Tinjauan Yuridis Mengenai Implementasi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha Antara Debitur dan Kreditur (Studi Pada Bank Danamon Cabang Medan)

11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Negara Indonesia adalah Negara berdasarkan hukum yang bertujuan untuk
mencapai dan membentuk masyarakat sejahtera yang salah satu cara untuk
mencapai tujuan tersebut adalah dengan pemberian bantuan pemodalan oleh
lembaga-lembaga yang mempunyai peran sebagai penyalur dana kepada
masyarakat yang dalam hal ini Bank memegang peranan yang sangat penting.
Setiap orang dalam rangka pemenuhan berbagai kebutuhannya tidak
terlepas dari kebutuhan akan dana ataupun uang. Tidak semua orang dapat
memenuhi kebutuhannya dengan dana atau uangnya sendiri. Sehingga guna
memenuhi kebutuhan akan dana tersebut tidak jarang orang meminjam dari pihakpihak tertentu, seperti Bank. Pinjam meminjam adalah suatu bentuk perjanjian
dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak lainnya suatu jumlah
tertentu barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang
meminjam tersebut akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan
keadaan yang sama pula, sebagaimana ditentukan dalam bunyi pasal 1754 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Guna terlaksanya pembayaran dengan tertib dan lancar terhadap pinjaman

yang telah diberikan, maka pinjam meminjam tersebut akan selalu diikuti dengan
suatu bentuk penjaminan, baik penjaminan yang berupa komitmen atau janji.

Universitas Sumatera Utara

12

Bank dapat berupa milik pemerintah dan dapat pula milik non-pemerintah
atau swasta. Kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah ini disebabkan karena
banyaknya rakyat Indonesia yang ingin meningkatkan taraf kehidupan mereka
dengan jalan berusaha, tapi tidak memiliki modal untuk menjalankan usahanya,
sedangkan modal adalah satu-satunya alat penggerak yang sangat menentukan
bagi terlaksananya suatu pembangunan.1
Dalam Operasional perbankan, Kebutuhan manyarakat akan dana tersebut
atau pinjaman atas dana tersebut dikenal dengan istilah kredit. “Kredit” yang
berasal dari bahasa Yunani “credere” berarti kepercayaan (trust atau faith).2
Bank dalam memberikan kredit, menerapkan prinsip kehati-hatian, yang
lebih dikenal dengan istilah Prudent Banking, sehingga sulit bagi debitur untuk
memperoleh kredit tanpa memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan
oleh bank tersebut.

Di dalam fungsi menyalurkan dana, pihak Bank dapat memberikan
bantuan kepada masyarakat dengan cara pemberian kredit untuk menjalankan
usaha. Maka, sebuah Bank dapat menjadi pihak kreditur bagi masyarakat yang
menerima bantuan kreditnya (debitur). Bentuk dan besarnya kredit yang diberikan
sangatlah beraneka ragam sesuai kesepakatan pihak bank dan debitur.
Dalam hal penyalurannya, baik dana kredit yang disalurkan Bank
Pemerintah maupun Bank Swasta, didasarkan pada perjanjian kredit yang dibuat
dan disepakati oleh kedua pihak sehingga masalah perjanjian kredit dengan segala

1

Thomas Suyatno , Kelembagaan Perbankan, P.T.Gramedia,Jakarta : 1993, halaman 1.
Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan Teknik Manajemen Kredit, Bina Aksara, Jakarta :,
1983, halaman 12.

2

Universitas Sumatera Utara

13


ketentuan-ketentuan di dalamnya merupakan dasar hukum dan sekaligus
merupakan sumber daripada perikatan antara kedua pihak.
Perjanjian Kredit akan selalu didahului oleh suatu penelitian yang sangat
ketat serta mendetail mengenai kelayakan dari usaha yang dimintakan kreditnya
tersebut, misalnya mengenai kepribadian calon nasabahnya, prospek usahanya,
bonafiditas, dan solvabilitasnya. Hal ini dimaksudkan agar dana kredit tersebut
dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga dana
pinjaman dari bank tersebut dapat dikembalikan pada waktu yang telah
diperjanjikan. Namun demikian, betapapun ketatnya persyaratan yang harus
dilalui sebelum dana kredit disalurkan, dalam praktek ternyata tidak semua dana
kredit dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, dan tidak
semua proses pembayaran kredit dapat berjalan lancar. Apabila kemungkinan
yang demikian ini terjadi, maka pihak bank sebagai pemberi kredit akan sangat
dirugikan. Hal ini tentu saja tidak dikehendaki oleh pihak bank tersebut. Untuk
menghindari terjadinya kerugian ini, maka pihak Bank sebagai pemberi kredit
akan mengambil tindakan tertentu dalam rangka mengamankan dana kredit yang
dikeluarkannya dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak dikehendaki.3
Salah satu bentuk tindakan yang umumnya dilakukan oleh Bank ialah
diciptakannya ketentuan mengenai keharusan diberikannya jaminan atau agunan

oleh calon debitur, terhadap pihak bank atas nilai kredit yang diterimanya.
Pemberian kredit oleh suatu Bank mengharuskan kepada pihak peminjam untuk
menyerahkan jaminan yang menurut KUHPerdata segala kebendaan si berhutang,

3

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, diterjemahkan oleh R.Subekti dan R. Tjitrosudibio,cet
30, Pradnya Paramita, Jakarta, 1999, pasal 1131.

Universitas Sumatera Utara

14

baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun
yang baru akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan. 4
Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas untuk
menentukan dengan siapa

ia akan melakukan perjanjian , isi atau kalusul


perjanjian, bentuk perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan UndangUndang, ketertiban umum, kesusilaan, dan kepatutan. Sejak disepakati dan
ditandatanganinya perjanjian pinjam-meminjam tersebut oleh para pihak, maka
sejak detik itu perjanjian lahir dan mengikat para pihak yang membuatnya sah
sebagai Undang-Undang.5
Pengalaman Bank karena banyaknya kredit macet akhir-akhir ini, telah
memacu kalangan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi
dana kredit. Rencana kredit disusun lebih matang, analisis atas permohonan kredit
lebih terarah dan pengamanan kredit lebih digalakkan, di samping peningkatan
sistem pembinaan nasabah. Semua ini adalah untuk meningkatkan pelayanan
terhadap kebutuhan pembiayaan masyarakat.
Kredit yang diberikan oleh bank mengandung suatu resiko, sehingga
dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.
Untuk megurangi resiko tersebut jaminan pemberian kredit dalam pasal tersebut
di atas, keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, merupakan faktor penting yang
diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum
4
5


Ibid.
Ahmad Miru, Hukum Kontrak P.T Raja Grafindo Persada, Jakarta :, 2001, halaman 4.

Universitas Sumatera Utara

15

memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur.6
Mengingat bahwa agunan menjadi salah satu unsur jaminan pemberian kredit
maka berdasarkan unsur-unsur tersebut agunan dapat berupa barang, proyek atau
hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Apabila dilihat dari
ketentuan Pasal 1311 KUHPerdata yang menyatakan, ”Segala kebendaan si
berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya perseorangan.”Pasal 1132 KUHPerdata menegaskan bahwa :
Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang
mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi
menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing,
kecuali apabila diantara para kreditur itu ada alasan-alasan yang sah untuk

didahulukan. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai salah suatu lembaga
keuangan, sudah semestinya wajib dapat memberikan suatu perlindungan hukum
bagi pemberi dan penerima kredit serta para pihak yang terkait mendapat
perlindungan melalui suatu wadah lembaga jaminan hukum bagi semua pihak
yang berkepentingan dalam kaitannya dengan pemberian kredit. Pada dasarnya
jenis-jenis jaminan kredit terdiri dari jaminan perorangan (Personal Guarantee)
adalah jaminan berupa pernyataan kesanggupan yang diberikan seseorang pihak
ketiga guna pemenuhan kewajiban pihak debitur kepada kreditur dan jaminan
kebendaan yang menurut sifatnya jaminan kebendaan ini terbagi menjadi 2 (dua)
yaitu jaminan dengan benda berwujud (material) dan jaminan dengan benda yang
6

Ni Nyoman Juwita Arsawati, Bahan Pembelajaran Hukum Perbankan, Denpasar,2005, halaman
121.

Universitas Sumatera Utara

16

tak berwujud (immaterial). Adapun jenis-jenis hak atas tanah yang dapat dijadikan

sebagai jaminan kredit yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Pakai, Hak Sewa dan hak- hak lainya yang ditetapkan dengan undang-undang
serta hak-hak yang sifatnya sementara. Peraturan yang berlaku terhadap jaminan
yang menjadi jaminan utang pada dasarnya terdiri dari jaminan perorangan yang
menyatakan kesanggupan yang diberikan seseorang pihak ketiga guna menjamin
terpenuhinya kewajiban debitur dan jaminan kebendaan yang terbagi menjadi 2
yaitu jaminan dengan benda berwujud (material) serta jaminan dengan benda yang
tak berwujud (immaterial).7
Pemberian jaminan erat kaitannya dengan perjanjian kredit sehingga hal
tersebut selalu diatur oleh pihak Bank dan merupakan upaya atau kehendak Bank
sendiri dalam suatu perjanjian kredit untuk menciptakan ketentuan keharusan
diberikannya jaminan dengan tujuan untuk mengantisipasi kemungkinankemungkinan yang mungkin timbul dan tidak dikehendaki dalam penyelesaian
dana kredit yang dikeluarkannya. Debitur yang akan mendapatkan kredit dari
pihak Bank tersebut diwajibkan untuk menjaminkan barang atau harta benda
miliknya kepada kreditur sebagai jaminan pembayaran hutang jika debitur tidak
dapat memenuhi kewajibannya. Barang jaminan tersebut dapat berupa barang
bergerak dan dapat pula berupa barang tidak bergerak. Nilai dari barang jaminan
tersebut disesuaikan dengan besarnya kredit yang akan diterima debitur.
Pengikatan jaminan tersebut merupakan salah satu segi hukum perjanjian kredit
yang amat penting terutama bagi kreditur karena dengan adanya pengikatan


7

Satrio, J. Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan. Cet. 2. Bandung: Citra Aditya Bakti,
1993, halama 50.

Universitas Sumatera Utara

17

jaminan, kreditur mendapatkan hak utama (preferensi) bagi pelunasan suatu
piutang kredit atas hasil penjualan barang yang dijaminkan tersebut.8
Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian
kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum
antara keduanya. Seringkali yang ditemui di lapangan perjanjian kredit dibuat oleh
pihak kreditur atau dalam hal ini adalah bank, sedangkan debitur hanya
mempelajari dan memahaminya dengan baik. Namun demikian perjanjian kredit
ini perlu mendapat perhatian khusus dari kedua belah pihak dikarenakan
perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian,
pengelolaan dan penatalaksanaan kredit tersebut dalam kesepakatan yang

dilakukan antara debitur dengan kreditur, apabila debitur menandatangani
perjanjian kredit yang dianggap mengikat kedua belah pihak dan berlaku sebagai
undang-undang bagi keduanya. 9
Sehubungan dengan adanya perjanjian kredit yang berlangsung antara
pemberi kredit dengan penerima kredit disamping hak dan kewajiban yang timbul
serta hambatan-hambatan yang mungkin timbul dengan adanya perjanjian kredit
tersebut dalam melakukan perbuatan hukum, maka harus ada kesepakatan tertulis
yang dapat dijadikan dasar sehingga ada ketegasan dan kepastian hukum antara
keduanya.
Perjanjian Kredit merupakan suatu perjanjian yang tidak diatur dalam
KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama, namun diatur dalam
Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998.

Pasal 1338 KUHPerdata

8

Subekti, R. Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia. Bandung:
1978, halaman 32.
9

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti,1997,
Halaman 394

Universitas Sumatera Utara

18

berbunyi “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang
undang bagi mereka yang membuatnya”. Perjanjian Kredit antara PT Bank
Danamon dengan debitur merupakan perjanjian tidak bernama karena tidak diatur
dalam KUHPerdata dan Undang – Undang tersendiri. Perusahaan dalam upaya
memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dilakukan
biasanya akan disepakati terlebih dahulu bagaimana cara pembayaran transaksi
tersebut apakah secara tunai atau secara kredit. Apabila pembayaran dilakukan
secara tunai maka debitur

akan langsung menerima kas namun apabila

pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang
yang akan dicatat di neraca hingga saat penagihan berhasil memperoleh
pembayaran kas. Secara umum alasan perusahaan untuk melakukan penjualan
secara kredit adalah untuk mendorong atau meningkatkan penjualan guna
meningkatkan laba debitur.
Lembaga keuangan Bank maupun non Bank selalu berusaha untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam bidang kredit. Hal
tersebut sesuai dengan pengertian Bank yaitu badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bentuk dari jasa perkreditan yaitu
melepaskan seluruh jumlah uang kepada para Debitur dan diganti dengan
serangkaian ikatan perjanjian kredit. Dalam hal ini pihak Bank akan selalu
dihadapkan pada risiko yang cukup besar apakah dana dan bunga dari kredit yang
dipinjamkan tersebut akan dapat diterima kembali sesuai dengan yang telah
diperjanjikan. Proses pemberian kredit menyangkut suatu jumlah uang dari nilai

Universitas Sumatera Utara

19

yang relatif kecil sampai jumlah yang cukup besar sehingga ada berbagai
kemungkinan yang akan membawa kerugian finansial bagi Bank yang
bersangkutan apabila kredit tersebut tidak dikelola dengan baik.10
PT Bank Danamon merupakan salah satu lembaga keuangan yang
bergerak di bidang pemberian kredit mikro. PT Bank Danamon memberikan
pelayanan kepada para Nasabah khususnya para pedagang/pengusaha dengan
mengharapkan laba yang diperoleh dari bunga kredit tersebut. Persaingan yang
ketat di dunia pembiayaan kredit membuat PT Bank Danamon harus lebih siap
dalam memberikan fasilitas kredit kepada calon Debitur. PT Bank Danamon,
sebagai salah satu Bank swasta yang menyalurkan dananya terbesar disektor
kredit mikro khususnya para pedagang. Semakin banyak jumlah kredit yang
disalurkan kepada masyarakat maka resiko yang akan terjadi juga semakin besar,
sehingga untuk mencegah terjadinya kredit macet, maka dalam memberikan kredit
kepada Nasabah dilakukan analisis dalam pemberian kredit. Analisa pemberian
kredit berguna untuk melihat layak atau tidak layaknya seorang Nasabah untuk
memperoleh kredit. Pemberian kredit atau pinjaman, tidak semuanya pinjaman
yang disalurkan dalam keadaan lancar pada saat pengembaliannya atau Nasabah
tidak tepat pada waktunya untuk melakukan pembayaran angsuran kredit yang
telah jatuh tempo. Bisa saja Debitur lupa membayar atau pada saat tanggal jatuh
tempo Debitur tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar angsuran.
Apabila Debitur tidak sanggup melakukan pembayaran maka pinjaman yang
disalurkan akan macet. Kondisi kredit macet dapat dilihat dari kemampuan dan
10

Syahyunan, Managemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis dan Pengendalian Keuangan)
(Medan : USU Press, 2004), halaman 61.

Universitas Sumatera Utara

20

kemauan Debitur untuk membayar, apabila kemampuan dan kemauan Debitur
tidak ada dalam membayar kewajibannya maka Debitur tersebut tidak memiliki
karakter yang baik (bad characters). Dalam hal ini Bank harus mengetahui apa
yang menyebabkan kredit yang diberikan kepada Debitur menjadi macet. Proses
penagihan kredit macet harus dilakukan oleh petugas Bank untuk menjaga tingkat
piutang tak tertagih (non performing loan) tidak meningkat. Bank harus lebih
selektif dalam memilih Debitur sehingga tingkat kredit macetdapat dikurangi dan
kredit lancar dapat ditingkatkan sehingga kredit yang diberikan berkualitas.
Sebaliknya apabila lebih cenderung berorientasi pada target karena adanya
tekanan dari manajemen perusahaan tanpa melihat aspek-aspek danprinsip kredit
maka kredit yang disalurkan akan macet. Pada umumnya jenis kredit tanpa
jaminan memiliki tingkat piutang tak tertagih relatif tinggi jika dibandingkan
dengan kredit yang menggunakan jaminan.
Penggunaan Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha sebagai jaminan dalam
pemberian kredit oleh bank untuk mendapatkan sejumlah pinjaman tentunya
mengakibatkan adanya hubungan hukum baik antara Bank dengan Penjamin atau
orang yang menjaminkan sertifikat. Adanya hubungan hukum antar para pihak
maka timbullah hak dan kewajiban para pihak. Pada dasarnya penggunaan
Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha sebagai jaminan kredit dalam rangka untuk
memberikan kemudahan bagi pengusaha dalam hal pembayaran pelunasan
sertifikat hak pemakaian tempat usaha itu sendiri.11

11

Sebagaimana yang dimuat dalam” https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/9540/Kajian-yuridis-

perolehan-hak-pemakaian-tempat-usaha-melalui-perjanjian-kredit-dengan-jaminan-sertifikat-Hakpemakaian-tempat-usaha-antara-pedagang-dengan-bank-di-pasar-perusahaan-daerah-pasar-jaya”

Universitas Sumatera Utara

21

Berdasarkan uraian singkat di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul:
“Tinjauan Yuridis Mengenai Implementasi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan
Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha Antara Debitur Dan Kreditur (Studi Pada
Bank Danamon Cabang Medan)”

B. Permasalahan
Sehubungan dengan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan di
atas, maka untuk mempermudah pemahaman yang terarah dan lebih mendalam,
lingkup penelitian ini terdiri dari lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu.
Lingkup pembahasan dari penelitian ini adalah pelaksanaan perjanjian kredit pada
PT Bank Danamon dengan debitur, sedangkan lingkup bidang ilmu dalam
penelitian ini adalah lingkup hukumm keperdataan khususnya tentang perjanjian
dan kredit, dan permasalahan-permasalahan yang hendak dibahas adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Prosedur dan syarat pelaksanaan perjanjian kredit pada PT. Bank
Danamon cabang Medan?
2. Bagaimana Penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi oleh debitur atas
perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha pada
PT. Bank Danamon Cabang Medan?
3. Bagaimana Eksekusi jaminan sertifikat pemakaian tempat usaha oleh kreditur
dalam hal debitur tidak mampu membayar kredit pada Bank Danamon Cabang
Medan?

Universitas Sumatera Utara

22

C. Tujuan Penelitian
Dari pembahasan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur dan syarat pelaksanaan perjanjian kredit pada PT.
Bank Danamon cabang Medan.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian sengketa apabila terjadi
wanprestasi oleh debitur atas perjanjian kredit dengan jaminan Sertifikat
Pemakaian Tempat Usaha pada PT. Bank Danamon Cabang Medan.
3. Untuk mengetahui cara mengeksekusi jaminan sertifikat pemakaian tempat
usaha oleh kreditur dalam hal debitur tidak mampu membayar kredit pada
Bank Danamon Cabang Medan.

D. Manfaat Penulisan
Di dalam penulisan ini, penulis mengharapkan manfaat yang dapat diambil
baik bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat
penelitian ini dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu :12
1. Secara Teoritis
Manfaat secara teoritis adalah bahwa pembahasan terhadap permasalahan
dalam skripsi ini akan memberikan pemahaman dan sikap kritis dalam hal
pemberian kredit yang dijamin oleh perseorangan ataupun oleh perusahaan serta
bagaimana mengatasi permasalahan yang timbul dalam pemberian kredit yang
12

Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Pengantar Penelitian Hukum, hlm. 52, cet.3, yang
diterbitkan di Jakarta oleh Penerbit UI-Press pada tahun 1986, Penelitian hukum dapat dibedakan
antara penelitian hukum normatif dengan penelitian hukum sosiologis atau empiris. Pada
penelitian hukum normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin
mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Pada penelitian hukum sosiologis atau
empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan
dengan penelitian terhadap data primer di lapangan atau masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

23

dijamin perseorangan dan perusahaan. Mengingat bahwa buku-buku dan literatur
yang membahas mengenai pemberian kredit dengan jaminan perorangan serta
penyelesaian kredit macet dengan jaminan perorangan sangat minim, maka
pemaparan dalam skripsi ini oleh pendapat-pendapat sarjana bidang hukum, dan
didukung juga oleh keterangan-keterangan dari pegawai-pegawai serta instansi
perbankan. Oleh karena itu, diharapkan bahwa kelak skripsi ini memberikan
jawaban mengenai implementasi perjanjian kredit dengan jaminan oleh
perseorangan ataupun oleh perusahaan demi mendukung perkembangan dan
kemajuan perekonomian masyarakat Indonesia.
2. Secara Praktis
Manfaat praktisnya adalah bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi para pembaca, baik dari kalangan akademisi, para pelaku usaha,
serta masyarakat seluruhnya, khususnya bagi para pihak pemberi kredit serta
pihak ketiga yang berkedudukan sebagai penjamin sehingga pemberian kredit
dengan jaminan tidak menimbulkan permasalahan dalam pengembalian kredit
kepada pihak kreditur. Hal ini dimaksudkan agar pihak kreditur dan debitur
mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing dalam
menyelesaikan permasalahan kredit. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan
masukan yang berarti bagi pembaca mengenai ketentuan-ketentuan hukum dalam
implementasi perjanjian kredit di Indonesia.

E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan Pemeriksaan Kepustakaan, Tinjauan Yuridis mengenai
Implementasi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Pemakaian Tempat

Universitas Sumatera Utara

24

Usaha antara Debitur dengan Kreditur (Studi Pada Bank Danamon Medan)
sebagai judul skripsi ini, tidak ada judul yang sama pada Arsip Perpustakaan
Universitas Cabang Fakultas Hukum USU/ Pusat dokumentasi dan informasi
Hukum Fakultas Hukum USU. Tema di atas adalah dari hasil pemikiran sendiri
dan dibantu dengan referensi, buku-buku, dan Informasi Media elektronik.
Dengan demikian maka penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan
skripsi-skripsi yang telah ada, sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik. Dalam penulisan skripsi ini
khusus membahas masalah implementasi perjanjian kredit dengan jaminan
sertifikat pemakaian tempat usaha antara debitur dengan kreditur yang dijabarkan
dengan pemikiran, referensi buku-buku, media elektronik, dan dari bantuan pihakpihak lain.

F. Metode Penelitian
Metode Penelitian dalam hal ini mengemukakan secara detail langkah dan
tahapan yang akan ditempuh dalam melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk
menjawab permasalahan-permasalahan yang telah ditentukan. Adapun Metode
Penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri atas :
1. Tipe Penelitian
Penelitian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Sebagai upaya melakukan
penelitian terhadap pokok permasalahan yang ingin ditulis, penulis dalam

Universitas Sumatera Utara

25

penulisan ini menggunakan metode penelitian normatif yang dikenal juga dengan
istilah penelitian kepustakaan. 13

2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif analitis. Penelitian deskriptif
analitis artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang
menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat, serta menganalisa
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hukum dikonsepkan sebagai
kaidah yang berpatokan pada perilaku manusia yang dianggap pantas.14

3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini data sekunder. Data sekunder
adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara
tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Dengan
kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke
perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca banyak buku yang
berhubungan dengan penelitiannya.15
Adapun Data Sekunder tersebut terbagi atas :
a. Bahan Hukum Primer, yakni terdiri dari Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, Undang Undang

Nomor 7 tahun 1992 juncto Undang-Undang

13

Ibid
15Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003, halaman 118.
15
http://www.kanalinfo.web.id/2016/10/pengertian-data-primer-dan-data-sekunder.html

14

Universitas Sumatera Utara

26

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan di Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang lain yang berhubungan dengan objek pembahasan.
b. Bahan Hukum Sekunder, yakni terdiri dari Berbagai Buku, dokumen, tulisantulisan ilmiah, arsip hukum yang dipublikasikan yang berhubungan dengan
objek penelitian.
c. Bahan hukum Tertier, Yakni bahan yang isinya memberikan petunjuk dan
penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penulisan skripsi ini, Pengumpulan Data dilakukan dengan metode
penelitian kepustakaan dengan menggunakan data yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan, buku-buku yang berkaitan dengan perjanjian kredit,
dokumen resmi, arsip dan publikasi, tulisan-tulisan ilmiah para pakar hukum yang
berkaitan erat dengan objek penelitian ini. Selain itu, dalam pengumpulan data ini
dilakukan juga wawancara dengan pihak Bank Danamon cabang Medan.

5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif-analisis yaitu uraian apa
adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau
non-hukum. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Evaluatif, yaitu melakukan penilaian/mengevaluasi tepat atau tidak tepat,
benar atau tidak benar, sah atau tidak sah terhadap suatu pandangan, proposisi,
pernyataan rumusan norma, keputusan baik yang tertera dalam bahan hukum
primer, sekunder maupun tersier.

Universitas Sumatera Utara

27

2. Interpretatif, yaitu menggunakan jenis penafsiran menurut perundangundangan.

3. Kontruksi, yaitu pembentukan kontrusi-kontruksi yuridis dengan melakukan
analogi dan pembalikan proposisi.

4. Argumentatif, tidak bisa dilepaskan dengan teknik evaluasi, karena penilaian
harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum.
Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi dan makna dari atura hukum yang
dijadikan sebagai pedoman dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang
menjadi objek pembahasan.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah gambaran isi dari skripsi. Sistematika
penulisan skripsi ini terbagi dalam beberapa bab yang diuraikan secara tersendiri,
di dalam lingkup pembahasan yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Penulis
mengklasifikasikansistematika skripsi ini secara terperinci menjadi lima bab.
Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini, Penulis menguraikan tentang hal-hal
yang bersifat umum serta alasan pemilihan judul, permasalahan,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian
penulisan, serta sistematika penulisan.

Universitas Sumatera Utara

28

BAB II

PERJANJIAN KREDIT
Dalam bab ini, dipaparkan tentang dasar hukum dan pengertian
perjanjian, Syarat-Syarat Sahnya Suatu Perjanjian, Jenis-Jenis
Perjanjian, Akibat

Hukum

Perjanjian

bagi

para

pihak,

Pengertian dan dasar hukum kredit, Jenis-jenis kredit, Korelasi
Perjanjian dengan pelaksanaan Kredit, Pengertian dan Dasar
Hukum Perjanjian Kredit, Objek yang dapat dijadikan

jaminan

dalam perjanjian kredit, Syarat-syarat sahnya perjanjian kredit,
Berakhirnya sebuah perjanjian kredit.
BAB III

PROSEDUR PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN
SERTIFIKAT PEMAKAIAN TEMPAT USAHA
Dalam bab ini dipaparkan mengenai prosedur pemberian kredit,
jaminan kredit, kedudukan debitur dan kreditur dalam perjanjian
kredit, Hak dan Kewajiban debitur dan kreditur dalam perjanjian
kredit.

BAB IV

TINJAUAN

YURIDIS

MENGENAI

IMPLEMENTASI

PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT
PEMAKAIAN TEMPAT USAHA ANTARA DEBITUR DAN
KREDITUR
Dalam bab ini dipaparkan mengenai Penyelesaian apabila terjadi
wanprestasi dari debitur atas perjanjian kredit dengan jaminan
berupa sertifikat pemakaian usaha, Bentuk Perlindungan hukum
terhadap debitur dalam hal kredit macet menurut undang-undang
nomor 10 tahun 1998, dan Eksekusi jaminan sertifikat pemakaian

Universitas Sumatera Utara

29

tempat usaha oleh kreditur dalam hal debitur tidak mampu
membayar kredit.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam Bab penutup ini diuraikan mengenai Kesimpulan yang
merupakan jawaban dari permasalahan yang ditetapkan serta saran
dari permasalahan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

2 72 103

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

1 51 103

Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Kredit Dengan Agunan Dalam Rangka Pinjaman Program Kemitraan : Studi Pada PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan

1 46 118

Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Di Bank UOB Indonesia)

19 162 171

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KREDIT PERSONAL LOAN ANTARA BANK JATENG CABANG SURAKARTA Tijauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kredit Personal Loan Antara Bank Jateng Cabang Surakarta Dengan Debitur.

0 0 13

Tinjauan Yuridis Mengenai Implementasi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha Antara Debitur dan Kreditur (Studi Pada Bank Danamon Cabang Medan)

0 0 10

Tinjauan Yuridis Mengenai Implementasi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha Antara Debitur dan Kreditur (Studi Pada Bank Danamon Cabang Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Mengenai Implementasi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha Antara Debitur dan Kreditur (Studi Pada Bank Danamon Cabang Medan)

0 0 36

Tinjauan Yuridis Mengenai Implementasi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha Antara Debitur dan Kreditur (Studi Pada Bank Danamon Cabang Medan) Chapter III V

0 0 64

Tinjauan Yuridis Mengenai Implementasi Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Sertifikat Pemakaian Tempat Usaha Antara Debitur dan Kreditur (Studi Pada Bank Danamon Cabang Medan)

0 0 3