Filsafat dan politik hukum Islam tentang (1)

MENU FILSAFAT DAN POLITIK HUKUM ISLAM TENTANG PERBANKAN SYARIAH

Kajian Filsafat dan Politik Hukum Islam Bagi Perkembangan

Perbankan Syariah Di Indonesia

THE PHILOSOPHY AND ISLAMIC POLITICAL LAW ON SHARIA BANK

A Study on The Philosophical And Islamic Political Law to Development of Sharia Bank In Indonesia

Wahyudin Darmalaksana

NIM. 3211.1021

PRODI HUKUM ISLAM PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

MENU Latarbelakang Masalah

MEKANISME

UJICOBA SHARIA BANK

(PENERAPAN ISLAMIC EKONOMI SYARIAH

PERGERAKAN

PASAR

WINDOWS DI BERBAGAI DUNIA INTERNASIOANAL

GLOBAL

BELAHAN DUNIA)

REGULASI PENGEMBANGAN AKOMODASI SYARIAT ISLAM SISTEM PEREKONOMIAN (TRANSFORMASI FIQIH

DEMOKRASI

NASIONAL SELARAS DENGAN MUAMALAH KE DALAM

EKONOMI

KEBIJAKAN AKSELERASI SISTEM HUKUM NASIONAL)

PANCASILA

EKONOMI INDONESIA

SISTEM PERBANKAN SYARIAH

MENU Perumusan Masalah

Penalaran FALSAFAT AL- TASYRI‟ , yang menjadi dasar pembentukan teori dan sistem ekonomi syariah, dalam transformasinya ke dalam sistem hukum perbankan nasional, membutuhkan dukungan SIYASAT AL- SHAR‟I, yang kontributif bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

MENU Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana hakikat ekonomi Islam berdasarkan falsafat al-tasyri?

2. Bagaimana realitas gerakan perekonomian Islam menurut siyasah al- syar‟i?

3. Bagaimana sistem Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 dilihat dari aspek substansi, struktur dan kultur hukum?

4. Bagaimana dinamika perubahan fatwa DSN-MUI mengenai kepatuhan syariah (syariah compliance)?

5. Bagaimana asas konkordansi Islam dan Pancasila tentang perbankan syariah?

6. Bagaimana kajian filsafat dan politik hukum Islam tentang perkembangan perbankan syariah di Indonesia?

MENU

Tinjauan Pustaka

Kerangka Pemikiran

Definisi Operasional

Grand Theory

Midle Range Theory

TEORI CREDO (SYAHADAT) ONTOLOGI HUKUM ISLAM LANDASAN DASAR

EKONOMI SYARIAH

Applicative Theory

TEORI PERUBAHAN FATWA IBN AL-QAYYIM DENGAN PARADIGMA HUKUM IBN TAIMIYYAH DAN TUJUAN

APLIKASI KAIDAH-KAIDAH TEORI LEGAL SYSTEM

FIQIH MUAMALAH (Substansi, Struktur, Kultur

HUKUM JUMHUR ULAMA

PADA DINAMIKA FATWA

PELAKSANAAN /

dan Dampak Hukum)

KEPATUHAN HUKUM PENEGAKAN SISTEM

HUKUM PERBANKAN

PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH

SYARIAH

MENU Metodologi Penelitian

Pendekatan:

Teleologis, Filosofis, Historis

Langkah-Langkah:

1. Inventarisasi 2. Identifikasi

Sumber Data

Teks Suci, Undang-Undang, Fatwa

Normatif

5. Interpretasi dan konstruksi Hukum 2. Sekunder:

Buku, Jurnal, Malakah, Laporan (Dokumen)

Alat Pengumpulan Data:

Book Review

Analisis Data:

Deduktif & Induktif

MENU

1. Hakikat Ekonomi Islam

Argumen Teologis (Sumber Dasar Hukum Islam) dan

Filosofis (Signifikansi Ilmu Ekonomi Islam)

HAKIKAT EKONOMI ISLAM

Epistemologi

Prinsip-Prinsip Umum

Filsafat Hukum Islam

Ekonomi Syariah Postulat-Postulat Prinsip-Prinsip Dasar

Metodologi Ushul Fiqih

Ekonomi Islam

Kepemilikan Prinsip-Prinsip Dasar Produksi,

Metode Qiyas Shar‟i

Gejala-gejala ekonomi

Distribusi, Konsumsi

Realitas Empirik

Kajian

Studi Ilmu

Ekonomi Islam

Produksi

Ekonomi Islam

Sarjana Muslim

Ilmu Ekonomi Syariah

Di Barat

berkarakter Dogmatik

Mazhab

dan sekaligus Objektif

Pemahaman Hakikat

Ekonomi Islam

Islam dan Ummatnya

Kontemporer

MENU

2. Gerakan Perekonomian Dunia Islam

Hub. Internasional

vs

Ketatanegaraan

DUNIA ISLAM

BANK

HUKUM ISLAM

OKI-IDB

DUNIA

Politik Ekonomi

MEKANISME PASAR BEBAS ISLAMISASI INSTITUSI EKONOMI

AGENDA DUNIA ISLAM:

MEKANISME PASAR GLOBAL

SISTEM EKONOMI KAPITALIS NEGARA-NEGARA MUSLIM

SISTEM EKONOMI ISLAM

PINTU MASUK DI INDONESIA: PENGATURAN

UJICOBA SHARIA BANK

SISTEM PERBANKAN MONETER BERKETUHANAN YANG MAHA ESA

NEGARA-NEGARA NON-MUSLIM

INTERNASIONAL

Politik Akomodasi

Sistem Ekonomi

KONVENSIONAL EKONOMI

UNDANG NO. 21

( mu‟ahadah)

TENTANG PERBANKAN

Transformasi

SYARIAH: Filosofis,

SISTEM PERBANKAN NASIONAL

(Taqnin)

Sosiologis, Karakter

Regulasi, Naskah Khusus dan Yuridis. Akademik dan

Legislasi

3. Penegakan Sistem Hukum Perbankan Syariah MENU

SUBSTANSI HUKUM:

Ambiguitas sistem, konsekuensi dual system , dan adanya gap (ketimpangan) antara substansi hukum

DAMPAK :

dan benak masyarakat, konsekuensi pembentukan 1. Terjaminnya kepastian hukum;

Undang-Undang perbankan syariah lebih 2. Tersedianya ketetapan kepatuhan

didasarkan pada mekanisme pasar global.

syariah; 3. Institusi bisnis perbankan syariah mengalami perkembangan.

STRUKTUR

4. Perkembangan Perbankan Syariah

PENEGAKAN SISTEM

belum sesuai dengan Maqasid al- Terjadinya

HUKUM:

UNDANG-UNDANG

Syariah dan amanat Pancasila. overlapping struktural

NO. 21 TAHUN 2008

TENTANG

baik otoritas maupun PERBANKAN SYARIAH kompetensi,

konsekuensi belum diakomodasinya

KULTUR HUKUM:

strukturisasi sistem Kurangnya partisipasi potensi basis pendukung sosio-kultur secara keseluruhan

masyarakat, konsekuensi pertimbangan pembentukan Undang- sesuai syariat Islam

Undang perbankan syariah lebih bertumpu pada tinjauan statistik (full fledged Islamic

dan motif politik tanpa memerhatikan akar historis dan sosiologis financial system).

perekonomian masyarakat lokal.

MENU

4. Dinamika Fatwa DSN-MUI Tentang Perbankan Syariah

IMPLIKASI:

1. Terbentuknya perbankan syariah impor dari

METODOLOGI:

Ijtihad jama‟i adopsi ijma‟ kontemporer

diskursus dunia internasional Islam;

Forum Ulama Internasional

2. Tidak terperhatikannya sektor-sektor

produktif dan terciptanya orientasi kepada pembiayaan akad murabahah yang membuka jalan terbentuknya

POLEMIK:

DINAMIKA

perilaku masyarakat konsumtif;

Pengakuan keuntungan

FATWA DSN-MUI

3. Pengakuan metode anuitas: a) marjinalisasi

pembiayaan akad

TENTANG

metode proporsional; b) Bergesernya moda

murabahah dengan Metode

KEPATUHAN

jual beli ke pembiayaan; c) Berubahnya

Anuitas SYARIAH

murabahah murni ke penyesuaian konvensional; d) Bergesernya akuntansi teologis-humanis ke akuntansi materialis- kapitalis; e) Kelangsungan riba khafi yang

PRODUKTIFITAS:

potensial mengarah ke riba jali; f)

Fatwa DSN-MUI dominasi mustafti pebisnis Bank Syariah untuk permohonan keleluasaan pembiayaan akad Murabahah

Maksimalisasi perkembangan perbankan

barang-barang konsumsi.

syariah secara agresif.

4. Tak terpikirkannya ekonomi makro

Islam.

MENU

5. Asas Konkordansi Pancasila dan Perbankan Syariah

Amanat PANCASILA

HAKIKAT

Tuntutan SYARIAT

Ekonomi Berketuhanan Yang Maha Esa

EKONOMI

Ekonomi Syahadat (Tauhidullah)

Esensi Demokrasi Ekonomi Pancasila Esensi Ekonomi Universalitas Syariat Bernilai Moral Luhur Bangsa

ASAS

Bernilai Keadilan Tinggi Ilahi

Bereksistensi Kultur Lokal Indonesia

KONKORDANSI

Bereksistensi Humanis Temporal

Ekspresi Ideologi Pancasila,

Ekspresi Ideologi Islam,

Anasir-anasir Demokrasi,

Agenda-agenda Islamisasi,

POLITIK

Sistem Ekonomi Kapitalis-Sosialis, Sistem Ekonomi Normatif-Dogmatis,

Koperasi Sokoguru Ekonomi Indonesia Baitul Mal Manifestasi Keemasan Islam

EKONOMI

NASIONAL

SISTEM PERBANKAN TUNTUTAN SYARIAT & AMANAT PANCASILA:

Terciptanya kondisi Adil, Rahmat, Maslahat, dan Bijaksana Sejahtera Lahir dan Batin

PROBLEM-PROBLEM MENDASAR

MENU

6. Kontribusi Bagi Perkembangan Perbankan Syariah

PARADIGMA EKONOMI ISLAM

FALSAFAT AL- TASYRI’ SIYASAT AL- SHAR’I EMPIRIKAL

SOSIO-KULTUR

FILSAFAT DAN POLITIK

Hubungan Diplomatik, Pendidikan Ekonomi

HUKUM ISLAM

Civil Society, Tanzim Islam, Laboratorium,

TEOLOGIS-HUMANIS

kelembagaan ekonomi Lembaga Ijtihad

PENGEMBANGAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

PENYALURAN DANA: Zakat, Infak, Shadaqah, CSR,

PENGHIMPUNAN DANA:

RESTRUKTURISASI

Bagi hasil produktif sektor- Dana Abadi Ummat, Wakaf,

INSTITUSIONAL

PERBANKAN

sektor riil, Infrastruktur

Dll.

“ISLAMI

Ekonomi Ummat,

PANCASILAIS”

Penguatan Ekspor, Dll.

OPERASI POLITIK: Keseimbangan Produksi dan Konsumsi

Tuntutan SYARIAT dan amanat PANCASILA

MENU Kesimpulan

1. Hakikat ekonomi Islam sebenarnya hendak berdialog dengan gejala-gejala ekonomi untuk mengatasi kelangkaan ilmu-ilmu ekonomi Islam kontemporer. 2. Realitas gerakan perekonomian dunia Islam yang menciptakan mekanisme pasar global perbankan syariah telah mendorong terbentuknya undang-undang perbankan syariah nasional.

3. Penegakan sistem perbankan syariah nasional terdapat inefektifitas. Substansi hukum

menyisakan ketimpangan dengan benak masyarakat, struktur hukum tak terhindarkan dari overlapping dan kultur hukum relatif tidak mendapat dukungan sosio-kultur lokal.

4. Dinamika fatwa berkembang berdasarkan mustafti dari kebanyakan pelaku bisnis perbankan

syariah, sehingga implementasi bank syariah telah melapangkan jalan terbentuknya masyarakat konsumsi barang.

5. Asas konkordansi Pancasila dan Syariat tidak bertentangan secara substantif ekonomi, tetapi

kerap menimbulkan pertentangan secara politik. 6. Falsafat al- tashri‟ empirikal menganjurkan bank syariat menguatkan fungsi sosial. Siyasat shar‟i berperan dalam pengendalian perkembangan bank syariah yang menjamin kondisi masyarakat sejahtera lahir dan batin.

Rekomendasi

1. Pengembangan ilmu-ilmu ekonomi Islam kontekstual dengan riset, kurikulum dan laboratorium (miniatur) bank syariah. 2. Restrukturisasi sistem perbankan syariah secara keseluruhan mencakup struktur institusional tersendiri. 3. Penguatan fungsi sosial bank syariah dalam mobilisasi zakat, infak, shadaqah dan wakaf bagi

MENU

TERIMAKASIH

MENU Filsafat dan Politik Hukum Islam tentang Perbankan Syariah

Epistemologi, Metodologi,

Sumber Dasar, Tujuan Prinsip-

Metode Pendekatan

Prinsip, Asas-Asas, Kaidah-

Penggalian Hukum Islam

Kaidah Islam

Kajian Filsafat dan Politik Hukum Islam

Filsafat Hukum Islam

Politik Hukum Islam

Filsafat Teoretis

Transformasi

Hubungan Internasional

Filsafat Moral

Sistem

Ketatanegaraan

Filsafat Praktis

Ekonomi

Politik Ekonomi

Syariah

Institusionalisasi

Implementasi Sistem

Keuangan Syariah

Perbankan Syariah

Kinerja Perbankan Syariah

MENU Pergerakan Ekonomi Islam Internasional

Gerakan ekonomi syariah adalah suatu upaya membentuk sistem ekonomi Islam yang mencakup semua aspek ekonomi, meskipun kemudian terfokus pada institusi bisnis perbankan syariah.

 Dibentuknya Organisasi Konfrensi Islam (OKI) tanggal 25 September 1969.

 Konfrensi ekonomi Islam secara teratur.  Berdirinya departemen atau fakultas ekonomi Islam di universitas-

universitas negara-negara muslim.  Embargo miyak untuk menekan Barat dan menopang perjuangan

Palestina tahun 1974 dan 1979.  Timbulnya negara-negara petro dolar hasil penjualan minyak yang

melahirkan kekuatan finansial negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah , Afrika Utara dan Asia Tenggara.

 Berdirinya Islamic Development Bank (IDB) bulan Oktober 1975.  Islamisasi lembaga perbankan.

MENU Uji Coba Sharia Bank

Riset shari‟a banking hingga dibukanya islamic window, yaitu membuka dua sistem operasional perbankan: bank

syariah dan bank konvensional (Juhaya S. Praja, Ekonomi Syariah, 76).

Bank Islam pertama yang berdiri di Eropa, yakni Denmark (1983). Bank-bank besar dari negara-negara Barat seperti

Citibank, ANZ Bank, Chase Manahathan Bank dan Jardine Fleming membuka Islamic Window. Lembaga ekonomi keuangan berbasis syariah tumbuh signifikan di Inggris serta Prancis. Perkembangan perbankan syariah termasuk di Filipina, Luxemburg dan Amerika Serikat. Bank Amanah berdiri di Filipina 1987. Muslim Saving and Investment berdiri tahun 1987 di Los Angelos, California (Juhaya S. Praja, Ekonomi Syariah, 52).

MENU Mekanisme Pasar Global

 Bisnis (produksi dan distribusi barang dan jasa) dilakukan paling tidak melalui dua jenis mekanisme, yaitu mekanisme pasar dan

mekanisme birokrasi.  Sistem ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh

kegiatan ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar (Adam Smith). Sedangkan mekanisme birokrasi adalah sistem ekonomi komando dan sistem perencanaan sentral oleh pemerintah (Kwik Kian Gie).

Bank Syariah dalam Mekanisme Pasar Global

 Terguncangnya sistem kapitalisme, sebab ―tidak ada keseimbangan dalam persaingan sempurna.‖  Ekonomi Islam Sistem Alternatif, sebab ―kesadaran akan hakikat Islam dan ummatnya.‖

MENU Masuknya Bank Syariah Di Indonesia

 ―Mau tidak mau suka tidak suka‖ negara berkembang tunduk pada mekanisme pasar global

 Demokrasi Pancasila ―harus‖ memiliki sifat terbuka  Terlilit utang yang memosisikan Indonesia berada dalam

tekanan IMF, otoritas pengawasan moneter internasional, sehingga menempuh hubungan diplomatik dengan OKI-IDB

 Tumbuhnya elit muslim di bidang bisnis, pemerintahan, politik praktis dan elit agama.

―Ternyata, hubungan Islam dan kekuasaan di Indonesia melalui subjek ekonomi menjadi semacam teori baru.‖

MENU

Ambiguitas

Penawaran:

 Sistem financial syariah dalam mekanisme pasar global merupakan sistem modern dari usaha dunia Islam di negara-negara Muslim yang telah maju

secara financial.  Ia muncul dan diperjuangkan sebagai sistem tandingan kapitalisme yang

EGOIS dan terbukti kapitalisme mengakui banyak kelemahan.  Terkadang implementasi keuangan syariah tidak berasal dari prinsip syariah

yang paling sublim, tetapi yang terpenting memiliki daya saing/daya tawar dengan sistem kapitalisme yang dominatif dan hegemonik.

Penerimaan:

 Realitas Muslim Indonesia dibentuk sebagai komunitas tradisional oleh ideologi pencitraan, yang tidak memiliki hubungan relasional dengan

modernisasi lembaga keuangan Islam.  Islam di Indonesia cenderung telah terinternalisasi dengan kultur lokal di

masyarakat, yang tampil dalam bentuk penyeimbang negara. Islam bukan bagian dari kekuasaan di Indonesia.

 Kehadiran sistem keuangan syariah dalam mekanisme pasar global, yang pelik untuk dapat ditolak, bukan saja telah membuat pemerintah Indonesia harus

berpikir mengembangkan sistem ekonominya, tetapi telah menuntut persiapan umat Muslim Indonesia dalam menerima perubahan-perubahan ini.

MENU Pembatasan Penelitian

• Spesifik kajian bank syariah dan mengabaikan data Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan lembaga keuangan

lainnya. • Fokus kajian pada Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah

Kegunaan Penelitian

Untuk menemukan kontruksi sistem hukum perbankan syariah sesuai tuntutan Syariat dan amanat Pancasila.

MENU

Tinjauan Kepustakaan

• Buku ―Ekonomi Syariah,‖ karya Juhaya S. Praja (CV. Pustaka Setia Bandung, 2012).

• Buku ―Filsafat Ekonomi Islam,‖ Karya M. Anton Athoilah and Bambang Q. Anees (Sahifa, Bandung, 2012).

• Buku ―Politik Ekonomi Islam (Siyasah Maliyah): Teori-Teori Pengelolaan Sumber Daya Alam, Hukum Pengairan Islam dan Undang- Undang Sumber Daya Air di Indonesia,‖ karya Ija Suntana

(CV. Pustaka Setia Bandung, 2010). • Buku ―As-Siyasatu al-Iqtishadiyat al-Mutsla,‖ karya Abdurrahman

al-Maliki (Al-Izzah, Bangil 2001). • Buku ―Fiqih Perbankan Syariah: Transformasi Fiqih Muamalah ke

dalam Peraturan Perundang- undangan,‖ karya Atang Abd. Hakim (PT. Refika Aditama Bandung, 2011).

• Buku ―Hukum Perbankan Syariah: Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 ,‖ karya Abdul Ghofur Anshori (Bandung: Refika Aditama,

Bandung 2009). • Buku ―Ekonomi Zakat,‖ karya M. Anton Athoillah (Pustaka Aura

Semesta, Bandung, 2015).

MENU

Definisi Operasional

• Filsafat hukum Islam: kerangka penalaran dan penggalian hukum Islam (istinbat al-ahkam) terhadap nash Al- Qur‘an dan As-Sunnah

untuk mengelurkan maksud-maksud Pembuat Hukum (maqasid al- syariah) dengan perangkat metodologi hukum Islam (ushul al-fiqih) secara deduksi (qiyas al-tamtili) terkait gejala-gejala sosial dengan pendekatan induksi (qiyas al-sumuli) sehingga menghasilkan postulat-postulat, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang menjadi dasar pembentukan ilmu-ilmu hukum Islam (al-fiqih), khususnya menyakut kehidupan ekonomi ( mu‟amalah).

• Politik hukum Islam: pemikiran dan sekaligus gerakan untuk penegakan syariat Islam dalam konstitusi negara (qanun) berikut

dengan segala pengaturan (tanzim) dan pelaksanaannya dalam mewujudkan kemaslahatan umat (maslahat al-ummah).

• Perbankan syariah: Komponen utama dari industri keuangan syariah yang bersifat komersial sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) dan sekaligus sebagai kelembagaan yang bersifat sosial (non-komersial) bagi pemberdayaan ekonomi umat demi tercapainya kesejahteraan akhirat (al-shalah) melalui optimalisasi kehidupan dunia (al-falah).

MENU

Definisi Operasional

 Filsafat hukum Islam yang dimaksud dalam peneliitian ini adalah kerangka penalaran dan penggalian hukum Islam (istinbat al-ahkam) terhadap nash Al- Qur‘an dan As-Sunnah untuk mengeluarkan

maksud-maksud Pembuat Hukum (maqasid al-syariah) dengan perangkat metodologi hukum Islam (ushul al-fiqih) secara deduksi (qiyas al-tamtili) terkait gejala-gejala sosial dengan pendekatan induksi (qiyas al-sumuli) sehingga menghasilkan postulat-postulat, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang menjadi dasar pembentukan ilmu-ilmu hukum Islam (al-fiqih), khususnya menyakut kehidupan ekonomi ( mu‟amalah).

 Sedangkan politik hukum Islam ialah pemikiran dan sekaligus gerakan untuk penegakan syariat Islam dalam konstitusi negara (qanun)

berikut dengan segala pengaturan (tanzim) dan pelaksanaannya dalam mewujudkan kemaslahatan umat (maslahat al-ummah).

 Adapun perbankan syariah, yaitu komponen utama dari industri keuangan syariah yang bersifat komersial sebagai perantara keuangan

(financial intermediary) dan sekaligus sebagai kelembagaan yang bersifat sosial (non-komersial) bagi pemberdayaan ekonomi umat demi tercapainya kesejahteraan akhirat (al-shalah) melalui optimalisasi kehidupan dunia (al-falah).

MENU

Teori Credo

 Tauhidullah: orang beriman harus tunduk kepada perintah Allah (QS. Al-Fatihah

[1]: 5; al-Baqarah [2]: 179]; al-Imran [3]: 7; an-Nisa [4]: 13-14, 49-59, 63, 69 dan 105; al-Maidah [5]: 44-45, 47-50; dan an-Nur [24]: 51-52).

 Kosmologi Islam: tiada pusat tempat bergantung kecuali hanya kepada Allah. Allah bersemayam di atas ‗Arsy (QS. Al- A‘raf [7]: 54) .

 Sunnatullah (Ketetapan Allah): Keadilan Tuhan (inheren kepastian hukum) dan keseimbangan (QS. Al-Mulk [67]: 3) .

 Kenabian (QS. Ali-Imran [3]: 164) : pencerahan (renaisance), kemanusiaan dan atau li utamima makarimal ahlak ―untuk menyempurnakan etika-moral

(kemuliaan ahlak).‖  Kerasulan (QS. Ali-Imran [3]: 32 dan 132) : menyempurnakan hidup revolusi

peradaban Syariat.  Khalifah fi al-ard (QS. Al-Baqarah [2]: 30) : membumikan Islam secara murni,

mengelola sumber daya alam secara adil dan seimbang sesuai etika-moral, dan membentuk Negara Madinah: ―Kampung Madani‖ (Civil Society).

 Sifat dan watak Islam yang rahhmatan li al-alamin menjadi dasar aktualisasi Islam dalam konteks suatu negara.

 Teori non-teritorialitas Islam (Imam al-Syafi‘i).

MENU

Tegaknya Sistem Hukum

Hukum dapat dikelompokan sebagai hukum yang hidup di dalam masyarakat apabila:

1. berlaku secara yuridis (pemberlakukan hukum didasarkan pada kaidah yang tingkatannya lebih tinggi). Apabila berlaku hanya secara yuridis, hukum termasuk kaidah yang mati;

2. berlaku secara sosiologis (hukum dapat dipaksakan

keberlakuannya oleh penguasa meskipun masyarakat menolaknya --teori kekuasaan, atau hukum berlaku karena diterima dan diakui oleh masyarakat --teori pengakuan). Apabila berlaku hanya secara sosiologis dalam teori kekuasaan, hukum hanya akan menjadi alat untuk memaksa; dan

3. berlaku secara filosofis (sesuai dengan cita-cita hukum sebagai

nilai positif yang tertinggi). Apabila berlaku hanya secara filosofis, hukum hanya akan menjadi kaidah yang dicita-citakan (Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Cet. Ke-3 (Jakarta: Rajawali Press, 1987), 13-14.

MENU

Teori Perubahan Fatwa

 Ide hukum Islam perlu diperbaharui untuk pertama kalinya digulirkan oleh Ibn Taimiyyah (1263-1328) (Deddy Ismatullah, Sejarah Sosial, 298).

 Paradigma Hukum Islam Ibn Taimiyyah: al-haqiqah fi al- a’yan la fi al-adzhan

“kebenaran hukum itu dijumpai dalam kenyataan (realitas) empirik, bukan dalam alam pemikiran atau alam idea. Ibn Taimiyyah meyakini bahwa hakekat yang paling otentik justru ada pada realitas empirik, bukan pada realitas logik (Ibn Taimiyah, Minhaj, 243).

 Teori perubahan hukum Islam yang sistematis untuk pertama kalinya dirumuskan oleh Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah (1292-1356) (Deddy Ismatullah, Sejarah Sosial, 298).

 Teori perubahan fatwa Ibn al-Qayyim: taghayur al-fatwa wa ikhtilafiha bi

hasbi taghayyur al-azminati wa al-amkinat wa al-ahwal wa an-niyat wa

al-fawaid ―Perubahan dan perbedaan fatwa hukum dapat terjadi karena perubahan dan perbedaan waktu, ruang, kondisi, niat dan manfaat‖ (Ibn Qayyim, I‟lam al- Muawaqi‟in, Juz III, 14)

 Tujuan perubahan fatwa Ibn al-Qayyin: keadilan (al-„adalah), kasih sayang (ar- rahmah), kemanfaatan (al-mas}lahah) dan kebijaksanaan (al-hikmah).

 Metode perubahan hukum Ibn Taimiyyah dan Ibn al-Qayyim: Qiyas Syar‟i, yakni deduktif (Qiyas al-Tamtili) dan induktif (Qiyas al-Sumuli).

 Tujuan hukum Islam Jumhur ulama: maslahat. Tujuan ekonomi Islam: al-shalah (akhirat) melalui optimalisasi dunia (al-falah).  Prinsip Tadrij Perubahan Hukum Islam.

MENU

Aplikasi Kaidah

 Kaidah Bahasa, Kaidah Ushul, Kaidah Fiqih  Panca Kaidah Asasi Hukum Islam:

1. Kaidah Asasi yang Pertama: ه دص م ﺮﻮم أا “Segala perkara tergantung kepada niatnya.”

2. Kaidah Asasi yang Kedua: ﱢ ﱠﺸ اﺰﻴ اﻦﻴا “Keyakinan tidak hilang dengan keraguan.”

3. Kaidah Asasi yang Ketiga: ﺮﻴﺴﻴﱠتلا ﺐلْﺠت ﱠ ﺸملا “Kesulitan

mendatangkan kemudahan.”

4. Kaidah Asasi yang Keempat: اﺰﻴ ﺮاﺮﱠﻀلا“Kesulitan harus dihilangkan.”

5. Kaidah Asasi yang Kelima: ٌ مﱠكحم ةﺪ علا“Adat dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan dan menerapkan

hukum.”  Kaidah-kaidah fiqih muamalah.

MENU

Kerangka Pemikiran

Teori Objek yang dikaji Hasil yang diharapkan

Landasan Ontologis Pelaksanan Bank Syariah

1. Tauhidullah

1. Keadilan yang inheren dengan kepastian hukum

2. Sunatullah/ Kosmologi Islam)

2. Ketetapan Allah yang paralel dengan keseimbangan kosmis

Grand Theory:

3. Kenabian

3. Kemanusiaan dan etika-moral

Teori Credo

4. Kerasulan

4. Syariat yang rahmatan lil alamin (peradaban ideal)

5. Kekhalifahan

5. Pelaksanaan ekonomi syariah dalam konteks negara bagi kesejahteraan lahir

(al-falah) dan batin (al-shalah).

1. Substansi Hukum

1. Historis akomodasi sistem perbankan syariah

2. Pertimbangan pembentukan Undang-Undang Perbankan Syariah Teori Legal System

2. Struktur Hukum

3. Kultur Hukum

3. Kritik dan evaluasi penegakan sistem Undang-Undang No. 21 Tahun 2008

4. Dampak Hukum

tentang Perbankan Syariah.

1. Dinamika fatwa DSN-MUI 2. Sumber, metodologi, dan

1. Indentifikasi pembaharuan hukum ekonomi syariah (tajdid al-ahkam al-

tujuan perumusan fatwa

tathbiqiyah) yang telah dilakukan DSN-MUI

Middle range

3. Tadrij fatwa dalam qanun

2. Kajian akomodasi fatwa dalam peraturan perundangan (taqnin al-fatwa)

theory:

4. Aturan-aturan kepatuhan

3. Model pengawasan pelaksanaan fatwa (muraqabah tathbiq al-fatwa)

Teori Perubahan

syariah (syariah compliance)

4. Pola penyelesaian sengketa (tahkim)

Hukum (Fatwa)

5. Implikasi-implikasi

5. Solusi penguatan DSN-MUI sebagai mufti bidang ekonomi syariah yang

kemaslahatan perubahan

berkonkordansi dengan ekomomi Pancasila untuk terciptanya kemaslahatan.

fatwa. Aplikasi perbankan syariah dengan ketentuan:

Panca kaidah beserta turunannya

Applicative theory:

1. Memperhatikan terciptanya budaya yang seimbang antara perilaku produksi

dalam lingkup:

Pelaksanaan

dan konsumsi

1. Kaidah Lughah

kaidah-kaidah

2. Menjalankan bisnis komersial di samping fungsi sosial

2. Kaidah Ushul

Muamalah 3. Menciptakan kemaslahatan berdasrakan arahan makro ekonomi Islam yang

3. Kaidah Fiqh berorientasi al-shalah melalui optimalisasi al-falah.

MENU

Metode Yuridis-Normatif

• Penelitian hukum normatif dikontraskan dengan penelitian hukum sosiologis (Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,

126). • Penelitian hukum normatif bersifat deskriptif apa yang

senyatanya dalam sistem Undang-Ubdang Perbankan Syariah, dan juga bersifat preskriptif apa yang seharusnya berdasarkan norma (doktrin) hukum Islam dalam penegakan sistem hukum perbankan syariah di Indonesia.

MENU

Pendekatan Penelitian

• Pendekatan teleologis (maqas}id al-shari‟ah), yaitu penfekatan atau argumen yang menyatakan bahwa hukum itu ada dan ditegakan

mempunyai tujuan-tujuan tertentu (Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, 23).

• Pendekatan historis dimana ada dua macam penafsiran terhadap aturan hukum dan perundang-undangan, yaitu penafsiran menurut

sejarah hukum dan penafsiran menurut sejarah penetapan peraturan perundang-undangan (Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi, 318). Pendekatan sejarah dalam penelitian hukum normatif memungkinkan peneliti dapat memahami hukum secara mendalam tentang suatu sistem atau lembaga, atau suatu pengaturan hukum tertentu (Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, 332). Tata hukum yang berlaku sekarang mengandung anasir-anasir dari tata hukum yang silam dalam membentuk tunas-tunas tentang tata hukum pada masa yang akan datang (Pudjosewojo, Pedoman Tata Hukum, 11).

• Pendekatan filosofis empiris faktual, yaitu perangkat penalaran untuk melakukan prediksi terhadap gejala-gejala sosial (Juhaya S.

Praja, Ekonomi Syariah, 56 dan 64).

MENU Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data

• Para ahli hukum memilah data penelitian menjadi dua macam (1) data penelitian hukum normatif dikategorikan sebagai data

sekunder, dan (2) data penelitian hukum sosiologis (empiris) dikategorikan sebagai data primer. Ada juga yang disebut bahan hukum, baik primer maupun sekunder. Dalam penelitian hukum normatif, bahan hukum primer adalah Undang- Undang, dan bahan hukum sekunder ialah penjelasan- penjelasan berkenaan dengan Undang-Undang tersebut dalam buku-buku literatur (Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, 9-10).

• Alat pengumpulan data penelitian hukum normatif adalah book riview, yang dibedakan dengan alat pengumpulan data pada

penelitian hukum sosiologis (empiris) ialah interview (Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, 66 dan 220).

MENU

Langkah-Langkah: Taraf Analisis

• Inventarisasi bahan hukum (data), yaitu kegiatan pendahuluan yang bersifat dasar untuk menuju tahap berikutnya. Proses inventarisasi bahan hukum pada dasarnya sudah merupakan suatu kegiatan penelitian (Aminuddin Ilmar (ed.), Konstruksi Teori dan Metode Kajian Ilmu Hukum, Makasar: Hasanuddin University Press, 2009, 115).

• Identifikasi data, yakni proses seleksi terhadap bahan hukum yang telah dikategorisasikan untuk menarik asas-asas hukum. Asas-asas hukum pada dasarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan yang memberikan suatu penilaian susila terhadap hukum; artinya, memberikan penilaian yang bersifat etis. Secara logis, asas-

asas hukum tersebut harus ada pada pengambilan keputusan secara konkrit; akan tetapi, pada kenyataannya hal itu juga dapat ditelusuri pada hukum positif (Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, 252). Identifikasi bahan hukum perundang-undangan kerap menjumpai keadaan aturan hukum a) kekosongan hukum (leemten in het recht), b) konflik norma hukum (antinomi), dan c) norma hukum yang kabur, vage normen (Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, 83). Penelitian terhadap asas- asas hukum dilakukan terhadap norma-norma hukum. Tidak setiap pasal dalam perundang-undangan mengandung norma-norma hukum tetapi hanya memberikan batasan-batasan saja. Tanpa asas-asas hukum, norma-norma hukum akan kehilnagan kekuatan mengikatnya. Asas-asas hukum dibedakan ke dalam asas hukum konstitutif, yaitu asas-asas hukum yang harus ada dalam kehidupan suatu hukum, dan asas-asas hukum regulatif, yakni sebagai subjek yang diperlukan untuk dapat beroperasinya sistem hukum (Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, 15 dan 17).

• Klasifikasi bahan hukum, yaitu proses penataan dan pengorganisasian yang terdiri atas

(1) taraf sinkronisasi vertikal, yaitu kesesuaian undang-undang dengan pengaturan yang lebih tinggi, dan (2) taraf sinkronisasi horizontal, yaitu harmonisasi undang-undang dengan undang-undang lain yang setaraf (Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, 85).

Taraf Analisis MENU

• Sistematisasi bahan hukum, yaitu suatu proses untuk mendeskripsikan dan

menganalisis isi dan struktur bahan hukum yang telah diklasifikasikan. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum untuk memudahkan analisa dan konstruksi (Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum, 251). Sistematisasi bahan hukum perundangan terdapat empat prinsip penalaran, yaitu a) derogasi, menolak suatu aturan hukum yang bertentangan dengan aturan hukum yang lebih tinggi, b) non-kontradiksi, tidak boleh menyatakan ada atau tidaknya suatu kewajiban dikaitkan dengan suatu situasi yang sama, c) subsumsi, adanya hubungan logis antara dua aturan dalam hubungan aturan hukum yang lebih tinggi dengan aturan hukum yang lebih rendah, dan d) eksklusi, tiap sistem hukum diidentifikasikan oleh sejumlah peraturan perundang-undangan. Ada pula yang disebut sistematisasi eksternal, yaitu mensistematisasikan bahan hukum dalam kerangka mengintegrasikannya ke dalam tatanan masyarakat yang selalu berkembang (Aminuddin Ilmar (ed.), Konstruksi Teori dan Metode Kajian Ilmu Hukum, 192).

• Interpretasi dan konstruksi bahan hukum, yaitu merupakan analisis holistik yang

mengintegralkan segenap aspek bahan hukum untuk menghasilkan konstruksi sistem yang bersifat preskriptif (apa yang seharusnya menurut ketetapan) dari bahan-bahan hukum yang bersifat deskriptif (apa yang senyatanya dalam ketetapan). Interpretasi dan konstruksi memiliki karakter hermeneutik dan karenanya bergantung kekuatan metode interpretasi, seperti filosofis, teleologis, dan historis (Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, 85-86).

MENU Kajian Filsafat dan Politik Hukum Islam

Kajian filsafat dan politik hukum Islam dibangun di atas konsep-konsep berikut: Syariah , Tasyri‘ , Fiqih ( Pembidangan Fiqih ), Filsafat dan Hikmah , Filsafat Hukum dan Ilmu Hukum , Filsafat Hukum Islam , Politik , Politik Hukum , Politik Hukum Islam .

Hubungan ilmu syariah dengan politik sebagai ilmu dan lembaga kekuasaan: • Filsafat tashri‟ dalam kerangka ushul al-fiqh melakukan penggalian terhadap

―sumber kehidupan‖ (syariah) dengan menggunakan metode instinbath al- ahkam, secara deduksi dan induksi ( qiyas syar‟i). Filsafat hukum Islam bekerja

untuk menghasilkan ―bahan baku‖ hukum yang bersifat normatif dan sekaligus positif. Proses ini melahirkan „ilm shari‟at (ilmu fiqih) teramsuk fiqh siyasah

atau ilmu politik hukum Islam yang mencakup fiqh dusturiyah dan fiqh maliyah, dan fiqh dauliyah.

• Hubungan ilmu syariah dengan politik sebagai lembaga kekuasaan adalah kerja politik hukum Islam: 1) Subjek siyasah dauliyah menyangkut teritorialitas

hukum Islam dalam hubungan-hubungan internasional; 2) Subjek siyasah dusturiyah adalah nasionalitas hukum Islam atau ketatanegaraan Islam berkenaan dengan pemberlakuan dan penegakan hukum Islam dalam konteks kenegaraan; dan 3) Subjek fiqih siyasah maliyah membicarakan sistem dan praktik-praktik ekonomi Islam, baik dalam konteks sebuah negara maupun dalam konstelasi internasional.

MENU Kajian Filsafat Politik Hukum Ekonomi Islam

Kajian filsafat politik hukum ekonomi Islam dijelaskan berdasarkan konsep-konsep berikut: Ekonomi , Politik Ekonomi , Ekonomi Syariah , Muamalah , Politik Ekonomi Islam ( Sistem dan Gerakan ).

Natijah:

Islam tidak terlepas dari dua aspek, yakni pembaharuan dan pergerakan, termasuk dalam bidang ekonomi syariah. Ekonomi syariah adalah suatu usaha dengan landasan dasar Al- Qur‘an dan as-Sunnah dalam bangunan sistem perekonomian Islam. Muamalah adalah kehidupan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip Islam dalam perikatan, transaksi dan kontrak. Filsafat hukum Islam bertugas mempertanyakan paradigma yang telah mapan dalam hukum ekonomi Islam, dan mempersatukan cabang- cabangnya dalam kesatuan sistem hukum. Politik hukum Islam dalam konteks lembaga kekuasaan berarti proses-proses politik kenegaraan, hubungan internasional dan perekonomian Islam. Transformasi fiqih muamalah ke dalam sistem hukum nasional dalam bentuk Undang- Undang Perbankan Syariah merupakan pengembangan sistem perekonomian nasional berdasarkan nilai-nilai Islam.

MENU Eksistensi dan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia

 Perbankan syariah merupakan komponen utama dari keuangan syariah.  Lembaga keuangan Syariah dibedakan menjadi dua: 1) lembaga keuangan

depositori Syariah (depository financial institution Syariah) yang disebut dengan lembaga keuangan bank Syariah; dan 2) lembaga keuangan Syariah non depository (non depository financial institution Syariah) yang disebut dengan lembaga keuangan Syariah bukan bank.

 Lembaga keuangan Syariah bukan bank dapat dikelompokan menjadi tiga bagian:

1) lembaga kontraktual (contractual institutions), seperti perusahaan asuransi Syariah dan dana pensiun Syariah; 2) lembaga keuangan investasi Syariah (Syariah investment institution) seperti reksadana Syariah; dan 3) lembaga keuangan yang tidak termasuk ke dalam contractual institutions dan Syariah investment institution, seperti pegadaian Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), Unit Simpan Pinjam Syariah (USPS), koperasi pesantren, perusahaan modal ventura Syariah (venture capital), dan perusahaan pembiayaan Syariah (Syariah finance company) yang menawarkan jasa sewa guna usaha (leasing), kartu kredit, pembiayaan konsumen dan anjak piutang.

 Lembaga keuangan perbankan adalah institusi yang kegiatan utamanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

 Kinerja perbankan syariah nasional mencapai 5 % (dari aset perbankan konvensional sebesar Rp. 4.300 Triliun pada tahun 2014).

Pengertian Syariah MENU

 Kata syariah secara harfiah berarti sumber mata air yang menjadi tempat minum hewan dan manusia. Syariah dalam pengertian ini kemudian berubah menjadi

sumber air dalam arti sumber kehidupan yang menjamin kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat (Juhaya S. Praja).

 Syariah ialah segala sesuatu yang ditetapkan Allah kepada para hamba-Nya berupa agama, atau dengan kata lain segala sesuatu yang disyariatkan Allah berupa agama

dan yang diperintahkan-Nya, seperti puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh amal kebajikan (Yusuf Qardawi).

 Syariah adalah firman Allah yang ditujukan kepada orang-orang mukallaf yaitu

orang-orang yang sudah cakap bertanggung jawab hukum berupa perintah, larangan atau kewenangan memilih yang bersangkutan dengan perbuatannya (Sobhi Mahmassani).

 Syariah atau syari‘at dalam pengertian sumber kehidupan berkembang menjadi dua istilah teknis. Pertama, syariah dalam arti sumber petunjuk kehidupan umat manusia, yaitu wahyu dalam arti al-matluw, yaitu Al- Qur‘an dan dalam pengertian

al-wah}y ghair al-matluw, yaitu Hadits atau Sunnah Rasul. Syariah dalam pengertian ini berarti sumber hukum Islam yang tidak berubah sepanjang masa. Kedua , syariah dalam arti petunjuk yang ―diturunkan‖ langsung kepada umat manusia, yakni „aql. „Aql di sini mengandung pengertian potensi bawaan manusia yang berfungsi mengenal, mengesankan, dan mencintai Tuhan. Syariah dalam pengertian wahyu dan dalam pengertian „aql inilah yang menjadi sumber dan

MENU

Syariah adalah dasar-dasar hukum Islam yang bersifat umum yang dapat dijadikan pedoman manusia dalam hubungan-hubungan berikut (Shekh Mahmud Shaltut):

1. Hubungan manusia dengan Tuhannya dengan jalan penunaian kewajiban-

kewajiban keagamaan seperti salat dan puasa. Hubungan-hubungan ini kemudian melahirkan Fiqih Ibadah.

2. Hubungan manusia dengan saudaranya sesama kaum muslimin. Hubungan ini dapat dilakukan dengan jalan pertukaran kasih sayang antara satu sama lain, dan

tolong menolong yang tiada putus-putusnya, hukum-hukum yang khusus demi terbentuknya keluarga. Hubungan-hubungan ini kemudian diatur dalam hukum

Munakahat, hukum Kewarisan, dan Fiqih Mu’amalah.

3. Hubungan sesama manusia dengan cara saling bantu-membantu dalam

menciptakan kemajuan kehidupan secara umum dan perdamaian dunia yang diatur antara lain oleh Fiqih Dusturi dan Fiqih Duwali.

4. Hubungan manusia dengan alam memberi kemungkinan kepada umat manusia secara bebas dalam meneliti alam semesta ini serta memanfaatkan hasil-hasil penelitian tersebut bagi kemajuan dan ketinggian martabat umat manusia.

5. Hubungan manusia dengan kehidupannya melalui pemenuhan berbagai

kenikmatan hidup, kesejahteraan dan kemakmurannnya sepanjang yang dihalalkan Tuhan, tanpa berlebih-lebihan dan melampaui batas-batas kepatutan. Hubungan- hubungan ini kemudian diatur dalam Fiqih Mu’amalah.

MENU

• Yusuf Qardawi menunjukan pengertian syariah sebagai agama (Islam).

• Sobhi Mahmassani memaparkan pengertian syariah dalam arti amaliah.

• Juhaya S. Praja memberikan pengertian syariah sebagai sumber dasar.

• Shekh Mahmud Shaltut menjelaskan pengertian syariah sebagai dasar-dasar hukum Islam untuk pedoman manusia

dalam hubungan-hubungannya dengan yang lain. • Dengan demikian, syariah adalah agama Allah berdasarkan

Al- Qur‘an dan as-Sunnah dengan penalaran „aql yang membentuk ilmu syariat teoeretis dan amaliah yang menjadi dasar tuntunan aqidah, ibadah, ahlak dan muamalah.

Pengertian Tasyri’ MENU

• Tasyri‘ adalah pembentukan hukum-hukum Allah yang mengatur hubungan-hubungan dengan yang lainnya.

Pertama, tashri samawiy yaitu peraturan perundang- undangan yang murni dari Pembuat Hukum, yaitu Allah. Kedua, tashri‟ wad‟iy adalah peraturan perundang-unndangan yang dibuat dan dirumuskan oleh manusia yang didasarkan atau dengan referensi tashri‟ samawiy.

• Secara definitif Tasyri’ adalah tashri‟ adalah proses pembentukan garis-garis besar hukum Islam, pembentukan

teori-teori hukum Islam, atau pembentukan hukum Islam secara sistematis; pembentukan hukum-hukum teoretis dan hukum-hukum praktis dengan jalan tafhim, tatbiq, taqnin, dan tadbir , di mana tashri‘ menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistematika hukum Islam yang mencakup syariah,

tashri‟, taqnin dan tanz}im.

MENU Pengertian Fiqih

• Kata fiqih dalam bahasa Arab berarti faham, pengertian atau pengetahuan.

• Fiqih sama dengan „ilm al-syariah (ilmu syariah), yaitu pengetahuan tentang syariah; pengetahuan tentang hukum-

hukum perbuatan mukallaf secara terinci berdasarkan dalil-dalil Al- Qur‘an dan As-Sunnah, yang dihasilkan dengan cara istinba‟th al-ahkam, yakni penggalian dan penerapan hukum.

• Fiqih adalah ilmu hukum Islam, bersifat ijtihadiyat, tumbuh dan

berkembang dalam bidang yang menyeluruh, bahkan merupakan bidang keilmuan Islam yang paling produktif dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

MENU

Pembidangan Fiqih Prof. A. Djazuli

MENU Istilah Filsafat dan Hikmah

 Kata filsafat (bahasa Yunani), philoshopia berarti cinta kebijaksanaan.  Falsafah (bahasa Arab) berarti hubbu al-hikmah yakni cinta kebijaksanaan.  Berfilsafat mengandung makna berpikir secara radikal, artinya sampai ke akar suatu

masalah, mendalam sampai ke akar-akarnya bahkan sampai melewati batas-batas fisik yang ada, metafisis. Berfilsafat adalah berpikir dalam tahap makna, mencari hakikat makna dari sesuatu dan menemukan makna terdalam dari sesuatu berupa nilai-nilai; kebaikan, kebenaran, dan keindahan.

 Filosof dalam atri orang yang mencintai kebijaksanaan tidak disebut hakim, melainkan

muhibb al-hikmah (pecinta kebijaksanaan). Pitagoras mengatakan bahwa dirinya bukan seorang yang bijaksana (hakim), melainkan pencinta kebijaksanaan (muhibb al- hikmah). Menurut Juhaya S. Praja, term hikmah di dunia Islam muncul untuk menunjukan pemikiran filsafati yang disirami oleh wahyu.

 Pada hakikatnya, filosof dan hakim itu sama. Sesuatu yang membedakan keduanya adalah cara mencapai kebenaran yang ditempuh masing-masing. Perbedaannya

bagaikan Nabi dan filosof, hanya saja tingkat kebenaran dan ketinggian pengetahuan serta keistimewaannya berbeda. Nabi mempunyai mu‘jizat, hakim mempunyai

karamah. Hakim dan Nabi sama-sama dapat mengetahui dan mencapai kebenaran hakiki dari Tuhan.

MENU

Istilah Filsafat Hukum dan Ilmu Hukum

 Istilah hukum sendiri, sebagaimana dipahami dalam ilmu sosial, adalah adalah gejala sosial, artinya suatu gejala yang terdapat di dalam

masyarakat. Sebagai gejala sosial, hukum bertujuan untuk mengusahakan adanya keseimbangan dari segala kepentingan-kepentingan di dalam masyarakat, sehingga dapat dihindarkan timbulnya kekacauan dalam masyarakat (Surojo Wignjodipuro).

 Objek filsafat hukum adalah segala hal yang ada di luar jangkauan ilmu- ilmu hukum, misalnya tentang: Apakah hakikat hukum itu; siapakah

pembuat hukum yang sesungguhnya; apa yang disebut perbuatan hukum; dan siapa yang harus mentaati hukum itu; Apakah keadilan itu; Apakah tujuan hukum itu; Bagaimana hubungan antara hukum dengan kekuasaan.

 Filosof hukum akan mengartikan hukum sebagai jalinan nilai-nilai. Nilai-

nilai tersebut akan dirumuskan sebagai konsepsi-konsepsi abstrak dalam diri manusia dan apa yang dianggap baik untuk dilaksanakan dan apa yang buruk untuk dihindari. Filsafat hukum sebagai perenungan dan perumusan nilai-nilai, misalnya mengapa terdapat kesenjangan sistem aplikasi perbankan syariah antara teori dan praktek.

 Filsafat hukum bertugas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab oleh ilmu hukum (Juhaya S. Praja).

Istilah Filsafat Hukum Islam MENU

 Filsafat hukum Islam dapat disinonimkan dengan istilah falsafat al-tasyri‟ al-Islamiy; hikmatu tashri‟, asrar al-syari‟ah.

 Filsafat hukum Islam dapat dinyatakan sebagai bagian dari kajian filsafat hukum secara umum. Filsafat hukum Islam sebagaimana filsafat pada umumnya menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjangkau oleh ilmu hukum (Juhaya S. Praja).  Tugas filsafat hukum seperti halnya tugas filsafat pada umumnya yang mempunyai dua

tugas. Pertama, tugas kritis adalah mempertanyakan kembali paradigma-paradigma yang telah mapan di dalam hukum Islam. Kedua, tugas konstruktif adalah mempersatukan cabang-cabang hukum Islam dalam kesatuan sistem hukum Islam sehingga nampak bahwa antara satu cabang hukum Islam dengan lainnya tidak terpisahkan.

 Filsafat hukum Islam mengajukan pertanyaan-pertanyaan: apakah hakikat hukum Islam; hakikat keadilan; hakikat pembuat hukum; tujuan hukum; sebab orang harus

taat kepada hukum Islam; dan sebagainya.  Objek teoritis filsafat hukum Islam adalah objek kajian yang merupakan teori-teori

hukum Islam yang mencakup: Prinsip-prinsip hukum Islam; Dasar-dasar dan sumber- sumber hukum Islam; Tujuan hukum Islam; Asas-asas hukum Islam; dan Kaidah- kaidah hukum Islam. Sementara objek praktis filsafat hukum Islam meliputi jawaban atas pertanyaan seperti: Mengapa manusia melaksanakan muamalah; mengapa manusia harus diantur oleh hukum Islam; Mengapa manusia harus melakukan ibadah, seperti salat, zakat dan puasa; Apa rahasia atau hikmah yang terkandung dalam

MENU

 Komponen filsafat hukum Islam meliputi filsafat teoretis (al-falsafat al- nazariyyah), filsafat praktis (al-falsafat al- „amaliyyah), dan filsafat nilai

(falsafat al-akhlaq). Sedangkan komponen metodologinya telah melahirkan „ilm ushul al-fiqh.

 Komponen ketiga yang dilaharikan dari dua komponen sebelumnya telah

melahirkan penjelasan tentang aturan atau hukum tentang lalu lintas hubungan- hubungan yang dikenal dengan nama fiqih.

 Sebagimana diketahui bahwa ilmu syariah telah dikembangkan oleh para pakarnya yang meliputi tiga komponen utama, yaitu filsafat, metodologi dan

materi hukum Islam itu sendiri.  Secara elaboratif dapat dipahami bahwa filsafat hukum Islam merupakan

rahasia-rahasia agama (asrar al-din), dan rahasia-rahasia agama itu merupakan isi dari ilmu-ilmu agama. Sementara isi ilmu agama sering disebut metodologi hukum Islam yang lazim disebut usul al-fiqh atau ilmu tentang penggalian hukum Islam yang biasa disebut istinbath al-ahkam yang bertugas menggali makna-makna hukum dari Al- Qur‘an dan Hadits dalam kerangka maqasid al- syariah.

 Kajian filsafat hukum Islam akan memberikan pengetahuan hukum Islam secara utuh kepada ahli hukum yang mengkajinya. Filsafat hukum Islam telah

menghendaki dilakukannya suatu pengkajian mendalam terhadap setiap cabang ilmu hukum Islam. Filsafat hukum Islam diperlukan bagi pengkajian setiap

Istilah Politik MENU

 Secara esensi, politik adalah kegiatan dalam suatu sistem negara tentang proses menentukan tujuan (public goal), pelaksanaan (implementation)

tujuan, pengambilan keputusan (decision making), sleksi alternatif dan skala prioritas pelaksanaan, kebijakan umum (public policy), pengaturan (regulation), pembagian (distribution), sumber-sumber untuk melaksankan tujuan, kekuasaan (power) dan kewenangan (authority), yang dipakai untuk membina kerjasama dan menyelesaikan konflik, bersifat persuasif (meyakinkan), dan co-ersif (paksaan).

 Secara substansi, yaitu: 1) negara (state), 2) kekuasaan (power), 3)

pengambilan keputusan (decision making), 4) kebijakan umum (public policy), dan 5) pembagian (distribution) dan alokasi (allocation).

 Konsep politik merupakan usaha-usaha yang ditempuh warga negara

untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama (Aristoteles).  Hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan

(Max Weber).  Kegiatan yang diarahkan untuk mencapai dan mempertahankan

kekuasaan dalam masyarakat (Robson).  Konsep lainnya: Kegiatan berkaitan dengan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan umum; Konflik dalam rangka mencari dan mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting (Easton dan Lasswell).

MENU

(n), yang bermakna mengatur atau mengendalikan. • M. Quraish Shihab: Hukm bermakna ―menghalangi atau melarang dalam rangka

perbaikan‖. Dari kata hukm terbentuk kata hikmah, yang makna awalnya kendali. Sebuah makna yang sama dengan sasa, yasusu, mengatur atau mengendalikan.

• A. Djazuli mensinonimkan frasa sasa-yasusu-siyasata (n) dengan dabbara- yudabbiru-tadbira (n), yang mempunyai makna mengatur, mengendalikan,

mengurus, dan membuat keputusan. Kata sasa terdapat dalam hadits riwayat Imam Muslim: Kanat Banu Israil Tasusuhum al- Anbiya‟ (Bani Israil diurus/dikendalikan oleh nabi-nabi mereka). Berdasarkan hadits inilah, A. Djazuli mengartikan siyasah dengan ―al-qiyam ala syai –n- bima yaslahahu‖ (memimpin terhadap sesuatu hal dengan cara yang membawa kemaslahatan).

• Ahmad Fathi Bahansi mengartikan siyasah sebagai tadbiru mashalih al-„ibad

„ala wafqi al-syar‟i (pengurusan kemaslahatan manusia sesuai dengan ketentuan Syara).

• Ibn Qayyim mendefinisikan siyasah dengan segala tindakan yang membawa masyarakat lebih dekat kepada kemaslahatan dan menjauhkan dari kerusakan,

meski secara garis yuridis Allah dan Rasul-Nya tidak menetapkan. • Ibn Taymiyyah, dalam ―As-Siyasah As-Syar‟iyyah fi Ishlahi ar-Ra‟i wa ar-

Ra‟iyah,‖ memberikan pengertian siyasah dalam konteks pelaksanaan amanat negara, dimana wilayat (jabatan-jabatan dalam pemerinatah) dibutuhkan

kreteria yang as}alah (paling layak dan sesuai), yang terbaik, mempunyai sifat quwwah (otoritas) dan sekaligus amanah.

MENU Istilah Politik Hukum

 Politik hukum adalah sebuah legal policy mengenai hukum yang akan diberlakukan demi mencapai tujuan negara. Dalam

konteks kekuasaan, hukum ada dua macam, hukum objektif dan hukum subjektif. Hukum objektif adalah kekuasaan yang menagatur (tata tertib di dalam masyarakat). Hukum subjektif ialah kekuasaan yang diatur oleh hukum objektif.

 Surojo Wignjodipuro menyatakan, hukum adalah kekuasaan (baca: politik) meskipun kekuasaan tidak mesti hukum.

 Secara politik, hukum sering kali dipandang sebagai alat yang digunakan pemerintah demi menciptakan hukum dalam

mencapai cita-cita dan tujuan negara. Secara praksis, sering kali proses-proses politik ikut bermain sebagai faktor yang menentukan ketetapan aspek yuridis konstitusional (Mahfud MD).

Istilah Politik Hukum Islam MENU

Politik hukum Islam dipahami sebagai ilmu dalam rumpun ilmu fiqih yang meliputi ilmu ketatanegaraan Islam, ilmu hubungan internasional Islam, dan ilmu perekonomian Islam. Dilihat dari fungsinya, politik hukum Islam dipahami sebagai kekuasaan kelembagaan Islam yang mencakup lembaga kenegaraan Islam, lembaga internasional Islam dan lembaga perekonomian Islam.

Istilah Ekonomi MENU

 Istilah ―ekonomi‖ berkenaan dengan asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan, seperti keuangan,

perindustrian, dan perdagangan; pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang mempunyai harga (KBBI).

 Ekonomi merupakan ilmu yang menentukan apa yang diproduksi, bagaimana diproduksi, dan siapa yang memperolehnya. Sehingga

ekonomi dari sudut pandang ilmu berarti studi dan analisa tentang cara- cara masyarakat memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa (Anton Athoillah dan Bambang Anees).

 Ilmu ekonomi adalah cabang ilmu sosial yang menganalisis dan menjelaskan prilaku manusia dalam mengambil keputusan

pengalokasian sumber daya yang terbatas. Para ekonomo mengkaji cara yang cukup kompleks di mana tiga pertanyaan berikut di jawab dalam masyarakat tertentu: barang dan jasa apa yang akan diproduksi (dan berapa banyak); bagaimana barang dan jasa ini akan diproduksi (dengan memanfaatkan kombinasi beragam substitusi faktor produksi); dan bagaimana barang dan jasa yang diproduksi tersebut didistribusikan di antara individu dan kelompok masyarakat (Paul M. Johnson).

 Ekonomi mendiskusikan tentang sistem dan pola distribusi barang dan

jasa yang diproduksi sehingga kebutuhan semua individu dapat dipenuhi secara memadai dan terjadi pula distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata tanpa berdampak parah pada motivasi kerja, investasi dan usaha (Umer Chapra).

Istilah Politik Ekonomi MENU

 Politik ekonomi adalah tujuan yang akan dicapai oleh kaedah-kaedah hukum yang dipakai