FISIP id Dosen FISIP UB Bicara Humas dan Nation Branding

Exported from http://fisip.ub.ac.id/berita/dosen-fisip-ub-bicara-humas-dan-nation-branding.html

export date : Sat, 18 Nov 2017 23:02:19

Dosen FISIP UB Bicara Humas dan Nation Branding
Akademisi sekaligus peneliti bidang kehumasan FISIP UB, Rachmat Kriyantono, Ph.D menyampaikan gagasan
dan pemikiran-pemikirannya terkait praktek kehumasan dalam konteks nation branding. Rachmat diundang sebagai
pembicara dalam plenary session dalam acara Konferensi Nasional bertajuk Public Relation Conference 2017- Nation
Branding di Bandung pada tanggal 15 November 2017. Pembicara yang lain adalah Dedy Mulyadi; Staf Khusus Presiden
Bidang Komunikasi, Dhedy Adi Nugroho, Ketua DPP Golkar, Nurul Arifin, dan dosen komunikasi politik Unpad, Suwandi
Sumartias. Gagasan utama yang disampaikan oleh Rachmat dalam seminar yang digelar oleh Program Studi Hubungan
Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran adalah memperkuat peran Government Public Relation
(GPR) dalam membangun nation branding Indonesia. Hal tersebut menjadi penting untuk dapat diimplementasikan secara
penuh mengingat bahwa nation branding sendiri secara eksternal akan dapat membantu untuk menarik pembeli produk
ekspor ke negera yang bersangkutan dalam hal ini Indonesia, membangun identitas bangsa, dan membentuk identitas,
positioning, serta diferentiating bangsa. Selain secara eksternal, secara internalpun nation branding akan mampu
mendorong masyarakat untuk dapat lebih percaya diri dengan tanah air mereka serta mampu memberikan sense of belongin.
Rachmat kembali menekankan bahwa upaya memperkuat GPR menjadi bagian penting dalam usaha penciptaan nation
branding mengingat GPR sebagai kanal komunikasi utama dalam trilogi nation branding. GPR berperan untuk
merumuskan nation identity yang kemudian akan dikomunikasiakn dalam bentuk nation branding untuk mencapai dan
menjaga nation reputation. Akan tetapi GPR tidak dapat bekerja sendiri dalam mencapai semua hal tersebut butuh

kolaborasi antar elemen dalam segala aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Pada konteks nation branding, GPR
memiliki jobdescription dengan konsep marketing public relation dengan menerapkan prisip publication & publicity, events
, news, community invelovement, identity-media, lobbying (PENCILS). Selain sebagai kanal komunikasi utama dalam
trilogi nation branding, public relation yang didalamnya juga termasuk GPR juga perperan untuk dapat: menjaga consistent
voice, messages are true dan trustworthy, menerapkan model komunikasi terbuka dan two-way symmetrical, proaktif
antisipasi isu-isu penting yang menjadi perhatian stakeholder, mampu mengidentifikasi dan menciptakan peluang sehingga
pemerintah bisa melayani masyarakat dengan optimal, serta mampu untuk menjalakan fungsi koordinasi antar-institusi,
membangun ‘
internal brand culture, menjaga relasi dengan stakeholders, dan yang menjadi bagian paling penting adalah PR
harus mampu mendapatkan pemberitaan media dalam dan luar negeri serta elakukan media monitoring, menarik
sponsorships, mengadakan lobbying events, dan menjalankan peran sebagai public diplomacy. Rachmat tidak hanya
memaparkan pentingkan memperkuat peran GPR dalam nation branding, tetapi juga menawarkan sebuah usulan nation
branding Indonesia yang berbasis kearifan lokal (local wisdom). Kearifan lokal yang ditawarkan ini merupakan sof-power
yang merujuk pada pemikiran-pemikiran atau ide-ide setempat (lokal) yang mengandung nilai-nilai bijaksana, kearifan,
kebaikan (adi luhung) yang telah terinternalisasi secara turun-temurun (mentradisi). Kesadaran komunal secara turuntemurun dalam proses interaksi yang kemudian terakumulasi dan terkristalisasi dalam berbagai ajaran moral (etika) yang
kemudian disebarkan lewat berbagai media komunikasi, seperti dongeng, gethok tular, cangkrukan, seni (ludruk, ketoprak,
wayang), tembang-tembang, peribahasa, sanepa, menjadi terkristalisasi dalam Pancasila. Misal Woderful Indonesia yang
saat ini tengah disusung oleh Indonesia sebagai nation branding dapat diterjemahkan ulang dengan mengimplementasikan
sikap-sikap kearifan lokal seperti: gotong royong, tepo sliro, dan silih asah, silih asih, silih asuh. (Choiria / Humas FISIP)