Makalah Metode Harga Pokok Pesanan dan H

TUGAS 4 AKUNTANSI BIAYA

METODE HARGA POKOK
PESANAN
DAN HARGA POKOK PROSES

OLEH:

A.SULOLIPU

(02220130012)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
1

2014/2015
DAFTAR ISI

1.1 METODE HARGA POKOK PESANAN...............................................................1

2.1

METODE HARGA POKOK PROSES.......................................................................14

2

1.1 METODE HARGA POKOK PESANAN
A. Metode Pengumpulan Harga Pokok
Metode pengumpulan harga pokok dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Metode harga pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk di
mana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan. Pengolahan produk akan dimulai setelah
datangnya ada pesanan
2. Metode harga pokok proses
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana
biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu. Pada metode harga pokok proses
perusahaan menghasilkan produk yang homogin, bentuk produk bersifat standar, dan tidak
tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
B. Karakteristik Harga Pokok Pesanan
Pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan memiliki

karakteristik, sebagai berikut:
1. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya
tergantung pada spesifikasi pemesan
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga
pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. Dihubungkan dengan sistem akuntansi
biaya yang digunakan untuk membebankan harga pokok kepada produk, metode
harga pokok pesanan menggunakan:


Sistem harga pokok historis digunakan untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung , sedangkan untuk biaya overhead pabrik menggunakan tarif biaya
yang ditentukan dimuka.



Dalam metode harga pokok pesanan, dapat juga menggunakan Sistem harga
pokok yang ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya.




Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan
selesai, dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dibebankan kepada pesanan

3

yang bersangkutan. Harga pokok satuan dihitung dengan cara membagi jumlah
total harga pokok pesanan dengan jumlah satuan produk pesanan.

C. Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur
Aliran harga pokok produk menunjukkan aliran biaya produksi dalam rangka kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu aliran
harga pokok produk akan dipengaruhi aliran kegiatan.
Aliran kegiatan perusahaan manufaktur secara umum terdiri dari:
1. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang
akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan menjadi:


Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, supplies
pabrik, dan elemen lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi




Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tak langsung dan jasa lainnya
yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.

2. Produksi
Produksi adalah kegiatan pengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan
tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang
dikelompokkan dalam overhead pabrik.
3. Penyimpanan produk selesai
Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang
produk selesai menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4. Penjualan produk selesai.
Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk
dikirim kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli.
D. Prosedur Akuntansi Biaya pada metode Harga Pokok Pesanan
Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan dapat dikelompokkan
menjadi:
1.

2.
3.
4.

Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies.
Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.
Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
4

5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Berikut ini akan dibahas per prosedur, sesuai dengan urutan yang telah disebutkan
diatas.

1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies
Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies meliputi prosedur pembelian sampai
dengan pemakaian bahan dan supplies di dalam pabrik. Secara ringkas prosedur akuntansi
bahan dan supplies dapat digambarkan sebagai berikut:.
Transaksi dan Dokumen
Dasar

Pembelian Bahan dan
Supplies:
Faktur Pembelian

Jurnal Transaksi

Buku Besar

xx

Pembantu
Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Bahan Penolong
Supplies Pabrik

Hutang Dagang
xx
Persediaan Bahan Baku
xx

Persediaan Bahan Penolong xx
Persediaan Supplies Pabrik xx

Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Bahan Penolong
Supplies Pabrik

Hutang Dagang
xx
Persediaan Bahan Baku
Persediaan Bahan Penolong
Persediaan Supplies Pabrik
Kas
Atau:
Hutang Dagang
xx
Penghasilan Lain-Lain
Kas


Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Bahan Penolong
Supplies Pabrik

Persediaan Bahan Baku
xx
Persediaan Bahan Penolong xx
Persediaan Supplies Pabrik xx
Hutang Dagang

BuktiPenerimaan
Barang
Pesanan Pembelian
Pengembalian
Pembelian:
Debit Memorandum
Laporan Pengiriman
Pengembalian
Pembelian

Potongan Tunai
Pembelian:
Bukti Kas Keluar

Pemakaian Bahan Baku:
Bon Permintaan Bahan

xx
xx
xx
xx
xx
xx

Barang Dalam Proses- B. Bhn Baku xx
Persediaan Bahan Baku
xx

5


Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Kartu Harga

Pemakaian Bahan
Penolong:

Biaya Overhead P Sesungguhnya xx
Persediaan Bahan Penolong
xx

Penolong
Kartu Biaya:
Overhead

Bon Permintaan Bahan
Biaya Overhead P Sesungguhnya
Persediaan Supplies Pabrik

xx

xx

Pemakaian Supplies
Bon Permintaan

Pabrik
Kartu Biaya:
Overhead

Bahan

Baku dari Pabrik ke

Pabrik
Kartu Persediaan:
Supplies

Pabrik:

Pengembalian Bahan

Pokok Pesanan
Kartu Persediaan:
Bahan

Persediaan Bahan Baku
Barang Dalam ProsesBiaya Bahan Baku

xx
xx

Gudang Bahan

Pabrik
Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Kartu Harga
Pokok Pesanan

2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah,
pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan
baik produksi maupun bagian non produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga
kerja adalah sebagai berikut:
Transaksi dan Dokumen
Dasar
Penentuan Gaji dan
Upah:
Daftar Hadir
Kartu Jam Kerja
Daftar Gaji dan Upah
Pembayaran Gaji dan
Upah:
Bukti Kas Keluar
Distribusi Gaji dan
Upah:
Perintah Jurnal

Jurnal Transaksi

Buku Besar
Pembantu

Biaya Gaji dan Upah
xx
Hutang Pajak Pendapatan
Hutang Dana Pensiun
Hutang Astek
Hutang Asuransi Hari Tua
Piutang Karyawan
Hutang Gaji dan Upah
Hutang Gaji dan Upah
xx
Kas
Barang Dalam Proses- B TKL xx
BOP Sesungguhnya
xx
Biaya Pemasaran
xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
6

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
Kartu Harga
Pokok Pesanan
dan Kartu Biaya

Biaya Gaji dan Upah

Beban atas Gaji dan
Upah:
Daftar Sumbangan
atas
Gaji dan Upah
Penyetoran atas
Potongan dan beban
Gaji dan upah:
Bukti Kas Keluar

xx

BOP Sesungguhnya
xx
Biaya Pemasaran
xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
Hutang Pajak Pendapatan
Hutang Dana Pensiun
Hutang Astek
Hutang Asuransi Hari Tua
Hutang Pajak Pendapatan
Hutang Dana Pensiun
Hutang Astek
Hutang Asuransi Hari Tua
Kas

Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi dan
Umum
Karu Biaya:
Overhead

xx
xx
xx
xx

Pabrik
Pemasaran
Administrasi
dan
Umum

xx
xx
xx
xx
xx

3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek.untuk keadilan dan
ketelitian pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya
overhead pabrik sebagai berikut:
a. Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan
Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal pembebanan BOP dan dimasukkan ke
dalam Kartu Harga Pokok Pesanan.
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan

xx
xx

b. Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan
ditampung dalam rekening Biaya Overhead Sesungguhnya dan dimasukkan ke dalam Kartu
Pembantu Biaya Overhead Pabrik. Berikut ini dibahas jurnal untuk setiap elemen:
(1) Biaya Bahan Penolong (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya Bahan).
Jurnal untuk pemakaian bahan penolong sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Persediaan Bahan Penolong

xx
xx

7

(2) Biaya tenaga Kerja Tak Langsung (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya
tenaga kerja). Atas dasar Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk biaya tenaga kerja tak
langsung sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Biaya Gaji dan Upah

xx
xx

Jika Pajak, dan asuransi menjadi tanggungan perusahaan, maka jurnalnya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Hutang Pajak Pendapatan
Hutang Dana Pensiun
Hutang Astek
Hutang Asuransi Hari Tua

xx
xx
xx
xx
xx

(3) Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik
Jurnal untuk penyusutan dan amortisasi aktiva pabrik adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Akumulasi Peyusutan Mesin
Akumulasi Penyusutan Bangunan
Akumulasi Penyusutan Peralatan
Amortisasi Hak Paten

xx
xx
xx
xx
xx

(4) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik
Biaya reparasi dan pemeliharaan timbul karena pembelian suku cadang atau pembelian jasa
reparasi.
Jika terjadi pembelian suku cadang, maka jurnalnya sbb:
Persediaan Suku Cadang
Hutang Dagang/ Kas

xx
xx

Jika terjadi pemakaian suku cadang, mak jurnalnya sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Persediaan Suku Cadang

xx
xx

Jika terjadi pembayaran jasa atas servis yang diterima perusahaan, maka jurnalnya adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Kas

xx
xx

(5) Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik
Jurnal untuk pemakaian listrik dan air untuk pabrik sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Kas/ Hutang Biaya

xx
xx

(6) Biaya Asuransi Pabrik
8

Jurnal pada saat pembayaran persekot asuransi sbb:
Persekot Asuransi
Kas

xx
xx

Jurnal pada saat pengakuan biaya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Persekot Asuransi

xx
xx

c. Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuan selisih biaya overhead pabrik
Pada akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya BOP sesungguhnya
dengan BOP yang dibebankan. Berikut ini jurnal yang biasanya dibuat di perusahaan:
(1) Jurnal menutup biaya overhead pabrik dibebankan ke biaya overhead pabrik
sesungguhnya.
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx
xx

(2) Jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik sesungguhnya dan menghitung selisih
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:
Selisih Biaya Overhead Pabrik
BOP Sesungguhnya

xx
xx

Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:
BOP Sesungguhnya
Selisih Biaya Overhead Pabrik

xx
xx

(3) Salah satu perlakuan yaitu masuk ke rekening Rugi laba
Jika terdapat selisih tidak mengguntungkan, maka jurnal sbb:
Rugi-Laba
Selisih Biaya Overhead Pabrik

xx
xx

Jika terdapat selisih menguntungkan, maka jurnalnya yang dibuat adalah:

Selisih Biaya Overhead Pabrik
Rugi-Laba

xx
xx

4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
Jika pesanan telah selesai di produksi, maka jurnal yang dibuat sbb:
Persediaan Produk Selesai
Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku
9

xx
xx

Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik

xx
xx

Jika pada akhir periode masih ada pesanan yang belum selesai, maka jurnalnya adalah:
Persediaan Produk dalam Proses
xx
Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik

xx
xx
xx

5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnal penjualan barang adalah:
Piutang Dagang/ Kas
Penjualan

xx

Harga Pokok Penjualan
Persediaan Produk Selesai

xx

xx
xx

E. Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode Harga Pokok
Pesanan
Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan timbul sisa bahan,
produk rusak, maupun produk cacat.Bagi manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat
menekan timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah mungkin. Berkut ini
dibahas tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:
1. Sisa Bahan
Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan
produk, yang disebut sisa bahan. Sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak
di dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali
dalam perusahaan.
Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua:
a. Sisa bahan yang tidak laku dijual
(1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya pembuangan
atau pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen biaya bahan baku
pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa
bahan adalah:
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan
Kas

xx
xx

10

(2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya tersebut dapat
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang digunakan untuk
mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Kas

xx
xx

b. Sisa bahan yang laku dijual
(1) Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena pengolahan pesanan tertentu, hasil sisa
bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku atau pengurang biaya keseluruhan
biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan
sisa bahan adalah:
Kas

xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan

xx

(2) Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di dalam suatu perusahaan, perlakuan hasil
penjualan dapat digunakan cara sbb:
(a) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas

xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

xx

(b) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain.Jurnal yang
digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas

xx
Penghasilan Lain – Lain

xx

2. Produk Rusak
Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak memenuhi
ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk
yang baik, meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi produk yang baik.
Produk yang rusak dapat digolongkan menjadi dua:
a. Produk rusak yang tidak laku dijual
Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab timbulnya produk rusak:
(1) Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka harga
pokok produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan produk rusak,
sehingga harga pokok produksi per unit produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada
tambahan jurnal yang harus dicatat.

11

(2) Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu perusahaan,maka
harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya. Jurnal
yang harus dicatat adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan
xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP
xx
(3) Apabila produk rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan, maka harga pokok
produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang harus dicacat
adalah:
Rugi Produk Rusak
xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan
xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP
xx
b. Produk rusak yang laku dijual
Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku dijual:
(1) Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, rugi atas
penjualan produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang bersangkutan. Karena
sebagian pesanan akan mengalami rusak, dalam pengolahan pesanan harus dimasukkan
jumlah yang lebih besar dibanding dengan jumlah yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat
penjualan produk rusak:
Kas
xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan
xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP
xx
(2) Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di dalam suatu perusahaan, rugi produk
yang rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang
dicatat pada saat penjualan produk rusak:
Kas
xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan
xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP
xx
(3) Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan
produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang
dicatat pada saat penjualan produk rusak:
12

Kas
xx
Rugi Produk Rusak
xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan
xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP
xx
3. Produk cacat
Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi
ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki
secara ekonomis menjadi produk yang baik. Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:
(1) biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan
tertentu. Metode ini digunakan apabila penyebab produk cacat karena sulitnya pengerjaan
produk. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:
Barang Dalam Proses – Biaya bahan Baku

xx

Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung

xx

Barang Dalam Proses – Biaya Overhead pabrik

xx

Persediaan Bahan

xx

Gaji dan Upah

xx

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan

xx

(2) Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan sebagai penambah biaya overhead
sesungguhnya. Metode ini digunakan apabila produk cacat sifatnya normal terjadi dalam
perusahaan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:
Biaya Overhead Sesungguhnya

xx

Persediaan Bahan

xx

Gaji dan Upah

xx

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan

xx

(3) Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen Rugi produk cacat. Metode
ini digunakan jika produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan. Jurnal yang
digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:
Rugi Produk cacat

xx

Persediaan Bahan

xx

Gaji dan Upah

xx
13

Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan

xx

2.1 METODE HARGA POKOK PROSES
A. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Karakteristik utama dari harga pokok proses adalah:
1. Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan, meringkas, dan menghitung
harga pokok baik total maupun satuan atau per unit. Apabila produk diolah melalui beberapa
tahap atau departemen, laporan harga pokok disusun setiap departemen dimana produk
diolah.
2. Biaya produksi periode tertentu dibebankan kepada produk melalui rekening barang dalam
proses yang diselenggarakan untuk setiap elemen biaya.
3. Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu tertentu.
4. Produksi ekuivalen digunakan untuk menghitung harga pokok persatuan. Produksi ekuivalen
adalah tingkatan atau jumlah produksi dimana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran
produk selesai.
5. Untuk menghitung harga pokok persatuan setiap elemen biaya produksi tertentu tersebut
dibagi dengan produksi ekuivalen untuk elemen yang bersangkutan.
6. Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui elemen-elemen yang menikmati biaya
yang dibebankan, berapa yang dinikmati produk selesai dari departemen tertentu atau
pengolahan yang dipindahkan ke gudang atau ke departemen berikutnya dan berapa harga
pokok produk dalam proses akhir.

B. Sistem Pembebanan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses
Dalam metode harga pokok pesanan, pembebanan biaya dapat menggunakan sistem sebagai
berikut:
1. Semua elemen biaya dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya terjadi. Untuk pembahasan
selanjutnya sistem ini yang dipakai sebagai dasar pembahasan.
2. Biaya bahan dan biaya tenaga kerja dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya yang terjadi,
akan tetapi untuk biaya overhead bibebankan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka (seperti
pada metode harga pokok pesanan). Metode ini dipakai jika kondisi di perusahaan adalah:
 Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk.
 Produksi tidak stabil dari waktu ke waktu.
 Elemen biaya overhead merupakan elemen biaya yang relative tinggi.
3. Semua elemen biaya dibebankan pada produk atas dasar harga pokok ditentukan dimuka.
Metode ini baik terutama untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian
biaya.
14

C. Penggolongan Biaya dan Jurnal Akuntansi Pada Metode Harga Pokok Proses
Dalam metode harga pokok proses, biaya produksi digolongkan menjadi:
1. Biaya Bahan
Dalam metode harga pokok pesanan tidak diadakan pemisahan antara bahan baku dan bahan
penolong, hal ini disebabkan produk yang dihasilkan bersifat homogin dan bentuknya standar,
Sehingga setiap satuan produk yang sama menikmati bahan yang relatif sama.
Kartu buku besar pembantu persediaan dibuat untuk setiap jenis bahan, permintaan oleh setiap
departemen yang menggunakan bahan digunakan dokumen Bon Permintaan Bahan dan pemakaian
bahan di dalam produksi oleh setiap departemen harus dibuatkan Laporan Pemakaian Bahan yang
akan dipakai dasar menyusun Laporan Harga Pokok Produksi.
Jurnal yang digunakan untuk pemakaian bahan adalah:
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan
Persediaan Bahan

xx
xx

2. Biaya Tenaga Kerja
Dalam metode harga pokok pesanan tidak dipisahkan antara biaya tenaga kerja langsung
dengan biaaya tenaga kerja tak langsung. Berdasarkan Daftar gaji dan Upah, maka dibuat jurnal
sebagai berikut:
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja xx
Biaya Gaji dan Upah

xx

Apabila produk diolah melalui beberapa departemen, semua biaya tenaga kerja pada
departemen produksi digolongkan sebagai biaya tenaga kerja, sedangkan biaya tenaga kerja
departemen pembantu diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik pada metode harga pokok proses adalah semua biaya produksi
didepartemen produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja, ditambah biaya yang terjadi di
departemen pembantu.
Jika biaya overhead terjadi, maka dilakukan jurnal sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik
Kas
Persediaan Supplies Pabrik
Persediaan Suku Cadang
Persekot Biaya
Akumulasi Penyusutan
Hutang Biaya

xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx

Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dibuat jurnal sebagai berikut:
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik

xx
xx

D. Penerapan Pencatatan Akuntansi Pada metode Harga Pokok prose
15

1. Pengolahan Produk Dalam Satu tahap/departemen (tanpa ada produk hilang dalam
Proses)
2. Pengolahan Produk lebih dari Satu tahap/departemen (ada produk hilang dalam

a.

Proses)
Ada dua metode perlakuan produk hilang didalam proses, yaitu:
Produk hilang dianggap terjadi awal proses
Apabila produk hilang dianggap terjadi pada awal proses karakteristik pengaruhnya

terhadap perhitungan harga pokok sebagai berikut:
1. Produk hilang awal proses dianggap tidak menikmati biaya produksi pada departemen
atau tahap dimana produk hilang.
2. Dalam perhitungan produksi ekuivalen, produk hilang awal proses tidak dimasukkan
ekuivalen produksi.
3. Produk hilang awal proses tidak dibebani harga pokok.
4. Produk hilang awal proses yang terjadi pada departemen lanjutan mengakibatkan
harus dilakukan penyesuaian harga pokoksatuan yang diterima dari departemen
sebelumnya, oleh karena pemikul biaya jumlahnya berkurang dan jumlah total biaya
sama maka harga pokok satuan dari departemen sebelumnya menjadi lebih besar.
b. Produk hilang dianggap terjadi akhir prose
Apabila produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses, karakteristik pengaruhnya
terhadap perhitungan harga pokok sebagai berikut:
(1) Produk hilang awal proses dianggap telah menikmati biaya produksi pada departemen
atau tahap dimana produk hilang.
(2) Dalam perhitungan produksi ekuivalen, produk hilang awal proses dimasukkan ekuivalen
produksi.
(3) Produk hilang akhir proses diperhitungkan harga pokok, harga pokok pokok produk
hilang tersebut dibebankan kepada produk selesai yang dipindahkan ke departemen
berikutnya atau ke gudang produk selesai.
(4) Dengan pembebanan harga pokok produk hilang akhir proses kepada harga pokok produk
selesai, mengakibatkan jumlah total harga pokok prodk selesai menjadi lebih besar, oleh
karena pemikul harga pokok jumlahnya tidak bertambah yaitu sebesar produk selesai maka
harga pokok satuan yang dipindahkan ke gudang produk selesai atau ke departemen
berikutnya ikut bertambah.
2. Pengolahan Produk lebih dari Satu tahap/departemen (ada produk dalam Proses dalam
awal periode)
Produk dalam proses pada awal periode berasal dari produk dalam proses pada akhir
periode sebelumnya dan telah menikmati harga pokok pada periode sebelumnya sesuai
dengan departemen di mana produk masih dalam proses. Apabila produk dalam proses awal
berada dalam departemen pertama harga pokok yang telah dinikmati meliputi biaya bahan,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik departemen pertama. Sedangkan barang dalam
16

proses pada departemen lanjutan telah menikmati harga pokok dari departemen sebelumnya
ditambah harga pokok yang telah dinikmati pada departemen lanjutan tersebut.
Untuk menentukan besarnya harga pokok, perlakuan harga pokok produk dalam
proses awal periode dapat dipakai tiga metode, yaitu:
(a) Metode harga pokok rata-rata
Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok rata-rata memiliki
karakteristik sebagai berikut:
(1) Setiap elemen harga pokok produk dalamproses awal digabungkan dengan elemen biaya
yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
(2) Oleh karena setiap elemen haraga pokok produk dalam proses digabungkan dengan biaya
periode yang bersangkutan, harga pokok produk dalam proses awal harus dipecah kembali ke
dalam setiap elemen biaya.
(3) Besarnya produksi ekuivalen dapat dihitung sebesar jumlah produk selesai ditambah
jumlah produk dalam proses akhir.
(4) Besarnya harag pokok satuan untuk setiap elemen biaya dihitung dengan cara membagi
jumlah total elemen biaya yang bersangkutan setelah digabung jumlah produksi ekuivalen
dari elemen biaya yang bersangkutan.
(5) Tidak dibedakan asal dari produk selesai dan produk dalam proses akhir apakah dari
produk dalamproses awal atau dari produk yang baru dimasukkan dalam proses.
(b) Metode harga pokok pertama masuk pertama keluar
Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok pertama masuk
pertama keluar memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal menjadi
produk selesai, baru kemudian untuk mengolah produk yang baru masuk proses yang
sebagian akan menjadi bagian produk selesai yang disebut current production dan sisanya
merupakan produk dalam proses akhir periode.
(2) Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan degan elemen
biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
(3) Harga pokok produk dalam proses pada awal periode tidak perlu dipecah kebali menurut
elemennya ke dalam setiap elemen biaya.
(4) Besarnya produksi ekuivalen adalah sebesar jumlah produk dalam proses awal dikalikan
tingkat penyelesaian yang masih diperlukan untuk menyelesaikan menjadi produk selesai,
ditambah produksi current atau produk yang baru masuk proses produksi tersebut dan dapat
diselesaikan pada periode itu juga, ditambah produk dalam proses akhir dikalikan tingkat
penyelesaian yang sudah dinikmati.
(5) Besarnya harga pokok persatuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen biaya yang
terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi ekuivalen dari elemen biaya
yang bersangkutan.
17

(6) Harga pokok produk selesai dipisahkan menjadi dau golongan, pertama,produk selesai
yang berasal dari produk dalam proses awal, kedua, produk selesai yang berasal dari produksi
current.
(c) Metode harga pokok terakhir masuk pertama keluar
Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok tearakhir masuk
pertama keluar memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk yang baru masuk pada periode
yang bersangkutan, apabila semua produk yang baru masuk proses sudah dapat diselesaikan
kemudian untuk mengolah produk dalam proses awal. Apabila produk yang baru masuk
belum dapat diselesaikan secara keseluruhan berarti terdapat kenaikan jumlah produk dalam
proses pada akhir periode, maka harga pokok produk awal periode akan diserap oleh harga
pokok produk dalam proses akhir periode.
(2) Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu digabungkan
dengan setiap elemen biaya yang terjadi pada periode bersangkutan.
(3) Besarnya harga pokok persatuan setiap elemen biaya dihitung dengan cara membagi
elemen biaya tertentu yang terjadi pada periode yang bersangkutan dengan produksi
ekuivalen biaya yang bersangkutan.
(4) Dibedakan asal darri produk selesai atau produk dalam proses akhir dari produk yang
baru masuk proses dengan yang berasal dari produk dalam proses awal.

18