LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN. pdf

I.

, A 0/ 2A . 02A K4)K5K)- )A , ). G K5. G A .
D os•n:Dr.
3iti3u nd ari- isw ad i,
- .
3i.

D isu su n / l•h:
EKA F)42)A (
E- A 9
E6) 2/ 6)A 4)

. )- :
4001507024
. )- :
4001507022
. )- :4001507021

02/ G 2A - - A G )34E2 0E. D)D )KA . )0A
0A 3CA 3A 2JA . A 5. )6E23)4A 3 . EG E2) 3E- A 2A . G

2009

I. PE NDA HUL UA N

A . L atar Belakang
L aut merupakan bagian tidak terpisahkan dari wilayah Negara K esatuan
Republik Indonesia, karena laut merupakan perekat persatuan dari ribuan kepulauan
Nusantara yang terbentang dari ujung Sumatera sampai ke Irian. Dua pertiga dari
luas wilayah Indonesia terdiri dari laut sehingga laut mempunyai arti dan fungsi
strategis bagi bangsa dan negara Indonesia . L aut juga memberikan kehidupan secara
langsung bagi jutaan rakyat Indonesia dan secara tidak langsung memberikan
kehidupan bagi seluruh rakyat Indonesia.
J ika berbicara laut maka satu hal yang tidak dilupakan adalah “pesisir”.
Pesisir juga tidak dapat dipisahkan dari laut sebagaimana daratan. Bahkan pesisir
mempunyai arti dan fungsi tersendiri, karena pesisir merupakan wilayah yang
membatasi antara laut dan darat. J adi boleh dikatakan disini bahwa yang menjadi
perekat dan pemersatu antara lautan dan daratan adalah pesisir. Pesisir merupakan
transisi antara ekosistem kehidupan laut dengan ekosistem kehidupan darat.
Selama ini pengelolaan dan pemanfaatan daerah pesisir di daerah belum
dilaksanakan oleh daerah secara optimal karena hal ini sangat berhubungan dengan

kewenangan yang dimiliki oleh daerah. Berbagai kewenangan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan kelautan dan pesisir berada di tangan pusat.
Berdasarkan K eputusan Menteri

K elautan dan Perikanan Nomor:

K EP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir
T erpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem
darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai
untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk
kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.
Pantai dan resort di berbagai penjuru dunia hampir tak ada yang bebas dari
pencemaran sampah dari bungkus makanan ringan, bungkus rokok, kantung plastik,
hingga bekas jaring, semua jenis sampah tersebut tidak hanya mengancam
keindahan, namun juga kehidupan liar di sekitar pantai.

Semakin meluasnya

kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah
tangga, serta semakin berkembangnya kawasan industri di kota besar, akan memicu

2

terjadinya peningkatan pencemaran pada perairan pantai dan laut. Hal ini disebabkan
karena semua limbah dari daratan, baik yang berasal dari pemukiman perkotaan
maupun yang bersumber dari kawasan industri, pada akhirnya bermuara ke pantai.

Gambar 1. Pantai yang tercemar

L imbah domestik yang berasal dari rumah tangga, perhotelan, rumah sakit
dan industri rumah tangga yang terbawa oleh air sisa-sisa pencucian akan terbuang
ke saluran drainase dan masuk ke kanal dan selanjutnya terbawa ke pantai. L imbah
yang dibuang pada tempat pembuangan sampah akan terkikis oleh air hujan dan
terbawa masuk ke kanal atau sungai dan selanjutnya juga bermuara ke pantai.
L imbah yang berasal dari kawasan industri baik yang sudah diolah maupun yang
belum, juga pada akhirnya akan terbuang ke perairan pantai.
K ota Tegal mempunyai posisi geografis yang sangat strategis karena berada
pada jalur lintas transportasi utara jawa yaitu antara Surabaya-Semarang-J akarta dan
persimpangan jalur selatan yaitu Tegal-Purwokerto. Disatu sisi kondisi demikian
sangat menguntungkan bagi perkembangan perekonomian kota tegal namun disisi
lain ada dampak yang terjadi yaitu terjadinya pencemaran udara dari kegiatan

transportasi apabila tidak dilakukan upaya pencegahannya. Secara topografis kota
tegal merupakan kota pantai dengan garis pantai 7,5 km, sedangkan peruntukannya
antara lain untuk pertambakan, permukiman penduduk, pelabuhan perikanan dan
niaga, wisata, industri.

Mengingat letak K ota Tegal berada di daerah hilir, maka segala limbah dari
kegiatan manusia bermuara disana termasuk menerima beban cemaran dari kegiatan
3

yang berada pada daerah hulu yaitu K abupaten Tegal. Hal ini apabila tidak dilakukan
pengendalian akan meyebabkan terjadinya penurunan kualitas air di permukaan,
sungai, laut dan air bawah tanah karena pencemaran.

Gambar 2. Peta kota Tegal

Pantai A lam Indah (PA I) merupakan salah satu objek wisata pantai yang
terleatak di sebelah Utara kota Tegal, yang dilengkapi anjungan, gardu pemantau,
waterboom, Monumen Bahari, dan panggung hiburan serta warung-warung makan di
pinggir pantai. Terdapat juga kawasan hutan bakau di Pantai A lam Indah yang
sedang mengalami penghijauan atau rehabilitasi hutan dari kerusakan.


B. T ujuan
T ujuan praktikum lapangan adalah :
1. Untuk mengetahui ekosistem Pantai A lam Indah Tegal.
2. Untuk mengetahui kegiatan ekowisata di Pantai A lam Indah Tegal.
3. Untuk mengidentifikasi pencemaran yang ada di Pantai A lam Indah Tegal.
4. Untuk mengetahui kondisi hutan mangrove yang ada di Pantai A lam Indah
T egal.

4

II. L A NDA SA N T E OR I

A . L aut dan Pesisir
Berbagai istilah berkaitan dengan penyebutan pantai sering digunakan secara
rancu, secara singkat diuraikan berikut ini untuk memperjelas terminologi yang
dimaksud. Suatu pantai memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.

Pantai berhubungan langsung dengan laut.


2.

Pantai berkedudukan di antara garis air tinggi dan garis air rendah.

3.

Pantai dapat terjadi dari material padu, lepas atau lembek.

4.

Pantai yang bermaterial lepas dengan ukuran kerikil atau pasir disebut sebagai
gisik (beach).

5.

Pantai dapat berelief rendah (datar, berombak, atau bergelombang), namun
dapat pula berelief tinggi (berbukit atau bergunung).

6.


Pantai secara genetik dapat berasal dari bentukan marin, organik, vulkanik,
tektonik, fluviomarin, denudasional, atau solusional.
Pesisir merupakan daerah yang membentang di pedalaman dari laut,

umumnya sejauh perubahan topografi pertama di permukaan daratan. Pesisir
merupakan sebidang lahan tidak lebar tidak tentu yang membentang dari garis pantai
ke arah pedalaman hingga perubahan besar pertama kali pada kenampakan lapangan.
Pesisir merupakan mintakat fisoografis yang relatif luas, membentang sejauh ratusan
kilometer di sepanjang garis pantai dan seringkali beberapa kilometer ke arah
pedalaman dari pantai. Pengertian lain menyebutkan pesisir merupakan sebidang
lahan yang membentang di pedalaman dari garis pesisir sejauh pengaruh laut, yang
dibuktikan pada bentuk lahannya.
Garis pesisir adalah garis yang membentuk batas antara pesisir dan pantai.
Garis pesisir membatasi pesisir dan pantai yang kedudukannya relatif tetap, garis
pesisir akan berimpit dengan garis pantai saat terjadi pasang tertinggi atau
gelombang yang relatif besar. Untuk mengidentifikasi pesisir harus terlebih dahulu
disamakan cara pandang atau pendekatan yang digunakan Secara geomorfologis
pesisir dapat diidentifikasi dari bentuklahannya yang secara genetik berasal dari
proses marin, fluviomarin, organik, atau aeoiomarin. Secara biologi, karakteristik

pesisir dapat diketahui dari persebaran ke arah darat biota pantai, baik persebaran
5

vegetasi maupun persebaran hewan pantai. Secara klimatologi, karakteristik pesisir
ditentukan berdasarkan pengaruh angin laut. Secara hidrologi, karakteristik pesisir
ditentukan seberapa jauh pengaruh pasang air laut yang masuk ke darat.
Daerah kepesisiran adalah suatu jalur yang kering dan ruang lautan di
sekitarnya yang pada jalur itu proses-proses daratan dan penggunaan lahan secara
langsung mempengaruhi proses-proses dan pemanfaatan lautan, dan sebaliknya. Ciri
pokok daerah kepesisiran :
1.

Mencakup komponen-komponen darat dan laut.

2.

Mempunyai batas darat dan laut yang ditentukan oleh tingkat pengaruh darat
pada laut dan pengaruh laut pada darat.

3.


Memiliki lebar, kedalaman dan ketinggian yang tidak selalu seragam.
Batas ke arah laut bagi daerah kepesisiran adalah pada lokasi awal pertama

kali gelombang pecah terjadi ketika surut terendah. Daerah kepesisiran mencakup
pesisir, pantai dan perairan laut dekat pantai. Secara skematis pantai, pesisir dan
daerah kepesisiran nampak pada gambar berikut:

Gambar 3. Gambar skematis wilayah pantai

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah
darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin;
sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun
6

yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).

Gambar 4. Polutan dan biota pantai


B. E kosistem Pantai
Suatu pantai atau lebih lengkapnya dataran pantai, ialah jalur lahan dengan
lebar tak tentu yang terhampar mulai dari tepi laut ke arah pedalaman. Suatu pantai
memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) pantai berhubungan langsung dengan laut.
(2) pantai berkedudukan di antara garis air tinggi dan garis air rendah. (3) Pantai
dapat terjadi dari material padu, lepas atau lembek. (4) Pantai yang bermaterial lepas
dengan ukuran kerikil atau pasir disebut sebagai gisik (beach). (5) Pantai dapat
berelief rendah (datar, berombak, atau bergelombang), namun dapat pula berelief
tinggi (berbukit atau bergunung). (6) Pantai secara genetik dapat berasal dari
bentukan marin, organik, vulkanik, tektonik, fluviomarin, denudasional, atau
solusional.
Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan
ekosistem darat. K arena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari
pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya
terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.
Tumbuhan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan tersebut
bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya. Suatu unit
vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi. Setiap formasi diberi
7


nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan. Berdasarkan susunan
vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu formasi PresCaprae dan formasi Baringtonia.
Pada formasi Pres-Caprae, tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea prescaprae, tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin), Canavalia
maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum asiaticum
(bakung), Scaevola frutescens (babakoan). Sedangkan pada formasi Baringtonia,
vegetasi yang dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya adalah
Callophylum inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus
(waru laut), Terminalia catapa (ketapang).

C . Hutan Bakau (Mangrove)
Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English).
Secara umum hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan
yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang
tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya
mempunyai toleransi terhadap garam (salinitas) air laut.
Hutan bakau (mangrove) merupakan salah satu ekosistem alamiah yang unik
dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi yang terdapat di wilayah
pesisir dan lautan. Hutan mangrove sering disebut hutan bakau yang sebenarnya
hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan yang terdapat di hutan
mangrove yaitu jenis tumbuhan Rhizophora spp.
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang
surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan
dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove
mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor).
Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang
miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Flora ekosistem hutan mangrove sangat bervariasi, jenis-jenis tumbuhan yang
hidup di hutan mangrove antara lain adalah:


A vicenniaceae (api-api, black mangrove, dan lain-lain)



Combretaceae (teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dan lain-lain)
8



A recaceae (nypa, palem rawa, dan lain-lain)



Rhizophoraceae (bakau, red mangrove, dan lain-lain)



L ythraceae (sonneratia, dan lain-lain)
Sementara fauna ekosistem hutan mangrove juga sangat beragam, mulai dari

hewan-hewan vertebrata seperti berbagai jenis ikan, burung, dan hewan amphibia,
dan ular sampai berbagai jenis hewan invertebrata seperti insecta, crustacea (udangudangan), moluska (siput, keong, dan lain-lain), dan hewan invertebrata lainnya
seperti cacing, anemon dan koral. Ekosistem hutan mangrove adalah salah satu
ekosistem hutan yang sangat kaya akan flora dan faunanya.
Ekosistem hutan mangrove merupakan hutan tropika yang khas tumbuh di
sepanjang pantai atau muara sungai. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang
sangat produktif dengan berbagai fungsi ekonomi, sosial dan lingkungan yang
penting. Hamilton dan Sneddaker (1984) telah mengidentifikasi lebih dari 70 nilai
pakai dari ekosistem mangrove. Di Indonesia, nilai pakai langsung dari tanamtanaman bakau telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kayu bakar, arang,
penyamak kulit, bahan-bahan bangunan, peralatan rumah tangga, obat-obatan dan
bahan baku pulp dan industri kertas.

D. E kowisata Pantai
Ekowisata merupakan sebuah pengembangan konsep dari penyelarasan antara
kegiatan manusia (aspek wisata) dan lingkungan sekitar (aspek ekologi).
Industri pariwisata selama ini memiliki peran dan makna begitu tinggi dalam aspek
kehidupan manusia. Dalam perkembangannya, sektor pariwisata dunia memiliki
kecenderungan untuk berubah secara konsep dari Unsustainable forms of tourism
menjadi Sustainable Tourism. Dari sisi kepariwisataan, ekowisata merupakan
kolaborasi dari tiga macam wisata, diantaranya Rural tourism, Nature Tourism, dan
Cultural Tourism. Dimana wisata-alam yang selama ini kita kenal, mempunyai
kecenderungan berubah menjadi ekowisata, jika sustainable tourism dijadikan
sebagai acuan.

9

Gambar 5. Pantai Alam Indah Tegal.

Saat ini obyek wisata PA I dikelola oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata dan
Seni Budaya K ota Tegal dengan luas sekitar 21 ha. K omplek PA I terletak di
lingkungan perkotaan sehingga memudahkan transportasi bagi pengunjung objek
wisata tersebut, pantai yang landai tidak terkena abrasi. J ustru terjadi sedimentasi
rata-rata 3 cm per tahun. Pantainya terdiri dari pasir laut yang padat berwarna coklat,
mudah meresap air sehingga tidak mudah terkena banjir. Bentuk pantai datar dan
bersih memanjang sampai panjang 1.600 meter. PA I telah diresmikan sejak tahun
1978 sebagai lokasi rekreasi pantai. Objek wisata PA I terletak di jalur Pantura,
sarana yang tersedia saat ini adalah: (a) Sarana rekreasi berupa sarana rekreasi darat
dan laut, sarana darat meliputi taman lalu lintas dan taman bermain. (b) Sarana
perdagangan antara lain kios dan warung. (c) Sarana budaya berupa panggung
terbuka.

E . Polutan dalam Organisme L aut
A ir laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan,
di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga
sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. L imbah
tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan
10

pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan
terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme
laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lainlain).
Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai
makanan. K emudian fitoplankton dimakan zooplankton. K onsentrasi polutan dalam
tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena
zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan
zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik
level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau
hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai
tropik level tertinggi.
Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi
polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. K erang juga
mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air
masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut
masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi
konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai
ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam
jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian
dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
K arena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan.
Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar.
Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang
tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi.

11

III. HA SIL DA N PE MBA HA SA N

A . Hasil
Berdasarkan Hasil Survey pada tanggal 25 A pril 2009 di Pantai A lam Indah
T egal, di peroleh hasil sebagai berikut :
1. Pantai A lam Indah (PA I) merupakan salah satu objek wisata pantai yang terletak
di sebelah Utara kota Tegal, yang dilengkapi anjungan, gardu pemantau,
waterboom, Monumen Bahari, dan panggung hiburan serta warung-warung
makan di pinggir pantai.
2. Pantai A lam Indah Tegal (PA I) merupakan salah satu pantai yang sudah terkena
dampak pencemaran akibat aktivitas manusia, disekitar pantai banyak terdapat
sampah yang dibuang sembarangan, baik sampah makanan, minuman, puntung
rokok, plastik, kayu, daun-daunan serta pecahan cangkang organisme laut.
3. T erdapat banyak hewan ubur-ubur (Obelia sp.) yang terdampar di pinggir pantai.
4. T erdapat banyak hewan remis (Ostrea sp dan Corbicula sp) pada tanah dipinggir
pantai.
5. T erdapat K awasan Hutan Bakau yang sedang direhabilitasi, adapun tumbuhan
mangrove yang banyak terdapat disekitar pantai ini, antara lain : A pi-api
(Avicenia spp), Rhizophora spp.
6. Selain Tumbuhan mangrove disekitar pantai juga tumbuh tanaman K etepeng,
Nyamplung, Pinus merkusii dan K elapa.

B. Pembahasan
K awasan perkotaan cenderung mengalami permasalahan yaitu tingginya
tingkat pertumbuhan penduduk

terutama akibat arus urbanisasi

sehingga

menyebabkan pengelolaan ruang kota makin berat. J umlah penduduk perkotaan yang
tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu tersebut akan memberikan implikasi
pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota, sehingga penataan ruang
kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait
dengan penyediaan kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang
terbuka publik (open spaces) di perkotaan.

12

a. Permasalahan Sumber Daya Alam (lahan, air, udara)
• Pencemaran air dan tanah dari kegiatan pertanian (penggunaan pupuk dan
pestisida) dan peternakan (sisa pakan ternak dan kotoran )
• Perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian atau permukiman
• Pencemaran air dan tanah dari T PA , permukiman (limbah domestik), industrI,
perhotelan dan rumah makan, rumahsakit
• Sedimentasi sungai menyebabkan banjir
• Menurunnya daerah resapan air dan meningkatnya koefisien aliran permukaan
menyebabkan banjir
•Pencemaran udara dari kegiatan transportasi dan industri kecil logam
b. Permasalahan Sumber Daya Manusia
• Penduduk meningkat, daya tampung lingkungan terbatas
• Pengangguran dan kemiskinan penyebab menurunnya etika lingkungan dari
masyarakat
• Pelaku usaha/kegiatan kurang komitmen terhadap upaya pencegahan
pencemaran dan kerusakan lingkungan
• K urangnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan
• SDM pengelola bidang lingkungan secara kualitas dan kuantitas masih terbatas.
c. Permasalahan Sumber Daya Pesisir / Pantai
• Intrusi air laut melalui akuifer maupun sungai sehingga air tidak layak
konsumsi
• K erusakan kawasan ekosistem bakau akibat kegiatan manusia
• A brasi pantai karena fenomena alam dan kegiatan manusia
• Pencemaran pesisir dari kegiatan pelabuhan/perikanan maupun dari kegiatan
lain
K ota Tegal memiliki permasalahan yang spesifik yang berkaitan dengan
sumberdaya alam dan lingkungan yaitu dengan adanya karakteristik wilayah pantai
dengan lautnya dan didominasi dengan kegiatan jasa dan industri perikanan dan
kelautan. Terdapat keadaan fisik pesisir yang mengalami erosi cukup besar yaitu
Pantai Muarareja dan pantai di K elurahan Panggung tepatnya disekitar sungai
K etiwon.
13

Di kawasan pantai PPP Tegalsari, Pelabuhan Tegal dan tempat wisata PA I
kondisi pantainya stabil mengingat adanya konstruksi pelabuhan maupun pemecah
gelombang. K egiatan industri baik di darat maupun di laut yang relative besar mau
tidak mau menghasilkan limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik akan
berpotensi mencemari, merusak sumber daya alam dan lingkungan hidup. Pada
umumnya sumber pencemaran yang ada di K ota T egal dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. bersumber dari industri pengolahan
b. sumber bergerak
c. pembuangan sampah atau pembakaran sampah
d. hotel, rumah makan, rumah sakit dan mall
e. pertanian, peternakan dan perikanan
(Bapedalda Tegal, 2008).
Sesuai dengan misi K ota Tegal yang kedelapan yaitu ”Mendayagunakan dan
menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara optimal”.
A rtinya bahwa misi ini perlu untuk dikedepankan mengingat kualitas sumberdaya
alam dan lingkungan mengalami penurunan. K ondisi lingkungan yang menurun
akibat semakin tingginya tingkat pencemaran baik udara maupun air akibat kegiatan
industri, pertanian di daerah hulu dan rumah tangga akan sangat mempengaruhi
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Penataan ruang berwawasan lingkungan
merupakan upaya pemerintah untuk mensinergikan antara pelaksana pembangunan
dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga dapat memberikan
kesejahteraan yang sebesar-besarnya kepada masyarakat tanpa mengurangi
kemanfaatannya untuk digunakan oleh generasi selanjutnya.
T ataguna Sumber Daya A ir Untuk menjaga keberlanjutan ketersediaan air
tanah di wilayah K ota Tegal, maka perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara
optimal dan tidak menimbulkan dampak terhadap air tanah itu sendiri. Sumber air
tanah di wilayah K ota T egal ada yang termasuk tipe “uncounfined Aquifer” atau
sumber air tanah dengan permukaan air tanah bebas. A ir tanah pada sumber dangkal
ini berasal dari air “meteoric” (air hujan) yang mengisi formasi aquifer bagian
pangkal dari fan. Di samping itu juga terdapat sumber air dalam dengan tipe
Confined A quifer. Penggunaan air bersih di K ota Tegal pada umumnya berkisar
14

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (masak, minum, mandi, cuci dll), untuk
kebutuhan industri, dan kebutuhan lain. Untuk keperluan tersebut, masyarakat pada
umumnya menggunakan air sumur, mata air, dan sumber dari PDA M. Sedangkan
untuk keperluan pengairan sawah digunakan sumber air yang berasal dari sungaisungai ataupun limpahan air yang berasal dari mata air. Sistem pengelolaan dan
pemanfaatan sumber air perlu dibatasi guna menjaga kelestariannya. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan menjaga serta membatasi pembangunan pada kawasankawasan lindung. Mengatur pembuatan sumur-sumur dalam untuk kepentingan
industri, terutama untuk menjaga terjadinya intrusi air laut.
K ondisi lingkungan hidup K ota Tegal memperlihatkan adanya penurunan
kualitas daya dukung sumber daya alam terutama penurunan kualitas air sungai /
perairan pesisir dan udara pada jalur transportasi yang padat, serta kerusakan
ekosistem pantai karena abrasi dan berkurangnya luasan penutupan kawasan
mangrove/bakau. Hal itu disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dan
pelaku kegiatan dalam melakukan aktivitas kegiatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sehingga diperlukan penanganan secara
terintegrasi dan lintas sektoral dari semua stake holders melalui peningkatan
partisipasi aktif masyarakat dalam mengelola dan melestarikan sumber daya alam
dan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan,

pemeliharaan,

pemulihan,

pengawasan,

dan

pengendalian

lingkungan hidup.
T ingkat kerusakan ekosistem hutan mangrove terdiri atas kerusakan sedang
dan kerusakan berat. K erusakan ekosistem tersebut disebabkan oleh faktor fisik
lingkungan dan faktor sosial ekonomi masyarakat.

Dilihat dari segi ekosistem

perairan, hutan mangrove mempunyai arti yang penting karena memiliki fungsi
ekologis. Fungsi ekologis hutan mangrove dapat dilihat dari beberapa aspek antara
lain aspek fisika, kimia dan aspek biologi.
Berdasarkan aspek fisika, dengan sistem perakaran yang kuat dan kokoh,
ekosistem mangrove mampu menahan lumpur dan melindungi pantai dari erosi dan
gelombang pasang. Hutan mangrove yang banyak tumbuh di daerah estuaria juga
15

dapat berfungsi untuk menahan bencana banjir. Fungsi ini akan hilang apabila hutan
mangrove ditebang.
Dilihat dari aspek kimia, hutan mangrove memiliki kemampuan melakukan
proses kimia dan pemulihan (Self purification) antara lain sebagai penyerap bahan
pencemar organik (environmental service), sebagai sumber energi bagi lingkungan
sekitarnya. K etersediaan berbagai jenis makanan yang terdapat di ekosistem hutan
mangrove telah menjadikannya sebagai sumber energi bagi berbagai jenis biota yang
bernaung di dalamnya, seperti udang, kepiting, burung, dan mamalia lainnya seperti
kera yang telah menjadikannya sebagai rantai makanan yang sangat kompleks
sehingga terjadi pengalihan energi dari tingkat tropik yang lebih rendah ke tingkat
tropik yang lebih tinggi. Di dalam ekosistem hutan mangrove terjadi mekanisme
hubungan memberikan sumbangan berupa bahan organik bagi perairan sekitarnya.
Daun bakau yang gugur melalui proses penguraian oleh mikroorganisme diuraikan
menjadi partikel-partikel detritus yang menjadi sumber makanan bagi berbagai
proses penguraian (dekomposisi) seperti berbagai macam filter feeder (organisme
yang cara makannya dengan menyaring makanan).
A spek biologis lainnya adalah hutan mangrove sangat penting untuk tetap
menjaga kestabilan produktivitas dan ketersediaan sumberdaya hayati wilayah
pesisir. Hal ini mengingat hutan mangrove juga merupakan tempat mencari makan
(feeding ground), daerah asuhan (nursery ground) dan juga merupakan daerah tempat
pemijahan (spawning ground) bagi beberapa biota laut seperti udang, ikan, kepiting
bakau, rajungan dan kerang - kerangan.
K awasan mangrove di sekitar PA I sedang dilakukan rehabilitasi oleh
pemerintah K abupaten T egal bekerjasama dengan L SM dan masyarakat. Tumbuhan
yang hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang bersifat halophyte, atau
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan (salinitas) air laut dan
pada umumnya bersifat alkalin.

16

Gambar 6. Hutan mangrove

R ehabilitasi hutan mangrove
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K ehutanan
bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dan oleh karena itu, maka pemerintah
bertanggungjawab dalam pengelolaan yang berasaskan manfaat dan lestari,
kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan (Pasal 2).
Selanjutnya dalam kaitan kondisi mangrove yang rusak, kepada setiap orang yang
memiliki, pengelola dan atau memanfaatkan hutan kritis atau produksi, wajib
melaksanakan rehabilitasi hutan untuk tujuan perlindungan konservasi (Pasal 43).
Dalam program konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove, pemerintah lebih
berperan sebagai mediator dan fasilitator (mengalokasikan dana melalui mekanisme
yang ditetapkan), sementara masyarakat sebagai pelaksana yang mampu mengambil
inisiatif.

Gambar 7. Tanaman mangrove yang baru ditanam dan lahan yang akan ditanami

1. Survei dan Penetapan lokasi penanaman
K egiatan survei lapangan dapat melibatkan beberapa orang yang mengenal
dengan dekat lokasi

yang

akan menjadi

sasaran kegiatan penanaman.
17

T ipe substrat didominasi oleh tipe substrat berlumpur dan dibeberapa tempat
ditemukan substrate berpasir dan kadang bercampur cangkang bivalvi dan
gastropoda mati. Mengingat lokasi yang akan di jadikan sasaran rehabilitasi terdapat
di dalam kawasan hutan mangrove, maka kondisi rill yang akan menjadi
pertimbangan utama adalah jenis mangrove yang sesui untuk ditanam sesuai dengan
karakteristik dan tipe subrat berlumpur, berpasir, lumpur berpasir, dan atau
bercampur kerang-kerangan mati.
K arakteristik spesifik dibeberapa tempat juga adanya aliran-aliran kecil sungai
yang menjurus keteluk. Tentunya jika ada yang kondisinya seperti ini, upaya
rehabilitasi sedapatnya tidak di lakukan pada daerah aliran sungai kecil karena hanya
akan mengalamikegagalan.

2.

Penanaman

.

Setelah bibit mulai tumbuh didalam areal pembibitan, dilakukan upaya
penanaman pada areal rehabilitasi. Upaya ini melibatkan seluruh anggota kelompok
yang memobilisasi anggota masyarakat yang peduli tentang pentingnya upaya
rehabilitasi mangrove. Upaya penanaman dilakukan dengan sangat hati-hati. Bibit
yang telah tumbuh di areal pembibitan dibawa ke areal penanaman. Setelah sampai
pada daerah dekat tempat penanaman, polibagnya disobek kemudian dilakukan
penggalian lubang pada areal penanaman dan dimasukkan bibit beserta tanah/lumpur
kedalam lubang penanaman mangrove. Untuk menghindari tumbangnya bibit karena
tekanan arus pasang dan atau pengaruh ombak/gelombang, tiap bibit mangrove diikat
pada ajir yang dipatok didekat mangrove.
T rik R ehabilitasi mangrove.
1.

K enali daerah yang akan direhabilitasi.

2.

K enali faktor fisik (pasang surut, pola arus, kecepatan arus, tipe substrate,

gelombang), biologi (hama, jenis mangrove yang dominan, ketahanan bibit,
penyakit sebuah mangrove, gulma, epifauna) dan kimia (pH substrat, kandungan
unsur hara) daerah yang akan direhabilitasi.
3.

L akukan persemaian dengan waktu yang dikondisikan berdasarkan jenis bibit.

4.

L akukan pemeliharaan dengan pelibatan masyarakat setempat.

5.

Tentukan pola penanaman yang sesuai dengan bibit dan areal penanaman.
18

6.

Sebaiknya mengambil bibit yang bersumber pada areal terdekat.

7.

Sebaiknya menanam mangrove pada lokasi yang paling tidak pernah ditumbuhi

oleh mangrove.
Dalam kerangka pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove, banyak modelmodel pemanfaatan kawasan tersebut yang bisa diterapkan. K esemuanya bermuara
kepada bagaimana menerapkan kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan
pada setiap model pemanfaatan tersebut. Hal-hal yang masih perlu diperhatikan,
yaitu :
1. Masih tingginya luasan kerusakan mangrove / bakau di kawasan pesisir dan
menurunnya daya tampung sungai akibat peningkatan laju aliran permukaan (run
off), erosi dan sedimentasi serta kerusakan pantai akibat abrasi .
2. Masih tingginya pencemaran udara akibat meningkatnya emisi gas buang dan
aktivitas industri dan kendaraan bermotor serta berkurangnya ruang terbuka
hijau;
3. Menurunnya kualitas lingkungan perairan sungai, pantai dan tanah sebagai akibat
peningkatan pencemaran yang bersumber dari kegiatan : industri, hotel, rumah
sakit, rumah tangga dan pertanian.
4. Potensi L SM sebagai unsur penting dalam upaya pelestarian lingkungan dan
sebagai penggerak serta motivator masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
belum terkelola dengan baik
5. Rendahnya efektivitas penerapan A MDA L karena kurang memadainya aturan
perundang-undangan dan profesionalisme aparat dalam pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup
6. Belum memadainya dokumen perencanaan pengelolaan lingkungan hidup secara
terpadu
7.

K urang terintegrasinya pembangunan dan kerja sama serta komitmen antar
lembaga dan antar daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup

8. K urangnya komitmen masyarakat dan dunia usaha dalam membiayai pemulihan
kerusakan/pencemaran lingkungan
9. Masih kurangnya alih teknologi untuk mendukung upaya rehabilitasi lahan dan
konservasi tanah, produksi bersih/ ramah lingkungan dan pengelolaan limbah
industri dan domestik.
19

10. K urangnya data dan informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang
memadai dan mudah diakses masyarakat.
Pembangunan diarahkan untuk melestarikan sumber alam dan fungsi
lingkungan hidup melalui upaya pengendalian pencemaran, kerusakan sumber daya
alam, penegakan hukum lingkungan serta peningkatan kemitraan dan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. A dapun arah kebijakannya antara lain:
1. Meningkatkan upaya rehabilitasi/pemulihan dan konservasi sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang telah rusak melalui pelibatan masyarakat dan L SM
2. Meningkatkan kerja sama antar daerah dalam penanganan abrasi pantai
3. Meningkatkan aktivitas pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan
melalui penerapan manajemen produksi limbah, teknologi ramah lingkungan,
pengolahan limbah dan penerapan ruang terbuka hijau
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan L SM dalam rangka memperkuat
mediasi untuk memecahkan permasalahan lingkungan dengan melibatkan dan
kerjasama kemitraan berbagai pihak
5. Meningkatkan penegakan peraturan perundang-undangan
6. Meningkatkan profesionalisme SDM aparatur dalam pengelolaan lingkungan
7. Meningkatkan ketersediaan basis data informasi lingkungan
8. Meningkatkan kerjasama antar lembaga dan daerah dalam pengelolaan lingkungan
hidup
9. Meningkatkan aktivitas pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan;
10. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam penguasaan dan pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan
11. Meningkatkan ketersediaan basis data informasi lingkungan

20

L ampiran
Foto-foto Pelaksanaan Praktikum

Ubur-ubur dan remis di tepi pantai

Sampah yang terdapat di pinggir pantai

K ondisi Pantai dan kegiatan ekowisata di Pantai A lam Indah Tegal

21

Beberapa jenis tumbuhan yang berada di Pantai A lam Indah Tegal: Pinus (Pinus
merkusii), Waru (Hibiscus tiliaceus) dan A pi-api (Avicena sp).

L okasi K awasan Rehabilitasi Hutan Bakau dan bibit mangrove untuk rehabilitasi
ekosistem pantai di Pantai A lam Indah Tegal

Sebagian peserta praktikum beserta Ibu Dosen Pengampu Mata K uliah

22

23