Contoh Cerpen Panjang www.kurikulum pendidikan1.blogspot.com

Lady Grey
Penulis Cerpen : Miiyamii
Kategori : CERPEN PANJANG (13.962 Kata)
“Sir Jasper D. Grey?”
“Itulah dia. Si laki-laki gila yang belakangan ini ramai dibicarakan,” kata Mrs. Lutherl.
Wanita paruh baya cerewet yang selama ini dikenal sebagai tukang gossip di The Crown. Dia
nyengir melihat dua teman—wanita seumurannya, melongo memelototi objek yang sedang
mereka bicarakan.
Seorang pemuda tampan melompat keluar dari sebuah mobil Rolls-Royce berwarna merah.
Pemuda itu memakai pakaian yang cukup rapi ; kemeja putih, celana flannel abu-abu, jaket
tebal berwarna cream, serta topi dan sepatu mengkilap yang serasi dengan warna jaketnya.
Semua yang ia kenakan terlihat necis dan mahal.
Seorang pemuda berambut pirang keemasan dengan lekuk—garis wajah tegas melangkah
buru-buru memasuki Toko bahan kimia. Anak muda dengan rupa dan penampilan sempurna
seperti itu jarang sekali dijumpai di kawasan pertokoan The Crown.
“Dia menakjubkan.”
“Memang!” Mrs. Lutherl menimpali perkataan temannya, seorang perempuan berbadan
gemuk. Dia tampak puas pada dirinya sendiri karena memiliki beberapa informasi tentang
orang yang akan menjadi sasaran gossip mereka hari ini. “Sir Jasper Danovan Grey. Dia
tampan, muda, seorang ilmuan, dan kaya-raya. Dia mewarisi uang yang sangat banyak dari
kakeknya yang seorang bangsawan Amerika.”

“Wow.” Gumaman kagum keluar dari mulut teman Mrs. Lutherl yang bertubuh ramping—
yang dandanannya sangat mencolok. “Dunia benar-benar tidak adil. Anak muda itu terlalu
sempurna.” Tampaknya si ramping masih belum bisa mengalihkan perhatiannya dari wajah
tampan Sir Jasper. Melalui dinding kaca transparan toko bahan kimia, dia bisa melihat anak
muda itu berdebat sengit dengan lelaki tua pemilik toko. “Maksudku, lihatlah dia, dia tampan,
cerdas, dan memiliki banyak uang. Dia beruntung. Jarang ada laki-laki yang memiliki
segalanya seperti dia.”
Mrs. Lutherl mengangguk. “Kau benar. Dia beruntung. Dia memiliki segalanya, wajah
ganteng, otak cerdas, dan kekayaan. Tapi … aku tidak akan mengatakan kalau dia sempurna.
Bagiku dia hanya hampir sempurna. Kegilaan menggegerkan yang dibuatnya beberapa hari
yang lalu mengurangi nilai plusnya di mataku,” kata Mrs Lutherl dengan ekspresi datar.
“Kegilaan menggegerkan? Jadi rumor itu benar?” Tanya si gemuk, raut wajahnya berubah
serius, seperti seorang anak sekolah yang menunggu penjelasan dari gurunya mengenai
materi pelajaran yang sulit.
“Tentu saja benar! Banyak saksi yang melihat Sir Jasper dan pelayannya, Toby Bryce,
membongkar makam Lady Cornelia Grey, istri Sir Jasper yang meninggal karena penyakit
sinusitis tiga tahun yang lalu. Kemudian mereka membawa peti mati yang berisi mayat Lady
Grey itu pulang ke Nasse House.” Kedua teman Mrs. Lutherl bergidik mendengar cerita
wanita itu.
“Aku juga sudah dengar soal desas-desus kegilaan Sir Jasper, tapi aku tidak mengira kalau

makam Lady Grey benar-benar dibongkar.” Si ramping merenung sedih.
“Sepertinya Sir Jasper benar-benar menyayangi istrinya. Tapi apa yang akan dia lakukan
dengan mayat itu? Kalau untuk diawetkan tidak mungkin. Lady Grey sudah meninggal dan
dikubur selama tiga tahun, jasadnya pasti sudah membusuk dan tubuhnya tak utuh lagi,” ujar
si gemuk.

Mrs. Lutherl terdiam selama beberapa menit. Lalu ia berkata ; “Sir Jasper adalah seorang
ilmuan yang cerdas. Setelah kematian istri yang dicintainya, selama tiga tahun Sir Jasper
mengurung diri di Laboratorium. Dia bekerja keras. Sir Jasper memiliki ambisi untuk
menciptakan penemuan mutakhir—sebuah mesin dan formula yang bisa menghidupkan
kembali mahluk yang sudah mati.” Tarikan napas keras terdengar jelas dari kedua teman Mrs.
Lutherl. “Dan … katanya dia sudah berhasil menciptakan alat yang seperti itu.”
Pemuda yang sejak tadi mereka bicarakan keluar dari toko bahan kimia dengan membawa
sebuah bungkusan di tangan. Dan ketika mobil milik anak muda itu melaju, Mrs. Lutherl
bergumam, “Mungkin rapat di Balai kota sudah dimulai.” Dia melihat pada jam tangannya.
“Rapat apa?” Tanya si Ramping.
“Rapat yang akan membahas apa yang akan dilakukan oleh penduduk The Crown terhadap
penyimpangan Sir Jasper. Kata George …” Mrs. Lutherl mendapatkan informasi tentang
rapat di balai kota itu dari suaminya yang bekerja sebagai asisten untuk Walikota. “…mereka
akan berusaha berbicara dengan Sir Jasper, membujuknya agar menguburkan kembali mayat

sang istri dengan layak.”
***
“Kita harus cepat!”
Toby Bryce yang berdiri di depan pintu Nasse House—rumah besar indah milik keluarga
Grey, tertegun melihat tuannya yang melompat keluar dari dalam mobil. Sir Jasper tampak
panik.
“Apa yang terjadi Sir?” Tanya Toby bingung sembari mengikuti Sir Jasper menuju ke sebuah
bangunan tinggi berbentuk menara dengan hiasan kincir angin besar yang ada di belakang
Nasse House. Awalnya menara itu merupakan gudang tempat penyimpanan hasil panen,
namun sejak Sir Jasper menempati Nasse House, gudang itu dirombak dan berubah fungsi
menjadi laboratorium.
“Kita harus segera melakukan percobaan alat itu pada mayat Cornelia,” kata Sir Jasper
sembari buru-buru membuka pintu laboratoriumnya. Setelah dia dan Toby masuk pintu
laboratoriumpun segera ditutup dan dipalang menggunakan sebuah kayu besar.
Toby Bryce mengerutkan kening melihat majikannya yang ketakutan.
“Tapi Sir, kita masih belum tahu apakah alat itu berfungsi dengan baik atau tidak. Kita
bahkan belum melakukan percobaan pertama untuk menguji keberhasilan alat dan formula
ciptaan anda,” kata Toby heran. “Bukankah kita akan menggunakan mayat binatang, seperti
katak atau kelinci yang sudah mati dulu, sebelum mencobanya pada jasad Lady Grey?”
“Kita sudah tidak punya waktu lagi,” jawab Sir Jasper. Dia sibuk berlari ke sana-kemari

untuk menyalakan semua lampu yang ada di laboratorium sehingga ruangan besar yang
awalnya remang itu berubah menjadi terang. Dan kemudian dia menghidupkan semua mesin
yang rumit miliknya. “Pak tua Gable, pemilik Toko bahan kimia memberitahuku bahwa
sudah menyebar. Orang-orang sialan itu ingin ikut campur dengan urusanku. Mereka
berusaha menghalangi Corneliaku untuk hidup kembali.”
Toby terdiam mendengar penjelasan tuannya. Lelaki gagah berambut gelap dan berusia empat
puluh tahunan itu tahu, bahwa cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Penduduk The Crown
pasti mendatangi mereka untuk memaksa Sir Jasper menguburkan kembali mayat Lady Grey.
Biar bagaimanapun majikannya itu sudah melakukan sebuah penyimpangan, membongkar
makam dan mengambil kembali mayat istrinya untuk dihidupkan.
Toby tahu, dalam semua ajaran agama di dunia ini, orang yang sudah mati memang
seharusnya mati dan tidak akan bisa dihidupkan lagi. Dia sudah berkali-kali mengatakan hal
itu pada Sir Jasper, namun si majikan tidak mau mendengar. Cintanya yang kelewat besar
terhadap sang istri telah membuatnya gelap mata. Toby berani bertaruh, seandainya Sir Jasper
tahu bagaimana caranya memanggil iblis, dia pasti sudah menjual jiwanya pada iblis agar
Lady Grey bisa hidup lagi.

Beberapa orang kenalannya sempat membujuk Toby agar berhenti bekerja sebagai pelayan
keluarga Grey, mereka kasihan padanya karena harus menemani orang seperti Sir Jasper.
Tiga tahun setelah kematian Cornelia, hampir semua penduduk The Crown menganggap Sir

Jasper tidak waras.
Betapapun ide untuk meninggalkan majikannya itu sangat menggoda, tapi Toby tidak bisa
melakukannya. Ia menyayangi Sir Jasper seperti anak kandungnya sendiri. Toby William
Bryce, sudah bekerja sebagai pelayan keluarga Grey lama, sejak Sir Jasper masih kanakkanak—saat kedua orang tua lelaki muda itu masih hidup.
“Cornelia. Cornelia Sayangku.” Suara lirih Sir Jasper yang berlutut di samping peti mati
istrinya membuat Toby tersadar dari lamunan.
“Sabarlah Sayang, sebentar lagi kita akan bertemu.”
Toby melangkah maju untuk berdiri di samping Sir Jasper. Peti mati itu terbuka dan dia hanya
bisa menghela napas keras saat melihat tuannya membelai tengkorak—tulang-belulang yang
dipakaikan gaun pengantin cantik berwarna putih. Jasad Lady Cornelia Grey sudah tak utuh
lagi, yang tersisa hanyalah tengkorak dan tulang-belulang.
Sudah tiga tahun dia mati, jadi tidak ada harapan lagi untuk melihat daging dan kulit yang
tersisa dari tubuhnya, pikir Toby Bryce.
“Toby,” panggil Sir Jasper.
“Ya Sir.”
“Bantu aku memasukan dan menyusun tengkorak Cornelia ke dalam tabung …” Toby melirik
ke arah tabung yang dimaksud majikannya, sebuah tabung kaca besar setinggi enam kaki
yang terhubung pada semua mesin listrik dan peralatan rumit yang sama sekali tidak
dimengerti oleh Toby. “Setelah tengkorak dan tulang Cornelia tersusun rapi di dalam tabung,
kita bisa mengisi tabung itu dengan formula cairan kimia temuanku, setelah itu aku akan

menghidupkan semua mesinnya. Oh. Aku harap ini berhasil.”
“Saya juga berharap demikian Sir.”
“Ayo kita mulai bekerja.”
***
Kantor Balai kota The Crown, pukul 07. 21 PM.
Hampir semua penduduk The Crown berkumpul di depan gedung Balai Kota, sebagian besar
diantaranya adalah laki-laki. Mereka membawa banyak obor, senjata laras panjang, dan juga
kapak. Orang-orang itu berniat untuk menyerbu Nasse House, karena tidak ada itikad baik
dari Sir Jasper untuk menjelaskan penyimpangannya.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus pergi ke Nasse House dan memaksa laki-laki gila itu
untuk menguburkan kembali jasad istrinya dengan layak!” seorang laki-laki bertubuh pendek
dan gendut tampak begitu bersemangat mengobarkan kemarahan penduduk. Dia membawa
sebuah obor.
“Iya, kita harus melakukan itu!” timpal laki-laki lainnya yang lebih muda. Yang satu ini
membawa senapan laras panjang. “Saat ini makam istrinya yang dia bongkar dan mayatnya
dijadikan kelinci percobaan. Besok atau lusa siapa yang tahu dia akan membongkar makam
dan mengambil mayat lain untuk dijadikan bahan percobaan, dan mungkin saja mayat yang
akan ia ambil berikutnya adalah mayat orang tua, keluarga, atau sanak saudara kita yang
sudah meninggal. Oleh karna itu kita harus menghentikan Sir Jasper.” Pemuda pirang urakan
bernama Mick itu memprovokasi yang disambut sorakan setuju oleh penduduk The Crown.

“Ya. Dan orang yang sudah mati memang seharusnya mati,” timpal Mr. Carter Meek, seorang
lelaki berusia enam puluh tahunan yang berprofesi sebagai penjaga makam. “Jika orang mati
dipaksa hidup lagi, maka sesungguhnya yang bangkit itu bukanlah si pemilik jasad,
melainkan … iblis.”

***
Toby Bryce percaya bahwa Jasper Danovan Grey adalah pemuda yang cerdas. Selama
puluhan tahun menjadi pelayan keluarga Grey, dia sudah banyak melihat bukti kecerdasan
Jasper. Namun kali ini Toby dibuat tertegun oleh salah satu bukti kejeniusan majikan
mudanya itu.
Tengkorak dan tulang belulang Lady Cornelia—yang dimasukan ke dalam tabung dan
direndam menggunakan formula cairan kimia selama tiga jam—telah berubah menjadi Lady
Cornelia Grey yang sebenarnya, dengan kulit, daging, dan rambut keemasannya yang telah
bertumbuh. Sosok yang tadinya hanya berupa tulang-belulang yang dipakaikan gaun
pengantin itu, kini telah tampak seperti Lady Cornelia yang sesungguhnya, seperti saat
sebelum ia mati.
“Oh!” Sir Jasper tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. “Prosesnya sudah 80%
tinggal beberapa menit lagi maka Cornelia akan bangun,” katanya tampak bersemangat.
“Ini benar-benar menakjubkan. Anda hebat Sir,” puji Toby takjub.
Dan ketika proses untuk menghidupkan kembali Lady Grey telah sampai pada 94% suara

teriakan marah dari luar Nasse House mengejutkan Toby dan Sir Jasper.
“Apa yang terjadi?” Tanya Sir Jasper pada dirinya sendiri sembari berjalan ke arah jendela
untuk mengintip. Dan ekspresinya langsung berubah datar saat mengetahui apa yang terjadi.
Toby ikut mengintip bersama tuannya. “Ya ampun!” mata hitamnya membelalak ngeri ketika
melihat kerumunan membawa obor dan senjata yang berdiri di luar Nasse House. “Bbagaimana ini Sir?” Tanya Toby berusaha menyembunyikan ketakutannya.
“Pergi dari sini.” Jawaban dari Sir Jasper mengejutkan Toby. “Keluarlah lewat pintu
belakang,” tambah Sir Jasper kalem seolah tidak sedang terjadi apa-apa, seakan ia tidak
sedang memperhatikan kerumunan orang marah yang siap untuk membunuhnya.
“T-tapi Sir … saya tidak bisa meninggalkan anda. S-saya …”
“Aku juga tidak bisa membuatmu terbunuh karena apa yang sudah kulakukan. Pergilah.”
“Sir?” Mata Toby berkaca-kaca menatap majikannya. Dia takut, tapi dia benar-benar tidak
bisa meninggalkan Jasper dalam keadaan seperti ini.
“Pergi Toby. Jangan membuatku mengucapkan perintah yang sama untuk ketiga kalinya,”
kata Sir Jasper dingin.
"T-tapi Sir ..."
"JANGAN MEMBANTAHKU LAGI TOBY! PERGI!"
Toby tersentak mendengar bentakan kasar Sir Jasper. Dengan enggan dia berbalik menuju ke
pintu belakang untuk pergi dari tempat itu.
***
Setelah Toby pergi, Sir Jasper menatap putus asa pada jasad istrinya yang mulai pulih di

dalam tabung. Sebenarnya dia sedih karena harus mengusir Toby yang sudah bersamanya
sejak dia masih kanak-kanak, namun dia tidak punya pilihan, nyawa Toby akan berada dalam
bahaya kalau lelaki itu masih bersama Jasper di Laboratoriumnya.
"Sayangku ..." Dia melangkah pelan menuju tabung. "Sepertinya takdir tidak mengijinkan
kita untuk bersatu di dunia ini ..." Sir Jasper terdiam. Dia memandang wajah cantik istrinya
yang telah pulih sempurna di dalam tabung transparan itu. "Kalau kau tidak bisa kembali
padaku di dunia ini, mungkin aku yang akan menemuimu ... Di dunia sana."
"KELUAR KAU GREY!"
"DASAR ILMUAN GILA PEMUJA SETAN! KEMBALIKAN JASAD ISTRIMU!"
"GREY KELUAR,"
"BAKAR DAN BUNUH DIA!"

Suara-suara marah penduduk kota kini terdengar dari luar Laboratoriumnya, tapi Sir Jasper
tidak peduli, dia hanya berdiri diam memandangi tubuh Lady Cornelia.
Prosesnya telah mencapai 96 %, suara teriakan marah itu kini disertai oleh suara hantaman
dan gedoran pada pintu kayu besar menara laboratorium.
Proses sudah menuju ke 98 % ketika suara amukan-hantaman-gedoran terdengar semakin
brutal.
Dan saat proses telah mencapai 99 %, pintu laboratorium Sir Jasper berhasil dijebol massa—
penduduk The Crown, yang melihat Sir Jasper tampak tenang melakukan percobaan

menggunakan mayat istrinya, menjadi marah, mereka mengamuk, menyerang dan
mengeroyok laki-laki malang itu tanpa ampun.
Sir Jasper tidak berusaha melawan. Suara pekikan dan lenguhan pelan keluar dari mulut Sir
Jasper saat menerima pukulan dan tendangan bertubi-tubi yang di daratkan ke seluruh bagian
tubuhnya.
Sir Jasper merasakan sakit di semua bagian tubuhnya, tapi dia tidak peduli. Firasatnya
mengatakan bahwa dengan menerima semua rasa sakit ini ia bisa bertemu kembali dengan
Cornelianya.
'Buk! Crush!'
"Akh!"
Sir Jasper menjerit pelan ketika salah satu dari para pengeroyok memukul dan menghantam
kepalanya menggunakan kapak. Darah segar keluar dari kepalanya. Dia mati rasa.
Dengan pandangan berkabut, dan diantara rasa sakit yang dia terima dari para
pengeroyoknya, dia menatap sendu ke arah tabung yang berisi mayat sang istri.
'Aku rasa aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi.'
Layar kecil pada mesin—alat ciptaan Sir Jasper yang terhubung pada tabung transparan
tempat menyimpan jasad Lady Cornelia—menunjukan angka 100.
Seseorang menodongkan pistol tepat di jantung Sir Jasper.
'Dor!'
Tepat di saat peluru pistol itu menembus jantung Sir Jasper, menghentikan detaknya.

Sepasang mata hijau yang sejak tadi terpejam tiba-tiba terbuka.
Deg. Deg. Deg.
'Jasper?'
Deg. Deg. Deg.
'Jasper?'
Deg. Deg. Deg.
"Jasper!"
Mr. Carter Meek, yang sejak tadi berada di barisan belakang pengeroyok tertegun saat
mendengar suara merdu seorang perempuan di tengah kekacauan yang terjadi. Bulu
kuduknya meremang dan dengan enggan ia berbalik untuk melihat ke arah tabung yang ada
di belakangnya.
Dan ...
"YA TUHAN!" dia memekik ngeri.
Lady Cornelia Grey yang seharusnya sudah meninggal tiga tahun yang lalu kini terlihat hidup
di dalam tabung transparan. Ia meronta marah, tampak berusaha untuk keluar dari dalam
tabung tersebut.
"Apa-apaan itu?!"
"Dia hidup lagi! Ya ampun, apa dia sudah berubah menjadi iblis?"
Semua penduduk The Crown yang menyerang kediaman keluarga Grey dan membunuh Sir
Jasper terkejut menyaksikan kejadian yang diluar nalar manusia uitu. Mereka takut sekaligus
ngeri.

Lady Cornelia meraung marah di dalam tabung. Ia meneriakan nama suaminya. Mata
hijaunya mendadak berubah menjadi merah, gigi dan kukunya meruncing dan memanjang.
Beberapa orang yang ketakutan mencoba membunuh Lady Cornelia dengan cara
menembaknya, tapi itu tidak berhasil. Mereka hanya membuat tabungnya pecah, sehingga
Lady Cornelia yang telah berubah menjadi monster bebas. Dan dalam hitungan detik
kengerian dari suara jeritan kematian melanda tempat itu.
Dia menghabisi semua orang yang membunuh cintanya.
***
New York-Amerika, 14 Maret 2014.
Charless Grant Logan terpilih menjadi Mentri pertahanan Amerika yang baru, dia lelaki lima
puluh tahunan yang penuh ambisi dan vitalitas. Dia memiliki segudang visi dan misi dalam
mengembangkan sistem pertahanan militer Amerika, termasuk secara rahasia menciptakan
senjata pemusnah massal terbaru. Charless mengumpulkan semua ilmuan terkemuka di
Amerika untuk membuat visinya menciptakan senjata pemusnah massal terlaksana.
Charless sudah memiliki semuanya. Formula yang dibutuhkan, ilmuan yang hebat, alat-alat
canggih, dan juga beberapa orang pilihan yang akan menjadi kelinci percobaan. Hanya saja ...
dia masih membutuhkan satu hal kecil.
"Kita masih kekurangan biaya, Pak. Anggaran dari pemerintah tidak cukup untuk membeli
sisa alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melengkapi semuanya." Wanita pirang efisien
berseragam militer, Lucia Paramore memberitahu atasannya, Charless Logan, mengenai
kesulitan yang mereka hadapi. "Saya sudah mencoba untuk membuat Proposal untuk
diajukan pada Mentri Keuangan Negara, mengenai penambahan dana bagi Proyek 'Tentara
Masa Depan' kita, namun Beliau menolak. Beliau mengatakan bahwa sejak awal Beliau
memang tidak menyetujui proyek ini karena termasuk pemborosan uang Negara."
Charless menggeram mendengar laporan asistennya. Sambil duduk bersandar angkuh pada
kursi kerjanya, otak cerdas yang ia miliki mulai berputar mencari beberapa opsi untuk
mendapatkan dana agar bisa melanjutkan proyek Tentara masa depan—penghancur
massalnya. Ia ingin menciptakan manusia super, menjadikan tentara Amerika manusia paling
kuat di dunia sehingga negara-negara lain takut.
Tapi masalah keuangan menjadi kendala utama dalam proyek ini. Ia membeli banyak alatmesin terbaik yang ada di dunia, dan bahan-bahan untuk membuat formula manusia super
juga bukan bahan yang mudah untuk didapat, selain itu ia juga bekerja sama dengan tiga
puluh ilmuan terbaik di dunia yang beberapa diantaranya berasal dari Asia, Eropa, dan Afrika.
Uang yang sangat banyak, yang berasal dari anggaran pemerintah, beberapa sponsor, dan
juga kantong pribadi telah menipis untuk membiayai semua itu. Dan proyek Tentara masa
depannya terancam gagal jika dia masih tidak bisa mendapatkan dana tambahan yang besar.
Harry Davis, pria tua sok suci yang menjabat sebagai Mentri Keuangan Negara itu telah
menolak memberi dana tambahan untuk proyeknya. Charless marah. Ia memang butuh uang
itu, tapi ia tidak mau mengemis untuk memintanya lagi pada Harry Davis. Charless adalah
tipe orang yang tidak mau melihat lagi wajah orang yang sudah menolak membantunya.
Sialan! Harry Davis menjijikan! Pikirnya.

Selama beberapa menit ia terdiam, mencoba memikirkan cara untuk mendapatkan uang yang
lebih banyak. Dan ... Sekelebatan ingatan masa lalu melintas di kepalanya.
Proyek pembuatan pesawat tempur canggih oleh salah satu komandannya, saat ia masih
menjadi seorang kadet muda di militer. Proyek itu dibiayai oleh seorang Bangsawan—
milyuner keturunan Inggris-Amerika yang memiliki kekayaan yang bahkan bisa dipakai
untuk membeli sebuah benua. Menurut desas-desus yang beredar saat itu, Si Milyuner
memang senang berinfestasi pada hal-hal yang berbau penemuan canggih. Millyuner itu
perempuan, dia seorang Lady. Cornelia Eustass Grey. Tapi hal itu sudah. Terjadi lebih dari
tiga puluh tahun yang lalu, Charless ragu bahwa Lady Cornelia Eustass Grey masih hidup
dan sehat untuk menerima proposalnya. Namun ... Nama Lady Grey yang beberapa bulan
belakangan dikatakan sebagai penyumbang dana terbesar untuk bantuan kemanusiaan di
beberapa negara konflik membuatnya ingin meminta wanita—yang mungkin sudah—tua itu
agar membantunya.
"Pak?" Lucia mengerutkan kening, bingung melihat sebuah seringai mengembang di bibir
atasannya.
"Haruskah aku ...?"
"Maksud Bapak?" Tanya Lucia tak mengerti.
Charless Logan mendongak menatap Lucia tepat di mata, ekspresinya berubah girang. "Cari
informasi sebanyak mungkin tentang Lady Cornelia Eustass Grey lalu serahkan padaku. Ah.
Dan juga cari tahu dimana Lady Grey berada sekarang.”
Melihat ekspresi bingung asistennya, Charless kemudian berbaik hati menjelaskan, “Dia
orang yang akan membantu kita mendanai proyek, kalau kita berhasil membujuknya menjadi
sponsor.”
Lucia mengangguk paham. “Saya mengerti Sir.”
“Baiklah segera laksanakan tugasmu.”
“Baik, Sir.” Dan tanpa perlu diperintah dua kali wanita pirang efisien itu segera
meninggalkan ruang kerja sang atasan untuk melaksanakan pekerjaannya.
***
“Mereka sudah puluhan kali menelpon dan menanyakan dimana anda berada Ma’am.”
Dengan sopan si pelayan memberitahu majikannya mengenai beberapa telepon di rumah itu
yang terus berdering sejak tiga jam yang lalu.
Si pelayan adalah seorang laki-laki bertubuh tegap, berusia empat puluh tahunan yang
memiliki bekas luka mengerikan seperti serangan binatang buas pada sisi kiri wajahnya.
Dalam balutan seragam pelayan kunonya, laki-laki itu tampak tenang dan professional. Dia
berdiri di belakang Sang Nyonya yang sedang duduk santai, menikmati udara sore, di kursi
panjang antik di halaman belakang.
Karena tidak ada tanggapan dari sang majikan si pelayan pun melanjutkan, “Saya sudah
mengatakan pada mereka bahwa anda sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Tapi mereka
tetap memaksa ingin berbicara dengan anda.”
“Siapa?” si Nyonya bertanya dengan nada dingin yang anggun.

“Charless Grant Logan, orang yang terpilih menjadi Mentri Pertahanan dalam system
pemerintahan Amerika yang baru.”
“Apa yang dia inginkan dariku Toby?”
Toby mendesah mengingat beberapa potong pembicaraan antara dirinya dan asisten Logan
melalui telepon beberapa waktu lalu. “Dia ingin anda menjadi sponsor, membantunya
mendanai proyek yang sedang dia jalankan.”
“Proyek yang berhubungan dengan senjata canggih pemusnah massal? Benarkah itu Toby?”
tebak Lady Cornelia Eustass Grey sambil menoleh ke arah pelayannya.
Toby mengangguk pelan. "Mereka berencana menciptakan manusia super, sekelompok
tentara kuat yang dijadikan senjata untuk menakuti dunia."
Lady Cornelia Grey mendengus. "Manusia. Hhh. Apa mereka tidak bisa berhenti
menciptakan sesuatu yang akan menghancurkan kaum mereka sendiri?"
"Jadi ... Anda menolak membantunya?" Tanya Toby.
"Telpon dia sekarang, dan katakan padanya aku tidak tertarik," jawab Lady Cornelia.
"Pastikan dia tidak berusaha menghubungi atau mencariku lagi."
"Baik Ma'am."
"Dan Toby!" Panggil Lady Cornelia lagi ketika Toby hendak undur diri dari tempat itu.
"Kosongkan semua jadwal untuk minggu depan. Besok kita akan meninggalkan Yordania dan
kembali ke London."
Toby mengerutkan kening, tak mengerti dengan perubahan jadwal dadakan Sang Nyonya.
Kalau tidak salah tiga hari yang lalu wanita itu mengatakan bahwa dia ingin tetap berada. Di
Yordania selama sebulan, setelah itu mereka akan pergi ke Palestina untuk memberi beberapa
bantuan moril dan materil kepada warga sipil korban konflik perang.
"Aku ingin berada di Nasse House--The Crown, sebelum tanggal 23 Maret."
"Dua puluh tiga maret, Ma'am?"
Lady Cornelia melemparkan sebuah senyuman muram pada Toby.
"Dua puluh tiga maret adalah hari ulang tahun pernikahanku dengan ... Jasper," ucap Lady
Cornelia sendu.
"Ah." Toby mengangguk paham, ekspresinya berubah sedih mengingat kejadian seratus tahun
yang lalu, malam tragedi terbunuhnya Sang Tuan, pembantaian seluruh penduduk kota oleh
Lady Cornelia, dan juga malam perubahannya sebagai manusia immortal.
"Aku ingin berada di sana sebelum tanggal dua puluh tiga, agar aku bisa merayakan hari
ulang tahun pernikahanku dan Jasper yang keseratus tiga," tambah Lady Cornelia.
Toby mengangguk, dia lalu berpamitan masuk ke dalam kastil untuk melanjutkan
pekerjaannya.
***
"Apa?!" Pekikan marah kembali keluar dari mulut Charless Logan saat mendapat laporan dari
sang asisten bahwa Lady Cornelia tidak tertarik untuk menjadi sponsor proyek mereka.
"Maaf Pak. Lady Cornelia tidak tertarik menanamkan modal pada proyek kita," jawab Lucia
muram sambil menunduk dalam-dalam. Dia agak ciut menghadapi kemarahan atasannya.
Mantan Jendral itu benar-benar terlihat mengerikan sekarang.
"Apa-apaan wanita tua itu?" Geram Charless sembari menangkup wajahnya, lalu
menjalankan tangannya ke kepala, meremas rambutnya frustrasi.
"Mr. Bryce, orang kepercayaan Lady Cornelia mengatakan bahwa Beliau sekarang sedang
berada di salah satu rumahnya di Yordania, dan kedepannya beliau memiliki jadwal yang
sangat padat, seperti menjalankan misi kemanusiaan, membantu masyarakat korban perang,
jadi Lady Cornelia tidak memiliki waktu untuk melihat prospek menguntungkan pada proyek
kita," jelas Lucia sedikit takut menghadapi reaksi lanjutan kemarahan Charless.

Charless mendengus, dengan sebelah tangannya dia memberi isyarat pada Lucia untuk keluar
dari ruangannya.
Sekarang Charless sangat bingung, proyek tentara masa depannya akan benar-benar gagal.
Charless ingin mengabaikan dan menghina Lady Cornelia Grey seperti yang dia lakukan pada
Harry Davis, tapi Charless pikir dia tidak akan bisa mengabaikan wanita Inggris itu. Dia
sangat membutuhkan uang si wanita Grey untuk menyelamatkan proyeknya.
Menurut laporan yang diterimanya dari Lucia Paramore, Lady Cornelia memiliki kekayaan,
uang milyaran dollar, yang berada di beberapa bank di Amerika, Inggris, Swiss, dan Rusia.
Belum lagi insvestasinya pada berbagaimacam bidang usaha, seperti pertanian, peternakan,
industri makanan instan, persenjataan, pakaian, dan masih banyak lagi. Menurut berberapa
sumber sipil terpercaya, kekayaan Lady Cornelia Grey itu berasal dari warisan turun temurun.
Sembilan puluh tahun yang lalu Ibu dari Cornelia yang merupakan janda dari seorang ilmuan
cerdas Inggris yang terkenal pada masanya, membeli sebuah tanah yang luas yang disebut
The Crown, konon katanya tanah itu adalah sebuah kota kecil yang ditinggalkan oleh
sebagian warganya karena pernah terjadi pembantaian di sana. Ibu dari Lady Cornelia
kemudian mempekerjakan beberapa orang untuk mengelola tanah yang luas di The Crown.
Seperti menjadikan sebagian tanahnya sebagai ladang pertanian gandum dan padi, dan
sebagian tanahnya lagi dijadikan tempat peternakan kuda. Setelah usaha pertanian dan
perternakannya sukses, Ibu dari Lady Cornelia kemudian merambahkan sayapnya keusaha
bisnis yang lain.
Wanita Grey adalah wanita dengan insting bisnis yang hebat, itulah yang ada dipikiran
Charless Logan saat dia membaca profil Lady Cornelia Eustass Grey, usaha dan segala
kesuksesannya. Namun ada yang janggal ... Dari semua data yang ada, Charless tidak
menemukan satupun foto dari Ibu Lady Cornelia Grey, dan nama Ayahnya pun tidak ada.
Dokumen rahasia dari pemerintah Inggris mengatakan bahwa Ayah dari Lady Cornelia,
adalah seorang ilmuan yang terkenal pada masanya, namun mereka tidak menuliskan
namanya. Selain itu, semua foto tentang Lady Cornelia yang beredar di publik, adalah foto
Lady Cornelia saat masih cantik dan berusia dua puluh tahunan, tidak ada fotonya yang baru.
Dan ... Wanita ini tidak memiliki data tanggal kelahiran? Apa-apaan? Dan ... Apa tidak ada
laki-laki dalam keluarga Grey?
Hah. Memikirkan semua tentang keluarga Grey membuatku pusing. Keluh Charless dalam
hati. Dengan segera dia menyambar telepon yang terhubung ke ruangan, dia meminta Lucia
memanggil dua orang kepercayaannya untuk menghadap. Profesor Edna Balley, wanita
empat puluh tahunan yang merupakan ketua tim proyek para ilmuan, dan Kapten Danovan
Logan, putra tunggal Charless, yang merupakan pengawas jalannya proyek dan juga salah
satu yang akan menjadi kelinci percobaan dalam proyek tentara masa depan.
***
"Well. Papa, jadi kau gagal membujuk wanita kaya raya untuk menjadi sponsor kita?" Lelaki
muda tampan berambut keemasan itu nyengir pada Ayahnya, setelah Charless menjelaskan
pada dia dan Edna tentang masalah mereka.
"Oh. Diamlah Danovan," keluh Charless frustrasi.
Danovan terkekeh. Walau dalam balutan seragam militer, pemuda itu tampak begitu
mempesona dan nakal dengan binar ceria di matanya, dan seringai jahil di bibirnya.

"Jadi anda ingin kami berdua terbang ke Yordania, membujuk Lady Cornelia Grey agar mau
menjadi sponsor untuk proyek kita?" Tanya Profesor Edna Balley, seperti biasa, dengan
ekspresi datar yang serius.
"Ya. Dan aku tidak mau tahu. Pokoknya kalian harus mendapatkan dia sebagai sponsor kita,"
tegas Charless.
"Kenapa Papa? Ini tidak seperti dirimu yang biasanya. Wanita itu sudah menolak untuk
membantu proyek, kenapa kau masih ngotot mengejarnya Pap?"
"Dia tambang emas. Dengan mendapatkan Lady Cornelia Grey sebagai sponsor, kita tidak
perlu takut kekurangan dana untuk proyek kita. Dia memiliki dollar yang bahkan lebih
banyak jadi semua jumlah uang yang ada di seluruh Bank di Amerika," jelas Charless Logan.
"Wow. Wanita tua kaya heh? Aku penasaran apakah wanita itu seorang Cougar*?" Danovan
terkekeh ketika dia mendapatkan pelototan kesal dari Ayahnya dan Profesor Balley.
"Baiklah Pak. Kami akan menemui Lady Cornelia Grey, berusaha untuk membujuk dan
mendapatkan beliau menjadi sponsor," ucap Profesor Balley.
Charless tersenyum puas. Telpon di atas meja kerjanya berdering. Dari Lucia Paramore,
asistennya.
"Sir. Beberapa orang kita di Yordania mengabarkan bahwa Lady Cornelia Grey dan Mister
Toby Bryce, meninggalkaan Yordania dengan pesawat jet pribadi. Mereka pergi menuju
London. Dan kemungkinannya mereka akan tinggal di The Crown."
Charless mengangguk sebagai respon atas laporan Lucia. "Terimakasih Ms. Paramore,"
ucapnya sembari menutup telponnya. Dengan sedikit binar harapan yang ada di matanya,
Charless mendongak menatap dua orang kepercayaannya. "Perubahan rencana. Kalian tidak
akan ke Yordania, kalian akan terbang ke London daan langsung pergi ke Nasse House, The
Crown."
***
"Wow. Apa ini serius? Wanita itu tidak memiliki semua ini kan?" Danovan tidak bisa
menyembunyikan kekagumannya--dia memang tipe orang yang tidak bisa menyembunyikan
perasaannya--saat mobil Audi SUV merah yang dia dan Edna tumpangi memasuki kawasan
The Crown. Dia berdecak kagum melihat luasnya lahan dan berbagai macam bangunan yang
ada di The Crown.
"Aku harap kau tidak akan bertingkah seperti itu di hadapan seorang Lady, Kapten," sindir
Edna tidak terlalu suka pada kelakuan Danovan yang berbeda seratus delapan puluh derajat
dengan Ayahnya. Dia duduk anggun di kursi penumpang limousin, di samping Kapten muda
itu.
Setelah mereka tiba di Bandara London, Lucia, asisten Charless, langsung menelpon pihak
Lady Cornelia Grey untuk menjadwalkan pertemuan. Hal itu mereka lakukan agar Lady
Cornelia tidak menolak untuk bertemu dengan Edna dan Danovan, wanita bangsawan seperti
dia tentunya memiliki sedikit kesopanan dengan tidak mengusir tamu yang datang dari jauh
untuk bertemu dengannya. Dan beruntung, Lady Cornelia Grey, dengan baik hati

menyediakan sopir dan mobil tumpangan agar Edna Balley dan Danovan Logan bisa
langsung ke The Crown.
"Nama Anda Peter Dawson kan?" Daripada berbicara dengan Kapten Danovan yang tidak
pernah bisa serius, Edna lebih memilih berbicara dengan Sopir Lady Cornelia Grey yang
sedang fokus menyetir. Dari nametag-nya Edna membaca kalau nama sopir itu adalah Peter
Dawson.
"Iya Ma'am," jawab Peter sopan.
"Sudah berapa lama anda bekerja dengan Lady Cornelia Grey?" Tanyanya, Edna mencoba
menggali informasi lebih dalam mengenai Lady Cornelia Eustass Grey, agar dia bisa mencari
titik lemah wanita itu, dan mudah membujuknya untuk bergabung dalam proyek mereka.
"Dua puluh lima tahun Ma'am," jawab Peter berhati-hati, dia memiliki firasat tak enak,
sebagian pikirannya mengatakan bahwa dia harus berhati-hati dalam berbicara.
"Hmmm. Sudah cukup lama rupanya." Edna Balley mengangguk puas. "Kalau boleh tahu
Lady Cornelia itu seperti apa? Apa dia termasuk tipe wanita tua Inggris yang kaku dan
kolot?"
Peter mengerutkan kening. "Yah. Kalau dia bisa disebut sebagai seorang wanita tua," dia
berkata dengan suara yang sangat pelan, nyaris menyerupai bisikan, namun baik Edna
maupun Danovan bisa mendengarnya, keduanya saling berpandangan bingung. "Lady
Cornelia Grey memang tipe wanita Inggris yang kaku, tapi dia tidak kolot. Dia mengikuti
semua perkembangan Jaman."
Mengikuti semua perkembangan jaman? Apa maksudnya?
Mereka semua kemudian terdiam. Mobil Audi itu berhenti disebuah rumah, bangunan kuno
besar yang lebih mirip kastil dalam dongeng, yang memiliki halaman yang sangat luas.
Sambil turun dari mobil, Kapten Danovan Logan bersiul kagum diantara giginya. "Jadi ini
tempat tinggal Lady Kaya Raya? Wow. Pantas Papa ngotot ingin mendapatkan dia sebagai
sponsor."
Pintu besar dengan ukiran indah itu terbuka. Dan seorang laki-laki berpakaian pelayan,
dengan luka mengerikan seperti serangan binatang buas pada sisi kiri wajahnya, keluar
menghampiri Profesor Edna Balley dan Kapten Danovan Logan.
Selama sepersekian nano detik laki-laki itu terpaku menatap Danovan, setelah itu dia
menoleh ke arah Peter yang masih duduk di balik kemudi mobil.
"Terimakasih Pete, kau boleh pergi," katanya dengan datar dan dingin.
Peter mengangguk, kemudian melajukan mobilnya meninggalkan Nasse House.
Toby memandang kedua tamunya skeptis. Ekspresinya datar dan tak dapat ditebak.
"Sir. Ma'am. Selamat datang di Nasse House. Saya Toby Bryce, pelayan pribadi Lady
Cornelia Eustass Grey." Dia membungkuk sopan. "Silakan masuk," dia kemudian
mengarahkan tamunya masuk ke dalam Nasse House.
Ruang tamu Nasse House yang menjorok kedalam, dihiasi oleh sofa polos berwarna merah
darah dan kursi antik yang terlihat amat nyaman untuk diduduki, berhadapan langsung
dengan ruang keluarga. Pintu bergaya Perancis yang berada di sebelah utara ruang tamu
mengarah ke beberapa teras yang cukup luas, yang menjorok kearah padang rumput besar.
Toby Bryce mempersilakan kedua tamunya untuk duduk di ruang tamu. "Silakan menunggu
di sini, Sir, Ma'am. Sepuluh menit lagi Lady Cornelia akan menemui anda berdua," kata Toby
kemudian berpamitan pergi.
***
"Kau lihat tadi Toby ... Dia ..."
"Dia memang mirip Sir Jasper, Ma'am. Tapi saya bisa memastikan kalau dia bukan Sir
Jasper."
Sebelum membiarkan Lady Cornelia bertemu dengan tamunya, Toby terlebih dulu menemui
Sang Nyonya di kamarnya untuk meyakinkan bahwa yang mereka lihat itu adalah orang

lain--Seorang Perwira muda Amerika yang memiliki wajah yang serupa dengan Sir Jasper-Bukan Sir Jasper.
"Iya Toby, Iya! Aku tahu dia bukan Jasper. Jasperku sudah meninggal seratus tahun yang
lalu," kata Lady Cornelia kalut, dia berjalan mondar-mandir dengan kecepatan yang
mengagumkan di depan Toby. "Dia hanya seseorang yang mirip Jasper. Bahkan kita masih
menyimpan jasad (tengkorak dan tulang-belulang) Jasper di Laboratorium. Tapi ... Kenapa
dia bisa semirip itu dengannya?" Lady Cornelia berhenti. Dia menatap Toby putus asa.
"Entahlah Ma'am."
"Wajahnya ... Matanya ... Bibirnya ... Rambutnya. Dan bahkan senyumannya! Dia benarbenar mirip Jasperku!" Kenang Lady Cornelia. Tadi saat sedang berlari di hutan di sekitar
jalan raya The Crown, Cornelia tidak sengaja melihat mobil Audi salah satu bawahannya
yang membawa dua orang tamu ke Nasse House. Cornelia ingin mengabaikan mereka dan
melanjutkan acara larinya, tapi tepat di saat itu Kapten Danovan Logan menurunkan kaca
jendela mobil Audi bagian belakang. Cornelia tertegun melihat laki-laki muda itu.
Kapten Danovan Charless Logan, sangat mirip dengan mendiang suaminya, Sir Jasper
Danovan Grey.
"Apa yang harus kulakukan Toby? Aku tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Aku
sangat mencintai suamiku, Jasper, dan aku sangat merindukannya. Aku tahu anak muda itu
bukan Jasper, tapi bagaimana mungkin aku tidak menganggapnya sebagai Jasper kalau rupa
mereka sama?" Dia berbicara dengan ekspresi penuh penderitaan.
"Saya tidak tahu Ma'am. Tapi saya harap anda bisa bersikap dan berbicara sewajarnya di
hadapan tamu kita ini," kata Toby perihatin.
"Akan kuusahakan. Akan kuusahakan."
***
"Aku yakin nenek tua itu adalah tipe orang yang suka membuat orang lain menunggu."
Kapten Danovan Logan menggerutu tak jelas, dia duduk gelisah di sofa di samping Profesor
Edna Balley.
Profesor Edna mendengus. "Tenanglah Kapten. Aku yakin di dunia kemiliteran kau sudah
diperkenalkan dengan materi yang bernama kesabaran," dia menyipitkan mata pada Kapten
Danovan. Profesor Edna yang dari tadi duduk anggun dan tenang, mempersiapkan diri untuk
bernegosiasi dengan Lady Cornelia Grey, merasa terganggu dengan kecemasan Kapten
Danovan.
Bagaimana orang seperti dia bisa masuk militer.
"Dalam militer, aku memang sudah dilatih dengan materi kesabaran Profesor, tapi itu biasa
digunakan untuk menghadapi musuh dalam medan tempur. Bukan untuk menunggu Neneknenek sombong, yang belum jelas mau membantu kita atau tidak."
"Maafkan aku kalau Nenek-nenek sombong ini sudah membuatmu menunggu begitu lama,
Mister." Sebuah suara merdu yang datang dari arah tangga, membut dua kepala itu tersentak
dan menoleh.
Mata biru cerah Kapten Danovan Logan melebar tak percaya ketika melihat si penegurnya,
seorang perempuan yang memakai rok pinsil hitam dan blouse berwarna merah menyala
dengan belahan dada rendah. Rambut cokelat gelapnya di sanggul menyamping, dengan
menyisakan helaian rambut tipis pada sisi lain dari sanggulnya.
Perempuan itu sangat rupawan. Dia memiliki kecantikan yang klasik. Mereka seperti
melihatnya, seolah keluar dari sebuah film bisu yang kuno.
"Dia Lady Grey?" Bisik Profesor Edna pada dirinya sendiri, seolah tak percaya dengan apa
yang dia lihat. Mereka semua pikir Lady Grey adalah seorang perempuan paruh baya yang
tegas dan keras kepala. Tapi perempuan yang sedang menuruni tangga ini ... Hell yeah, aku
berani bertaruh kalau dia baru dua puluh tahunan.

"Dia tidak seperti nenek-nenek," komentar Kapten Danovan. Mata birunya terkunci pada
tatapan mata hijau kelam perempuan itu.
Profesor Edna dan Kapten Danovan sama-sama berdiri untuk menyambut Lady Cornelia
Grey.
"Anda Lady Cornelia Grey?" Tanya Profesor Edna ragu ketika Cornelia berhenti tepat di
depan mereka.
"Cornelia Eustass Grey," koreksinya. Suaranya dingin dan tajam. Tatapannya masih terpaku
pada Kapten Danovan. "Itulah aku."
"Well. Anda sudah tahu tentang maksud kedatangan kami kesini kan, Madam?" Profesor
Edna mengerutkan kening melihat Lady Cornelia mengabaikannya dan malah saling tatapmenatap dengan Kapten Danovan.
"Tentu." Akhirnya dia menoleh ke arah Edna. "Silakan duduk," katanya sembari berjalan ke
arah kursi antik yang letaknya beberapa kaki di depan sofa yang diduduki Edna dan Danovan,
dia lalu duduk disana.
"Saya Profesor Edna Erlie Balley, ketua tim ilmuan untuk Proyek pengembangan tentara
masa depan," Profesor Edna memperkenalkan diri dengan cara seseorang yang Profesional.
"Sedangkan dia ... Kapten Danovan Charless Logan, Pengawas proyek kami sekaligus orang
pertama yang akan mencoba alat ciptaan kami."
Sebelah alis Lady Cornelia terangkat tinggi. Dia menatap Danovan dengan ekspesi heran.
Sementara Danovan hanya menanggapinya dengan kedipan jahil dan cengiran nakal.
"Kau serius ingin menjadi seekor kelinci percobaan?" Tanyanya tak percaya.
"Kelinci percobaan?" Danovan mengerutkan kening.
Cornelia memberinya sebuah senyuman muram. "Kau setuju untuk menjadi orang pertama
yang mencoba alat itu. Bukankah itu namanya kelinci percobaan?"
Danovan mendengus. "Itu proyek Ayahku. Tentu saja aku mau membantu dengan senang hati.
Menjadi kelinci percobaan? Itu tidak masalah."
Lady Cornelia mendesah.
"Mrs. Grey." Profesor Edna berdehem, mencoba menarik kembali perhatian Lady Cornelia.
Dia mulai kesal karena merasa diabaikan. "Bisakah saya menjelaskan prospek masa depan
proyek kami, dan keuntungan apa yang akan anda dapatkan jika bersedia menjadi sponsor
dari proyek tentara masa depan ini.
Lady Cornelia menoleh ke arah Profesor Edna. Dia menatapnya dengan ekspresi bosan.
"Tidak perlu repot-repot Profesor, aku yakin asisten Mentri Pertahanan, Charless Logan
sudah menjelaskan hal itu panjang-lebar pada Toby," ucapnya datar.
Profesor Edna mati-matian menahan diri unruk tidak menggertakan giginya pada Lady
Cornelia. Dia merasa tidak dihargai karena Sang Lady lebih memperhatikan Danovan
daripada dia.
Lady Cornelia kembali menoleh ke arah Kapten Danovan. "Dua minggu lagi aku akan pergi
ke Amerika untuk mengurus sesuatu. Mungkin aku bisa mengunjungi tempat proyek kalian
sebelum memutuskan apa yang harus kulakukan."
"Baiklah. Sepakat," kata Profesor Edna dengan nada ketus.
"Sepakat," gumam Lady Cornelia sembari bangun dari duduknya.
"Kalau begitu aku harap kita bisa bertemu dia minggu lagi." Profesor Edna tidak sabar ingin
mengakhiri pembicaraan karena tidak nyaman dengan kelakuan Lady Cornelia yang lebih
memperhatikan Danovan daripada dia.
Lady Cornelia mengangguk, dia berjabat tangan singkat dengan Profesor Edna, sebelum
berjabat tangan dengan waktu yang lumayan lama dengan Kapten Danovan. Mereka saling
berpandangan dengan cara yang sangat intim sebelum Profesor Edna menegur mereka
dengan sebuah deheman keras.
"Sampai jumpa," kata Danovan sambil tersenyum lebar.

"Yeah. Sampai jumpa," balas Cornelia.
"Kami harus segera pergi ke Hotel," potong Profesor Edna, berharap adegan Opera sabun di
depannya tidak berlanjut.
"Baiklah Peter akan mengantarkan kalian berdua ke hotel tujuan," katanya. "Toby!" Entah
darimana pelayan dengan luka mengerikan di wajah itu muncul, menjawab panggilan merdu
Lady Cornelia.
"Ya. Ma'am," sahut Toby menunduk sopan.
"Panggil Peter kemari, dan suruh dia mengantar tamu kita ke tempat tujuan mereka."
"Baik Ma'am."
Lady Cornelia berbalik dan kembali menaiki tangga, sementara Toby mengantarkan tamunya
keluar dari Nasse House.
"Dia terlalu sempurna," gumam Kapten Danovan sambil menatap punggung kecil Lady
Cornelia. "Aku harap dia bukan keturunan vampire seperti di film-film," lanjutnya
mengangkat bahu, kemudian mengikuti Toby dan Profesor Edna keluar dari Nasse House.
"Aku pikir dia menyukaimu," bisik Professor Edna pada Kapten Danovan ketika mereka
berada di luar dan menunggu jemputan.
Danovan terkekeh. "Apasih yang tidak bisa disukai wanita dariku," jawabnya sambil
bercanda.
Edna memutar mata.
***
"Anda akan menyetujuinya bukan?" Melalui jendela besar di ruang kerja Lady Cornelia yang
ada di lantai dua, mereka memandangi kepergian dua tamu Amerika mereka, dengan
menggunakan sebuah mobil Audi SUV berwarna merah.
"Iya," Jawab Lady Cornelia singkat. Matanya terus memandang keluar jendela.
"Apa karena perwira muda itu?"
"Danovan? Ya. Karena dia." Lady Cornelia mengerutkan kening tak suka dengan kelakuan
Toby yang mulai ikut campur dengan urusannya.
Toby mendesah. "Ma'am. Harus berapa kali saya katakan Kapten Danovan bukan Sir Jasper.
Dia ..."
"Aku tahu Toby. Aku tahu." Lady Cornelia bersandar pada meja kerjanya yang menghadap ke
arah jendela kaca besar. "Dia bukan Jasper. Dia hanya anak muda yang mirip Jasper, dan dia
seumuran dengan Jasper sebelum dia meninggal. Tapi bagaimana mungkin aku bisa
mengabaikannya jika aku melihat Jasper dalam dirinya?"
Toby terdiam.
"Sudahlah Toby." Lady Cornelia menoleh pada pelayannya, dia tersenyum muram. "Aku
tidak pernah suka jika kau mencampuri urusanku seperti ini. Lakukan saja apa yang
kuperintahkan, dan ... Tolong cari tahu semua data riwayat hidup Kapten Danovan Charless
Logan, orang yang dekat dengannya, pacar?" Dia mengernyit ketika menyebutkan kata pacar.
"Dan semua hal kesukaannya."
Toby mengerang putus asa mendengar perintah sang Nyonya.

"Ma'am. Saya minta maaf jika anda tidak menyukai ini. Tapi satu hal yang ingin saya
sampaikan, 'Ini tidak benar', dia manusia Ma'am bukan ..." Toby tidak sanggup melanjutkan
kalimatnya, hatinya dihantam oleh perasaan bersalah saat melihat ekspresi terluka dan penuh
penderitaan Lady Cornelia. Sial! Seharusnya aku tidak mengungkitnya.
"Bukan monster seperti kita?" Lady Cornelia melanjutkan perkataan Toby. "Well, kalau
begitu maafkan aku karena sudah merubahmu menjadi monster sepertiku. Kalau aku bisa
memutar waktu, aku tidak akan membiarkan diriku berpikiran jernih ketika aku
menyerangmu dulu, seharusnya aku membunuhmu sebelum racun itu menyebar dan
mengubahmu menjadi sepertiku," kata Lady Cornelia sebelum melesat keluar ruangan.
Toby tertunduk. Ingatan mengerikan pada malam saat Sir Jasper menyuruhnya pergi kembali
berkelebat. Dia sudah jauh berlari saat itu, namun suara jeritan ngeri yang berasal dari
laboratorium Nasse House membuatnya berhenti. Dan dia kembali untuk melihat apa yang
terjadi. Lady Cornelia yang dia pikir telah meninggal terlihat membantai semua penduduk
kota, dan Sir Jasper tewas terbunuh dengan luka memar dan luka bacok disekejur tubuhnya.
Monster Lady Cornelia yang saat itu dibakar amarah karena kematian suaminya, langsung
menyerang Toby tanpa berpikir panjang. Saat Toby berteriak kesakitan, dia baru menyadari
bahwa yang dia serang adalah pelayan setia keluarga mereka, dan dia kemudian menolongnya
hingga mereka berdua menjadi manusia imortal. Well, mungkin monster atau mayat hidup
lebih tepat.
***
Washington, Pusat Penelitian Organisasi Ilmuan Amerika.
28 Maret 2013.
"Apa kalian yakin dia akan datang hari ini?" Tanya Charless Logan was-was sembari
mengamati ruang steril besar yang menjadi tempat diciptakannya alat pembuat Tentara super
masa depan.
Banyak ilmuan mengenakan jas putih yang tampak sibuk dengan segala macam peralatan
rumit mereka.
"Tentu saja. Dia sendiri yang berkata begitu," jawab Danovan singkat sembari sesekali
melemparkan kedipan mata nakal pada beberapa ilmuan cantik yang berpapasan dengannya.
"Lady Cornelia Grey berkata bahwa dia ingin melihat dulu pekerjaan kita disini sebelum
memutuskan untuk menjadi sponsor atau tidak," jelas Profesor Edna Balley, tampak
profesional dengan seragam ilmuannya--kemeja putih, celana denim hitam, jas putih panjang,
dan kacamata transparannya. "Tapi aku yakin dia akan menjawab iya. Putramu melakukan
pekerjaan yang hebat waktu itu," sindirnya sambil melirik sinis ke arah Danovan.
Kapten Danovan tersenyum malu. Kalau bisa ditambahkan, dia sedikit tersipu.
Charless Logan menoleh ke arah putranya, dia menganga terkejut. "Jangan bilang kalau kau
merayu wanita tua?" Tebaknya ngeri.

Kapten Danovan terkekeh. "Dia tidak tua Dad. Dia wanita yang luar biasa cantiknya. Aku
menebak umurnya baru dua puluh tahunan. Mungkin delapan atau sembilan tahun
dibawahku."
Charless Logan mengerutkan kening. "Tidak mungkin. Dalam catatan dokumen yang aku
baca, Lady Cornelia berusia diatas enam puluh atau tujuh puluh tahunan." Dia tampak
bingung.
"Mungkin Lady Cornelia yang itu neneknya," kata Kapten Danovan tak ambil pusing.
"Mereka memiliki nama yang sama." Profesor Edna mengingatkan.
Kapten Danovan mendesah. "Kadang beberapa Ibu, ingin anak perempuan memiliki nama
yang sama dengan ibu mereka."
Profesor Edna mengangkat bahu. Dia lebih memilih melanjutkan pekerjaannya daripada
memusingkan hal tak penting tentang Lady Cornelia Grey yang menyebalkan itu.
Telpon Charless berdering. Itu dari Lucia yang mengabarkan bahwa dia mendapat laporan
dari penjaga gerbang yang mengatakan bahwa Lady Cornelia Eustass Grey dan pengawalnya
yang bernama Toby Bryce, telah tiba. Mereka dalam perjalanan menuju ruang penelitian.
"Mereka sudah tiba," Charless Logan memberitahu putranya.
Dan jantung Danovan pun berdetak seribu kali lebih kencang saat mengetahui bahwa
perempuan yang selama dua minggu ini diimpikannya, telah ada disini.
***
Semua ilmuan dan bahkan mantan Jendral Charless Logan tertegun melihat penampilan Lady
Cornelia Grey yang begitu muda dan modis. Mereka pikir akan melihat wanita tua
bertampang cemberut dan berpenampilan tidak menarik yang suka mengkritik di sana-sini.
Namun kenyataannya mereka malah mendapati seorang wanita muda berpenampilan menarik
yang tampak cerdas.
Kapten Danovan merasa jantungnya tidak bisa diajak berkompromi lagi ketika melihat Lady
Cornelia. Dia pikir wanita itu bisa membawa pergi seluruh napasnya. Berbeda dengan
penampilannya dua minggu lalu, hari ini Lady Cornelia terlihat santai dan casual, dia
mengenakan celana jins ketat berwarna biru, kemeja putih pas badan yang dipadu jaket kulit
berwarna cokelat, dan sepatu boot berwarna hitam. Rambutnya yang waktu itu disanggul,
kini dikuncir tinggi. Sementara pelayan peribadinya, Toby Bryce ...
Apa dia tidak punya pakaian lain, selain itu, pikir Kapten Danovan ketika melihat Toby
memakai pakaian yang sama seperti dua minggu lalu.
"Selamat datang di pusat penelitian kami Lady Grey." Charless Logan berkata bangga sambil
menyalami Lady Cornelia Grey. "Saya Charless Logan, Mentri pertahanan Amerika yang
baru, yang memiliki ide briliant untuk menciptakan tentara super masa depan ini."
Cornelia menatapnya skeptis.

"Saya tidak menyangka kalau anda ... Mmm ... Well, terlihat jauh lebih muda dari yang saya
perkirakan." Dia memperhatikan penampilan Lady Cornelia dari ujung kaki sampai ujung
kepala.
Lady Cornelia mendengus. "Ya. Saya sudah bisa menebak kalau anda akan berpikiran seperti
itu." Dari sudut matanya, dia melihat Kapten Danovan yang berdiri beberapa langkah di
belakang Charless Logan, memandangnya tanpa berkedip--tampak terpesona. Cornelia
menyeringai. "Jadi ... Bisakah saya melihat proyek anda secara keseluruhan? Cetak birunya
juga. Dan tolong jelaskan pada saya semua tentang proyek ini."
Dengan senang hati Charless Logan membawa Lady Cornelia berkeliling Laboratorium,
memperkenalkannya pada beberapa ilmuan, dan menunjuk