Komposisi dan Struktur Penguasaan Pasar

Komposisi dan Struktur
Pasar Modal Indonesia

Penguasaan

Dwi P. Bhakti1 dan Sofyan Hidayat2
Pasar modal Indonesia dapat diibaratkan remaja dewasa yang sedang tumbuh, dimana
postur anatominya mulai membesar dan beranjak stabil. Pasar Modal Indonesia yang
saat ini bernama Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan penggabungan Bursa
EfekJakarta dan Bursa Efek Surabaya. BEI telah menjadi mesin penggerak dan ikon
perekonomian Indonesia.
Per November 13 2014, terdapat 485 perusahaan yang telah tercatat dalam Bursa
Efek Indonesia. Melihat pada besaran Kapitalisasi Pasar, BEI dinilai sebesar IDR4,500
Trilliun per tanggal 13 Nopember 2014.
saham perusahaan

Dari besaran ini 25%

merupakan saham

Negara (State Owned Enterprises/BUMN) Indonesia.Saham


dengan kode TLKM, SMGR, BMRI dan BBRI merupakan contoh bagaimana
perusahaan – perusahaan BUMN telah mewarnai lantai bursa.
Melihat

perkembangan Bursa Efek Indonesia,

disamping kinerja BUMN yang

mendominasi Pasar, ada hal menarik melihat pola dan kinerja sektor swasta besar
(konglomerat) Indonesia yang juga mewarnai Pasar Modal Indonesia. Tidak seperti
BUMN, dimana satu entitas bisnis hanya diwakili satu perusahaan yang go public,
Kelompok Swasta Besar memasuki pasar modal Indonesia dengan berbagai strategi.
Sedikitnya ada 6swasta besar (Grup/Kelompok/Konglomerat) yang akan menjadi
bahasan dalam studi ini. Hal ini meliputi Kelompok Astra, Bakrie, Salim, Lippo,
Sinarmas dan MNC.Masing masing konglomerasi ini diwakili oleh icon group seperti
ASII (PT Astra Internasional) BUMI (PT Bumi Resources), LPCK (PT Lippo Cikarang),
BBCA dan INDF (Bank BCA dan Indofood), TKIM (PT Tjiwi Kimia), dan MNCN (PT
Media Cipta Nusantara).


1Pengajar Pasca Sarjana Perbanas, Alumnus FEUI, NUS dan Harvard Kennedy School, Article
published in November 2014 by Indonesian Islamic and Finance Magazine
2Pengajar STIE Perbanas, Alumnus FEUI, Kandidat Doktor Universitas Trisakti

1 | Page

Ketujuh perusahaan dengan Kode tersebut di atas mewakili kelompok swasta besar
karena dianggap menggambarkan kinerja serta pola bisnis masing-masing kelompok
usaha.Sebagai contoh ASII, yang merupakan perusahaan otomotif terkemuka dan
menjadi lokomotif kelompok

Astra secara keseluruhan. 3

Sebagai Grup dengan

diversifikasi yang beragam dan besar, Grup- Astra sangat ditentukan oleh kinerja ASII.
Sementara itu,

BUMI sebagai perusahaan penghasil dan pengekspor Batu Bara


terbesar di Indonesia dan bahkan dunia, merupakan anak usaha Grup Bakrie 4 dan
menjadi sangat terafiliasi dengan usaha dan kinerja grup secara keseluruhan. Denyut
nadi

grup

Bakrie

sangat

ditentukan

oleh

perkembangan

usaha

PT


BUMI

Resources.Disisi lain PT Indofood (INDF) sebagai salah satu anak usaha Grup Salim
merupakan perusahaanyang telah mewarnai kinerja Bursa sejak media tahun 1990-an
dan telah mengalami pasang surut sejalan dengan dinamika perpolitikan di Indonesia. 5
Melihat kinerja

ketujuh saham tersebut dalam 10 tahun terakhir menjadi sangat

kompleks untuk dianalisis apalagi disimpulkan. Sebagai contoh, Grup Bakri dan Para
Group yang masing masing diwakili oleh BUMI dan MEGA (Bank Mega) 6 menjadi
sangat dominan di awal tahun 2004 atau seiring dengan periode awal pemerintahan
Presiden SBY. Grup Bakrie yang pada awalnya sebagai penyokong utama kampanye
Pemerintahan SBY JK menjadi sangat diuntungkan dalam periode awal pemerintahan
SBY. Berbagai tindakan korporasi (corporate actions) grup Bakrie sangat mewarnai
kinerja Bursa Efek Indonesia di periode 2004-2009. 7
3Kelompok Astra tidak hanya PT Astra Internasional dengan kode ASII, tetapi meliputi Astra
Agro lestari (Perkebunan) dan juga United Tractors (UT).Kedua perusahaan yang disebut
terakhir juga memiliki kinerja saham yang likuid dalam perdagangan di pasar modal
Indonesia.

4Kelompok Bakrie, memiliki paling tidak 9 perusahaan yang listed di BEI, seperti BNBR
(Bakrie Holding), UNSP (Perkebunan), ENRG (Minyak dan Gas), BRMS (Pertambangan) dan
beberapa perusahaan lainnya.
5 Di awal tahun 1990-an sampai menjelang tutup tahun 1990-an, group Salim menjadi
primadona yang mewarnai Bursa efek di Indonesia. Bersama sama dengan perusahaan
yang terafiliasi dengan grup Cendana sebagai penguasa saat itu, Grup Salim menguasai
hampir seluruh sector usaha di Indonesia, mulai perkebunan, industri berat sampai
makanan. Pasca lengsernya Presiden Suharto kelompok Salim telah berembrio kedalam
beberapa kelompok Besar baru yang juga mewarnai pasar modal Indonesia
6MEGA sebagai ikon grup PARA yang dimiliki pengusaha Chairul Tanjung telah berkembang
menjadi entitas bisnis yang bergerak mulai dari Perbankan hingga dunia hiburan (Trans TV,
Bandung Super mall) dll.Karena alasan data (Data Mingguan selama tahun 2012 tidak
lengkap) Mega tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.
7Aksi Korporat yang dilakukan grup Bakrie khususnya BUMI memang cukup kondusif dalam
periode awal pemerintahan SBY. Tetapi suasana berubah tidak kondusif semenjak salah satu

2 | Page

Studi terhadap konglomerasi hubungannya dengan peta bursa saham bukanlah hal
yang baru. Di Amerika Serikat dan Eropa, konglomerasi dalam pasar modal menjadi

hal biasa dan telah menjadi lesson-learned bagi perusahaan- perusahaan kecil dan
menengah. Manajemen bisnis perusahaan raksasa semisal General Electric (GE),
General Motor (GM) dan beberapa perusahaan Multinasional IT seperti Microsoft dan
HP telah mewanai pola bisnis dan manajemen perusahaan kecil dan mengengah di
Amerika. Lebih jauh John M. Emale,

dalam thesis PhD-nya8 menulis bahwa

konglomerasi di Amerika Serikat telah mempengaruhi secara signifikan terhadap
kelompok usaha kecil dan menengah dalam kurun waktu yang cukup panjang. Dalam
penelitiannya Emale menyebutkan bahwa

perusahaan besar di Amerika

telah

mempengaruhi perusahaan di bawahnya melalui beberapa cara, termasuk transfer
teknologi, keuangan dan pengembangan produk.
Makalah ini akan sedikit banyak mengulas peran kelompok


swasta besar

(Konglomerat) dalam pasar modal di Indonesia. Hal ini menjadi sangat penting guna
memetakan pengaruh kelompok swasta besar terhadap aktivitas perdagangan saham
secara khusus dan perekonomian Indonesia secara umum.

Metodologi dan Data
Secara umum penelitian terhadap kelompok swasta besar pada pasar modal di
Indonesia menggunakan penelitian tidak langsung terhadap

kinerja perusahaan yang

tercermin dari harga saham.9Secara umum studi ini menggunakan analisis time series
Vector Autoregressive (VAR) yang di dalamnya meliputi parameter parameter seperti
Impulse Response Function, Vector Decomposition dan juga Uji Kausalitas Granger.
Ketiga parameter ini menjadi penting mengingat VAR merupakan analisis ekonometrik
unit usaha Bakrie ditengarai menjadi penyebab meluapnya Lumpur Lapindo di area
eksplorasi gas Sidoarjo. Berbagai aksi korporat perusahaan yang berlebihan juga telah
menyebabkan rating tata kelola (GCG Index) menjadi rendah.


8Emale, M John, An examination of how conglomerates impact small-medium enterprises in their
relationship, University of Phoenix, USA, 2010 .

9Penelitian tidak memfokuskan kepada kepemilikan saham perusahaan dimana beberapa
swasta besar telah dimilki oleh beberapa investor asing.Studi yang lebih mendalam
terhadap pola kepemilikan asing menjadi sangat penting karena berkaitan dengan investasi
langsung baik jangka pendek dan panjang yang pada akhirnya mempengaruhi
perekonomian Indonesia.

3 | Page

yang dapat melihat pola hubungan antara variable independen dalam suatu Super
Matrix.10
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan secondary data yang
diperoleh melalui berbagai sumber seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Yahoo
Finance, Bloomberg, Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik. Kami akan menggunakan
data minguan dalam kurun waktu minggupertama bulan Januari tahun 2008 sampai
minggu keempat bulan Oktober tahun 2013.

Rentang waktu (time series) ini


merupakan waktu yang layak untuk melihat pola beberapa perusahaan konglomerasi
dihadapkan pada situasi politik dan ekonomi selama pemerintahan Presiden SBY.

Berdasarkan sifat dan pola konglomerasi perusahaan di Indonesia

dapat dicakup

paling tidak oleh 7perusahaan konglomerasi, seperti Grup Astra, Salim, Bakrie, Lippo,
Sinarmas dan MNC. Bagaimana peran masing masing grup terhadap pasar secara
keseluruhan atau antara mereka dapat dilihat dari kajian singkat menggunakan data
sekunder dariu BEI yang dianalisis secara runtun dalam Dekomposisi Varian antara
variable.
Tabel 1.Nilai Kapitalisasi Pasar Saham BUMN terhadap Nilai Total Pasar BEI

10Impulse Response Function dan Varian Decomposition menjadi sangat penting dalam
melihat pengaruh satu variable dalam system multivariate dan berbasis matriks. Studi ini
memfokuskan adanya dekomposisi varians dari error dalam suatu variable, dimana
peggunaan lag optimum serta susunan Variabel menjadi sangat penting


4 | Page

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, Oktober 2013
Tabel 1 menunjukkan Nilai kapitalisasi pasar BUMN secara keseluruhan menyumbang
23,95% terhadap total kapitalisasi BEI per tanggal 25 Oktober 2013.
RP4.000

Trilyun

nilai

BEI,

Rp

1000

Trilyun

merupakan


Artinya dari

kontribusi

BUMN

Indonesia.Persentase ini selama 5 tahun terakhir berkisar antara 23 sampai 26% dari
nilai kapitalisasi pasar BEI.
Dari 25% kontribusi BUMN, yang terbesar adalah PT Telkom (TLKM), Bank Mandiri
(BMRI) dan Bank BRI (BRI). Komposisi ketiga BUMN ini kami menyebut sebagai lapis
pertama dan selalau menjadi 3 besar 11 dengan persentase yang selalu berubah tetapi
tidak terlalu signifikan. Lapis kedua BUMN ditempati oleh PN Gas (PGAS) yang
menguasai pangsa 2.67% disusul kemudian oleh PT Semen Gresik (SMGR) dan bank
BNI (BBNI) masing masing sebesar 1,97% dan 1,90%. Ketiga BUMN lapis kedua ini
juga memiliki karakteristik kontribusi yang berubah tetapi tidak signifikan. Selebihnya
atau lapis ketiga BUMN merupakan BUMN-BUMN dengan nilai kapitalisasi pasar di
bawah 1% dari nilai Total kapitalisasi BEI per tanggal 25 Oktober 2013. Lapis ketiga
11Lapis pertama atau First layer menjadi acuan para pengambil keputusan investasi di
pasar modal. PT Telkom sebagai BUMN yang telah lama listed merupakan Saham Blue Chip
bersama dengan PT Astra (ASII) yang sangat mewarnai Pasar Modal Indonesia disusul
kemudian BMRI dan BBRI. Sebenarnya PT Semen Gresik dan PN Gas juga termasuk dalam
layer pertama Pasar Modal Indonesia berdasarkan likuiditas saham yang diperdagangkan,
tetapi menurut pangsa dalam BUMN kami memasukkan dalam lapis kedua.

5 | Page

BUMN ini dasebagi BUMN sector pertambangan seperti ANTM, PT Bukit Asam (PTBA),
Sektor Transportasi seperti PT jasa Marga (JSMR) dan PT Garuda Indonesia (GIAA),
Bank BTN, Sektor Perkebunana (PTPN),

dan sebagian, besar

sector Konstruksi

seperti Adikarya dan Wijaya karya.
Menurut hemat penulis ada satu Perusahaan BUMN yang sangat besar dalam hal ini
PT Pertamina (Persero) yang jika melantai di Bursa Efek Indonesia akan menjadi yang
terbesar tetapi karena alasan politik dan strategis Negara, Pemerintah tetap menjadikan
Perusahaan ini sebagai PT persero. 12

Tabel 2.Komposisi kepemilikan Efek yang tercatat di KSEI (dlm Rp Milyar)

12Alasan Pemerintah mempertahankan PT Pertamina tetap sebagai perusahaan BUMN
tertutup (Non_listed) menuai Pro Kontra. Pertamina dengan posisi perusahaan Persero
dianggap mampu menjalankan fungsinya sebagai
Usaha milik Negara yang memiliki tugas sebagai pengembang “One Price Policy”.Tidak
seperti Petronas Malaysia dan PTT Thailand yang murni menjalankan entitas bisnis dengan
tujuan maksimasi profit semata. Dalam kondisi inipun Pertamina telah mampu menjalankan
Bisnis secara transparan, terbukti dengan pengakuan Fortune-500 yang memasukkan PT
Pertamina dalam Top-122. Prestasi ini perlu diapresiasi sejak PErtamina mendeklarasikan
sebagai PT persero sejak tahun 2003.

6 | Page

Sumber OJK, Oktober 2013
Hal lain yang patut menjadi perhatian para pengambil keputusan khususnya yang
berkaitan dengan Pasar Modal adalah peran dana-dana asing yang bersifat jangka
pendek dan bergerak sangat cepat. Walaupun dalam penelitian ini tidak spesifik
membahas peran dana asing, namun informasi yang selalu disajikan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (dulu Bapepam)

menjadi penting guna memetakan peran asing di

Indonesia. Komposisi kepemilikan asing di sejumlah perusahaan yang melantai di BEI
telah tercatat pada KSEI dalam kurun waktu yang cukup panjang. KSEI mencatat dana
asing di BEI dapat berupa Equity, Corporate Bond, Government Bond, MTN, SPN,
Sukuk dll. Dana asing ini dimiliki oleh lembaga seperti, Korporasi, Individu, Mutual
Fund, Perusahaan Sekutitas, Asuransi, Pension Fund, Institusi keuangan dan yayasan
(Tabel 2).
Tabel 3 .Komposisi Kepemilikan Efek Per 25 Oktober 2013
Entitas Bisnis

7 | Page

(%)

Value (IDR Billion)

Total BUMN
Total Konglomerat
Non BUMN & Konglomerat
Total Pasar Modal Indonesia

23,95%
23,07%
53,02%
100%

1.078
1.039
2.388
4.504

Sumber: OJK dan Analisis13

Tabel 4 , Dekompisisi varian untuk Ketujuh variabel

Period

S.E.

VD-ASII

BUMI

BBCA

INDF

LPCK

MNCN

TKIM

1
3
5
7
9
Period

0.026443
0.041833
0.053465
0.063252
0.071898
S.E.

100.0000
96.67198
94.87956
93.11756
91.33582
ASII

0.000000
0.434431
0.802162
1.262065
1.812941

VD-BUMI

0.000000
0.046690
0.128551
0.234266
0.348366
BBCA

0.000000
0.687170
1.155529
1.616089
2.054790
INDF

0.000000
0.352079
0.405966
0.468381
0.538894
LPCK

0.000000
0.429804
0.632700
0.802483
0.963750
MNCN

0.000000
1.377849
1.995531
2.499160
2.945440
TKIM

1
3
5
7
9

0.042806
0.076453
0.097229
0.112816
0.125662

13.81054
11.99988
13.16617
14.62888
16.11387

86.18946
86.40416
83.52499
79.99857
76.25925

0.000000
1.098688
2.374195
3.813844
5.294218

0.000000
0.012039
0.020876
0.082607
0.205774

0.000000
0.146124
0.543536
1.070694
1.634516

0.000000
0.002144
0.004032
0.026465
0.087040

0.000000
0.336960
0.366199
0.378940
0.405337

Period

S.E.

ASII

BUMI

VD-BBCA

INDF

LPCK

MNCN

TKIM

1
3
5
7
9

0.019534
0.029524
0.035838
0.040744
0.044979

30.03128
34.86303
38.57178
41.35779
43.33182

0.033045
0.291125
0.426500
1.323132
2.889691

69.93568
64.27791
60.43563
56.49613
52.56260

0.000000
0.026174
0.023366
0.026991
0.036385

0.000000
0.389311
0.332719
0.528873
0.844396

0.000000
0.022067
0.065178
0.098665
0.112314

0.000000
0.130381
0.144829
0.168421
0.222794

Period

S.E.

ASII

BUMI

BBCA

VD-INDF

LPCK

MNCN

TKIM

1
5
7
9

0.024655
0.047017
0.054210
0.060442

33.07211
42.69316
47.61393
51.97216

3.289888
3.425297
2.775176
2.242905

0.014963
0.150403
0.220024
0.283251

63.62304
50.41042
44.93095
39.86498

0.000000
0.230683
0.524316
0.884184

0.000000
0.052859
0.062409
0.083110

0.000000
3.037171
3.873192
4.669409

Period

S.E.

ASII

BUMI

BBCA

INDF

VD-LPCK

MNCN

TKIM

1
7
9

0.059082
0.121349
0.133671

6.712136
8.525919
9.551307

1.001010
1.841252
1.849866

2.576205
5.953671
7.534141

0.399721
0.659333
0.546241

89.31093
80.65113
77.03790

0.000000
2.073366
2.998282

0.000000
0.295326
0.482262

Period

S.E.

ASII

BUMI

BBCA

INDF

LPCK

VD-MNCN

TKIM

13Untuk menghitung nilai kapitalisasi pasar didasarkan pada 7 Konglomerat ternama di Indonesia, walaupun pada
kenyataannya ada beberapa Grup yang memiliki Nominee atau kepemilikan di beberapa perusahaan yang juga listed
di Pasar Modal Indonesia tidak dipublikasikan. Sebagai Contoh adalah Kelompok Salim, yang sejak pergantian
kepemimpinan Presiden Suharto telah berembrio ke beberapa kelompok usaha. Dalam artikel ini penulis
memasukkan Indofood Sukses Makmur (INDF) dan Bank BCA (BBCA) sebagai perusahaan yang dianggap mewakili
Kelompok Salim. Sukanto Tanoto dengan Holding Asian Agri (Perkebunan) memiliki beberapa unit usaha yang telah
go public di pasar modal Indonesia, tetapi tidak dihitung dalam penelitian ini.

8 | Page

1
3
7
9

0.035055
0.060008
0.086406
0.095924

4.652868
8.939669
16.40502
20.34068

2.250736
4.724969
4.317333
3.873594

2.419971
1.304758
0.890766
0.825582

0.912773
0.465232
0.246321
0.265422

2.359000
2.285180
4.059685
5.035088

87.40465
82.23442
73.79522
69.08926

0.000000
0.045777
0.285663
0.570368

Period

S.E.

ASII

BUMI

BBCA

INDF

LPCK

MNCN

VD-TKIM

1
5
7
9

0.033057
0.071485
0.081405
0.089112

14.00089
17.68391
19.58150
21.41677

0.439541
2.203831
1.988673
1.760734

0.010808
0.492788
0.910972
1.338507

0.195265
0.050597
0.039262
0.035610

2.952788
2.401885
2.007820
1.712534

0.137755
0.086137
0.132910
0.210515

82.26296
77.08086
75.33886
73.52533

Cholesky Ordering: ASII BUMI BBCA INDF
LPCK MNCN TKIM

Tabel 4 yang berisi Dekomposisi Varians untuk ketujuh variable, menunjukkan bahwa
variable ASII

merupakan yang paling kuat dalam mempengaruhi seluruh variable,

termasuk dirinya. Sebagai contoh ekstrim adalah dekomposisi varians BBCA dan INDF
yang sangat dipengaruhi oleh ASII. BBCA pada periode 1 (lag1) telah dipengaruhi oleh
ASII dengan komposisi 30% , kemudian makin panjang lag pengaruh ASII makin kuat
dan mencapai 43% di periode Sembilan . INDF lebih kuat lagi pengaruh ASII terhadap
perusahaan yang bergerak dalam industry pengolahan jadi seperti Mie-instant, Terigu
dan produk unggulan lainnya. Mulai dengan komposisi 33% di periode pertama, dan
telah mencapai 53% di periode sembilan yang bahkan melebihi pengaruh INDF itu
sendiri yang hanya 39%. Ini dapat disimpulkan adanya korelasi yang kuat antara dua
konglomerasi besar ini (Grup Astra dan Salim) dimana keduanya saling terkait dalam
komposisi di pasar Modal Indonesia
Komposisi varians yang menghubungkan semua variable

yang mewakili 7

konglomerasi di Indonesia menunjukkan kelompok Astra bersama kelompok Salim yang
telah berembrio dalam PT Indofood dan PT Bank BCA masih memiliki pengaruh yang
kuat dalam perekonomian Indonesia khususnya pasar modal.
Kinerja ketiga perusahaan ini dapat dijadikan benchmark bagi perusahaan lain akan
pentingnya menjaga Good Corporate Governance dimana tata kelola yang baik akan
menghasilkan kinerja perusahaan yang baik pula. Premis dari penelitian ini menujukkan
keterkaitan dengan penguasa tidak mempengaruhi kinerja perusahaan malah justru
makin membuat Tata kelola perusahaan memburuk.
9 | Page

Kesimpulan
Pertama, Struktur Pasar Modal Indonesia sangat ditentukan oleh dua kekuatan entitas
bisnis, dalam hal ini BUMN dan sector swasta besar (Konglomerat).Pengaruh kedua
entitas bisnis ini tercermin dari besarnya nilai kapitalisasi pasar yang dikuasai pada
pasar modal di Indonesia. Data per 25 Oktober 2013 menunjukkan total kapitalisasi
pasar sector BUMN pada pasar modal Indonesia mencapai 25,3%, sedangkan sector
swasta besar (Konglomerat) mencapai persentasi 23,5%. Nilai pangsa ini dapat
berubah sewaktu-waktu bergantung situasi pasar dan kinerja masing-masing entitas
bisnis.
Kedua, 2 kelompok swasta besar, Astra dan Salim yang dalam hal ini telah berembrio
kedalam PT Indofood dan Bank BCA menempati posisi terkuat sebagai penentu pasar
modal Indonesira diluar entitas bisnis BUMN. Penelitian terhadap kelompok swasta
besar di Indonesia menunjukkan peran kelompok Astra dan Salim sangat kuat dalam
mempengaruhi keputusan bisnis di kelompok swasta besar lainnya, dalam hal ini
Kelompok Lippo, Bakrie, Sinarmas dan MNC.
Ketiga, berkaitan dengan siklus 5 tahunan atau yang berhubungan dengan pesta
demokrasi. Adanya Mitos (myth)bahwa pemerintahan yang baru selalu menguntungkan
salah satu kelompok swasta besar penyokong kandidat presiden tidak selamanya
benar. Berdasarkan hasil studi di atas, kelompok swasta Astra, Indofood dan Bank BCA
walaupun tidak terafiliasi dengan pemerintahan berkuasa namun dengan tata kelola
perusahaan yang baik dapat menjadi

perusahaan dengan kinerja terbaik di Pasar

Modal Indonesia.
Daftar Pustaka
Bhakti, P, Dwi “Analysis of Migration on Indonesian Stock Market, from Non Shar’I to
Shar’i. period of January 2009 to December 2012.
Emale, M John, (2010) An examination of how conglomerates impact small-medium
enterprises in their relationship, University of Phoenix, USA.
Granger C.W.J. (1980) “Testing for Causality-A Personal Viewpoint”, Journal of
Economic Dynamics and Control, 2, 329-52
10 | P a g e

Granger C.W.J. (2009) “Where are the Controversies in Econometric Methodology? In
Modelling Economic Series” Advanced Texts in Econometrics, Clarendon Press, Oxford
Hamilton, J. T. (2003) , “All the News That’s Fit to Sell” . Princeton, NJ: Princeton
University Press. A leading media economist explores the economics of the news
business, analyzing how information is transformed into a familiar news product.
McChesney, R. W. (2004) , “The Future of the Media”, . New York: Monthly Review
Press . A critical analysis of the crisis of US media and an impassioned call for reform of
the media
industries.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), edisi Juni – Oktober 2013
WWW.Finance.Yahoo.com:
Quotes

Yahoo Finance:

Business Finance, Stock Market,

WWW.Bloomberg.Com : Business, Economic News and Stock Market
WWW.MSN.com : Money and Stock Market.
Sims, C.A (1982), “Policy Analysiswith Econometric Models”, Brooking Papers on
Economic Activity, 107-64
Conglomerates on the Rise Again? A Cross-Regional Study on the Impact of the 20082009 Financial Crisis on the Diversification Discount, SSRN

11 | P a g e