Profesi Di Bidang Pertanian Dalam Perspe

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Sektor pertanian sangat berperan penting terhadap kelangsungan hidup umat manusia.

Sudah sejak lama sektor pertanian menjadi sektor vital dalam pembangunan umat manusia.
Karena tidak hanya sebagai sumber pendapatan petani melainkan juga sebagai sumber
pendapatan Negara dan sebagai penanggung jawab ketersediaan pangan bagi umat manusia.
Sektor pertanian ini sudah digalakkan semenjak jaman Rasulullah S.A.W. Daratan Madinah
yang semula subur semakin dikembangkan industri di bidang pertaniannya. Bahkan itu terjadi
walaupun di masa perang.
Jumhur ulama berselisih pendapat mengenai profesi yang paling baik adalah profesi
dalam perniagaan, pertukangan ataupun pertanian. Menurut Imam An-Nawawi dalam
Shahihnya, pekerjaan yang baik dan afdhal ialah pertanian. Inilah pendapat yang sahih kerana
ia merupakan hasil tangannya sendiri dan ia juga memberi manfaat kepada diri sendiri, umat
Islam dan kepada binatang. Di samping itu bidang pertanian juga membawa para petani
kepada sifat tawakkal. (Al-Majmuk: 9/54 & Shahih Muslim Syarh Imam An-Nawawi).
Kepentingan bidang pertanian pada pandangan Islam dapat dilihat dari banyaknya ayat
al-Quran yang menyebutkan mengenai hasil tanaman dan buah- buahan yang beragam.

Kegiatan pertanian dari aspek aqidah dapat mendekatkan diri seseorang kepada Allah. Hal ini
kerena tanda kebesaran Allah SWT. dapat dilihat dengan jelas dalam proses kejadian tumbuhtumbuhan atau tanaman. Melakukan usaha pertanian lebih membuat seseorang itu memahami
hakikat sebenarnya tawakal kepada Allah SWT. dan beriman kepada kekuasaan-Nya.
Menurut Dr. Zainal Azam Abd. Rahman seorang cendikiawan Islam dalam tulisan
beliau dalam akhbar Berita Harian bertarikh 6 Januari 2005, kegiatan pertanian menjadi fardu
kifayah kerana manfaatnya lebih besar daripada manfaat pribadi. Kebanyakan fuqaha' Islam
berpendapat bahawa pertanian adalah lebih afdal atau utama pada pandangan Islam dan suatu
gagasan berbanding lain-lain jenis perniagaan dan perancangan projek-projek “Mega-Mega”.
kerana manfaat pertanian lebih meluas dan menjangkau kehidupan rakyat justru
kepentingannya tidak dapat dinafikan sebagai bidang

yang

membekalkan

makanan

kepada umat.
1


Begitu mulianya profesi dibidang pertanian ini lah yang melatar belakangi makalah ini
dibuat. Karena, Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Yaitu
Khalifah yang turun temurun dan berkelanjutan untuk melestarikan alam. Alangkah mulianya
jika manusia andil peran dalam pelestarian alam. Untuk melestarikan alam ini tentu yang
diperlukan Pangan bagi seluruh makhluk., dan profesi dibidang pertanian inilah yang
menjamin pangan bagi seluruh makhluk Allah.

1.2

Rumusan Masalah
- Apa pengertian profesi?
-Macam-macam profesi yang baik dalam perspektif islam?
-Konsep pertanian dalam islam?
-Bagaimana pandangan islam dalam profesi di bidang pertanian?

1.3

Tujuan
-Untuk mengetahui pengertian profesi.
-Untuk mengetahui macam-macam profesi yang baik dalam perspektif islam.

-Untuk mengetahui konsep pertanian dalam islam.
-Untuk mengetahui pandangan islam tentang profesi di bidang pertanian.

2

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang

dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban
melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen".
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi, dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada
bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, pertanian, teknik, dan desainer.
Berikut beberapa istilah profesi yang dikemukakan oleh para ahli :
1) SCHEIN, E.H (1962)

“Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang
sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.”
2) HUGHES, E.C (1963)
“Peprofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang
diderita atau terjadi pada kliennya.”
3) DANIEL BELL (1973)
“Profesi

adalah

aktivitas

intelektual

yang

dipelajari

termasuk


pelatihan

yang

diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang
dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam
melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan
kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat
mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.”
4) PAUL F. COMENISCH (1983)
“Profesi adalah ‘komunitas moral’ yang memiliki cita-cita dan nilai bersama.”

3

5) KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA
“Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejuruan, dan sebagainya) tertentu.”
6) K. BERTENS
“Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan
nilai-nilai bersama.”

7) SITI NAFSIAH
“Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah
hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain (orang
banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan, profesionalisme, dan
tanggung jawab.”
8) DONI KOESOEMA A
“Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu hierarki
birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut
serta pelayanan baku terhadap masyarakat.”
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1) Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman selama bertahun-tahun.
2) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Biasanya setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3) Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4) Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup, dan sebagainya. Maka untuk menjalankan suatu
profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

4

2.2

Macam-Macam Profesi yang Baik dalam Perspektif Islam
Bekerja adalah wajib bagi setiap umat islam dan setiap pekerjaan haruslah halal dan

berkah dari apa yang diusahakan. Adapun beberapa pekerjaan yang baik menurut islam
diantaranya:
1) Di Bidang Pertanian
Sabda Rasulullah s.a.w. yang artinya:
"Tidaklah seseorang mukmin itu menyemai akan semaian atau menanam tanaman lalu
dimakan oleh burung atau manusia melainkan hanya akan menjadi sedekah".
2) Di Bidang Perusahaan
Sabda Rasulullah s.a.w. yang artinya:
"Sebaik-baik usaha ialah usaha seorang pengusaha apabila ia bersifat jujur dan nasihatmenasihati”
3) Di Bidang Perniagaan
Rasulullah s.a.w. pernah meletakkan para peniaga yang jujur dan amanah kepada

kedudukan yang sejajar dengan para wali, orang-orang yang benar, para syuhada', dan orangorang soleh dengan sabda yang artinya:
"Peniaga yang jujur adalah bersama para wali, orang-orang siddiqin, para syuhada' dan
orang-orang soleh".
Rasulullah juga menyatakan bahawa sembilan persepuluh dari rezeki itu adalah pada
perniagaan.
2.3

Konsep Pertanian Dalam Islam

          
         
“Kami menjadikan (di atas muka bumi ini tempat yang sesuai untuk dibuat) ladang-ladang
kurma dan anggur. Kami pancarkan banyak mata air (di situ). Tujuannya supaya mereka
boleh mendapat rezeki daripada hasil tanaman tersebut dan tanam-tanaman lain yang
mereka usahakan. Adakah mereka berasa tidak perlu bersyukur?”
5

(Yasin : 34-35)
Kepentingan sektor pertanian dalam kehidupan manusia dan keperluannya begitu jelas
sejak dulu. Sejak sekian lama sektor pertanian sentiasa diberikan penekanan oleh ahli

agronomi dalam kajian dan tulisan mereka.
Dalam Islam, kegiatan pertanian merupakan salah satu daripada pekerjaan yang mulia
dan amat digalakkan. Kepentingannya tidak dapat dinafikan lagi apabila hasil industri ini turut
menyumbang kepada hasil makanan negara selain merupakan sumber pendapatan petani.
Banyaknya ayat al-Quran yang menyebutkan mengenai hasil tanaman dan buahbuahan yang pelbagai menunjukkan betapa pentingnya bidang pertanian pada pandangan
Islam. Antaranya Allah berfirman dalam surah Al An'aam ayat 99 yang bermaksud :
          

         
       
        
        
“Dan Dialah yang menurunkan hujan dari langit lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
segala jenis tumbuh-tumbuhan, kemudian Kami keluarkan daripadanya tanaman yang
menghijau, Kami keluarkan pula dari tanaman itu butir-butir (buah-buan) yang bergugusgugus; dan dari pohon-pohon tamar (kurma), dari mayang-mayangnya (Kami keluarkan)
tandan-tandan buah yang mudah dicapai dan dipetik; dan (Kami jadikan) kebun-kebun dari
anggur dan zaitun serta delima, yang bersamaan (bentuk, rupa dan rasanya) dan yang tidak
bersamaan. Perhatikanlah kamu kepada buahnya apabila ia berbuah, dan ketika masaknya.
Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda (yang menunjukkan kekuasaan
Kami) bagi orang-orang yang beriman.”

Ayat ini masih mengenai lanjutan bukti-bukti kemahakuasaan Allah Swt. Ayat-ayat
yang lalu mengarahkan manusia agar memandang sekelilingnya, supaya ia dapat sampai pada
kesimpulan bahwa Allah Swt Maha Esa dan kehadiran hari kiamat adalah keniscayaan. Yang
dipaparkan untuk diamati pada ayat-ayat yang lalu adalah hal-hal yang terbentang di bumi,
seperti pertumbuhan biji dan benih, atau yang berkaitan dengan langit seperti matahari dan
bulan serta dampak peredarannya yang menghasilkan antara lain malam dan siang,
6

selanjutnya dipaparkan juga tentang manusia, asal usul dan kehadirannya di bumi. Nah, ayat
ini menguraikan kumpulan hal-hal yang disebut di atas, bermula dengan menegaskan bahwa
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala
macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang
menghijau.
Untuk lebih menjelaskan kekuasaan-Nya ditegaskan lebih jauh bahwa, Kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai
yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang
serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Dalam mengomentari tentang ayat ini, para pakat tafsir mengemukakan bahwa ayat
tentang tumbuh-tumbuhan ini menerangkan proses penciptaan buah yang tumbuh berkembang
melalui beberapa fase, hingga sampai pada fase kematangannya. Pada saat fase
kematangannya ini, suatu jenis buah mengandung komposisi zat gula, minyak, protein,
berbagai zat karbohidrat dan zat tepung. Semua itu terbentuk atas bantuan cahaya matahari
yang masuk melalui klorofil, yang pada umumnya terdapat pada bagian pohon yang mengolah
komposisi zat-zat tadi untuk didistribusikan kebagian-bagian pohon yang lain, termasuk biji
dan buah.

7

Lebih dari itu, ayat ini menerangkan bahwa air hujan adalah sumber air bersih satusatunya bagi tanah. Sedangkan matahari adalah sumber semua kehidupan. Tetapi, hanya
tumbuh-tumbuhan yang dapat menyimpan daya matahari itu dengan perantaraan klorofil,
untuk kemudian menyerahkannya kepada manusia dan hewan dalam bentuk bahan makanan
organic yang dibentuknya.
Dari penjelasan ini dapat diambil pemahaman bahwa Allah Swt memberikan
gambaran :
1) Tentang proses tumbuh-tumbuhan sebagai gambaran bagi manusia untuk berusaha itu
harus butuh proses.
2) Dan dalam proses tersebut tentunya manusia butuh berinteraksi dengan manusia lain
(baik berupa berekonomi) untuk mencapai tanaman yang bagus dan baik.
3) Kemudian dari proses tumbuhan yang membagi-bagikan zat-zat yang di dapat oleh
bagian dari tumbuhan kepada buah dan bijinya itu, menggambarkan kepada manusia
untuk selalu berbagi dengan sesame.
4) Perlunya cahaya matahari dan air hujan dalam hal bercocok tanam.
5) Pemahaman bagi manusia tentang Maha Kuasanya Allah Swt.
Dari aspek akidah kegiatan pertanian dapat mendekatkan diri seseorang kepada Allah
SWT. Tanda-tanda kebesaran Allah dapat dilihat dengan jelas dalam proses kejadian tumbuhtumbuhan atau tanaman. Apabila seseorang itu melakukan usaha pertanian, ia akan membuat
seseorang itu lebih memahami hakikat sebenarnya dari konsep tawakal dan beriman kepada
kekuasaan-Nya. Yang memberikan hasil tetap datangnya dari Allah SWT.
2.4

Profesi di Bidang Pertanian Menurut Perspektif Islam
Di zaman sekarang kita dihadapkan pada banyaknya jenis dan macam pekerjaan.

Pekerjaan atau mata pancaharian seseorang kian bertambah banyak sesuai dengan
bertambahnya penduduk dan semakin khususnya keahlian seseorang.
Namun sebenarnya pada dasarnya hanya ada tiga profesi sebagaimana disebutkan oleh
Imam Al-Mawardi. Dia berkata: “Pokok mata pencaharian tersebut adalah bercocok tanam
(pertanian), perdagangan, dan pembuatan suatu barang (industri).”. Para ulama berselisih
tentang manakah yang paling baik dari ketiga profesi tersebut. Madzhab As-Syafi’i

8

berpendapat bahwa pertanian adalah yang paling baik. Sedangkan Imam Al-Mawardi dan
Imam An-Nawawi berpendapat bercocok tanamlah yang paling baik karena beberapa alasan:
Pertama:
Bercocok tanam adalah merupakan hasil usaha tangan sendiri. Dalam Shohih AlBukhori dari Miqdam bin Ma’dikariba rodhiyallohu’anhu dari Nabi Muhammad shollallohu
‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda:

‫عل نييهه نونسل لننم نكانن‬
‫عنمهل ينهدهه نوأ ن لنن ن نهبنى اللهه نداهوند نص لنلى اللهه ن‬
‫نما أ نك ننل أ ننحدد نطنعارما نق لهط نخييررا همين أ نين ينأ يك هنل همين ن‬
‫عنمهل ينهدهه‬
‫ينأ يك ههل همين ن‬
“Tidaklah seorang memakan makanan yang lebih baik dari orang yang memakan dari hasil
usaha tangannya, dan adalah Nabi Dawud ‘alaihi salam makan dari hasil tangannya
sendiri.”
Dan yang benar adalah apa yang di-nash-kan oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam yaitu hasil tangannya sendiri. Maka bercocok tanam adalah profesi terbaik dan paling
utama karena merupakan hasil pekerjaan tangan sendiri.
Kedua:
Bercocok tanam memberikan manfaat yang umum bagi kaum muslimin bahkan
binatang. Karena secara adat manusia dan binatang haruslah makan dan makanan tersebut
tidaklah diperoleh melainkan dari hasil tanaman dan tumbuhan.
Dan telah shohih dari Jabir rodhiyallohu ‘anhu dia berkata: telah bersabda Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam:

‫غيررسا هإل لن نكانن نما أ ههكنل همن يهه ل نهه نصندنقرة نو نما هسهرنق همن يهه ل نهه نصندنقرة نو نما أ نك نل ن ه‬
‫ت ال ل نطييهر نفههنو‬
‫نما همين هميسلهمم ينيغهرهس ن‬
‫ل نهه نصندنقرة نو ل ن ينيرنزهؤهه أ ننحدد هإل لن نكانن ل نهه نصندنقرة‬
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman
tersebut bagi penanamnya menjadi sedekah, apa yang dicuri dari tanamannya tersebut bagi
penanamnya menjadi sedekah, dan tidaklah seseorang merampas tanamannya melainkan
bagi penanamnya menjadi sedekah”. (HR Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan:

‫غيررسا نفينأ يك ههل همن يهه هإن ينسادن نول ن ندابلندة نول ن نطييدر هإل لن نكانن ل نهه نصندنقرة هإنلى ينيوهم ال يهقنيانمهة‬
‫نفل ن ينيغهرهس ال يهميسلههم ن‬
9

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kemudian memakan tanaman itu manusia,
binatang, dan burung melainkan bagi penanamnya menjadi sedekah hingga hari kiamat.”
Ketiga:
Bercocok tanam lebih dekat dengan tawakkal. Ketika seseorang menanam tanaman
maka sesungguhnya dia tidaklah berkuasa atas sebiji benih yang dia semaikan untuk tumbuh,
dia juga tidak berkuasa untuk menumbuhkan dan mengembangkan menjadi tanaman, tidaklah
dia berkuasa membungakan dan membuahkan tanaman tersebut. Tumbuhnya biji,
pertumbuhan tanaman, munculnya bunga dan buah, pematangan hasil tanaman semua berada
pada kekuasaan Allah SWT. Dari sinilah nampak nilai tawakkal dari seorang yang bercocok
tanam. Sedangkan Abu Yahya Zakariya Al-Anshori As-Syafii menambahkan: “Seutamautamanya matapencaharian adalah bercocok tanam karena lebih dekat dengan sikap tawakkal,
bercocok tanam juga memberikan manfaat yang umum bagi semua makhluk, dan secara
umum manusia butuh pada hasil pertanian. Az-Zarkasyi berkata bahwa semua orang
memperhatikan makanan karena tidak ada yang tidak butuh kepada hasil bercocok tanam
(makan) dan tidaklah kehidupan tegak tanpa adanya makanan.
Menurut sejarah Islam, setelah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam tiba di
Madinah, Baginda telah menggalakkan usaha pertanian agar ditingkatkan. Bumi Madinah
ketika itu sebenarnya subur perlu diusahakan dengan lebih giat. Dalam hubungan ini, kaum
Muhajirin yang berhijrah bersama Baginda diaturkan supaya bekerjasama dengan kaum Ansar
yaitu penduduk asal Madinah di dalam usaha-usaha pertanian.
Hal seumpama ini sesuai dengan riwayat Rafi‘ bin Hadij bahwa di zaman Rasulullah
telah diingatkan oleh beberapa orang bapa-bapa saudara Baginda yaitu Rasulullah melarang
daripada perkara yang memberi manfaat kepada kami, lalu kami bertanya: Apakah perkara
tersebut?:
“Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang mempunyai
tanah hendaklah dia mengerjakannya dengan bertani atau (jika dia tidak berupaya
melakukannya) hendaklah menyerahkannya kepada saudaranya supaya diusahakan dan
janganlah dia menyewakannya (sekalipun) hanya sepertiga, seperempat dan makanan
asasi.”(Hadis riwayat Abu Dawud)
Hakikat betapa Islam sangat menggalakkan sektor pertanian jelas daripada
peruntukkan yang ada di dalam syariah. Sebagai contoh, barangsiapa yang menggarap tanah
10

yang terbengkalai akan mendapat hak milik kekal terhadap tanah tersebut berdasarkan
pendapat kebanyakan ulama. Peruntukkan ini jelas memberi intensif kepada pengusahapengusaha bidang pertanian yang menggarap tanah yang terbengkalai atau mati. Perkara ini
disebutkan dalam riwayat Aisyah Radhiallahu ‘anha, Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Barangsiapa yang memakmurkan (menggarap) tanah yang tidak dimiliki oleh siapapun
maka dia lebih berhak terhadapnya”.(Hadis riwayat Al-Bukhari)
Walau bagaimanapun kita telahmempunyai peraturan atau undang-undang tanah, maka
kita tidak boleh menggunakan tanah dengan sewenang-wenang, tanpa izin dari pemilik tanah
tersebut.
Dalam Al-Qur’an tentang pertanian banyak dibicarakan mulai dari macam tumbuhan
hingga zakat yang harus dikeluarkan. Teknologi pertanian sendiri diartikan sebagai penerapan
ilmu pengetahuan dalam rangka pendayagunaan sumber daya alam (pertanian) untuk
kesejahteraan manusia. Tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi terkait dengan sumber
daya alam dapat dirujuk pada QS. Yaasiin:
        

 
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami
hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan.”
(QS Yaasiin: 33)
Ayat di atas menunjukkan bahwa pada awalnya bumi ibarat planet yang mati karena
tidak ada kehidupan didalamnya. Namun dalam perkembangannya bumi menjadi tempat yang
sesuai bagi kehidupan dan Allah menyediakan tanaman bagi manusia. Selain berfungsi
sebagai penyuplai oksigen bagi kehidupan, dari tanaman juga dapat dipanen hasilnya,
misalnya diambil biji atau buahnya untuk dikonsumsi. Ayat di atas juga menunjukkan bahwa
pada dasarnya tanaman harusnya dibudidayakan agar dapat digunakan sebagai makanan.
Tanpa adanya budidaya maka tanaman yang ada tidak akan mampu memenuhi kebutuhan
manusia. Oleh sebab itu ayat ini diikuti dengan ayat berikutnya:

          

11

“Dan kami jadikan padanya kebun – kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya
beberapa mata air.” (QS Yaasiin: 34)
Dijadikannya kebun–kebun menunjukkan Allah membimbing manusia untuk
berbudidaya. Saat ini peran saudara-saudara kita dari Teknik Pertanian sangat penting karena
mereka mampu memperbaiki cara budidaya dengan menemukan alat-alat budidaya sehingga
produktivitas tanaman dapat optimal. Pada awalnya mereka mengambil air dari mata air untuk
menyirami tanaman dan memberi minum ternak, kemudian mengalirkannya menjadi saluran
irigasi dan Allah menurunkan hujan bukanlah tanpa makna apalagi hanya menyebabkan banjir
tapi Allah menurunkan hujan agar manusia dapat berkpikir dan memanfaatkannya. Misalnya
menjadi cadangan air untuk sawah tadah hujan dan saat ini diciptakan pula bendunganbendungan yang mampu menampung air hujan sehingga air hujan ini memberi makna bagi
manusia sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqarah 22:

         
           
  
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air hujan dari langit, lalu dengan hujan itu Dia menghasilkan segala buahbuahan sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah kamu menyekutukan Allah, padahal
kamu mengetahui.”
Proses budidaya menjadikan produksi pertanian dapat melebih dari yang dibutuhkan
oleh pemilik kebun sehingga memunculkan teknologi baru yaitu pengolahan hasil pertanian.
Sebagaimana dalam ayat selanjutnya:

         
“Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan
mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?.” (QS Yaasiin: 35)
Ayat di atas secara struktural menjelaskan bahwa hasil dari budidaya adalah hasil
panen yang dapat dikonsumsi yang kemudian karena ada dalam jumlah lebih maka tangan
mereka mengusahakan sesuatu yaitu melalui olah pikirnya mereka mencoba memanfaatkan
hasil panen agar dapat lebih awet.

12

Kemampuan manusia dalam pengolahan hasil pertanian yang cukup mendapat sorotan
Al-Qur’an adalah pengolahan buah/biji menjadi minuman bukannya makanan:

          
     
“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rizqi yang
baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar–benar terdapat tanda (kebesaran Allah)
bagi orang yang memikirkannya.” (QS An Nahl: 67)
Pada awal perkembangan teknologi pengawetan makanan, maka teknologi yang
berkembang adalah pengeringan dan pembuatan minuman. Pembuatan minuman menjadi
perhatian dalam Al-Qur’an karena adanya kemungkinan untuk menjadi minuman yang
diharamkan yaitu yang mengandung alkohol dan itu berlangsung hingga kini. Rizki yang baik
menjadi pilihan yang harus dikembangkan dan ini yang seharusnya menjadi landasan bagi
calon-calon ahli pengolahan pangan untuk menjadikan makanan yang baik dan halal.
Makanan yang kita produksi haruslah makanan yang baik dan halal, inilah inti ayat di atas.
Dalam Islam, jika pertanian merupakan satu-satunya bidang yang seseorang boleh
lakukan untuk mencari nafkah bagi diri sendiri dan keluarganya, maka hukum bertani itu
adalah fardu ‘ain baginya. Sementara itu, adalah menjadi fardu kifayah pula kepada sesiapa
yang mampu melakukannya demi kepentingan semua orang untuk menyediakan pangan
(makanan) yang cukup bagi semua.
Menurut Dr. Zainal Azam Abd. Rahman seorang cendikiawan Islam dalam tulisan
beliau dalam Akhbar Berita Harian pada tanggal 6 Januari 2005, kegiatan pertanian menjadi
fardu kifayah kerana manfaatnya bagi orang lain lebih besar daripada manfaat pribadi.
Kebanyakan fuqaha' Islam berpendapat bahwa pertanian lebih baik atau utama pada
pandangan Islam dan suatu gerakan yang amat besar dibandingkan dengan sektor yang
lainnya, karena pertanian dapat menjamin kecukupan makanan bagi bangsa dan Negara. Maka
ini sangat diridhai sekali oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam surah Abasa ayat 27 – 32:

   

  

  

         

13

“Lalu Kami tumbuhkan di bumi biji-bijian.(27) Dan buah anggur serta sayur-sayuran.(28)
Dan zaitun serta pohon-pohon kurma.(29) Dan taman-taman yang menghijau subur.(30) Dan
berbagai-bagai buah-buahan serta bermacam-macam rumput.(31) Untuk kegunaan kamu
dan binatang-binatang ternakan kamu.(32)”
Tentulah menjadi masalah yang besar jika sebuah negara itu banyak bergantung
kepada negara lain untuk mendapatkan bahan makanan. Ini karena dikhawatirkan terjadinya
peperangan, bencana alam di negara pemasok yang menyebabkan kelangkaan bahan
makanan. Pandangan itu tepat, jika ditinjau dari keadaan beberapa negara saat ini dimana
krisis ekonomi, peperangan, dan terjadi bencana alam yang menyebabkan kurangnya bahan
makanan di negara tersebut.
Sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berarti:
"Andainya kiamat tiba dan pada tangan seseorang diantara kamu ada sebatang anak kurma,
maka hendaklah dia segera menanamnya." (Hadis riwayat Imam Ahmad).
Demikianlah pentingnya kegiatan pertanian hingga pada akhir zaman pun, bidang ini
tidak boleh diabaikan kerana ia adalah sumber terpenting bagi kehidupan manusia sebagai
penyumbang bahan makanan (pangan). Allah SWT menjanjikan insentif istimewa kepada
pengusaha sektor pertanian sesuai dengan kedudukannya sebagai sektor yang sangat
digalakkan. Kita dapati Allah SWT menjanjikan sesuatu yang lebih bagi petani dan pengusaha
sektor ini, baik dipendapatan maupun pahala dari Allah SWT. Bagi umat Islam, bidang
pertanian adalah cara mudah untuk mendapatkan pahala dan ganjaran dari Allah, selain
menerima manfaat atau pendapatan halal.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
"Tiada seorang Muslim pun yang bertani, lalu hasil pertaniannya dimakan oleh
burung atau manusia atau binatang, melainkan dia akan menerima pahala atas hal itu."
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
"Tiada seorang lelaki menanam sesuatu tanaman, melainkan Allah menetapkan baginya
ganjaran sebanyak jumlah buah yang dihasilkan oleh tanaman berkenaan." (Hadis riwayat
Imam Ahmad)
Sabda Rasulullah SAW lagi:
14

"Carilah rezeki dari khazanah bumi." (Hadis riwayat at-Tabrani)
Rasullallah sendiri adalah contoh unggul. Rasuluullah SAW sejak kecil sudah terlibat
dengan aktifitas peternakan. Baginda sendiri adalah seorang pengembala kambing. Baginda
pernah menyebutkan saat-saat yang dialaminya pada waktu menggembala itu:
"Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing."
Dan sabda Rasulullah SAW lagi:
“Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga
mengembala kambing keluargaku di Ajyad.”
Pada masa baginda Rasulullah SAW baru tiba di Madinah, Baginda telah
menggalakkan agar usaha dalam bidang pertanian ditingkatkan. Bumi Madinah yang
sebenarnya subur perlu diusahakan dengan lebih giat. Kaum Muhajirin yang berhijrah
bersama Baginda diaturkan supaya dapat bekerjasama dengan kaum Ansar yaitu penduduk
asal Madinah dalam mengusahakan kegiatan pertanian. Dalam sebuah hadis, Rasulullah
diriwayatkan bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang memiliki tanah, hendaklah dia mengusahakannya, namun jika dia
tidak berupaya melakukannya, maka hendaklah diberikan kepada saudaranya (supaya
diusahakan) dan janganlah dia menyewakannya.” (Hadis riwayat Abu Daud)
Hakikat betapa Islam sangat menggalakkan sektor pertanian jelas dilihat daripada
peruntukan dalam syariah berdasarkan hadis Rasulullah SAW yaitu barangsiapa yang
mengusahakan (mengolah) tanah kerajaan dengan baik, maka dia pantas mendapat hak milik
kekal terhadap tanah tersebut. Hal ini berdasarkan pendapat kebanyakan ulama.
Berdasarkan pendapat mazhab Malik, hak milik yang diperoleh itu adalah hak milik
sementara saja, jika setelah mendapat hak milik tanah itu, lalu dibiarkan tak terurus kembali
dan ada orang lain yang mengurusnya maka hak milik dapat berpindah. Hukum di atas adalah
berdasarkan kepada hadis Nabi bermaksud:
“Barangsiapa yang mengurus tanah yang tidak dimiliki oleh siapapun (tak terurus), maka
dia lebih berhak terhadapnya." (Hadis riwayat Imam Ahmad, Malik dan Bukhari)
Saat ini, banyak sekali bahan makanan tambahan yang dibuat oleh orang-orang nonmuslim yang tidak memahami tentang kehalalan bahan makanan sehingga kita harus hati-hati
apalagi jika kita berlaku sebagai produsen.
15

Seorang produsen makanan harus memperhatikan setiap bahan yang digunakan.
Perhatikan dan cari tahu dari apa bahan tersebut dibuat. Makanan dari hewan banyak yang
diharamkan (berdasarkan hadits), sedang dari tumbuhan umumnya diperbolehkan.
Penyembelihan hewan harus dengan cara yang baik dan menyebut nama Allah SWT saat
penyembelihan.
Hasil pertanian dan olahannya yang tidak kita konsumsi maka semestinya menjadi
bagian untuk diperjual-belikan agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
Dari Rifaah bin Rafi’ah ra. bahwasanya Rasulullah SAW pernah ditanya: “pekerjaan
mana yang paling baik?”. Beliau menjawab: “karya tangan seseorang dan tiap-tiap
penjualan yang baik.” (HR Bazzar. Hadits shahih menurut Akim).
Hadits di atas menunjukkan bahwa pekerjaan yang baik ada dua yaitu memproduksi
dan menjual yang baik. Memproduksi sendiri (atau menjadi produsen) menjadikan kita yakin
tentang kehalalan bahan yang kita produksi. Apabila kita tidak mampu melakukannya maka
jadilah penjual yang baik yaitu mengetahui kehalalan barang yang dijual dan cara penjualan
yang halal (ini penting bagi calon ahli teknologi industry pertanian). Kadangkala produk yang
kita jual adalah produk halal namun karena dijual pada saat yang tidak tepat menjadikan kiat
melakukan penjualan yang tidak baik. Misalnya coklat adalah produk yang baik dan halal
sehingga menjadi barang dagangan yang baik, namun jika kita menjual dalam kaitan dengan
perayaan hari besar agama lain atau valentine day yang merupakan perayaan cinta bebas yang
tidak diajarkan dalam Islam, maka kita telah melakukan penjualan yang tidak baik.
Dalam jual beli juga harus memperhatikan kaidah-kaidah agama.
1) Tidak menjual barang yang diharamkan: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
Allah telah mengharamkan jual minuman keras, bangkai, babi dan berhala.”(HR
Bukhari dan Muslim); kucing, anjing (kecuali untuk berburu) (HR Muslim dan Nasai),
2) Tidak menjual dengan dua harga. Rasulullah SAW melarang dua jual beli dalam satu
akad jual beli (HR Ahmad dan Nasai). Tidak halal dua syarat dalam satu akad jual beli
(HR Lima Imam).
3) Memuji barang yang dijual melebihi kondisi bahan. “Rasulullah SAW melarang najay
(memuji yang berlebihan terhadap barang dagangan agar pembeli tertipu).” (HR
Bukhari dan Muslim)
4) Tidak menimbun barang. “Barang siapa yang menimbun barang pangan selama 40
hari, ia sungguh telah lepas dari Allah dan Allah telah berlepas darinya.”(HR

16

Ahmad); Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan menimbun kecuali orang yang
salah.”(HR Muslim)
5) Benar dalam takaran/timbangan dasarnya ada di beberapa ayat antara lain QS AlAn’am : 152:
 ….      
“dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.”; QS Al-Israa’ : 35: “dan
sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang
benar…..”; dan QS Al Muthaffifii : 1–3:
  

    

       
“Celakalah orang-orang yang curang (yaitu) orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya.”
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Sektor pertanian sangat mendapatkan
perhatian bahkan sejak jaman Rasulallah SAW yang sangat fokus terhadap perkembangan dan
kemajuan di bidang pertanian.

Serangkaian teori ditemukan oleh kaum intelektual dan

dipraktikkan hingga membuahkan hasil melimpah di tanah-tanah negeri Muslim. Panen pun
meningkatkan tingkat kesejahteraan. Ini semua bermuara pada pengetahuan umat Islam yang
memadai tentang pertanian.
Tak hanya soal cara memanen. Mereka telah tahu bagaimana memilih lahan bagi
tanaman mereka. Mana yang cocok dan mana pula yang tidak. Sistem pengairan bermunculan
dan memicu perkembangan teknologi di bidang ini. Mereka hapal bagaimana membuat pupuk
dan komposisi penggunaannya.
Dalam bukunya yang terkenal, Kitab al-Filaha (buku tentang Pertanian), cendekiawan
dari Andalusia atau Spanyol, Ibnu al-Awwan, menjelaskan sejumlah langkah memulai bertani.
Hal pertama yang perlu diketahui mengenai pertanian adalah lahan pertanian itu. Apakah
lahan tersebut baik atau tidak untuk ditanami.
Ia mengingatkan, siapa yang mengabaikan masalah itu tak akan menuai keberhasilan
saat menggarap lahan pertanian. Ini bermakna para petani perlu memiliki pengetahuan tentang
lahan, karakteristiknya, jenisnya, dan tanamannya.
Selain itu, al-Awwan mewanti-wanti pula agar memahami betul tentang tingkat
kelembapan tanah yang berdampak pada semua tanaman. Perlu pula mengetahui jenis tanah,
17

apakah lembut, keras, berpasir, hitam, putih, kuning, merah, ataupun kemerah-merahan.
Pengetahuan dasar tentang lahan harus didukung dengan langkah lain untuk mencapai hasil
pertanian memuaskan. Untuk hal ini, umat Islam telah mengembangkan teknologi sistem
irigasi. Bentuknya memang berbeda-beda di setiap wilayah, ada yang sederhana dan ada pula
yang lebih canggih.
Sejarawan al-Hamdani mengisahkan salah satu bentuk sistem irigasi yang ada di
Yaman, yang disebut dengan alSamman. Ini merupakan sumber air terkenal. Kedalamannya
mencapai tiga meter. Di sekitarnya, terdapat sejumlah sumur dan telaga buatan sebagai
penampung air. Sisi-sisinya dibatasi dengan batu.
Pengembangan sistem irigasi lainnya untuk keperluan pertanian terdapat di Irak.
Tepatnya, di Fowkhara Gate di tepi Sungai al-Nahrawan, Samarra. Adam Mitz, dalam AlHadarah alIslamiyyah, menyebutkan bahwa ilmuwan Muslim saat itu telah mampu
mengalirkan air dari sumbernya dengan menggunakan pipa.
Mereka mempunyai sejumlah alat-alat teknik yang bermanfaat untuk mengukur
ketinggian tanah dan menggali saluran irigasi di bawah tanah. Akhirnya, ujar Mitz, para
ilmuwan itu menemukan sejumlah mesin untuk mengukur tingkat air sungai. Dengan berbagai
penemuannnya, pertanian islam telah berkembang. Sejak awal

pupuk telah menjadi

perhatian. Bahkan, telah muncul pemikiran komposisi penggunaan pupuk. Ilmuwan Muslim,
Ibnu al-Hajjaj al-Ishbili, melalui bukunya Al-Muqni' fi al-Filahah, menjelaskan bahwa
seorang petani mesti tahu jika lahan pertanian tak dipupuk, kemampuannya akan melemah.
Disisi lain, ia berkata agar penggunaan pupuk tak berlebihan. Bila ini terjadi, tanah akan
terbakar oleh pupuk. Dengan pandangan yang disampaikan Ibnu al-Hajjaj ini, pengetahuan
pertanian umat Islam saat itu telah mencapai taraf yang tinggi. Sejalan pada masa sekarang,
penggunaan pupuk harus sesuai aturan pemakaian.
Pentingnya pemupukan untuk lahan pertanian; Ibnu Bassal, Ibnu Hajjaj, dan Ibnu alAwwam memberikan penjelasan luas mengenai tipe pupuk dan tingkat kecocokan pupuk pada
tanaman dan lahan tertentu.
Mereka menyinggung pula penggunaan daun-daun pohon untuk menyuburkan lahan
pertanian dan pemakaian pupuk kompos. Penjelasan mengenai pupuk kompos ini di antaranya
terdapat dalam buku yang disusun Ibnu al-Awwam yang berjudul Kitab al-Filaha alAndalusiyyah. Manuskrip karyanya tersimpan di British Museum. Sedangkan, Ibnu Bassal
menjelaskan bagaimana membuat pupuk kompos itu.
18

Paling tidak, Ibnu Bassal membagi kompos menjadi tiga jenis. Salah satunya adalah
kompos yang terbuat dari campuran rumput, jerami, dan abu.

19

BAB 3
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Setelah membaca uraian diatas. Tentunya sekarang kita mengetahui bahwa profesi di

bidang pertanian dalam pandangan islam adalah profesi yang amat mulia karena bercocok
tanam merupakan hasil dari tangan sendiri sebagaimana sabda Nabi Muhammad
Solallahu’alaihi wasallam:

‫عل نييهه نونسل لننم نكانن‬
‫عنمهل ينهدهه نوأ ن لنن ن نهبنى اللهه نداهوند نص لنلى اللهه ن‬
‫نما أ نك ننل أ ننحدد نطنعارما نق لهط نخييررا همين أ نين ينأ يك هنل همين ن‬
‫عنمهل ينهدهه‬
‫ينأ يك ههل همين ن‬
“Tidaklah seorang memakan makanan yang lebih baik dari orang yang memakan dari hasil
usaha tangannya, dan adalah Nabi Dawud ‘alaihi salam makan dari hasil tangannya
sendiri”.
Juga profesi dibidang pertanian dapat menolong umat manusia serta binatang karena
tidak ada kebutuhan paling pokok melainkan makanan dan itu berasal dari tumbuhan.
Semoga apa yang kita sedang pelajari saat ini dapat kita amalkan setelah menjadi
sarjana nanti. Karena,profesi dibidang pertanian ini amat mulia dan tidaklah menjadi sia-sia
pekerjaan ini melainkan apa-apa yang ditanam menjadi sedekah sesuai sabda Rasulullah
SAW:

‫غيررسا هإل لن نكانن نما أ ههكنل همن يهه ل نهه نصندنقرة نو نما هسهرنق همن يهه ل نهه نصندنقرة نو نما أ نك نل ن ه‬
‫ت ال ل نطييهر نفههنو‬
‫نما همين هميسلهمم ينيغهرهس ن‬
‫ل نهه نصندنقرة نو ل ن ينيرنزهؤهه أ ننحدد هإل لن نكانن ل نهه نصندنقرة‬
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman
tersebut bagi penanamnya menjadi sedekah, apa yang dicuri dari tanamannya tersebut bagi
penanamnya menjadi sedekah, dan tidaklah seseorang merampas tanamannya melainkan
bagi penanamnya menjadi sedekah”. (HR Muslim).

20

3.2

Saran
Sebaiknyanya pertanian dan petani di Indonesia

lebih diperhatikan lagi oleh

pemerintah agar tidak terjadi lagi krisis pangan di kemudian hari, seperti yang sedang
berlangsung saat ini.
Serta masyarakat Indonesia terutama yang muslim seharusnya sudah mulai terbiasa
untuk bercocok tanam karena dapat memenuhi kebutuhan pangan sendiri, serta mendapat
ganjaran dan pahal dari Allah SWT.
Jangan lupa pula teknologi yang menunjang di sektor pertanian. Karena dengan
adanya teknologi yang menunjang di sektor pertanian ini maka akan semakin menaikkan taraf
hidup para petani. Serta dengan teknologi ini diharapkan dapat memperkecil kemungkinan
untuk gagal panen

21

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pertanian Dalam Perspektif Islam. Handout
http://bemjagribisnisuin.blogspot.com/2009/03/pertanian-dalam-perspektif-islam. (Selasa, 10
September 2013 pukul 18.45)
Arkib. 2006. Pertanian Menurut Islam. Handout
http://www.aspirasindp.com/arkib/PertanianmenurutIslam.html (Selasa, 10 September 2013
pukul 18.48)
Azam, zainal. 2012. Islam Tuntut Umat Usahakan Pertanian Hingga Akhir Zaman. Handout
http://pasbukitbendera.com/index.php?option=com_content&task=view&id=147&Itemid=45
(Selasa, 10 September 2013 pukul 18.50)
http://www.brunet.bn/gov/mufti/irsyad/pelita/2002/ic44_2002.html (Selasa, 10 September
2013 pukul 18.50)
http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/files/2011/11/Teknologi-Pertanian-dalam-Perspektif
Islam.pdf (Selasa, 10 September 2013 pukul 18.55)
http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi (Selasa, 10 September 2013 pukul 19.20)
http://carapedia.com/pengertian_definisi_profesi_info2177.html (Selasa, 10 September 2013
pukul 19.24)
http://pakarcomputer.blogspot.com/2012/02/pengertian-profesi-menurut-para-pakar.html
(Selasa, 10 September 2013 pukul 19.30)
Jalaluddin, Imam. 1996. Tafsir Jalalain berikut Asbaabun Nuzuul Ayat. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

22