Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang NAPZA di Sekolah MAN Aek Natas Kabupaten Labuhan Batu Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin (adolescere) (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh
menjadi dewasa” (Hurlock, 2015).
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang
dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun
sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda dan akhir.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang
remaja yaitu:
1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah
bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20
tahun anak laki- laki.
2. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak,
remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat
tinggal.

4. Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap
sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk
perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki.

7
Universitas Sumatera Utara

8

5. Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah
berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.
6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun
(Soetjiningsih, 2010)
2.1.2 Tahap-tahap Perkembangan Remaja
1. Remaja awal (early adolescent) : umur 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan
yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terpengaruh dengan ajakan teman sebayanya. Dengan dipegang bahunya
saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebihlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego

menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti.
2. Remaja menengah (middle adolescent) : umur 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau
banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan
dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu
memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja
pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pada

Universitas Sumatera Utara

9

ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan
kawan-kawan.
3. Remaja akhir (late adolescent) : umur 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal yaitu:
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain
dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang
lain.
e. Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (Soetjiningsih, 2010).
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing
individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak
mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan
secara berkesinambungan.
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Kesukaran
yang dimaksud bukan saja bagi individu yang bersangkutan tapi dapat pula
bagi orang tua dan masyarakat yang ada disekitarnya. Masalah yang
ditimbulkan oleh remaja tidak lagi terbatas dalam lingkungan keluarga,
tetapi sudah ke masyarakat yang lebih luas. Karena itu, masalah yang

Universitas Sumatera Utara


10

ditimbulkan oleh masalah sosial di masyarakat. Apabila masyarakat atau
orang tua menolak kehadiran para remaja untuk berperan dalam kehidupan
masyarakat, maka remaja akan dapat berbuat hal-hal yang tidak
dikehendaki oleh masyarakat, berbuat hal-hal yang dapat menarik
perhatian, yang pada dasarnya para remaja ini menghendaki adanya
pengertian dari eksistensinya dalam kehidupan bermasyarakat ini. Oleh
karena itu, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat luas perlu
dimengerti bahwa remaja membutuhkan pengakuan akan keberadaannya
dan karena itu diperlukan perhatian serta bimbingan yang cukup buatnya.
2.1.3 Ciri-ciri masa remaja
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
a. Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar
kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih
penting daripada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang
langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting
karena akibat-akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik
akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada
beberapa periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena

akibat psikologis. Pada periode remaja keduanya sama-sama penting.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
a. Dalam setiap periode peralihan,status individu tidaklah jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini,
remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau

Universitas Sumatera Utara

11

remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk “bertindak
sesuai umurnya”. Kalau remaja berusaha berperilaku seperti orang
dewasa, ia sering dituduh “terlalu besar untuk celananya” dan dimarahi
karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status
remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi
waktu kepadanya untuk mecoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku,nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
a. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan
sikap juga berlangsung pesat.perubahan fisik menurun maka
perubahan sikap dan perilaku menurun.
b. Ada beberapa perubahan yang sama hampir bersifat universal.
Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada
tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan
emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, maka
meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir
masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang
diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan
masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku,
maka nilai-nilai juga berubah, apa yang pada masa kanak-kanak
dianggap penting, sekarang hampir dewasa tidak penting lagi.

Universitas Sumatera Utara

12

Keempat, remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering

takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan
mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
a. Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki maupun perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu.
Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena
para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
5. Masa remaja sebagai masa menjadi identitas
a. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan,
lambat launmereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas
lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal,
seperti sebelumnya.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
a. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan

berperilaku

merusak,

menyebabkan

orang

dewasayang

harus

Universitas Sumatera Utara

13

membimbing

dan


mengawasi

kehidupan

remaja

muda

takut

bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku
remaja yang normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
a. Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna
merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana
yang dia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal
cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya
sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan
meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja.
Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja

akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau
kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang di tetapkan sendiri.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
a. Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip balasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh karena
itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan
dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka
menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan (Hurlock, 2015).

Universitas Sumatera Utara

14

2.1.4

Tumbuh Kembang Remaja
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang


terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Untuk
tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi
biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang remaja,
merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan
biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbedabeda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja.
1.

Perkembangan dan proses perubahan pada masa remaja
Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang
kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri,
yang bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode
transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada
masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua
aspek yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Proses
perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek yang
berubah selama masa remaja meliputi perubahan fisik, emosional,
kognitif, spiritual dan psikososial.
a. Perkembangan dan perubahan fisik
Menurut Hurlock (1973 dalam Agustiani, 2006) perubahan
yang paling jelas tampak adalah perubahan biologis dan fisiologis
yang berlangsung pada masa pubertas atau pada awal masa
remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16

Universitas Sumatera Utara

15

tahun pada pria. Hormon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar
endokrin dan memberikan perubahan dalam ciri-ciri seks primer
dan ciri-ciri seks sekunder. Gejala ini memberikan isyarat bahwa
fungsi

reproduksi

atau

kemampuan

untuk

menghasilkan

keturunan sudah mulai bekerja. Pertumbuhan fisik, baik secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku
anak sehari-hari. Pada masa remaja, keadaan fisik dipandang
sebagai hal yang penting. Oleh karena itu, ketika keadaan fisik
tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body
image

dan self picture), dia merasa tidak puas dan kurang

percaya diri (Marliani, 2016).
b. Perkembangan dan Perubahan Emosional
Akibat langsung dari perubahan fisik dari perubahan dalam
aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan
fisik dan hormonal dan pengaruh lingkungan yang terkait dengan
perubahan badaniah.
Hurlock (1999, dalam Marliani, 2016) mengidentifikasi ciriciri dan karakteristik emosi, yaitu lebih bersifat subjektif, tidak
tetap/ fluktuatif dan berhubungan dengan peristiwa pengenalan
pancaindra. Menurut Hurlock, secara tradisional masa remaja
dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, masa ketika
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik
dan kelenjar. Hal ini disebabkan karena anak laki-laki dan

Universitas Sumatera Utara

16

perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi
kondisi baru, yang selama masa kanak-kanak, mereka tidak
didipersiapkan untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut.
Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih,
gembira, amarah,takut dan cemas, cemburu, sedih dan lain-lain
(Marliani, 2016).
c. Perkembangan dan Perubahan Kognitif
Piaget (1972) mengemukakan bahwa perubahan dalam
berfikir ini sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap
formal operation dalam perkembangan kognitifnya. Dalam
tahapan yang bermula pada usia 11-12 tahun ini, remaja mulai
mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan
abstrak, hipotesis dan kontrafaktual yang pada memberikan
peluang bagi individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain
untuk segala hal, yang berkaitan dengan kondisi masyarakat, diri
sendiri, aturan-aturan orangtua atau apa yang akan dia dilakukan
dalam hidupnya (Agustiani, 2006).
d. Perkembangan dan Perubahan Spiritual
Spiritual memiliki empat aspek, yaitu hubungan dengan
Tuhan, orang lain, diri sendiri dan alam. Agama dapat
menstabilkan tingkah laku dan memberikan penjelasan mengapa
dan untuk apa seseorang berada di dunia. Agama memberikan

Universitas Sumatera Utara

17

perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah
mencari eksistensi dirinya.
Pada masa ini, remaja berusaha mencari sebuah konsep yang
lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensinya. Perkembangan
pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat
dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Remaja masa kini
menaruh minat pada agamadan mangangap bahwa agama
berperan penting dalam kehidupan. Minat tersebut tampak dengan
keinginan kuat pada remaja untuk membahas masalah agama,
mengikuti pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi,
mengunjungi tempat ibadah, dan mengikuti berbagai upacara
agama (Marliani, 2016).
e. Perkembangan dan Perubahan Psikososial
Semua perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat ini
membawa akibat bahwa fokus utama dari perhatian remaja adalah
dirinya sendiri. Pada saat di mana remaja sangat tidak siap untuk
berkuat dengan kerumitan dan ketidakpastian, berikutnya muncul
faktor-faktor lain yang menimpa dirinya. Remaja dalam
masyarakat kita secara tipikal dituntut untuk membuat satu
pilihan, suatu keputusan tentang apa yang akan dia lakukan bila
dewasa.
Karena hal tersebut, banyak remaja dalam dilemma. Mereka
tidak bisa menjawab pertanyaan tentang peran sosial yang akan

Universitas Sumatera Utara

18

mereka jalankan tanpa menyelesaikan beberapa pertanyaan lain
tentang dirinya sendiri. Perasaan tertentu yang berada dalam suatu
krisis bisa muncul, krisis yang membutuhkan jawaban yang tepat
tentang siapa sebenarnya dirinya (Aguatiani, 2006).
Menurut Erikson (1968, dalam Agustina, 2006) dilemma
tersebut sebagai krisis identitas. Seorang remaja bukan sekedar
mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam
konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi bermakna
dan dimaknakan. Erikson juga mengungkapkan masa remaja
merupakan tahap perkembangan lainnya karena orang harus
mencapai tingkat identitas tingkat ego yang cukup baik.tahap ini
merupakan masa standardisasi diri yaitu anak mencari identitas
dalam bidang seksual, usia, dan kegiatan. Teman sebaya
dipandang sebagai teman senasib, partner, dan saingan. Melalui
kehidupan berkelompok ini, remaja bereksperimen dengan
peranan dan dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orangorang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka percayai
dan tempat mereka berpaling saat krisis (Nasir & Muhith, 2006).
2.1.5

Tugas Perkembangan Remaja
Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada
bagaimana melalui sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan
mempersiapkan sikap dan perilaku orang dewasa. Rincian tugastugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

19

a. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari
kedua jenis kelamin.
b. Mencapai peran sosial feminim atau maskulin.
c. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab
secara sosial.
e. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan
orang dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan untuk karir ekonomi.
g. Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga
h. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan
perilaku (Sumiati, 2009).
2.2 NAPZA
2.2.1. Definisi NAPZA
Napza adalah singkatan dari narkoba, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Napza berupa zat yang bila masuk ke dalam tubuh dan akan
mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan
gangguan pada fisik, psikis dan fungsi sosial (Sumiati, dkk, 2009). Menurut
Nusiriska (2012) efek Napza bagi tubuh tergantung pada jumlah atau dosis
yang digunakan, frekuensi pemakaian, cara menggunakan, faktor psikologis dan
biologis. Secara fisik, organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah
sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, organ-organ
otonom (jantung, paru, hati dan ginjal).

Universitas Sumatera Utara

20

2.2.2 Jenis-jenis Napza
1. Narkotika (UU No 35 Tahun 2009)
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dapat dibedakan kedalam
beberapa golongan yaitu :
a. Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak
ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan, (Contohnya adalah heroin/putauw, kokain, ganja).
b. Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan
(Contoh : morfin, petidin).
c. Narkotika Golongan III :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah golongan I yaitu
morfin, herion (putauw), petidin, candu dan lain-lain. Ganja atau kanabis,
marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun kokain.

Universitas Sumatera Utara

21

2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi,
shabu, LSD)
b. Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuatmengakibatkan
sindroma ketergantungan (Contoh: amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
c. Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital,
Flunitrazepam).
d. Psikotropika golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,

Universitas Sumatera Utara

22

bromazepam,

Fenobarbital,

klonazepam,klordiazepoxide,

nitrazepam,seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
Psikotropika

yang

sering

disalahgunakan

antara

lain

:

Psikostimulansia(amfetamin, ekstasi, shabu), Sedatif & Hipnotika (obat penenang,
obat tidur), Halusinogenika (Iysergic acid dyethylamide (LSD), Mushroom).
3. Zat Adiktif lainnya
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
yang disebut Narkotika dan Psikotropika yaitu antara lain :
a. Minuman Beralkohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf
pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau
psikotropika, memperkuat pengaruh obat/ zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minumanberakohol, yaitu :
a. Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)
b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
c. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson
House, Johny Walker, Kamput.)
b. Inhalansia
Gas yang di hirup dan mudah menguap berupa senyawa organik, yang
terdapat dalam berbagai barang kebutuha rumah tangga, kantor dan
berbagai pelumas mesin yang salah digunakan, antara lain: lem kertas,
thinner, penghapus cat kuku, bensin.

Universitas Sumatera Utara

23

2.2.3. Klasifikasi NAPZA
Pengolongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain menurut Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO) didasarkan atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia.
1. Opiates (opiat)
Opiod mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk atau turunya
kesadaran. Contohnya adalah opium, morfin, heroin dan petidin.
2. Ganja.
Ganja menyebabkan perasaan riang, meningkatkan daya khayal dan
berubahnya perasaan waktu.
3. Kokain.
Kokain dan daun koka tergolong dalam stimulan meningkatkan aktivitas
otak atau fungsi organ lain.
4. Golongan amfetamin (stimulan).
Contohnya adalah amfetamin, ekstasi dan shabu.
5. Alkohol
Alkohol terdapat dalam minuman keras menyebabkan ataxia.
6. Halusinogen
Menyebabkan halusinasi (khayalan), Contohnya (lysergic acid diethylamide).
7. Sedative dan hipnotika
Obat penenang atau obat tidur.
8. Solvent dan inhalasi.
Gas atau uap yang dihirup. Contohnya tiner dan lem.

Universitas Sumatera Utara

24

9. Nikotin.
Terdapat pada tembakau (termasuk stimulan)
10. Kafein (stimulansia).
Terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau nyeri
dan minuman cola (WHO, 2011).
2.2.4 Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada
seseorang. Berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab
timbulnya penyalahgunaan NAPZA terdiri dari :
1. Faktor zat
Tidak semua zat yang digunakan akan memberikan pengaruh yang
sama bagi pemakai, dalam hal ini hanya pengaruh obat dengan pengaruh
farmakologik tertentu yang akan menimbulkan gangguan penyalahgunaan
NAPZA, baik yang menimbulkan ketergantungan maupun tidak
menimbulkan ketergantungan.
2. Faktor individu
Tiap

individu

memiliki

perbedaan

tingkat

resiko

untuk

menyalahgunakan NAPZA. Faktor yang mempengaruhi individu terdiri
dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi.
3. Faktor lingkungan sosial
Faktor lingkungan sosial adalah faktor dimna individu melakukan
interaksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Faktor ini mencakup
faktor keluarga dan faktor sosial lainnya, misalnya pada keluarga yang

Universitas Sumatera Utara

25

kurang harmonis, lingkungan pergaulan individu, komunikasi orang tua
dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai atau kawin lagi, orang tua
terlampau sibuk, orang tua yang acuh dan otoriter, kurangnya orang yang
menjadi teladan dalam hidupnya dan kurangnya kehidupan beragama.
Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang
kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktorfaktor

diatas,

semakin

besar

kemungkinan

seseorang

menjadi

penyalahguna NAPZA. Penyalahguna NAPZA harus dipelajari kasus demi
kasus.Faktor

individu,

faktor

lingkungan

keluarga

dan

teman

sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan
seseorang menyalahgunakan NAPZA. Karena faktor pergaulan, bisa saja
seorang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup
komunikatif menjadi penyalahguna NAPZA (Sumiati, dkk, 2009).
2.2.5Bahaya Penyalahgunaan NAPZA
Bahaya penyalahgunaan NAPZA (BNN, 2009) adalah :
1. Bahaya terhadap diri pemakai
a. Merubah kepribadian si pemakai
b. Merubah perilaku menjadi masa bodoh, pemurung, pemarah dan
melawan terhadap siapapun
c. Semangat kerja atau semangat belajar menurun, suatu saat bersikap
seperti orang yang mengalami gangguan jiwa
d. Tidak ragu melanggar norma masyarakat
e. Tidak segan menyiksa diri untuk menghilangkan rasa nyeri

Universitas Sumatera Utara

26

2. Bahaya terhadap keluarga
a. Tidak segan mencuri uang dan barang keluarga untuk membeli NAPZA
b. Tidak sopan dan melawan orang tua
c. Tidak menghargai harta untuk keluarga (merusak barang)
d. Mencemarkan nama baik keluarga
3. Bahaya terhadap lingkungan masyarakat
a. Berbuat tidak senonoh (mesum)dengan orang lain
b. Mengambil dan mencuri harta milik tetangga atau orang lain
c. Mengganggu ketertiban umum
d. Tidak merasa menyesal apalagi melakukan kesalahan atau pelanggaran
4. Bahaya terhadap bangsa dan negara
a. Rusaknya mental dan fisik generasi muda
b. Kehilangan rasa patriotisme dan cinta bangsa
c. Dipengaruhi pihak lain untuk menghancurkan negara
2.2.6 Dampak Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA
Penggunaan NAPZA dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi:
1. Kesehatan
Organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem syaraf pusat
yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti jantung,
paru-paru,

hati,

ginjal

dan

panca

indera.

Tetapi

sebenarnya

penyalahgunaan NAPZA membahayakan seluruh tubuh. Sudah terlalu
banyak kasus kematian terjadi akibat pemakaian NAPZA, terutama karena
pemakaian berlebih (over dosis) dan kematian karena AIDS (akibat

Universitas Sumatera Utara

27

pemakaian NAPZA melalui jarum suntik bersama dengan orang yang
sudah terinfeksi HIV). Juga banyak remaja meninggal karena penyakit,
kecelakaan dan perkelahian akibat pengaruh NAPZA.
2. Pendidikan
Misalnya kebiasaan malas, sering bolos, dikeluarkan dari sekolah
3. Pekerjaan
Misalnya konflik dengan teman kerja, tidak masuk kantor, pemutusan
hubungan kerja (PHK)
4. Ekonomi
Misalnya kerugian materi yang mengakibatkan kemiskinan
5. Sosial dan Psikologis
Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir
dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilakunya dipengaruhi oleh
zat yang dipakainya. Berbagai gangguan psikis atau kejiwaan yang sering
dialami oleh mereka yang menyalahgunakan NAPZA antar lain rasa tertekan,
cemas, ketakutan, ingin bunuh diri, kasar, marah agresif pergaulan yang
terbatas karena lebih mudah bergaul dengan sesama pengguna NAPZA.
Gangguan psikologis yang paling jelas adalah pengguna tidak bisa
mengendalikan diri untuk terus menerus menggunakan NAPZA.
6. Hukum
Misalnya terlibat kasus-kasus pencurian, perampokan atau pembunuhan.

Universitas Sumatera Utara

28

2.2.7 Upaya Pencegahan penyalahgunaan NAPZA
Ada

beberapa

upaya

pencegahan

yang

dapat

dilakukan

pada

penyalahgunaan NAPZA yaitu:
1. Pencegahan primer
Yang menjadi sarana adalah pada kelompok remaja atau orang-orang yang
belum menggunakan NAPZA dapat dilakukan penyuluhan mengenai
bahaya napza dan kerugian akibat penyalahgunaan NAPZA
2. Pencegahan sekunder
Yang menjadi sasaran orang-orang yang menggunakan NAPZA yang
masih dalam tahap dini untuk segera mendapatkan pengobatan yang tepat
agar dapat terbebas dari efek ketergantungan zat tersebut.
3. Pencegahan tertier
Yang menjadi sasaran adalah pada pengguna NAPZA yang sudah
kecanduan berat, dalam pencegahan disini selain pengobatan juga harus
ditempuh dengan usaha-usaha rehabilitasi fisik, mental, dan sosial,
sehingga dapat sehat kembali. Dengan kondisi sehat diharapkan dapat
berfungsi kembali dalam kehidupan sehari-hari secara fisik, mental dan
interksi sosial sesama masyarakat dilingkungannya.
2.3. Terapi dan Rehabilitasi
2.3.1 Terapi
Terapi atau pengobatan terhadap penyalahgunaan NAPZA haruslah
rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi medik, psikiatri, sosial dan
agama. Terapi pada gangguan

penggunaan zat ditujukan untuk mengobati

Universitas Sumatera Utara

29

komplikasi medik seperti gangguan mental organik yang hampir selalu dijumpai
pada pasien pengguna zat.
Terapi tersebut terdiri dari 2 tahap yaitu detoksifikasi dan pasca
detoksifikasi (pemantapan) yang mencakup komponen-komponen sebagai berikut:
1. Terapi medik-psikiatrik (Detoksidikasi tanpa anastesi dan substitusi)
Terapi (detoksifikasi) adalah bentuk terapi untuk menghilangkan “racun”
(toksin) NAPZA dari tubuh pasien penyalahgunaan dan ketergantungan
NAPZA. Metode detoksifikasi ini tidak hanya dapat

berlaku untuk

NAPZA jenis heroin (putaw) saja melainkan juga berlaku untuk jenis zatzat lainnya misalnya cannabis (ganja), kokain, alkohol, amphetamin
(shabu-shabu, ekstasi) dan zat adiktif lainnya. NAPZA dapat mengganggu
sistem neuro –transmitter dalam susunan saraf pusat (otak).
2. Terapi medik somatik (komplikasi medik)
Yang dimaksud dengan terapi medik somatik adalah penggunaan obat-obatan
yang berkhasiat terhadap kelainan-kelainan fisik sebagai akibat dilepaskannya
NAPZA. Termasuk dalam terapi medik somatik ini adalah larangan merokok
dan mengkonsumsi alkohol bagi pasien pengguna pemakai NAPZA.
3. Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap pasien penyalahguna NAPZA
memegang peranan penting baik dari segi pencegahan (prevensi), terapi
maupun rehabilitasi. Unsur agama dalam terapi bagi pasien penyalahguna
NAPZA

mempunyai

arti

penting

dalam

mencapai

keberhasilan

penyembuhan. Unsur agama yang mereka terima akan memulihkan dan

Universitas Sumatera Utara

30

memperkuat rasa percaya diri (self confidence), harapan (hope), dan
keimanan (faith).
4. Terapi psikososial
Terapi psikososial adalah upaya untuk memulihkan kembali kemampuan
adaptasi penyalahguna NAPZA kedalam kehidupan sehari-hari. Dengan
terapi psikososial ini perilaku anti sosial tersebut dapat berubah menjadi
perilaku yang secara sosial dapat diterima (adaptive behavior)(Hawari, 2006).
2.3.2 Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah bukan sekedar memulihkan kesehatan semula si
pemakai, melainkan memulihkan serta menyehatkan seseorang secara utuh dan
menyuruh. Rehabilitasi korban narkoba adalah proses yang menyeluruh dan
berkelanjutan. Karena itu rehabilitasi yang dilakukan harus meliputi usaha-usaha
untuk mendukung para korban, hari demi hari, dalam membuat pengembangan
dan pengisian hidup secara bermakna serta berkualitas di bidang fisik, mental,
spiritual dan sosial. Dengan kondisi yang sehat tersebut diharapkan mereka mapu
kembali ke fungsi wajar dalam kehidupannya sehari-sehari baik di rumah, di
sekolah/kampus, tempat kerja dan lingkungan sosialnya (Hawari, 2006).
2.4. Pengetahuan
2.4.1 Pengertian Pengetahuan
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
Pengetahuan merupakan hasil tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan pada objek tertentu, penciuman, perasaan dan perabaan, Sebagian
besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

Universitas Sumatera Utara

31

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang dan untuk merubah pengetahuan, sikap dan
prilaku adalah dengan pendidikan dan pelatihan. Menurut Vener dan Davison
yang dikutip oleh Notoadmodjo mengatakan bahwa usia mempengaruhi proses
belajar, karena dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan mulai bergerak
makin jauh. Dengan bertambahnya usia, kemampuan menerima sesuatu makin
berkurang sehingga pembicaraan orang lain terlalu cepat sukar ditangkapnya.
Dengan kata lain, makin bertambahnya usia maka kemampuan menerima stimulus
makin berkurang.
Pengetahuan secara kognitif mempunyai 6 tingkatan meliputi :
1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
2. Memahami (comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginpresentasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis (analysis) merupakan suatu kemampuan menjabarkan suatu
keseluruhan materi/ suatu kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah kemampuan untuk formasi baru dan kaitannya satu sama lain.

Universitas Sumatera Utara

32

5. Sintesis (syntesis) merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu obyek atau materi (Priyoto, 2014).
2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseroang semakin rendah menerima
informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
2. Informasi/media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penularan
sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

Universitas Sumatera Utara

33

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhdap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timnal balik maupun tidak, yan akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.
6. Usia
Usai mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2.4.3 Cara Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2012).

Universitas Sumatera Utara

34

2.5 Sikap
2.5.1 pengertian sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap, dapat disimpulkan
bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial,
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan,
sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2. Merespon (responding)

Universitas Sumatera Utara

35

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.5.2 Faktor-faktor yang mepengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek
sikap antara lain :
1. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional.
2. pengaruh orang lain yang dianggap penting
pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang komformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan
ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan
untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.
3. Pengaruh kebudayaan

Universitas Sumatera Utara

36

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah. kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakat, karena kebudayaanlah yang membericorak pengalaman
individu-individu masyarakat asuhannya.
4. Media massa
Dalam pemberian surat kabar mauoun radioatau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya , akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk.
2.5.3 Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju )

Universitas Sumatera Utara