Akibat Pembatalan Perkawinan Karena Adanya Pemalsuan Identitas Dan Kaitannya Dengan Pembagian Harta Bersama (Studi Putusan No.435 Pdt.G 2013 PA.Mdn)

ABSTRAK
AGNES PRATIWI KETAREN*
RABIATUL SYAHRIAH**
ROSNIDAR SEMBIRING***
Suatu perkawinan tidak luput dari berbagai persoalan yang timbul, salah
satunya ialah tentang pelaksanan perkawinan yang dianggap tidak sah karena
syarat dan rukunnya tdak terpenuhi. Pembatalan perkawinan adalah menganggap
perkawinan yang telah dilakukan sebagai peristiwa yang tidak sah, atau dianggap
tidak pernah ada dan dapat diajukan di Pengadilan Agama dengan mengajukan
permohonan pembatalan perkawinan. Skripsi ini berjudul akibat pembatalan
perkawinan karena adanya pemalsuan identitas dan kaitannya dengan pembagian
harta bersama (studi putusan nomor 435/Pdt.G/2013/PA.Mdn). permasalahan
dalam penulisan skripsi ini adalah Apa yang menjadi factor penyebab suatu
perkawinan dapat dibatalkan pembalkan ? Apa saja yang menjadi dasar
pertimbangan hakim dalam memutus pembatalan perkawinan karena adanya
pemalsuan identitas ?Bagaimanakah pembagian harta bersama sebagai akibat
pembatalan perkawinan karena pemalsuan identitas ?.
Penelitian menggunakan meode penelitian deskriptif analitis dengan metode
empiris normative, yang menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis
tentang akibat pembatalan perkawianan karena adanya pemalsuan identitas dan
kaitannya dengan pembagian harta bersama dan menganalisis Putusan dengan

Register Nomor 435/Pdt.G/2013/PA.Mdn.
Kesimpulannya perkara dengan Nomor Register 435/Pdt.G/2013/PA.Mdn,
Factor yang menyebabkan perkawinan dapat dibatalkan karena telah terjadi
pemalsuan identitas juga tidak sesuai dengan hukum syari’at Islam, dengan alasan
wali nikah tersebut bukan ayah kandung Sarfini, melainkan wali hakim (P3N)
yang berada di Kecamatan Kota Medan. Dan yang menjadi dasar pertimbangn
hakim dalam memutus pembatalan perkawinan karena adanya pemalsuan identitas
dalam perkara tersebut adalah karena pernikahan tidak berkekuatan hokum
dengan alasan pernikahan tanpa prosedur yang benar. (N-1, N-2, N-3 telah
dipalsukan). Maka dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal
73 huruf c dan d Kompilasi Hukum Islam. Mengenai pembagian harta bersama
dalam perkara sebagai akibat pembatalan perkawinan dalam hal suami isteri
beritikad baik dilakukan sebagaimana pembagian harta bersama akibat perceraian
yakni masing-masing Tergugat I dan Tergugat II mendapat seperdua dari harta
bersama.
Kata Kunci: Pembatalan Perkawinan, Pemalsuan Identitas, Pembagian
Harta Bersama

*Mahasiswi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**Doen Pembimbing II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***Dosen Pembimbing I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vii
Universitas Sumatera Utara