Hutang dan Ekuitas Sebuah Pilihan Dalam

ANTARA HUTANG, EKUITAS DAN PAJAK DALAM STRUKTUR
MODAL PERUSAHAAN

Anda sudah menikah? Dari sekian juta pria atau wanita kenapa anda
memilih dia untuk menjadi pasangan anda?. Ketika memilih pasangan
tentu akan banyak sekali pertimbangan yang anda ambil, dan tentunya
anda akan memilih seseorang yang terbaik bagi anda. Demikian juga
dengan sebuah perusahaan atau investor, dalam setiap keputusan sebuah
perusahaan
atau investor
akan
memilih
mana
yang
paling
menguntungkan dan yang paling baik. Salah satunya dalam struktur
pemodalan dan investasi, ada beberapa alternatif dalam hal ini. Baik itu
dengan pemodalan berupa hutang atau arus ekuitas, dari dalam negeri
maupun asing. Struktur modal yang optimal terjadi pada saat nilai
perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya
modal ratarata tertimbang minimum (Sartono, 2001). Keputusan

pemodalan berupa hutang atau ekuitas akan erat kaitannya dalam
keuntungan yang akan didapatkan. Hal ini terkait dengan aturan
perpajakan, manakah yang akan lebih menguntungkan dengan peraturan
pajak yang diterapkan dalam suatu negara. Struktur pemodalan ini harus
menjadi perhatian dari pemerintah agar ekonomi nasional berjalan
dengan baik. Bagi perusahaan di sebagian negara, pemodalan berupa
hutang akan memberikan keuntungan yang lebih baik daripada arus
ekuitas.
Modal dalam bentuk hutang akan lebih menguntungkan bagi perusahaan
karena terkait dengan sifat penggunaan dari hutang tersebut yaitu
bersifat mengurangi pajak. Bagi perusahaan, bunga yang dibayarkan
dapat digunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak
atau dengan kata lain bersifat tax deductible. Dalam ekonomi terbuka,
investor asing juga lebih memilih berinvestasi dalam bentuk pemberian
hutang dari pada pembelian ekuitas. Bagi investor asing, pendapatan atas
bunga tidak dikenakan pajak. Berbeda dengan investor dalam negeri,
pendapatan atas bunga justru akan dikenakan pajak yang tinggi. Disaat
itulah investor asing akan lebih banyak berinvestasi dalam pemberian
hutang kepada perusahaan. Struktur pembiayaan yang didominasi oleh
investor asing akan mengandung resiko dalam sisi naik turunnya nilai

mata uang atau kurs. Pengembalian pokok pinjaman dan bunga dalam
mata uang asing akan dipengaruhi oleh nilai mata uang dalam negeri, jika
stabil maka tidak ada masalah. Hal buruk akan terjadi jika mata uang
dalam negeri anjlok, nilai hutang akan melambung, kemampuan
membayar akan turun dan berakhir dengan bangkrutnya perusahaan.

Dengan demikian untuk mencegah hal ini pemerintah berkewajiban
menjaga nilai mata uang dalam negeri agar tetap stabil.
Ekuitas menjadi pilihan kedua bagi perusahaan dalam struktur
pemodalannya. Pemodalan dalam bentuk ekuitas akan membuat
perusahaan akan dimiliki oleh orang lain dengan proporsi sesuai
kepemilikannya. Hal ini akan membuat membuat keleluasaan dalam
pengambilan keputusan akan berkurang dan pemberian deviden yang
merupakan beban perusahaan tidak bisa menjadi unsur pengurang pajak
(non deductible). Pemodalan dalam bentuk ekuitas lebih diminati investor
dalam negeri dibanding dari investor asing.
Bagi investor asing,
keuntungan perusahaan yang telah dikenai pajak dan bagian keuntungan
mereka berupa dividen akan dikenakan pajak kembali. Dengan demikian,
investor asing akan dikenakan pajak sebanyak dua kali. sebaliknya,

investor dalam negeri dapat meminta kredit pajak atas pajak yang telah
dibayarkan, atau dapat meminta pengurangan tarif pajak atas laba
perusahaan.
Hal inilah yang membuat investasi berupa pembelian
ekuitas akan lebih didominasi oleh investor dalam negeri. Investor dalam
negeri yang lebih tertarik berinvestasi dalam pembelian ekuitas juga tidak
baik jika berlebihan. Konsumsi dalam negeri berkurang karena masyarakat
lebih memilih berinvestasi dan bank akan kekurangan nasabah karena
masyarakat lebih memilih berinvestasi dengan pembelian ekuitas. Perlu
diatur oleh pemerintah dengan suku bunga dan tarif pajak yang baik.
Dengan suku bunga yang tepat masyarakat akan memilih saving dan
dengan tarif pajak yang “bersahabat” akan tetap menjaga iklim investasi.
Penerapan kebijakan yang baik oleh pemerintah diperlukan untuk
menjaga kestabilan ekonomi. Keseimbangan yang baik antara investasi
dalam dan luar negeri perlu untuk menjaga pertumbuhan ekonomian.
Pemdalan dalam bentuk hutang yang lebih menguntungkan bagi
perusahaan dan investor asing harus dijaga agar hutang asing tidak
berlebih, sehingga resiko dapat dijaga. Ekuitas yang merupakan second
opinion bagi perusahaan dan lebih menguntungkan bagi investor dalam
negeri juga harus dikendalikan agar investasi, saving dan konsumsi dalam

negeri berjalan seimbang. Pajak dalam hal ini sebagai salah satu alat
untuk mengatur proporsi investasi antara dalam dan luar negeri harus
memberikan perlindungan bagi warga negara dan tidak boleh menjadi
momok menakutkan bagi investor asing agar iklim investasi tetap terjaga.
Sehingga iklim investasi menjadi baik, aman dan proporsional untuk
menjaga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan oleh suatu Negara.

Referensi
Harry Grubert & John Mutti, 1995. " international aspects of corporate tax
integration: the contrasting role of debt and equity flows ", national jurnal tax,
47,1, p. 111-33
Agus Sartono., 2001, Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), Edisi Keempat,.
Yogyakarta, BPFE
Suad Husnan, 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan
Jangka Pendek). Buku Pertama. BPFE. Yogyakarta.