Perawatan Diri Ibu Nifas untuk Mempercepat Pemulihan Pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN

3.1.

Kerangka Konsep
Kerangka konseptual pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perawatan diri ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Masa nifas
merupakan peristiwa alamiah yang harus diterima oleh ibu setelah melewati
proses persalinan. Pada masa nifasdilakukan perawatan diri untuk mempercepat
pemulihan pada tubuh ibu yang mengalami perubahan. Setiap ibu mempunyai
cara dan variasi berbeda dalam melakukan perawatan diri selama masa nifas.
Perawatan diri ibu nifas menurut teori meliputi perawatan perineum, perawatan
payudara, kebutuhan nutrisi, mobilisasi, aktivitas/latihan. Perawatan nifas yang
dilakukan ibu biasanya juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya tempat mereka
berada karena budaya diyakini oleh masyarakat sebagai sesuatu yang harus
dipatuhi dan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan kesehatan ibu.

18
Universitas Sumatera Utara


19

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Perawatan diri ibu nifas

Modifikasi praktik perawatan
diri ibu nifas untuk

-

Perawatan perineum

-

Perawatan payudara

-


Kebutuhan nutrisi

-

Mobilisasi

- Jenis perawatan diri

-

Aktivitas/ latihan

- Cara perawatan diri

mempercepat pemulihan

Pengaruh aspek sosial budaya
dalam melakukan perawatan diri

Keterangan :

Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti

Universitas Sumatera Utara

20

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel
Perawatan
diri ibu nifas

a. Perawatan
perineum

b. Perawatan
payudara

c. Kebutuhan

nutrisi

d. Mobilisasi

e. Aktifitas/
latihan

Definisi
Operasional
Segala sesuatu yang dilakukan
oleh ibu nifas dalam merawat
dirinya untuk mempercepat
pemulihan selama masa nifas
Perawatan perineum yaitu
perawatan yang dilakukan ibu
nifas pada area simfisis pubis
sampai anus selama masa nifas
Perawatan payudara dilakukan
untuk menjaga kebersihan
payudara,

memperlancar
pengeluaran ASI serta untuk
mengurangi
pembengkakan
payudara selama masa nifas
Upaya pemenuhan nutrisi yang
cukup pada ibu nifas dapat
mempercepat
pemulihan
kesehatan
ibu
setelah
melahirkan
Upaya ibu dalam melakukan
pergerakan
tubuh
sedini
mungkin
untuk
mempertahankan

fungsi
fisiologis
tubuh
setelah
melahirkan
Aktivitas
/latihan
fisik
dilakukan ibu nifas secara
bertahap selama masa nifas
yang
bertujuan
untuk
memulihkan
kembali
kebugaran dan kondisi tubuh
ibu

Cara ukur dan
alat ukur

Kuesioner

Hasil ukur
- Jenis perawatan

Skalaukur
Nominal

- Cara perawatan
- Modifikasi
perawatan nifas

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif karena bertujuan untuk

mengidentifikasi bagaimana perawatan diri ibu nifasuntuk mempercepat
pemulihan pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal.
4.2.

Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling

4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibuyang melahirkan pada
bulan November 2016 - April 2017 di klinik yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal berjumlah126 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi

(Sugiyono,

2012).Penentuan


besarnya

sampel

dihitung

menggunakanrumus Slovin.

�=

N
1 + N(e)2

n : Besaran sampel
N :Besaran populasi
E : Tingkat kesalahan yang diinginkan yaitu 10%

21

Universitas Sumatera Utara


22

�=
�=
�=

126
1 + 126(0,1)2
126
1 + 126(0.01)
126
= 55,75
2,26

� = 56

Jadi,sampel minimal dalam penelitian ini adalah 56 orang.
4.2.3. Tehnik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalahnon probabilitysampling dengan pendekatan purposive samplingyaituteknik
sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasiyang sudah diketahui dan memiliki karakteristik yang
spesifik.Peneliti mempunyai keterbatasan waktu sehingga memilih tehnik
purposive sampling dalam penelitian ini. Namun untuk hasil yang lebih baik
sebaiknya menggunakan tehnik random sampling.Sampel yang diambil dari
populasi adalah ibu nifas yang memenuhi kriteria inklusi sabagai berikut.
a. Melahirkan secara normal (pervaginam)
b. Ibu yang sudah melewati masa nifas 40 hari sampai 6 bulan.
c. Bersedia menjadi responden
d. Tempat tinggal responden dapat dijangkau oleh peneliti

Universitas Sumatera Utara

23

4.3.

Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitianmerupakan komponen yang penting dalam mendukung
terlaksananya penelitian dan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian itu sendiri.Lokasi penelitian inidilakukandi Wilayah Kerja Puskesmas
Medan Sunggal.Alasan peneliti memilih meneliti di lokasi tersebut karenaWilayah
Kerja Puskesmas Medan Sunggal merupakan salah satu lokasi dengan angka
kelahiran yang cukup tinggi.
4.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian inidilaksanakanpada tanggal 19 April-29 Mei2017.
4.4.

Pertimbangan Etik
Penelitian inidilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari program

StudiFakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan melakukan
permohonan izinpenelitian di Puskesmas Medan Sunggal.Penelitian ini dilakukan
dengan memperhatikan etika yang ditujukan untuk melindungi hak-hak subjektif
untuk menjamin kerahasiaan identitas responden.Sebelum penelitiandilaksanakan,
peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu kemudian menjelaskan maksud dan
tujuan dengan jelas serta mudah dipahami kepada responden. Setelah itu peneliti
akan menyerahkan lembar persetujuan penelitian kepada responden. Jika
responden

bersedia,maka

responden

menandatangani

lembar

persetujuan

(informed consent) yang telah dipersiapkan oleh peneliti (Nursalam, 2003).

Universitas Sumatera Utara

24

4.5.

Instrument Penelitian
Instrumen yangdigunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner Yang

terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi responden yang meliputi
umur, tanggal/bulan persalinan, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan ibu
dan jumlah anak. Kedua, kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perawatan diri
seperti perawatan perineum, perawatan payudara, kebutuhan nutrisi, mobilisasi
dan aktivitas/latihan.Kuesioner ini akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas
sebagai syarat penggunaan kuesioner baru karena pertanyaandalam kuesioner
dibuat sendiri oleh peneliti.
4.6.

Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau

kesahihan

suatu

instrument

yang digunakan

dalam

pengumpulan

data.Instrumen yang divalidasi dalam penelitian ini adalah perawatan diri ibu nifas
untuk mempercepat pemulihan pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal.Uji validitas dilakukan secara content validity yaitu validitas yang
merujuk sejauh mana sebuah instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan
sesuai isi yang dikehendaki (Setiadi, 2013).Penelitian dinyatakan valid jika nilai
Content Validity Index sama dengan 0,86 sampai 1,00 (Polit & Beck,
2012).Instrumen pada penelitian ini sudah dikonsultasikan kepada kepala ruangan
maternitas yang bertugas di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Hasil uji
validitas mempunyai nilai Content Validity Index sebesar 1,00, sehingga
instrumen dalam penelitian ini dapat dinyatakan sudah valid.

Universitas Sumatera Utara

25

4.6.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan seberapa besar derajat
atau kemampuan alat ukur secara konsisten terhadapobjek yang akan diukur pada
kelompok yang sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Instrumen penelitian perawatan nifas
menggunakan metode KR-20. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai 0,70 namun nilai 0,80 atau lebih merupakan nilai yang sangat diinginkan
(Polit & Beck, 2012). Adapun hasil perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian
ini mempunyai nilai sebesar 0,75 sehingga instrumen dalam penelitian ini dapat
dinyatakan sudah reliabel.
4.7.

Pengumpulan Data
Pengumpulan datadilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi

pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari
lokasi penelitian yaitu di Puskesmas Medan Sunggal.Sebelum melakukan
penelitian, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan pihak Puskesmas Medan
Sunggal tentang penelitian yang akan dilakukan terutama terkait pengambilan data
ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas tersebut. Namun, Puskesmas Medan
Sunggal tidak melayani persalinan sehingga pihak puskesmas menyarankan untuk
mengambil data ibu melahirkan di beberapa klinik yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal. Klinik yang di tunjuk oleh Puskesmas adalah Klinik
Diana, Klinik Mariani dan Klinik Junita. Oleh karena itu, data keberadaan ibu
yang melahirkan dari bulan November sampai April di dapat dari klinik tersebut.
Kemudian peneliti mencatat seluruh alamat calon responden dan melakukan

Universitas Sumatera Utara

26

pengumpulan data penelitian dengan mendatangi rumah calon responden.
Penelitimemperkenalkan diri dan menjelaskan tentang maksud sertatujuan
penelitian dan meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian.
Setelah responden menyetujuinya, peneliti memberikan kuesioner kepada
responden.Kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa
kelengkapannya oleh peneliti kemudian dilakukan analisa data.
4.7.

Pengolahan Data dan Analisa Data

4.7.1. Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu memeriksa
kelengkapan data yang diperoleh (editing), kemudian data yang telah lengkap
diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti memasukkan kedalam tabel.
Hasil pengelompokan data kemudian dimasukkan kedalam tabel (tabulating)
sesuai dengan kategori dengan menggunakan komputerisasi kemudian didapatkan
hasil analisa data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
4.7.2. Analisa Data
Data yang sudah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis
univarat yaitu analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).Analisis univariat
dalam penelitian ini adalah data demografi dan perawatan nifas yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran tentang jenis, cara danmodifikasi perawatan nifas
di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.

Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan terkait

perawatan diri ibu nifas untuk mempercepat pemulihan pascasalin yang meliputi
perawatan perineum, perawatan payudara, kebutuhan nutrisi, mobilisasi dan
aktivitas. Selain itu, perawatan nifas dalam penelitian ini juga mengekplorasi
perawatan berdasarkan kebiasaan yang dilakukan ibu nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19
Aprilsampai 29 Mei 2017.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan
pihak Puskesmas Medan Sunggal tentang penelitian yang akan dilakukan terutama
terkait pengambilan data ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas tersebut. Namun,
Puskesmas Medan Sunggal tidak melayani persalinan sehingga pihak puskesmas
menyarankan untuk mengambil data ibu melahirkan di beberapa klinik yang
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Klinik yang di tunjuk oleh
Puskesmas adalah Klinik Diana, Klinik Mariani dan Klinik Junita. Oleh karena
itu, data keberadaan ibu yang melahirkan dari bulan November sampai April di
dapat dari klinik tersebut. Pada saat proses penelitian berlangsung, terdapat
beberapa alamat responden yang kurang jelas sehingga hal tersebut menjadi
kendala bagi peneliti.

27

Universitas Sumatera Utara

28

5.1.1. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang
sudah melewati masa nifas 40 hari sampai 6 bulan yang keseluruhan jumlahnya
adalah 56 orang.Karakteristik responden meliputi usia, agama, suku, pendidikan
terakhir, pekerjaan ibu dan jumlah anak.
Tabel 5.1. Data Demografi Ibu Postpatum di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal (n=56)
Karakteristik Responden
Usia
< 20 tahun
20 – 29 tahun
>29 tahun
Agama
Islam
Protestan
Suku
Batak Toba
Jawa
Mandailing
Melayu
Minang
Karo
Nias
Pendidikan
SD
SMP
SMA
D3/Sarjana
Pekerjaaan
Ibu Rumah Tangga
Karyawan
Jumlah anak
1
2
3

Frekuensi (f)

Persentase (%)

0
42
14

0
75,0
25,0

54
2

96,4
3,6

2
29
16
6
1
1
1

3,6
51,8
28,6
10,7
1,8
1,8
1,8

6
8
35
7

10,7
14,3
62,5
12,5

53
3

94,6
5,4

13
33
10

23,2
58,9
17,9

Universitas Sumatera Utara

29

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usia responden ibu nifas di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Sunggal dengan kelompok usia terbanyak berada pada
rentang 20 – 29 tahun sebanyak 42 orang (75,0%).Agama mayoritas responden
menganut agama Islam sebanyak 54 orang (96,4%). Suku mayoritas responden
bersuku Jawa sebanyak 29 orang (51,8%) dan tingkat pendidikan terakhir
mayoritas responden yaitu SMA sebanyak 35 orang (62,5%). Pekerjaan ibu paling
banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 53 orang (94,6%) dan selebihnya
sebagai karyawan. Sedangkan paritas (kelahiran) paling banyak adalah kelahiran
anak kedua sebanyak 33 orang (58,9%), sisanya jumlah kelahiran anak ke 3 yang
paling sedikit sebanyak 10 responden (17,9%) dan kelahiran anak pertama
sebanyak 13 responden (23,2%). Informasi lengkap tentang karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
5.1.2. Praktik Perawatan Nifas oleh Ibu Postpartum
Dari 56 responden dalam penelitian ini melakukan sebagian jenis
perawatan nifas seperti perawatan perineum, perawatan payudara, pemenuhan
asupan nutrisi, mobilisasi dan modifikasi perawatan nifas.Namun, terdapat dua
jenis perawatan yang tidak dilakukan oleh seluruh responden yaitu latihan kegel
(kegel excersise) dan senam nifas.Hal ini tidak dilakukan karena responden belum
mengetahui dan mengenal tenteng jenis perawatan tersebut.
5.1.2.1.Perawatan Perineum
Berikut pemaparan terkait praktik perawatan perineum yang dilakukan ibu
postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal.

Universitas Sumatera Utara

30

Tabel 5.2. Praktik Perawatan Perineum Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal (n=56)
Jenis Perawatan
Pemberian obat-obatan
pada luka perineum

Frekuensi
dan Persentase
38 (67,9%)

Keterangan
Jumlah ibu yang memiliki luka
perineum sebanyak 42 orang.
38 diantaranya memberikan
obat-obatan pada luka perineum
menggunakan salep dan betadin
sedangkan sisanya (n=4) tidak
memberikan obat-obatan pada
luka perineum.

Mengganti pembalut pada
awal masa nifas
(4 kali/hari)

28(50,0%)

Pembalut diganti 4 kali sehari
pada awal masa nifas sebanyak
28 orang selebihnya mengganti
pembalut 3 kali sehari sebanyak
18 orang dan sebanyak 10
orang mengganti pembalut 5
kali sehari.

Memakai larutan
antiseptik untuk membilas
area genitalia

13 (23,2%)

Larutan
antiseptik
yang
digunakan yaitu antiseptik
kemasan botol dan daun sirih.

Melakukan pembilasan
dari simpisis pubis kearah
anus

56 (100%)

Pembilasan
area
genitaldilakukan dari simpisis
pubis kearah anus.

Perawatan khusus pada
perineum untuk
mempercepat pemulihan
pada area genitalia

5(8,9%)

Perawatan
khusus
pada
perineum dilakukan dengan
cara
menduduki
batu
hangatuntuk
merapatkan
kembali
vagina
setelah
melahirkan.

Dari 56orang responden, yang mempunyai luka perineum sebanyak 42
orang (75,0%) dan 38 orang (67,9%) diantaranya memberi obat-obatan pada luka
tersebut sedangkan selebihnya tidak memberikan obat-obatan.Seluruh responden

Universitas Sumatera Utara

31

melakukan pembilasan dari simpisis pubis kearah anus dan 13 orang (23,2%)
diantaranya menggunakan larutan antiseptik untuk mencegah infeksi pada
perineum. Responden yang mengganti pembalut 4 kali sehari sebanyak 28 orang
(50,0%) pada awal masa nifas dan yang melakukanperawatan khusus pada
perineum sebanyak 5 orang (8,9%).
5.1.2.2.Perawatan Payudara
Berikut ini gambaran perawatan payudara yang dilakukan oleh ibu
postpartum pada saat menyusui.
Table 5.3. Praktik Perawatan Payudara Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal (n=56)
Jenis Perawatan
Perawatan saat payudara
bengkak

Frekuensi
danPersentase
55 (98,2%)

Keterangan
Ibu mengatasi pembengkakan
dengan cara memberikan ASI
sesering mungkin kepada bayi
(n=55) dan sebagian (n=7)
melakukan kompres hangat agar
bengkak berkurang dan satu
orang ibu tidak mengalami
pembengkakan payudara.

Melakukan pemijatan
payudara

10 (17,9%)

Ibu melakukan pemijatan pada
payudara dengan cara gerakan
melingkar
dan
selebihnya
(n=46)
tidak
melakukan
pemijatan payudara.

Membersihkan payudara
setiap kali ingin menyusui

9 (16,1%)

9 orang ibu membersihkan
payudara setiap kali ingin
menyusui dengan handuk atau
tissue sedangkan 47 orang ibu
lainnya tidak membersihkan
payudara saat ingin menyusui.

Universitas Sumatera Utara

32

Makanan khusus untuk
meningkatkan produksi
ASI

56 (100%)

Makanan khusus seperti daun
katuk (n=56) dan jantung
pisang(n=31)
dikonsumsi
responden untuk meningkatkan
produksi ASI dan terdapat satu
orangresponden
yang
mengkonsumsi air nira untuk
memperbanyak produksi ASI.

Perawatan khusus pada
payudara selama masa
nifas

3 (5,4%)

Terdapat 2 orang ibu mengalami
masalah pada puting (lecet).
perawatan yang dilakukan saat
mengalami puting lecet yaitu
dengan mengoleskan minyak
sayur/zaitun pada puting. Satu
orang
lainnyamelakukan
perawatan
khusus
yaitu
menggunakan
sisir
yang
digosokkan pada payudara untuk
mengurangi bengkak.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa 55 orang (98,2%) pernah
mengalami bengkak pada payudara selama menyusui sedangkan 1 orang tidak
menyusui bayi karena ASI tidak banyak keluar pada awal masa nifas. Pemijatan
payudara dilakukan oleh 10 orang (17,9%) dan yang rutin membersihkan
payudara setiap kali ingin menyusui sebanyak 9 orang (16,1%) sedangkan yang
melakukan kompres hangat jika payudara bengkak hanya 7 orang (12,5%).Semua
ibu postpartum dalam penelitian ini mengkonsumsi makanan khusus untuk
memperlancar ASI dan sebanyak 3 orang (5,4%) melakukan perawatan khusus
pada payudara selama proses menyusui.

Universitas Sumatera Utara

33

5.1.2.3.Kebutuhan Nutrisi
Berikut ini pemaparan terkait asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu
postpartum.
Tabel 5.4.

Kebutuhan Nutrisi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas

Medan Sunggal (n=56)
Frekuensi dan
Persentase
56 (100%)

Jenis Perawatan
Makan > 3 kali
ditambah makanan
selingan

Keterangan
Ibu rutin makan makanan
pokok ditambah dengan
makanan selingan.

Mengkonsumsi
makanan berserat

54 (96,4%)

Ibu mengkonsumsi makanan
berserat seperti buah-buahan
dan sayur-sayuran hijau
sedangkan 2 orang tidak
rutin
makan
makanan
berserat.

Mengkonsumsi vitamin
selama masa nifas

10 (17,9%)

Ibu mengkonsumsi pil yang
didapatkan dari petugas
kesehatan untuk memulihkan
kondisi
tubuh
setelah
melahirkan.

Mengkonsumsi susu
selama masa nifas

13 (23,2%)

Selain makanan berserat dan
mengkonsumsi vitamin, ibu
juga minum susu untuk
memperbanyak ASI.

Dari tabel diatas diketahui bahwa semua ibu makan lebih dari tiga kali
sehari

ditambah

dengan

selingan

dan

54

orang

diantaranya

(96,4%)

mengkonsumsi makanan berserat sedangkan ibu yang mengkonsumsi susu
sebanyak 13 orang (23,2%) dan vitamin hanya 7 orang (12,5%).

Universitas Sumatera Utara

34

5.1.2.4. Mobilisasi
Berikut ini merupakan gambaran terkait mobilisasi dan aktivitas yang
dilakukan oleh ibu setelah melahirkan.
Tabel 5.5. Mobilisasi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal (n=56)
Jenis Perawatan
Mobilisasi dini

Waktu mulai
beraktifitas setelah
melahirkan

Frekuensi dan
Persentase
56 (100%)

Keterangan
Ibu sudah dapat miring
kiri-kanan dan duduk
delapan jam setelah
persalinan.

28 (50,0%)

28 orang responden
mulai
beraktivitas
mengerjakan pekerjaan
rumah tangga setelah 1
minggu
sedangkan
lainnya mulai melakukan
aktivitas pada hari ke-3,
ke-21, ke-30, ke-40 yaitu
masing-masing 7, 6, 8
dan 7 orang.
Tabel diatas menunjukkan bahwa semua responden melakukan mobilisasi

dini dan mulai beraktivitas melakukan pekerjaan rumah 7 hari setelah melahirkan
sebanyak 28 orang (50,0%) dan paling sedikit responden melakukan aktivitas
rumah tangga setelah hari ke-21 sebanyak 6 orang (10,7%), pada hari ke-3 7 orang
(12,5%), pada hari ke-30 8 orang (14,3%) dan hari ke-40 7 orang (12,5%).
5.1.3. Aspek Budaya dalam Perawatan Nifas
Berikut ini pemaparan terkait kebiasaan khusus yang dilakukan oleh ibu
nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal.

Universitas Sumatera Utara

35

Table 5.6. Kebiasaan Khusus yang Dilakukan Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal (n=56)
Jenis Perawatan
Kebiasaan khusus yang
dilakukan ibu setelah
melahirkan:
1. Gurita

Frekuensi dan
Persentase

Keterangan

56 (100%)

Gurita dililitkan dari mulai
bawah payudara sampai ke
bagian bawah perut dan
digunakan selama 40 hari.

2. Param

56 (100%)

Param merupakan campuran
dari tepung beras, kencur,
merica, jahe merah, cengkih,
daun-daunan.
Ramuan
tersebutdilulurkan
keseluruh
tubuh untuk menghangatkan
badan.

3. Pilis

56 (100%)
Pilis merupakan campuran
tepung Beras, kunyit, kapulaga,
kayu manis, kapur sirih, dan air
jeruk nipis. Ramuan tersebut
dipakai dikening langsung
setelah
melahirkan
untuk
mencegah mata menjadi rabun.

4. Jamu kunyit
asam

5. Kusuk nifas

Pantangan kebiasaan

56 (100%)
Jamu dibuat dari campuran
parutan kunyit dan asam jawa,
lalu direbus kemudian diminum
untuk mengembalikan kondisi
tubuh
setelah
melahirkan.
56 (100%)
Kusuk
dilakukan
untuk
mengembalikan
kebugaran
tubuh ibusetelah melewati
proses persalinan yang banyak
menghabiskan
energi.
4(7,1%)
Hanya 4 orang ibu nifas
mematuhi makanan pantangan
seperti tidak makan ikan, cabai,
nangka dan pulut.

Universitas Sumatera Utara

36

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden melalukan
kebiasaan khusus setelah melahirkan seperti memakai gurita, param, pilis, minum
jamu dan kusuk. Hal tersebut bermanfaat untuk mengembalikan bentuk tubuh
seperti sebelum melahirkan terutama pada bagian perut dan untuk mengembalikan
kebugaran kondisi tubuh sedangkan 4 orang (7,1%) diantaranyamempunyai
kebiasaan pantanganseperti tidak boleh makan ikan, cabai, nangka dan pulut.
5.2.

Pembahasan

5.2.1.

Praktik Perawatan Nifas oleh Ibu Postpartum

5.2.1.2. Perawatan Payudara
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden dalam penelitian
ini mempunyai luka perineum sebanyak 42 orang (75,0%) dan 38 (67,9%)
diantaranya menggunakan obat-obatan seperti menggunakan salep dan betadine
untuk mempercepat pengeringan pada luka. Responden mengganti pembalut 4
kali sehari pada awal masa nifas sebanyak 28 orang (50,0%) sedangkan yang
mengganti pembalut 3 kali sehari sebanyak 18 orang dan mengganti pembalut 5
kali sehari sebanyak 10 orang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh dr.
Ogi Dewangga, SpOG bahwa mengganti pembalut yang bersih sebaiknya 4-6 jam
sekali sehari. Jika mengganti pembalut kurang dari 4 kali sehari dapat
mengakibatkanterjadinya kontaminasi bakteri, iritasi, infeksi dan juga dapat
memperlambat penyembuhan pada luka perineum.
Pembilasan dari simpisis pubis sampai ke anus dilakukan oleh seluruh
responden dengan menggunakan air keran biasa dan air hangat. Hal tersebut
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bobak, Lowdermilk, &Jensen(2005),

Universitas Sumatera Utara

37

bahwa kebersihan perineumyang baik dapat mencegah terjadinya infeksi dengan
cara membersihkan perineum dengan air hangat minimal sekali sehari dan
membersihkan dari simfisis pubis sampai daerah anus.Selain itu, penggunaan
antiseptik juga digunakan sebanyak 13 responden dengan menggunakan antiseptik
kemasan botol dan daun sirih sedangkan sebanyak 43 orang (76,8%) tidak
menggunakan antiseptik.
Antiseptik

merupakan

agen

kimia

yang

berfungsi

mencegah,

memperlambat atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan
luar kulit tubuh.Jika memakai daun sirih sangat dianjurkan karena daun sirih
memiliki kandungan yang dapat mempercepat penyembuhan luka dan mencegah
terjadinya infeksi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ari Kurniarum di
Surakarta, Responden yang menggunakan daun sirih dan tidak menggunakan daun
sirih terlihat perbedaan, dimana dari 30 responden yang menggunakan daun sirih
setelah 7 hari post partum, terdapat 22 responden (73,3%) yang luka perineumnya
kering dan 8 responden (26,7%) yang masih basah sedangkan pada 30 responden
yang tidak menggunakan daun sirih, setelah 7 hari post partum sebanyak 18
responden (60%) luka perineum masih basah dan 12 responden (40%) luka
perineum kering.Hasil penelitian tersebut didukung oleh Nurita (2012), bahwa
daun sirih terbukti efektif untuk mempercepat pemulihan luka perineum
(episiotomi) setelah melahirkan. Hasil penelitian tersebut didukung juga dengan
penelitian Celly (2010), bahwa ada pengaruh Penggunaan Daun Sirih Terhadap
Percepatan Luka Perineum Ibu Nifas di Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto,
Kabupaten Jombang, Tahun 2010. Kandungan kimia dan sifat-sifat kimia daun

Universitas Sumatera Utara

38

sirih yang terdiri dari hidroksi chavicol, kavibetol, estragol, eugenol,
metileugenol, karvakrol memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari fenol
biasa. Chavicol adalah salah satu komponen yang terkandung dalam daun sirih
yang dapat berfungsi sebagai antiseptik.
5.2.1.2. Perawatan Payudara
Hasil penelitian diperoleh dari 56 responden hanya 10 orang(17,9%)yang
melakukan pemijatan payudara padahal jika pemijatan dilakukan secara rutin akan
memberikan manfaat yang baik untuk ibu postpartum seperti dapat merangsang
dan

meningkatkan

produksi

ASI,

dapat

mengurangi

sumbatan

ASI,

mempertahankan produksi ASI, merangsang peredaran darah pada payudara,
dapat melenturkan dan menguatkan puting (Saryono, 2008). Berdasarkan hasil
penelitian oleh Dwi Utami di Puskesmas Jatinom, bahwa terdapat adanya
pengaruh massage payudara terhadap kelancaran ekskresi ASI pada ibu
postpartum. Dari 31 responden, ekskresi ASI setelah dilakukan massage payudara
sebanyak 27 responden (87,1%) didapatkan ekskresi ASI nya lancar sedangkan
sebanyak 4 responden (12,9%) ekskresi ASI nya tidak lancar.
Pada saat proses menyusui hampir semua responden dalam penelitian ini
mengalami bengkak payudara yaitu 55 orang (98,2%) dan cara responden
mengatasi pembengkakan tersebut yaitudengan memberikan ASI sesering
mungkin kepada bayisedangkan 7 orang (12,5%) diantaranya mengatasinya
dengancara mengompres payudara menggunakan kain yang telah dibasahi air
hangat.

Universitas Sumatera Utara

39

Perawatan lain yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 2 respondensuku mandailing memberikan minyak sayur ataupun minyak
zaitun pada saat mengalami puting lecet dan salah satu responden suku melayu
mengosokkan sisir ke payudara untuk mengurangi pembengkakan. Hal ini
dilakukan responden karena perawatan tersebut merupakan perawatan yang sudah
turun temurun dilakukan oleh keluarga.
5.2.1.3. Kebutuhan Nutrisi
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas mengkonsumsi makanan
berserat sebanyak 54 orang (96,4%)sedangkan responden yang mengkonsumsi pil
dan susu masing-masing hanya 10 orang (17,9%) dan 13 orang (23,2%) dari 56
responden. Asupan nutrisi pada ibu postpartum sebaiknya terpenuhi karena
setelah melahirkan ibu membutuhkan gizi yang cukup untuk memulihkan kondisi
tubuh, mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan produksi ASI yang
berkualitas.
Dalam penelitian ini juga menunjukkan sebanyak 56 (100%) responden
mengkonsumsi makanan khusus yaitu daun katuk.Daun katuk memiliki
kandungan nutrisi yang cukup lengkap yaitu kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, K,
protein, serat, zat besi, kalium dan magnesium.
Responden dalam penelitian ini yang mengkonsumsi jantung pisang
sebanyak 31 orang (55,4%). Jantung pisang mengandung laktagogum yang
memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitoksin dan prolaktin seperti
alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid yang paling efektif dalam meningkatkan dan
memperlancar

produksi

ASI.

Reflek

prolaktin

secara

hormonal

untuk

Universitas Sumatera Utara

40

memproduksi ASI, ketika bayi menghisap puting payudara ibu, terjadi rangsangan
neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke
hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus ini
akanmengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada
kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan
ASI (Murtiana, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ely Tjahjanidi
puskesmas Gundi Surabaya, sebanyak 15 orang ibu nifas mengalami pengeluaran
ASI yang tidak lancar sebelum mengkonsumsi jantung pisang, namun hampir
seluruhnya dari responden 12 (80%) ibu nifas mengalami peningkatan produksi
ASI dan pengeluaran ASI menjadi lancarsetelahmengkonsumsi jantung pisang.
Hasil penelitian tersebut didukung penelitian oleh Elly Wahyuni di wilayah
puskesmas Srikuncoro, Bengkulu (2012) bahwa adanya peningkatan produksi ASI
pada ibu menyusui yang diberi jantung pisang selama 7 hari berturut-turut. Selain
mengkonsumsi sayuran diatas, salah satu responden mengkonsumsi minuman
khusus yaitu air nira sebanyak 2 botol berukuran 500ml pada awal masa nifas
yang diyakini dapat memperbanyak volume ASI.
5.2.1.4. Mobilisasi dan Aktivitas
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua reponden melakukan
mobilisasi dini setelah delapan jam persalinan seperti miring kiri-kanan. Pada hari
kedua ibu diperbolehkan duduk, hari ketiga ibu sudah dapat jalan-jalan tetapi
jangan melakukan mobilisasi yang terlalu berat karena akan membebani kerja
jantung ibu. Mobilisasi membantu untuk mencegah terjadinya thrombosis dan
trombo emboli dan agar sirkulasi darah keseluruh tubuh lancar (Padilla, 2014).

Universitas Sumatera Utara

41

Mayoritas responden dalam penelitian ini mulai beraktivitas 7 hari setelah
melahirkan sebanyak 28 orang sedangkan yang memulai aktivitas pada hari ke-3,
hari ke-21, Hari ke-30, Hari ke-40 masing-masing sebanyak 7 orang (12,5%), 6
orang (10,7%), 8 orang (14,3%) dan 7 orang (12,5%).
5.2.2. Aspek Budaya dalam Perawatan Nifas
Dari hasil data demografi dapat dilihat bahwa mayoritas ibu nifasbersuku
Jawa yaitu sebanyak 29 responden (51,8%). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sugita (2016), di Desa Candirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Klaten, masyarakat suku jawa mempunyai kebiasaan tertentu dalam penyembuhan
dan mempunyai persepsi tertentu tentang sehat sakit terkait budaya seperti
memakai gurita, param, pilis, minum jamu dan kusuk.Namun, tidak hanya suku
jawa tetapi responden suku lainnya dalam penelitian ini juga melakukan
kebiasaan-kebiasaan tersebut. Peneliti berasumsi bahwa memakai gurita, param,
pilis, minum jamu dan kusuk tidak hanya dilakukan berdasarkan suku yang dianut
namun juga dapat dipengaruhi lingkungan tempat responden berada.
Hasil penelitian juga diperoleh sebanyak 4 (7,1%) responden mempunyai
kebiasaan pantang makan yaitu tidak boleh makan ikan, cabai, nangka dan pulut.
Pantang makanan merupakan suatu perilaku individu untuk tidak mengkonsumsi
makanan tertentu karena terdapat larangan yang besifat budaya yang diperoleh
secara turun temurun (Momon. S, 2008). Pantang makanan akan berpengaruh
terhadap lambatnya pemulihan kesehatan seperti semula, serta berpengaruh
terhadap produksi air susu ibu (Kardinan, 2008). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Indar Widowati di Kota Pekalongan, Praktik pantang makan di

Universitas Sumatera Utara

42

Pekalongan disebut dengan istilah “ngapiki” yaitumembatasi jumlah makanan dan
minumanseperti ikan, daging, ayam, telur, kol, tauge, nanas, nangka dan
pepayadengan alasan yang beragam.Ikan,daging, telur, ayam dipercaya dapat
menyebabkan gatal pada luka perineum dan tali pusat bayi tidak cepat kering.
Makanan tersebutdipercaya dapat menyebabkan air susu yang diproduksi oleh ibu
terasa amis sehinggabayi muntah.
Dalam penelitian ini juga diperoleh sebanyak 5 (8,9%) orang bersuku
mandailing memiliki perawatan khusus yaitu sebanyak 3 orang menduduki batu
hangat yang dipercayai dapat merapatkan kembali vagina yang sudah melar akibat
dari proses persalinan sedangkan 2 orang diantaranya meletakkan bara api didekat
tempat tidur agar tubuh ibu selalu hangat.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.

Kesimpulan
Perawatan mandiri masa nifas yang dilakukan oleh ibu postpartum di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal belum maksimal karena masih ada
jenis dan cara perawatan nifas yang tidak dipraktikkan, sementara kondisi
kesehatan fisik ibu postpartum memerlukan praktik perawatan tersebut seperti
latihan kegel dan senam nifas yang seharusnya dilakukan untuk mengembalikan
tonus otot pada area genitalia. Pada sisi lain sebagian besar ibu nifas masih
mempraktikkan perawatan nifas berdasarkan kebiasaan budaya setempat yang
diantaranya tidak perlu dipatuhi karena dapat merugikan kesehatan ibu seperti
melakukan pantangan makan ikan.
6.2.

Saran

6.2.1. Bagi pendidikan kesehatan
Bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan maternitas perlu
diberikan pengajaran materi tentang perawatan nifas terkait budaya yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan sehingga perawat dapat memberikan
informasi yang benar bagi ibu postpartum tentang perawatan nifas yang baik dan
tidak baik bagi kesehatan.

43
Universitas Sumatera Utara

44

6.2.2. Bagi pelayanan kesehatan
Bagi petugas kesehatan khususnya yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Medan Sunggal agar memberikan pembinaan dan penyuluhan yang
lebih optimal kepada ibu nifas mengenai jenis dan cara perawatan pada masa nifas
khususnya latihan kegel dan senam nifas.
6.2.3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagipenelitiselanjutnya diharapkan mampu mengembangkanpenelitian
mengenai manfaat mengkonsumsi air nirasebagai upaya peningkatan produksi
ASI karena dalam penelitian ini terdapat 1 orang ibu yang mengkonsumsi air nira
untuk meningkatkan produksi ASI.Namun belum diketahui apakah air nira dapat
mempengaruhi produksi ASI tersebut.Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
selanjutnya untuk mengetahui bagaimana pengaruh mengkonsumsi air nira
terhadap produksi ASI.

Universitas Sumatera Utara