Akibat Pembatalan Perkawinan Karena Adanya Pemalsuan Identitas Dan Kaitannya Dengan Pembagian Harta Bersama (Studi Putusan No.435 Pdt.G 2013 PA.Mdn)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan institusi atau lembaga yang sangat penting dalam
masyarakat. Eksistenti institusi ini adalah melegalkan hubungan hukum antara
seorang pria dan seorang wanita. Institusi ini juga memiliki kedudukan yang
sangat terhormat dalam Hukum Islam dan Hukum Nasional Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan adanya peraturan peraturan khusus terkait dengan perkawinan
yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Suatu perkawinan
yang sah merupakan sarana untuk mencapai cita-cita membina rumah tangga yang
bahagia, dimana suami-isteri serta anak-anak dapat hidup secara tentram dan
bahagia. Selain itu perkawinan bukan saja merupakan kepentingan dari orang
yang melangsungkannya, tetapi juga kepentingan keluarga dan masyarakat.
Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia, sejak
zaman dahulu hingga kini. Perkawinan merupakan masalah yang aktual untuk
dibicarakan di alam maupun di luar peraturan. Berkenaan dengan perkawinan
akan timbul hubungan suami-isteri dan kemudian akan lahirnya anak-anak,

menimbulkan hubungan hukum antara orang tua dengan anak-anak mereka. Dari
perkawinan mereka memiliki harta kekayaan, dan menimbulkan hubungan hukum

1
Universitas Sumatera Utara

dengan antar mereka dengan harta kekayaan tersebut. 1 Selanjutnya dinyatakan
dengan tegas bahwa pembentukan keluarga yang bahgia dan kekal itu, haruslah
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai asas pertama dalam Pancasila. 2
Aturan tata-tertib perkawinan sudah ada sejak masyarakat sederhana yang
dipertahankan anggota-anggota masyarakat dan para pemuka masyarakat adat dan
para pemuka agama. Aturan tata-tertib itu terus berkembang maju dalam
masyarakat yang mempunyai kekuasaan pemerintahan dan di dalam suatu negara.
Di Indonesia aturan tata-tertib perkawinan sudah ada sejak zaman kuno, sejak
zaman Sriwijaya, Majapahit, sampai masa kolonial Belanda dan sampai Indonesia
telah merdeka. Bahkan aturan perkawinan ini sudah tidak saja menyangkut warga
negara asing karena bertambah luasnya pergaulan bangsa Indonesia. 3
Ketentuan Undang-Undang mengharuskan perkawinan dilaksanakan dengan
terlebih dahulu memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun perkawinan. Pasal 2 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menetapkan

bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu. Kata “hukum masing-masing agamanya”
berarti hukum agama yang dianut oleh kedua mempelai atau keluarganya. 4
Selain itu juga, perkawinan dikatakan sah bilamana dilakukan dengan
memenuhi segala rukun dan syaratnya serta tidak melanggar larangan kawin.
Apabila terjadi suatu perkawinan yang melanggar larangan perkawinan atau tidak
memenuhi syarat dan rukunnya maka perkawinan tersebut tidak sah dan dapat

1

Martiman Prodjohaminodjojo (Jakarta, Hukum Perkawinan Indonesia, 2007) hal. 1
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1976) hal. 15
3
Hilman Hadikusuma, Hukum perkawinan Indonesia (Bandung, Mandar Maju, 2007) hal.

2

1
4


Ibid., hal. 25

2
Universitas Sumatera Utara

dibatalkan. 5 Pada Pasal 22 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974
dinayatakan bahwa:
“perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syaratsyarat untuk melangsungkan perkawinan”.
Selanjutnya dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan Nomor 1
Tahun 1974 dinayatakan bahwa:
“seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan
perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka
mengenai diri suami atau isteri”.
Kompilasi Hukum Islam Pasal 71 mengatur tentang perkawinan yang dapat
dibatalkan yaitu:
a. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama.
b. Perempuan yang dikawini ternyata kemuadian diketahui masih menjadi
isteri pria yang mafqud.
c. Permpuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dari suami yang
lain.

d. Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan, sebagaimana
ditetapkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
e. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang
tidak berhak.
f. Perkawinan yang dilaksanakan denagn paksaan. 6
Hak untuk minta kebatalan dari suatu perkawinan itu hanya diberikan
kepada beberapa orang tertentu saja. Orang ini dapat mempergunakan haknya

5

Abdurrohman al Jaziry, Kitab al-fiqh ala Mazahib al Arba’ah, juz. IV (Lebanon, Dar alKitab al-Iimiyah) hal. 118
6
Instruksi Presiden R.I No.1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, hal. 40

3
Universitas Sumatera Utara

untuk minta kebatalan dari suatu perkawinan, tapi kalau tidak maka perkawinan
dapat berlangsung terus dengan sah. 7
Berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan dinyatakan bahwa yang dapat mengajukan pembatalan
perkawinan adalah:
1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri;
2. Suami atau isteri;
3. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan;
4. Pejabat yang ditunjuk berdasarkan Pasal 16 ayat (2) dan setiap orang
yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap
perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.
Baru-baru ini ada masalah yang sedang melanda bayak keluarga di
masyarakat yaitu memalsukan identitas agar bisa melakukan pernikahan. Salah
satu alasan seorang laki-laki yang telah memiliki isteri melakukan pemalsuan
identitas agar bisa menikahi permpuan lain tanpa adanya predikat buruk dari
masyarakat.
Pada dasarnya seorang yang akan melangsungkan suatu perkawinan
diharuskan melengkapi seluruh syarat-syarat perkawinan dan diharuskan
mendaftarkan diri terlebih dahulu, maksudny agar lebih mengetahui dengan jelas
identitas diri calon mempelai yang sebenarnya. Bukti yang menerangkan identitas
diri adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Keterangan yang diminta dari
Kepala Desa atau Kantor Kelurahan setempat dimana calon mempelai bertempat
tinggal.

7

Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian Menurut Kitab UndangUndang Hukum Perdata (BW) (Jakarta, PT Bina Aksara, 1986) hal. 117

4
Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak
menjelaskan secara rinci tentang pembatalan perkawinan kerena pemalsuan
identitas. Pemalsuan identitas tidak akan terjadi apabila pernikahan dilaksanakan
dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Motif memalsukan identitas itu tidak
hanya mengganti dari sudah menikah menjadi lajang atau janda menjadi gadis,
adapula kasus yang mengganti agama Kristen menjadi Islam terkait tujuan yang
ingin dipermudah.
Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah keputusan pengadilan yang
sudah mempunyai hukum yang pasti dan berlaku sejak saat berlangsungnya
perkawinan. Perkawinan yang dibatalkan menurut Undang-Undang tetap
mempunyai akibat hukum, baik terhadap suami/isteri dan anak-anaknya maupun
pihak ketiga sampai pada saat pernyataan pembatalan itu. 8
Batalnya suatu perkawinan juga mempunyai akibat terhadap harta bersama

suami dan isteri, dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
pada Pasal 37 hanya mengatur tentang harta bersama sebagai akibat dari
perceraian saja. Sedangkan terhadap perkawinan yang dibatalkan, dalam prektek
Pengadilan Agama belum ditemukan adanya aturan atau penetapan pasti
mengenai pembagian harta bersama dari perkawinan yang dibatalkan.
Oleh karena dianggapnya sebuah perkawinan tidak pernah terjadi sebagai
konsekuensi hukum dari pembatalan perkawinan tersebut, maka timbul suatu
masalah yakni mengenai bagaimana pembagian dan aturan apa yang digunakan
dalam pembagian harta bersama setelah terjadinya pembatalan perkawinan.

8

Komariah, Hukum Perdata (Malang, Umm Press, 2008) hal. 53

5
Universitas Sumatera Utara

Dalam sikripsi ini penulis melakukan analisis terhadap Perkara Perdata
dengan Nomor Register : 435/Pdt.G/2013/PA.Mdn untuk mengatahui bagaimana
akibat pembatalan perkawinan karena pemalsuan identitas dan kaitannya

denganpembagian harta bersama.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat sikripsi yang
berjudul : akibat pembatalan perkawinan karena adanya pemalsuan identitas dan
kaitannya

dengan

pembagian

harta

bersama

(studi

putusan

No.435/Pdt.G/2013/PA.Mdn.)
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi factor penyebab suatu perkawinan dapat dibatalkan
pembalkan ?
2. Apa saja yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutus
pembatalan perkawinan karena adanya pemalsuan identitas ?
3. Bagaimanakah pembagian harta bersama sebagai akibat pembatalan
perkawinan karena pemalsuan identitas ?
C. Tujuan Penulisan
Pembahasan dalam penulisan di bawah ini bertujuan agar penulisan ini
dapat menjadi suatu informasi ilmiah yang sangat baik dan berguna untuk
menambah pengenalan , wawasan, serta pemahaman atas bidang kajian ini bagi
mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Selain itu, tujuan dari penulisan
ini adalah sebagai berikut:

6
Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mengetahui apa saja factor yang menyababkan suatu perkawinan
dapat dibatalkan ?
2. Untuk mengetahui dan lebih memahami dasar pertimbangan hakim

dalam memutus pembatalan perkawinan bagi suami isteri karena
adanya pemalsuan identitas.
3. Untuk mengetahui dan lebih memahami pembagian harta bersama
akibat dari pembatalan perkawinan karena adanya pemalsuan identitas.
D. Manfaat Penulisan
Selain tujuan yang akan dicapai sebagaimana yang dikemukakan diatas,
maka penelitian skripsi ini juga bermanfaat untuk:
a) Manfaat Teoritis
Dengan adanya analisa ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan hukum perdata,
khususnya dalam bidang hukum keluarga mengenai pembagian harta bersama
akibat pembatalan perkawinan karena adanya pemalsuan identitas.
b) Manfaat Praktis
- Bagi Penulis : penelitian ini dapat memperluas pengetahuan tentang penerapan
ilmu yang didapat selama perkuliahan di lapangan, serta menambah wacana
ilmu hukum perdata tentang pembagian harta bersama akibat pembatalan
perkawinan karena adanya pemalsuan identitas.
- Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam
mengetahui praktik pembagian harta bersama akibat pembatalan perkawinan
karena adanya pemalsuan identitas guna dapat membentuk peraturan baru

ataupun memperbaiki peraturan yang telah ada.

7
Universitas Sumatera Utara

- Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
kepada masyarakat mengenai pembaian harta bersama akibat pembatalan
perkawinan karena adanya pemalsuan identitas.
E. Keaslian Penulisan
Dari penelitian yang dilakukan pada perpustakaan Universitas Sumatera
Utara belum ada penulisan yang menyangkut mengenai “akibat pembatalan
perkawinan karena adanya pemalsuan identitas dan kaitannya dengan pembagian
harta bersama (study putusan no. 435/Pdt.G/2013/PA.Mdn). Judul tersebut
didasarkan oleh ide, gagasan, pemikiran, referensi, buku-buku dan pihak-pihak
lain. Judul tersebut belum pernah di tulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara sebelumnya dan merupakan kasus yang diangkat dari fenomena masyarakat.
Sepengetahuan penulis, skripsi ini belum pernah ada yang membuat. Jika
ada, penulis yakin bahwa substansi pembahasannya adalah berbeda. Sebagai
contoh skripsi sebagai berikut :
1. Skripsi Nova Ridha Soraya

yang berjudul, “Tinjauan Yuridis Mengenai

Perkawinan Sirri dan Akibat Hukumnya ditinjau dari Undang- Undang No. 1
Tahun 1974 (Studi Kasus di Kecamatan Medan Deli, Kotamadya Medan,
Sumatera Utara)”. Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Apakah faktor- faktor yang mendorong seseorang melakukan perkawinan
sirri di Kecamatan Medan Deli?
b. Bagaimana prosedur pelaksanaan kawin sirri di Kecamatan Medan Deli?
c. Bagaimanakah akibat hukumnya dari perkawinan sirri ditinjau dari
Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, baik bagi

8
Universitas Sumatera Utara

pasangan suami istri, anak yang dilahirkan serta harta benda yang
diperoleh dari perkawinan tersebut?
2. Skripsi Rabitah Irma yang berjudul “Akibat Pembatalan Perkawinan Karena
Adanya Pemalsuan Identitas dan Kaitannya Dengan Kedudukan Anak Menurut
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Studi Pada
Pengadilan Agama Medan Kelas-IA)”. Permasalah pada penulisan skipsi ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kedudukan anak akibat batalnya perkawinan karena adanya
pemalsuan identitas ?
b. Bagaimanakah kewajiban orangtua atas pemeliharaan dan pemberian
nafkah setelah terjadinya pembatalan perkawinan ?
c. Apasajakah akibat pembatalan perkawinan bagi suami isteri karena adanya
pemalsuan identitas di Penagdilan Agama Medan Kelas 1-A ?
3. Amalia Geralda Harahap, yang berjudul “pembatalan perkawinan Menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan
Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Pada Pengadilan Agama Medan)”,
dengan permasalahan yang diteliti adalah:
a. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan pembatalan perkawinan?
b. Bagaimanakah Prosedur dari pelaksanaan pembatalan perkawinan?
c. Bagaimanakah akibat hukum dari pelaksanaan pembatalan perkawinan?
Dengan

demikian,

maka

keaslian

penulisan

skripsi

ini

dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

9
Universitas Sumatera Utara

F. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu hal
atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. 9 Adapun
metode penelitian hukum yang digunakan penulis dalam mengerjakan skripsi ini
antara lain:
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Berdasarkan ruang lingkup pembahasannya, skripsi ini digolongkan ke dalam
jenis penelitian hukum normatif-empiris. Jenis penelitian hukum normatifempiris mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif
secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu. Penelitian hukum
normatif-empiris bermula dari ketentuan hukum positif tertulis yang
diberlakukan pada peristiwa hukum in concreto

dalam masyarakat.

Selanjutnya, penelitian ini bersifat deskriptif . Penelitian deskriptif adalah tipe
penelitian untuk memperoleh keterangan, penjelasan, dan data mengenai
praktik pencatatan perkawinan beda agama.
2. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penyelesaian skripsi ini adalah

Data

Sekunder, Data sekunder ini adalah data yang diperoleh dari literatur- literatur
yang relevan dengan judul ini, dokumen- dokumen, pendapat para ahli hukum
dan hasil penelitian. Data sekunder sebagai pendukung data primer yang dapat
melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan mebaca dan mempelajari
literatur-literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang

9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta, UI Press, 2006) hal. 43.

10
Universitas Sumatera Utara

berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam sikripsi ini. 10 Data sekunder
terdiri dari :
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari:
a. Norma atau kaedah dasar, yakni Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945
b. Peraturan dasar
i.

Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945;

ii.

Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

c. Peraturan perundang-undangan
i.

Undang-undang dan peraturan yang setaraf;

ii.

Peraturan pemerintah dan peraturan yang setarf;

iii.

Keputusan presiden dan peraturan yang setaraf;

iv.

Keputusan menteri dan peraturan yang setaraf;

v.

Peraturan-peraturan daerah.

d. Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, seperti misalnya hukum adat
e. Yurisprudensi
f. Traktat
g. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih
berlaku, seperti misalnya, Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
2) Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer, seperti misalnya, rancangan undang-undang hasil
penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

10

Ibid., hal. 24

11
Universitas Sumatera Utara

3) Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya adalah
kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan seterusnya. 11
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data- data, penulis melakukan beberapa metode yaitu
Studi Kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dari referensi- referensi
yang mendukung terhadap penelitian ini berupa dokumen, Literatur, peraturan
perundang- undangan, serta artikel- artikel yang memiliki kaitan dengan
permasalahan. Kemudian menjadi masukan dalam melengkapi analisis dalam
permasalahan ini.
4. Analisis Data
Analisis Data merupakan suatu proses untuk menafsirkan, merumuskan,
atau memaknai suatu data. Analisis data merupakan tindak lanjut proses
pengelolaan data yang dilakukan peneliti yang melakukan kecermatan, ketelitian,
dan pencurahan daya pikir yang optimal. Hasil analisis data ini diharapkan
mampu memberikan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi
yang akan dibuat. Adapun metode analisa data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu
menggambarkan secara lengkap kualitas dan karateristik dari data- data yang telah
terkumpul, dilakukan pengolahan data, kemudian disimpulkan.
G.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa tahapan yang

disebut dengan bab, dimana masing-masing bab diuraikan masalahnya secara

11

Ibid., hal. 52

12
Universitas Sumatera Utara

tersendiri, namun masih dalam konteks yang berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Secara sistematis materi pembahasan keseluruhannya terbagi atas 5
(lima) bab yang terperinci sebagai berikut :
Bab I

Pendahuluan
Pada bab ini menggambarkan hal-hal yang bersifat umum sebagai langkah

awal dari tulisan ini. Bab ini berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penelitian , dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Tentang Perkawinan
Pada bab ini diuraikan mengenai pengertian perkawinan menurut UndangUndang Nomor 1 tahun 1974, pengertian perkawinan menurut hukum Islam,
syarat-syarat perkawinan, akibat hukum perkawinan, pengertian pembatalan
perkawinan, prosdur pembatalan perkawinan, dan akibat hukum pembatalan
perkawinan.
Bab III Kajian Tentang Pemalsuan Identitas dan Harta Bersama
Pada bab ini diuraikan mengenai pengertian pemalsuan identitas dan kaitan
pemalsuan identitas dalam pembatalan perkawinan serta pengertian harta bersama
dan pembagian harta bersama karena adanya pembatalan perkawinan.
Bab IV Akibat

Pembatalan

Perkawinan

Karena

Adanya

Pemalsuan

Identitas Dan Kaitannya Dengan Pembagian Harta Bersama
(putusan No. 435/Pdt.G/2013/PA.Mdn)
Pada bab ini dibahas mengenai kasus posisi, faktor penyebab pembatalan
perkawinan, pertimbangan hakim, dan akibat pembatalan perkawinan terhadap
harta bersama.

13
Universitas Sumatera Utara

Bab V Kesimpulan dan Saran
Merupakan bab terakhir yang memuat suatu kesimpulan dari permasalahan.
Kemudian dilanjutkan dengan memberikan beberapa saran yang di harapkan akan
berguna dalam praktek.

14
Universitas Sumatera Utara