Hubungan Orangtua dan Anak. docx

MAKALAH
Hubungan Anak dan Orang Tua
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hadis-Hadis Muamalah
Dosen Pengampu : Dr. Zuhad, M. Ag.

Disusun Oleh :
Febryan Hidayat

(124211045)

Fakultas Ushuluddin
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
0

I.

Pendahuluan
Keluarga merupakan hubungan yang pertama dan utama bagi perkembangan

individu. Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Dalam
hal ini, peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Anak adalah mutiara yang berharaga manakala orang tua berhasil mendidik dan
menanamkan nilai-nilai etika perilaku secara baik dan benar. Namun anak juga dapat
menjadi sumber malapetaka apabila kurang mendapatkan sentuhan kasih sayang dan
bimbingan moral dan spiritual.
Ketika seorang anak pada akhirnya menjadi liar, berani kepada orang tua, serta
kurang mengindahkan norma asusila, hal ini bukanlah semata kesalahan si anak,
melainkan kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Oleh karena itu, peran orang tua
sangatlah penting dalam men
Orang tua harus benar-benar memahami karakteristik anak agar dapat memberikan
pemeliharaan dan asuhan yang bersifat mendidik.

II.

III.

Rumusan Masalah
1. Jelaskan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak ?

2. Jelaskan Tanggung Jawab Anak Terhadap Orang Tua ?
Pembahasan
A. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak
1. Memberikan Nama yang Baik
Memberikan nama kepada anak hukumnya wajib, sebagaimana ucapan Ibnu
Hazm rahimahullah: “Para ulama telah sepakat, bahwasannya memberikan nama
kepada anak laki-laki dan perempuan adalah wajib.” Nama adalah lafal dimana
seseorang dipanggil dengannya dan islam memberikan perhatian sangat besar
terhadap hal ini, oleh karena itu wajib bagi setiap orang tua memberikan nama
yang baik kepada anak-anaknya sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam:

Dari Abu Dardaa’, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam: “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan
nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama
kalian” (HR Abu Dawud)

1

2. Menyusui

Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana
firman Allah subhanahu wa ta’ala:

Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)
Dan sebagaima sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam :

“... Kemudian Malaikat itu mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-tiba
aku melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-cabik ular yang
ganas. Aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat itu menjawab: ‘Mereka
adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan
syar’i)’.” (HR Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah)
Al-‘Allamah Siddiq Hasan Khan berkata: “Mengandung sampai menyapihnya
adalah tiga puluh tiga bulan. Maksudnya adalah jumlah waktu selama itu dihitung
mulaih hamil sampai disapih.” 1
Dari ayat dan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa, seorang ibu wajib
menyusui anaknya minimal 2 tahun dan terdapat pula ancaman bagi seorang ibu
yang tidak mau menyusui anaknya tanpa ada udzur syar’i.
3. Mendidiknya
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah.

Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, seperti akhlak
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dan para Sahabatnya radhiyallahu ‘anhum.
Mendidik anak bukanlah kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya,
akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang
ibu, berikut beberapa perkara yang wajib di perhatikan oleh ibu dalam mendidik
anak-anaknya :
a. Menanamkan Akidah yang Bersih
1

Salamah Ummu Ismail, E-book Antara Hak Anak dan Kewajiban Ibu,
(2004) hal 1-2

2

Menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Al-Qur’an dan AsSunnah yang shahih. sebagaimana firman Allah :

Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada sesembahan yang haq
melainkan Allah. (QS Muhammad: 19)
Begitu juga sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata:
“Pada Suatu hati aku membonceng dibelakang Nabi, kemudian beliau

berkata: ‘Wahai anak. Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat,
yaitu: jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah,
niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Apablla engkau meminta,
maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau mohon pertotongan,
maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh
umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat, niscaya mereka tidak
akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah
tetapkan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk memberimu satu
bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu, kecuali dengan
sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan
tinta telah kering’.” (HR Tirmidzi)
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka
sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah
adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta
menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya. 2
b. Menanamkan Keimanan
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha ia berkata:
“Suatu ketika Rasullah shalallahu alaihi wasalam, mengerjakan shalat
malam, ketika akan witir beliau mengatakan: “Bangunlah, dan dirikanlah
shalat witir wahai Aisyah”. “Allah mengasihi laki-laki yang bangun malam

kemudian shalat lalu membangunkan isterinya sehingga shalat, jika tidak
mau ia memerciki wajahnya dengan air.” (HR Bukhori-Muslim)
Membiasakan dan menganjurkan para anggota keluarga dengan sedekah
adalah sesuatu yang bisa menambah iman, ia adalah perkara agung yang
dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, beliau bersabda :

2

Salamah Ummu Ismail, E-book Antara Hak Anak dan Kewajiban Ibu, ... hal
2-3

3

“Wahai segenap wanita, bersedekahlah kalian. Sesungguhnya aku
melihat bahwa kalian adalah sebanyak-banyak penduduk Neraka.” (HR
Ahmad dan Abu Dawud)
Jika anggota keluarga melihat seorang panutan yang membiasakan puasa
pada ayyaamul biidh (puasa pada pertengahan bulan Qamariyah), hari SeninKamis, hari Asyura, hari Arafah, niscaya akan mendorong anggota keluarga
yang lain untuk mengikutinya. 3
c. Menanamkan Cinta Terhadap Sunnah

Syaikh Sholih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: Sebaiknya anak-anak
diberikan pengetahuan tentang hukum-hukum sesuatu beserta dalil-dalilnya,
misalnya: ketika kamu mengatakan kepada anakmu: “Bacalah basmalah saat
akan makan, dan bacalah hamdalah saat kamu selesai makan!”, jika kamu
mengatakan itu; maka maksud perintahnya sudah tercapai.
Tapi bila kamu mengatakan: “Bacalah basmalah saat akan makan, dan
bacalah hamdalah saat kamu selesai makan, karena Nabi shalallahu alaihi
wasalam menyuruh (kita) agar membaca basmalah sebelum makan, beliau
juga mengatakan: “Sungguh Allah meridhoi seorang hamba yang memakan
sesuap makanan dan dia membaca hamdalah karenanya, dan (seorang hamba)
yang meminum seteguk minuman dan dia membaca hamdalah karenanya.”
Jika kamu melakukan hal ini, kamu akan mendapatkan 2 manfaat: Pertama:
Kamu membiasakan anakmu untuk mengikuti dalil. Kedua: Kamu mendidik
anakmu untuk mencintai Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, dan bahwa
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam adalah seorang pemimpin panutan yang
wajib diikuti arahan-arahannya.
Dan hakekat ini banyak dilalaikan, kebanyakan orang mengarahkan
anaknya kepada hukum-hukumnya saja, namun dia tidak mengaitkan arahan
itu dengan sumbernya, yaitu: Kitabullah dan As-Sunnah.
d. Mengajari Anak Sholat

Mengajarkan anak-anak sholat yaitu dalam hal-hal yang utamanya, wajibwajibnya, waktunya, cara berwudhu dan dengan shalat dihadapan mereka.
Demikian pula dengan pergi bersama mereka ke masjid, berdasarkan sabda
Nabi shalallahu alaihi wasalam:

3

Syaikh Muhammad Sholih Al-Munajjid, E-book 40 Nasehat Memperbaiki
Rumah Tangga, (Jakarta: al-Sofwah) hal 6

4

“Perintahkan anak untuk sholat apabila telah mencapai usia 7 tahun
dan apabila telah mencapai usia 10 tahun maka pukullah dia apabila tidak
melaksanakannya.” (HR Tirmidzi dan Abu Dawud)
Hendaknya para ibu mengajarkan kepada mereka, bahwa shalat bukan
hanya sekedar gerakan atau rutinitas seorang hamba kepada Rabbnya. Akan
tetapi, shalat merupakan hubungan yang dalam dan kuat antara seorang hamba
dengan Rabb-nya. Maka peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh,
supaya tidak meninggalkan shalat. Berilah mereka ancaman bila meninggalkan
perbuatan tersebut.

Suruhlah mereka untuk senantiasa bersegera menunaikan shalat pada awal
waktu. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyianyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh,
maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan)
sedikitpun.” (QS Maryam: 59-60)
e. Mengajarkan Al-Qur’an
Seharusnya, para ibu ketika

bersama

anak-anaknya

dirumah,

ia

mengajarkan Al-Qur’an dimulai dari menghafal surat al-Fatihah dan ayat-ayat
pendek lainnya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam:


‫ة نقاَ ن‬
‫حد دث ننناَ ج‬
‫ن‬
‫خب ننرمنيِ ع نل ب ن‬
‫ل أن ب‬
‫م ج‬
‫شعبب ن ج‬
‫ن م‬
‫ل ن‬
‫جاَ ج‬
‫ح د‬
‫حد دث ننناَ ن‬
‫ن‬
‫ق ن‬
‫ة بب ج‬
‫من بنهاَ ل‬
‫ج بب ج‬
‫مرث ند سمعت سعد بن ع جبيدة ن ع ن ن‬
‫ن‬

‫ن أمبيِ ع نب بد م الدر ب‬
‫ن ب ل ن م ب ج ن ب ن ب ن نب ن‬
‫ح ن‬
‫ب‬
‫م م‬
‫ه‬
‫ن نر م‬
‫سل ن م‬
‫ماَ ن‬
‫ال س‬
‫صدلىَّ الل د ج‬
‫ه ع نن ب ج‬
‫يِ الل د ج‬
‫ن ع جث ب ن‬
‫يِ ن‬
‫ن الن دب م ي‬
‫ه عن ب‬
‫ض ن‬
‫يِ ع ن ب‬
‫م ي‬
‫ل وأ نقبرأ ن‬
‫م نقاَ ن‬
‫م ال ب ج‬
‫ل ن‬
‫قبرآْ ن‬
‫ع نل ني بهم ون ن‬
‫م ج‬
‫ن ونع نل د ن‬
‫ن ت نعنل د ن‬
‫م ن‬
‫خي بجرك ج ب‬
‫سل د ن‬
‫ه نقاَ ن ن ن‬
‫م ب‬

5

‫ن‬
‫حدتىَّ ن‬
‫ج نقاَ ن‬
‫ل‬
‫جاَ ج‬
‫ح د‬
‫ن ال ب ن‬
‫كاَ ن‬
‫ن ن‬
‫ماَ ن‬
‫أجبوُ ع نب بد م الدر ب‬
‫منرةم ع جث ب ن‬
‫ن مفيِ إ م ب‬
‫ح ن‬
‫م م‬
‫ن‬
‫وننذا ن‬
‫ديِ هن ن‬
‫ذا‬
‫م ب‬
‫قع ن م‬
‫ك ال د م‬
‫ذيِ أقبعند نمنيِ ن‬

Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan

kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin
Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami
dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang
belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR Bukhori) 4
Para ibu pada masa kejayaan Islam, benar-benar memotivasi anak-anaknya
untuk mendapatkan kebaikan, terlebih lagi dari Al-Qur'an, sebagaimana
mereka mengusahakan kebaikan bagi jiwa anak-anaknya. 5
4. Memberikan Nafkah
Seorang ayah bertanggung jawab memberikan nafkah bagi istri dan anakanaknya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam:

“Satu dinar yang engkau infaqkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau
infaqkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan
pada orang miskin dan satu dinar yang engkau infaqkan pada keluargamu,
maka yang paling besar pahalanya adalah satu dinar yang engkau infaqkan
pada keluargamu.” (HR Muslim)

Dan dalam riwayat lain, Beliau shalallahu alaihi wasalam juga bersabda:
“Tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah dengan tujuan untuk mencari
ridha Allah, melainkan kamu akan mendapatkan pahala dari nafkah itu,
hingga sesuap makanan yang kamu suguhkan ke mulut isterimu.” (HR.
Bukhari) 6

4

Abu Ahmad As-Sidokare, E-book Shohih Bukhori, (Pustaka Pribadi, 2009),
Bab Keutamaan Al-Qur’an hal 20
5
Salamah Ummu Ismail, E-book Antara Hak Anak dan Kewajiban Ibu, ... hal 2-6
6
Mahmud Mahdi al-Istanbuli, E-book Kado Pernikahan, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000) hal 355

6

Sehingga termasuk dosa besar jika seorang ayah, tidak memberikan nafkah
kepada istri dan anak-anaknya, sebagimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam :

“Seseorang dianggap melakukan dosa, jika dia menyia-yiakan orang yang
wajib ia nafkahi.” (HR Abu Dawud) 7
5. Mengaqiqohkan dan Mengkhitan

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:

"Fitrah itu ada 5 yaitu: Khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong
kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak." (HR Bukhari-Muslim)
Dinukil dari kitab Hayatuna Al Jinsiyah, yang di tulis oleh DR. Shabri Al
Qabani: “Sesungguhnya khitan merupakan salah satu bentuk mempersiapkan
kesehatan seorang anak untuk melindungi dirinya dari segala macam penyakit.”
Dalam majalah Is-al Thabiibuka, melalui hasil pengumpulan data statistik
menunjukkan, bahwa kanker rahim yang terjadi pada wanita muslimah lebih
sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah penderita yang terjadi
terhadap para wanita (isteri) yang suaminya tidak di khitan.
Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:

“Setiap bayi yang baru di lahirkan itu tergadai dengan aqiqahnya,
disembelihkan untuknya pada hari ke tujuh, mencukur rambutnya dan
memberinya nama.” (HR Abu Dawud, An Nasa'i dan Tirmdzi serta yang
lainnya).
Imam Al Baihaqi menyebutkan dari Sulaiman bin Syarhabil, bahwa Yahya bin
Hamzah bercerita kepada kami, dimana ia bertanya kepada 'Atha Al Khurasani:
“Apa yang dijaminkan oleh pelaksanaan aqiqah?” Ia menjawab: “Memberi
jaminan kesucian serta syafa'at (karena telah melaksanakan perintah Rasulullah)
pada anaknya.”

7

Khalid Abdurrahman Al-‘Ikk, Kado Pintar Nikah, (Semarang: Pustakan Adnan, 2012) hal 258

7

Jawaban ini mengisyaratkan adanya kewajiban pada aqiqah. Adapun prosesi
(pelaksanaan) pencukuran rambut pada saat diberlangsungkannya aqiqah adalah
untuk tujuan mendapatkan hasil yang bagus, seperti rambut yang tebal dan ikal.
Nabi shalallahu alaihi wasalam memberi minyak rambut pada saat mencukur
rambut anaknya yang baru dilahirkan. Sedangkan untuk mencukurnya beliau
menggunakan pisau cukur yang biasa di pakai.
Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda:

“Bagi bayi laki-laki (aqiqahnya) dua ekor kambing dan bagi bayi
perempuan satu ekor kambing.” (HR Abu Dawud, Ahmad dan Tirmidzi)
Dalam riwayat lain:

“Rasulullah shalallahu alaihi wasalam melakukan aqiqah untuk Hasan
dan Husein serta mengkhitankan mereka berdua pada saat berumur 7 hari.”
(HR Abu Dawud dan An Nasa’i)
Aqiqah itu merupakan kewajiban agama 'hanya' bagi mereka yang mampu.
Sayangnya, tidak semua orang mengetahui akan hal ini. Imam Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata di dalam kitabnya yang berjudul Tuhfatul Wadud bi
Ahkaamil Mauluud:
“Bahwa salah satu manfaat dari pelaksanaan aqiqah yang sesungguhnya adalah
merupakan wujud dari pengorbanan yang akan mendekatkan anak yang baru di
lahirkan pada permulaan waktu kelahirannya ke dunia. Adapun manfaatnya yang
lain adalah membebaskan sang anak dari apa yang di sebutkan oleh Rasulullah
sebagai 'gadaian'.” 8
B. Tanggung Jawab Anak Terhadap Orang Tua
1. Berbakti Kepada Kedua Orang tuanya

‫ب‬
‫ج ل‬
‫ل أ نقبب ن ن‬
‫ص نقاَ ن‬
ِ‫ي‬
‫ل نر ج‬
‫عن ع نببد الل دهم ببن ع ن ب‬
‫ل إ منلىَّ ن نب م ي‬
‫م م‬
‫ن النعاَ م‬
‫رو ب ب م‬
‫ل أ جنباَي معج ن‬
‫قاَ ن‬
‫م فن ن‬
‫جنرةم‬
‫ك ع ننلىَّ ال بهم ب‬
‫ه ع نل ني بهم ون ن‬
‫سل د ن‬
‫صدلىَّ الل د ج‬
‫الل دهم ن‬
‫ل من وال مدي ن ن‬
‫ن‬
‫ن الل دهم نقاَ ن‬
ِ‫ي‬
‫جنر م‬
‫حد ل ن‬
‫كأ ن‬
‫ل فنهن ب م ب ن ن ب‬
‫جنهاَد م أب بت نمغيِ ابل ن ب‬
‫نوال ب م‬
‫ح ي‬
‫م ب‬
‫ن الل دهم نقاَ ن‬
‫ماَ نقاَ ن‬
‫م بن ب‬
‫نقاَ ن‬
‫م‬
‫جنر م‬
‫ل فنت نب بت نمغيِ ابل ن ب‬
‫ل ن نعن ب‬
‫ل ك منلهج ن‬
‫ل ن نعن ب‬
‫م ب‬
‫ل نفاَرجع إنلىَّ والدي ن ن‬
‫نقاَ ن‬
‫ما‬
‫ح م‬
‫ص ب‬
‫ك فنأ ب‬
‫ن م نب‬
‫حب نت نهج ن‬
‫ن ج‬
‫س ب‬
‫ب م ب م‬

8

Mahmud Mahdi al-Istanbuli, E-book Kado Pernikahan, ... hal 365-368

8

Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhyiallahu anhu, dia berkata: "Pada suatu
hari ada seorang laki-laki menghadap kepada Rasulullah shalallahu alaihi
wasalam dan berkata: “Ya Rasulullah, saya berbai'at kepada engkau untuk
berhijrah dan berjihad agar saya memperoleh pahala dari Allah azza wajalla.”
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bertanya kepadanya: “Apakah salah
seorang dari dua orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Ya dan
bahkan keduanya masih hidup.” Lalu Rasulullah bertanya lagi kepadanya:
“Apakah kamu menginginkan pahala dari Allah Azza wa Jalla?” Laki-laki
tersebut menjawab: "Ya." Rasulullah pun akhirnya berkata: “Kalau begitu,
pulanglah kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada keduanya.” (HR
Muslim) 9

Dari telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Ala’, telah
menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Hisyam dari bapaknya dari Asma' binti
Abu Bakar radhyiallahu anha dia berkata: "Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku
(seorang musyrik) pernah datang kepadaku karena rindu dan ingin berjumpa
denganku. Apakah aku boleh menghormati dan bergaul dengannya?” Rasulullah
menjawab: “Ya.” (HR Muslim) 10
Sebagai seorang anak, sudah menjadi kewajiban kita untuk berbakti kepada
keduanya, tidak menyusahkan mereka, serta tidak melawan mereka. Bahkan, kita
diharamkan untuk berkata “ah” kepada orang tua apabila diperintah mengerjakan
sesuatu. Allah telah berfirman dalam QS. Al-Israa ayat 23 yang bunyinya :

9

Yoga Permana, E-book Mukhtasar Shohih Muslim, (Kampung Sunnah, 2009) Bab Perbuatan Baik hal 3
Yoga Permana, E-book Mukhtasar Shohih Muslim, ... Bab Zakat hal 25

10

9

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa: 23)
Jika perkataan “ah” saja tidak diperbolehkan, maka bagaimana halnya jika kita
mengatakan kata-kata kasar terhadap ibu dan bapak kita ? Atau bahkan memukul
mereka ? Kita tidak boleh mencontoh perilaku orang-orang kafir yang sering muncul
di tivi-tivi dan di majalah-majalah yang menyebutkan kedurhakaan mereka terhadap
orang tua.
2. Tidak Mencelanya
Banyak diantara kita, jika memanggil temannya dengan sebutan nama
orangtuanya, atau terkadang memanggilnya dengna panggilan yang menhina
orangtuanya, padahal Rasulullah shalallahu alaihi wasalam melarang hal ini dan hal
ini termasuk dosa besar, sebagaimana hadis yang di riwayatkan oleh Abdullah bin
amr bin ash radhiyallahu ‘anhu,

Dari Abdullah bin amr bin ash radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasullah shalallahu
alaihi wasalam bersabda : “Sesungguhnya diantara dosa-dosa besar adalah melaknat
seseorang kepada kepada kedua orang tuanya, para sahabat bertanya: ya Rasulullah,
apakah mungkin seseorang melaknat kedua orang tuanya ?, Rasulullah menjawab:
Iya, dia mencela bapak seseorang, lalu orang tersebut membalas mencela bapaknya,
lalu dia mencela ibunya, lalu membalas mencela ibunya.” (HR Bukhori, Muslim,
Abu Dawud dan Tirmidzi) 11
Seburuk-buruknya mereka, mereka adalah orangtua yang telah melahirkan kita
dengan mempertaruhkan nyawa. Mereka membesarkan kita dengan penuh kasih
sayang dan harapan. Mereka menafkahi kita dengan bekerja keras membanting
tulang bermandikan peluh dan tak jarang air mata. Bahkan ridha Allah pun ada pada

11

http://www.lidwa.com/app/

10

ridha orang tua, ini menunjukan betapa mereka seharusnya diperlakukan dengan
baik, bukan malah di cela.
3. Mendo’akan keduanya
Mendo’akan kedua orangtua merupakan prihal yang sangat urgen sebab do’a juga
merupakan wujud ungkapan terimakasih anak kepada orangtuanya, sebagaimana
dalam firman Allah:

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku
dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan
janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan".
(QS Nuh: 28)
Adapun jika keduanya telah meninggal dunia kita tetap bisa berbakti kepada
keduanya dengan berbagai cara, sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasalam:
Dari Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan:
“Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, tiba-tiba
datang seseorang dari Bani Salamah. Orang ini bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah
masih ada cara bagiku untuk berbakti kepada orang tuaku setelah mereka
meninggal?’ Jawab Nabi shalallahu alaihi wasalam :

“Ya, menshalatkan mereka, memohonkan ampunan untuk mereka, memenuhi
janji mereka setelah mereka meninggal, memuliakan sahabat mereka, dan
menyambung silaturahmi yang terjalin karena sebab keberadaan mereka.” (HR.
Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui adzDzahabi).
IV.

Kesimpulan
Diantara hubungan orangtua terhadap anaknya adalah: memberikan nama yang baik,
menyusui, mendidiknya, memberikan nafkah, mengaqiqohkan dan mengkhitan
Diantara hubungan anak terhadap orangtuanya adalah: berbakti kepada keduanya,
tidak mencelanya dan mendo’akannya.

11

DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Ikk, Khalid Abdurrahman. Kado Pintar Nikah. Semarang. Pustakan Adnan. 2012.
Al-Istanbuli, Mahmud Mahdi. E-book Kado Pernikahan. Jakarta. Pustaka Azzam. 2000.
Al-Munajjid, Muhammad Sholih. E-book 40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga.
Jakarta. Al-Sofwah.
As-Sidokare, Abu Ahmad. E-book Shohih Bukhori. Pustaka Pribadi. 2009.
Ilyas, Yunahar. Kuliyah Akhlaq. Yogyakarta. LPPI. 1999.
Ismail, Salamah Ummu. E-book Antara Hak Anak dan Kewajiban Ibu. 2004
Permana, Yoga. E-book Mukhtasar Shohih Muslim. Kampung Sunnah. 2009.
http://www.lidwa.com/app/

12