 30, 40,
50, 60 dan 70 menit..

1.5 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat diketahui ada tidaknya perubahan kekasaran pada permukaan lempeng
resin akrilik setelah perendaman dalam larutan pembersih gigi tiruan sodium
hipoklorit 0,5% selama 10, 20, 30, 40, 50, 60 dan 70 menit.
2. Sebagai dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara