Arttikel Birokrasi HAM dan Konsep negara

Artikel
Realisasi Pelayanan Publik, Hak Asasi Manusia dan
Konsep Negara Hukum di Era Reformasi
Oleh : Rosy Indra Bimantara
K6413064
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

ABSTRAK
Artikel mencoba menampilkan beberapa kajian berupa Pelayanan Publik, Hak Asasi
Manusia dan Konsep Negara Hukum di Era Reformasi negara Indonesia. Penulis berupaya
menjelaskan dan merealisasikan kajian-kajian di atas dalam bentuk argumentasi. Kajian yang
akan di jelaskan nanti, merupakan teori-teori seperti teori Birokrasi atau Pelayanan
Publik,Hak Asasi Manusia dan juga Konsep Negara Hukum. Di samping teori,beberapa
argumentasi dan kenyataan yang ada juga di jelaskan. Pengkajian dan kegiatan
merealisasikan ini bertujuan mencari informasi dan berupaya menjelaskan kenyataan yang
ada. Proses selanjutnya adalah beragumentasi terhadap kajian yang telah ada dan di paparkan
kenyataan dari masing-masing kajian nya.


PENDAHULUAN
Indonesia yang saat ini berada dalam era Reformasi masih memiliki problema-problema
yang terlihat jelas. Sisi negatif dan positif masih nampak, hampir lima tahun negara kita
bereformasi,namun tak terelakkan juga kasus demi kasus dan problema yang ada tak kunjung
reda. Reformasi yang menginginkan suatu pemerintahan yang lebih baik dan trasnparan itu
masih tersandung hambatan. Banyak nya tuntutan agar problema itu hilang datang dari
kalangan bawah dan atas, mereka masih menagih janji dan berorasi agar nantinya Indonesia
lebih baik.

Masalah pelayanan publik, hak asasi manusia dan konsep negara hukum masih
dipertanyakan,prosedur yang di jalankan apakah sudah baik dan tepat. Penegakan dan
pembatasan terhadap HAM juga masih menjadi problem. Banyak kaum miskin dan lemah tak
dapat memenuhi hak-haknya. Keadilan dan penegakan hukum juga menjadi faktor hilangnya
hak-hak tadi. Indonesia yang di katakan negara hukum nyatanya belum bisa bersikap adil dan
terbuka kepada seluruh rakyat. Kejadian ini menyebabkan timbulnya pertanyaan terhadap
reformasi,realisasi pelayanan publik,HAM dan hukum masih sangat jauh dari harapan rakyat.
Mengingat ha-hal di atas seharusnya kita bersikap kritis dan berpendapat agar kelak
problema-problema di atas terselesaikan. Dengan adanya artikel ini,bisa di mengerti bahwa
sudah ada sikap kritis terhadap permasalahan di atas,untuk lebih jelasnya mari kita simak
pada pembahasan nantinya.


PEMBAHASAN
Era reformasi menjadi tonggak lahirnya suatu perubahan. Setelah masa Orde Baru
usai, penguatan hak dan demokrasi lebih terlihat. Di mulai dari pemilihan presiden pada
tahun 1999 yang kala itu bapak Abdulrahman Wahid terpilih menjadi presiden RI. Lambat
laun perbaikan-perbaikan pun di lakukan,misalnya amandemen UUD 1945 di tahun
1999,2000,2001,dan 2002. Era reformasi membawa harapan besar masyarakat kala itu.
Setelah 32 tahun di bawah kepemimpinan Soeharto yang nyaris tak ada ruang untuk
berekspresi. Kasus korupsi,kolusi dan nepotisme mewabah saat itu,tak ada yang berani untuk
melawan. Akhirnya tahun 1998 mahasiswa berkumpul di depan gedung DPR-MPR RI untuk
menjatuhkan Soeharto. Dan akhirnya Soeharto pun turun dari Kursi Istana. Era reformasi
yang di harapkan lebih baik namun kenyataan yang ada masih banyak kekurangan yang
terlihat. Dari pelayanan publik,hak asasi manusia dan konsep negara hukum.
Teori yang pertama yaitu pelayanan publik atau birokrasi. Menurut Max Weber,
birokrasi ada lah suatu hierraki yang di tetapkan secara jelas dimana pemegang kantor
mempunyai fungsi yang sangat spesifik dan mengaplikasikan atau menerapkan aturan
universal dalam semangat impersonalitas yang formalistik1. Sudah jelas bahwa pelayanan
publik berfungsi untuk menerapkan aturan yang universal yang formalistik. Di era reformasi
ini, untuk birokrasi pemerintah lebih banyak memberikan kepercayaan dan pemberdayaan


1 Lihat Dr. Delly Mustofa, M.Si, 2013, Birokrasi Pemerintahan, Bandung, Penerbit Alfabeta, halaman 10

kepada daerah agar mampu berperintah dan berotonomi mengatasi persoala-persoalan di
daerahnya2.
Birokasi saat ini menuai banyak perhatian khususnya prosedur dan pelaksanaanya. Di
samping itu tujuan pelayanan publik pada dasarnya untuk memuaskan masyarakat. Saya
beragumen bahwa pelayanan publik tercermin dengan baik jika :
-

Transparansi, yaitu terbuka, mudah, dapat di akses oleh semua kalangan dan

-

memadai dalam penyediaannya.
Akuntabilitas, yaitu dapat di pertanggungjawabkan pelaksanaannya menurut UU

-

yang berlaku
Partisipatif, yaitu bisa mendorong peran serta dan mendorong masyarakat


-

beraspirasi.
Keseimbangan Hak dan Kewajiban, yaitu memperhatikan keadilan antara pemberi
dan penerima jasa pelayanan publik.

Yang kedua mengenai Hak Asasi Manusia, setiap manusia mempunyai hak yang
sama, hak asasi merupakan suatu anugerah yang di berikan oleh Tuhan kepada manusia yang
sifatnya melekat dan di bawa sejak lahir.
Negara menjamin pemenuhan hak asasi manusia dan manusia bersedia toleran
terhadap berbagai perbedaan yang ada. Kebebasan dan kesetaraan terwujud dalam kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan. Negara menjamin hak hidup, hak kebebasan, dan hak milik
semua orang dari ancaman dan gangguan pihak manapun. Negara membuat undang-undang
dan mengangkat hakim-hakim, mengadili para pelanggar undang-undang dan menjatuhkan
hukuman berdasarkan undang-undang yang di buat negara sesuai persetujuan rakyat. Semua
warganegara mempunyai kedudukan yang sama di muka hukum, mempunyai hak yang sama
dalam perlindungan hukum, dan mempunyai hak pilih yang sama,satu orang satu suara. Tidak
ada inidividu atau kelompok masyarakat yang dapat menyatakan bahwa mereka berhak
memerintah dan mengambil keputusan yang mengikat rakyat, tanpa persetujuan dari rakyat3.

Kenyataan yang ada saat ini, pemenuhan hak-hak tadi masih sangat jauh dari harapan,
hak partisipasi politik misalnya, banyak warga yang merasa hak pilih dan di pilih nya tidak di
hargai. Kasusnya misal, dalam daftar pemilih tetap tidak tercantum namanya,ini mungkin saja
ada keslahan dari petugasnya atau lainnya. Dari hal tersebut membuktikan bahwa hak asasi
manusia pada masa reformasi masih ada problema atau permasalahan. Argumen kali ini,
bahwasannya hak asasi manusia merupakan pemberian dari Tuhan,maka dari itu,tidak ada
seorang pun yang boleh mengambil hak orang lain,negara dan pemerintah menjadi pelindung
2 Dr. Delly Mustofa, M.Si, 2013, Birokrasi Pemerintahan, Bandung, Penerbit Alfabeta, halaman 58
3 Lihat Merphin Panjaitan, 2013, Logika Demokrasi, Jakarta, Penerbit Permata Aksara, halaman 22-23

hal tersebut. Hak manusia tak hanya meliputi hak untuk hidup, hak lainnya di atur dalam
UUD 1945 pasal 28A-28J. Ini membuktikan pemerintah dan negara berperan untuk
perlindungan hak tadi. Kasus-kasus yang terjadi haruslah menjadi bahan untuk kedepannya
lebih baik. Agar Hak Asasi Manusia kedepannya lebih baik dan memang seharusnya itu tugas
pemerintah,negara dan orang / bangsa Indonesia.
Yang ketiga adalah realisasi dari konsep negara hukum, Negara Indonesia adalah
negara hukum4. Sudah jelas dalam UUD 1945 bahwasannya Indonesia adalah negara hukum.
Dalam negara hukum kekuasaan negara terikat pada hukum. Tidak semua negara hukum
adalah negara demokrasi, karena negara bukan demokrasi juga bisa taat pada hukum. Tetapi
negara hukum adalah keharusan dalam demokrasi, artinya negara demokrasi haruslah

sekaligus negara hukum. Sebab dalam negara demokrasi semua warganegara setara, yang
satu tidak lebih tinggi atau lebig rendah dari yang lain. Dalam keadaan seperti ini, interaksi
antar warga masyarakat, antar masyarakat dan negara, dan antar berbagai lembaga negara,
harus di atur dalam hukum yang di buat bersama oleh rakyat melalui wakil-wakilnya,dan
harus di jalankan oleh lembagayang berwenang sesuai dengan aturan hukum, dan
diberlakukan kepada semua pihak secara sama, tanpa diskriminasi5. Dalam negara hukum
yang demokratis berlaku prinsip supremasi hukum, berarti semua pejabat negara, baik di pilih
melalui

pemilu

atau

menjalankankekuasaan

di

angkat,

yang


telah

harus
di

bertindak

tentukan.

berdasarkan

Semua

pejabat

hukum
negara

dalam

memikul

pertanggungjawaban hukum, yaitu pertanggungjawaban pada pengadilan atas pelanggaran
hukum yang di lakukannya. Hubungan antara negara dan masyarakatdi tentukan oleh hukum.
Hak-hak rakyat telah ada sebelum negara ada, dan fungsi negara hanya menjamin
terpenuhinya hak tersebut dan bukan menciptakannya6. Hukum yang ada haruslah membela
rakyat bukan kepentingan penguasa atau pejabat. Menurut Stahl, konsep negara hukumyang
di sebut dengan istilah rechtstaat mencakup elemen penting, yaitu7 :
1.
2.
3.
4.

Perlingdungan hak asasi manusia
Pembagian kekuasaan
Pemerintahan berdasarkan Undang-Undang
Peradilan tata usaha negara.

Prinsip-prinsip negara hukum selalu berkembang seiring dengan perkembangan
masyarakat dan negara. Prof. Utrecht membedakan dua macam negara hukum,yaitu negara

4 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 , Pasal 1 ayat 3
5 Lihat Merphin Panjaitan, 2013, Logika Demokrasi, Jakarta, penerbit Permata Aksara, halaman 128
6 Merphin Panjaitan, 2013, Logika Demokrasi, Jakarta, penerbit Permata Aksara, halaman 129
7 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, 2011, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta, penerbit Sinar
Grafika, halaman 130

hukum formil atau negara hukum klasik dan negara hukum materil atau negara hukum
modern. Negara hukum formil menyangkut pengertian hukum yang bersifat formil dan
sempit, yaitu dalam arti peraturan perundang-undangan tertulis terutama. Tugas negara adalah
melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut untuk menegakan ketertiban. Tipe
negara tradisional ini di kenal dengan istilah negara penjagaa malam. Negara hukum materil
mencakup pengertian yang lebih luas termasuk keadilan di dalamnya. Tugas negara tidak
hanya menjaga ketertiban dengan melaksanakan hukum, tetapi juga mencapai kesejahteraan
rakyat sebagai bentuk keadilan (welfarestate). Berdasarkan berbagai prinsip negara hukum
yang telah di kemukakan tersebut dan melihat kecenderungan perkembangan negarahukum
modern yang melahirkan prinsip-prinsip penting baru untuk mewujudkan negara hukum,
maka terdapat dua belas prinsip pokok sebagai pilar-pilar utama yang menyangga berdirinya
negara hukum. Kedua belas prinsip tersebut adalah sebagai berikut8:














Supremasi hukum
Persamaan dalam hukum
Asas legalitas
Pembatasan kekuasaan
Organ-organ penunjang yang Independen
Peradilan bebas dan tidak memihak
Peradilan tata usaha negara
Mahkamah Konstitusi
Perlindungan Hak Asasi Manusia

Bersifat demokratis
Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan berbegara
Transparansi dan kontrol sosial

Konsep negara hukum saat ini masih menuju kearah perbaikan,perbaikan demi
perbaikan di lakukan. Kepastian hukum juga saat ini sudah cukup baik, dan jika pemerintah
atau negara lebih mementingkan kesejahteraan rakyat maka tujuan hukum, keadilan dan
kemanfaatan akan tercapai. Saat ini masih terdengar bahwa hukum itu tumpul ke penguasa
dan tajam ke rakyat bawah . Hal ini mestinya harus di tanggapi dengan serius agar penguasa
tidak sewenang-wenang dan rakyat bawah tidak menjadi korbannya. Teori lain menyatakan
bahwa negara dan hukum adalah saling berpengaruh dapat di jelaskan dalam teori kedaulatan
Negara (Staatssouvereiniteit) dan teori kedaulatan Hukum (Rechtssouvereiniteit). Menurut
teori kedaulatan Negara, negaralah yang di anggap sebagai sumber dari segala kekuasaan
dalam suatu wilayah negara, sedang menurut teori kedaulatan Hukum, pada pokoknya juga

8 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, 2013, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Penerbit Sinar Grafika,
halaman 131-132

negara tunduk pada hukum,maka hukumlah yang dianggap berdaulat, di atas negara 9.
Menurut Prof. Mr.H. Krabbe, Teori Kedaulatan Hukum itu dimana Hukum hanyalah apa yang
memenuhi rasa keadilan dari orang terbanyak yang di tundukan padanya. Suatu peraturan
perundang yang tidak sesuai dengan rasa keadilan dari jumlah terbanyak orang, tidak dapat
mengikat10
Argumen kali ini, Jika semua komponen bekerja dengan baik, tak ada satu pun yang
di rugikan, pemerintah harusnya tegas dalam masalah hukum dan rakyat haruslah menjaga
kestabilan dan ketertiban bernegara. Selain itu, pemerintah juga harus menguatkan fungsi
yudikatif, karena dengan penguatan tersebut kepastian hukum bisa tercapai.

KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, realisasi dari pelayanan publik, HAM dan konsep negara
hukum sudah cukup baik, apabila semua komponen berusaha bekerja semaksimal mungkin
makanya hasilnya pun baik. Pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama dalam
9 Lihat Hassan Suryono, 2005, Ilmu Negara, Surakarta, Penerbit UNS Press, halaman 63
10 Lihat Drs. C.S.T. Kansil, SH, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Penerbit Balai
Pustaka, halaman 63

penegakan hukum, penguatan HAM, untuk pelayanan publik sendiri pemerintahlah yang
bertugas memperbaikinya. Selain itu masyarakat juga harus menghormati orang lain atau
bertoleransi, agar pemenuhan hak setiap tercapai. Negara merupakan tempat dimana rakyat
bernaung, bekerja, saling berinteraksi, dalam hal ini pemerintah atau negara wajib memnuhi
kebutuhan setiap warganya, dan berusaha melaksanakan apa yang di harapkan masyarkat.
Masyarakat pun juga bisa ikut andil dalam pengambilan keputusan agar kedepannya
problema yang ada bisa terlesaikan dan cita-cita akan reformasi yang lebih baik bisa tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2011. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta. Sinar
Grafika
Kansil, C.S.T. Drs. SH. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta.
Balai Pustaka
Mustofa, Delly. Dr. M.Si. 2013. Birokrasi Pemerintahan. Bandung. Alfabeta
Panjaitan, Merphin. 2013. Logika Demokrasi. Jakarta. Permata Aksara
Suryono, Hassan. 2005. Ilmu Negara. Surakarta. UNS Press
UUD RI 1945