Analisis Pengaruh Stock Selection Skills, Market Timing Ability, Fund Size, dan Fund Longevity terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1

Pengertian Reksa dana
Menurut Veithzal, et al. (2013: 108) reksa dana (mutual fund) adalah

sertifikat yang menyatakan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola
reksa dana (disebut manajer investasi), untuk digunakan sebagai modal
berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. Menurut Cahyono (2000: 15) reksa
dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan
keahlian untuk menghitung risiko investasi mereka. Reksa dana dirancang sebagai
sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal,
mempunyai keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan
pengetahuan yang terbatas.

Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1
ayat 27 didefinisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi.Ada tiga hal yang terkait dari definisi
tersebut. Pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut
diinvestasikan dalam portofolio efek. Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer
investasi. Dengan demikian, dana yang ada dalam reksa dana merupakan dana
bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya
untuk mengelola dana tersebut. Pemodal adalah dari berbagai pihak baik

Universitas Sumatera Utara

perseorangan maupun institusi yang menginvestasikan sejumlah dana yang
mereka miliki kedalam reksadana. Dana yang telah dikumpulkan dari pemodal
akan diinvestasikan pada berbagai jenis instrumen investasi seperti surat utang
jangka pendek, surat utang jangka panjang, obligasi, dan sebagainya.
Reksa dana dibentuk oleh manajer investasi dan bank kustodian melalui
akta Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang dibuat notaris. Manajer investasi akan
berperan sebagai pengelola dana investasi yang terkumpul dari sekian banyak
investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, seperti T/D, SBI, obligasi,

dan saham. Sementara, bank kustodian akan berperan dalam penyimpanan dana
atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan
administrasi reksa dana. Reksa dana merupakan sarana investasi bagi investor
untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar.
Melalui reksa dana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio
investasinya sendiri (Pratomo, 2007:39).

2.1.2

Bentuk Reksa dana
Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 18,

ayat 1, bentuk hukum reksadana di Indonesia ada dua, yaitu:
1. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (PT. Reksa Dana)
Reksa dana berbentuk perseroan (PT. Reksa dana) adalah reksa dana
berbentuk suatu perusahaan (perseroan terbatas) yang mempunyai kegiatan
usaha mengelola portofolio efek, yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda
dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis
usaha pengelolaan portofolio investasi.


Universitas Sumatera Utara

2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Reksa dana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) adalah

reksa dana yang

dibentuk berdasarkan suatu Kontrak Investasi Kolektif (KIK) antara manajer
investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan
sebagai investor. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk
mengelola portofolio efek dan bank kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan penitipan dan administrasi investasi.

2.1.3

Sifat Reksa dana
Dilihat dari segi sifatnya atau cara penerbitan dan perdagangan sahamnya

menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat 1, reksa
dana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Reksa Dana Tertutup (Close-End Funds)
Reksa dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya kepada
investor namun tidak memilki kewajiban untuk membeli saham/unit
penyertaan yang telah dijualnya. Investor hanya dapat menarik investaasinya
dengan cara menjual atau mengalihkan saham/unit penyertaan yang
dimilikinya kepada investor lain yang berminat.
2. Reksa Dana Terbuka (Open-End Funds)
Reksa dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya kepada
investor dan memiliki kewajiban untuk membeli kembali saham/unit
penyertaan yang telah dijualnya.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4

Jenis Reksa dana
Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 18,

berikut ini adalah macam-macam jenis atau produk reksa dana:
1. Reksa Dana Konvensional

a. Reksa Dana Saham
Reksa dana saham atau equity fund adalah reksa dana yang dalam
portofolio investasinya terdiri dari instrumen berbentuk saham (equity)
dengan jumlah sekurang–kurangnya 80% dari total aset investasi. Secara
teoritis pergerakan harga atau NAB reksa dana saham akan lebih fluktuatif
atau lebih berisiko dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya, namun
reksa dana saham juga berpotensi memberikan pertumbuhan NAB yang
lebih besar dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya.
b. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Reksa Dana Fixed Income)
Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang dalam portofolio
investasinya terdiri dari instrumen berbentuk surat utang dengan jumlah
sekurang–kurangnya 80% dari total aset investasi. Reksa dana ini
mengkhususkan pada efek yang memberikan pendapatan secara tetap.
Umumnya, reksa dana pendapatan tetap di Indonesia memanfaatkan
instrumen obligasi sebagai bagian terbesar dari investasinya. Komposisi
demikian pada umunya sangat menarik bagi investor yang konservatif
terhadap risiko karena secara teoritis transaksi perdagangan instrumen
obligasi relatif jauh lebih stabil daripada saham. Reksa dana ini

Universitas Sumatera Utara


mengandalkan penghasilan berupa suku bunga (kupon) yang sifatnya
stabil dari instrumen obligasi tersebut.
c. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market)
Reksa dana pasar uang adalah reksa dana dalam portofolio investasinya
terdiri dari instrumen yang bersifat utang jangka pendek dengan jatuh
tempo kurang dari 1 tahun. Reksa dana ini mengutamakan investasi pada
jenis–jenis efek di pasar uang dengan orientasi pendapatan jangka pendek
seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar
Uang (SPBU) dan lainnya. Reksa dana ini bersifat likuid serta mempunyai
tingkat risiko lebih rendah dibandingkan dengan jenis instrumen investasi
lainnya. Serta tingkat keuntungannya juga relatif rendah dari jenis reksa
dana lainnya.
d. Reksa Dana Campuran (Balance Fund)
Reksa dana campuran adalah reksa dana yang dalam portofolio
investasinya terdiri dari saham, surat utang, pasar uang dengan komposisi
yang lebih fleksibel tidak mengacu pada komposisi sekurang–kurangnya
80% untuk saham, surat utang dan pasar uang pada masing–masing reksa
dana. Tujuan produk reksa dana campuran dimaksudkan agar para manajer
investasi dapat lebih fleksibel melakukan diversifikasi terhadap portofolio

efek reksa dana.

Universitas Sumatera Utara

2. Reksa Dana Terstruktur
Reksa dana terstruktur adalah reksa dana yang hanya dapat dibeli atau dijual
kembali oleh investor pada saat tertentu saja yang ditentukan oleh manajer
investasi. Jenis-jenis reksa dana terstruktur adalah sebagai berikut:
a. Exchange Traded Fund (ETF)
Exchange Traded Fund (ETF) adalah sebuah reksa dana yang merupakan
suatu inovasi dalam dunia industri reksa dana yang sifatnya mirip dengan
suatu

perusahaan

terbuka

dimana

unit


penyertaannya

dapat

diperdagangkan di bursa. ETF ini adalah merupakan kombinasi dari reksa
dana tertutup dan reksa dana terbuka, dan ETF ini biasanya adalah
merupakan reksa dana yang mengacu kepada indeks saham. ETF lebih
efisien daripada reksa dana konvensional, karena unit penyertaannya
diperdagangkan langsung di bursa setiap hari menyerupai reksa dana
tertutup (dimana tidak dapat dijual kembali kepada manajer investasi).
b. Reksa Dana Terproteksi (Protected Fund)
Reksa dana terproteksi (protected fund) tergolong masih baru di Indonesia.
Reksa dana ini diinvestasikan pada instrument surat hutang, biasanya pada
obligasi yang hampir jatuh tempo. Khusus pada reksa dana ini usianya
biasanya pendek sesuai dengan jatuh tempo surat hutang yang dibelinya.
3. Reksa Dana Syariah
Reksa dana syariah mengandung pengertian sebagai reksa dana yang
pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syari'at Islam. Reksa
dana syariah, misalnya tidak diinvestasikan pada saham-saham atau obligasi


Universitas Sumatera Utara

dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat
Islam. Seperti pabrik makanan/minuman yang mengandung alkohol, daging
babi, rokok dan tembakau, jasa keuangan konvensional, pertahanan dan
persenjataan serta bisnis hiburan yang berbau maksiat.
4. Reksa Dana Indeks (Index Fund)
Reksa dana indeks adalah reksa dana yang portofolio efeknya terdiri dari atas
efek yang menjadi bagian dari suatu indeks yang menjadi acuannya.
Sekurang-kurangya 80% dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) diinvestasikan pada
efek yang merupakan bagian dari kumpulan efek yang ada dalam indeks
tersebut. Pembobotan masing-masing efek antara 20% sampai 80% dari
pembobotan atas masing-masing efek dalam indeks yang menjadi acuan dan
tingkat penyimpangan dari kinerja reksa dana indeks terhadap kinerja indeks
yang menjadi acuan.

2.1.5

Return Reksa Dana

Menurut Jones, et al. (2009: 10) return merupakan tingkat keuntungan

yang diinginkan oleh investor dari sumber daya yang mereka investasikan. Return
portofolio adalah keuntungan investasi dalam berbagai instrumen keuangan
selama suatu periode tertentu. Return portofolio dibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut:
1. Return Realisasi Portofolio (Portfolio Realized Return)
Return realisasi portofolio (portfolio realized return) adalah rata-rata
tertimbang dari return-return realisasi tunggal di dalam portofolio tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2. Return Ekspektasi Portofolio (Portfolio Expected Return)
Return ekspektasi portofolio (portfolio expected return) adalah rata-rata
tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di
dalam portofolio.
Return portofolio reksa dana dapat dihitung dengan yang dilakukan untuk
menghitung return aktiva tunggal, yaitu (Hartono, 2014: 705):

dimana:


������ ���� ������� � =

����
−1
����−1

NABt = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode sekarang (t)
NABt-1 = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode lalu (t-1)
Menurut Jordan dan Miller (2009: 99) Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit
adalah nilai total aset reksa dana dikurangi dengan kewajiban dan dibagi dengan
jumlah unit penyertaan reksa dana yang beredar atau saham reksa dana yang
beredar. Setiap investor yang membeli reksa dana akan mendapatkan bukti satuan
kepemilikan reksa dana yang dinamakan dengan unit penyertaan atau saham.

2.1.6

Return Pasar
Menurut Rodoni dan Ali (2010: 183) indeks pasar merupakan alat ukur

kinerja sekuritas khususnya saham yang listing di bursa yang digunakan oleh
bursa–bursa dunia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) digunakan untuk
mengukur kinerja saham. Fungsinya juga sebagai benchmark kinerja portofolio,
indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan dan sebagai fasilitas
perkembangan produk derivatif.

Universitas Sumatera Utara

Return pasar merupakan perubahan indeks pasar yang dinyatakan dalam
persentase, yaitu indeks pasar sekarang dibandingkan dengan indeks pasar
kemarin, atau indeks pasar bulan ini dibandingkan dengan indeks pasar bulan lalu
dan perubahannya dinyatakan dalam persentase. Secara matematis dapat ditulis
(Samsul, 2006: 373):
�� =

dimana:

����� − �����−1
�����−1

Rm

= Returnmarket (return pasar)

IHSGt

= IHSG bulan ini (t)

IHSGt-1 = IHSG bulan lalu (t-1)

2.1.7

Risk Free Rate
Menurut Jordan dan Miller (2009: 16) risk free rate merupakan tingkat

pengembalian atau tingkat keutungan dari investasi tanpa risiko. Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) merupakan surat berharga pasar uang yang menonjol karna
berfungsi sebagai aset patokan. Meskipun dalam arti murni tidak ada aset
keuangan bebas risiko, secara praktis Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah aset
bebas risiko (Jones, et al. 2009: 28). Rata-rata risk free rate dapat dihitung
sebagai berikut:

dimana:

���
�� =

∑ ���� ����� ���


���
�� = Rata-rata risk free rate
n = Jumlah bulan

Universitas Sumatera Utara

2.1.8

Risiko Portofolio
Menurut Horne dan Machowicz (2009: 105) terdapat dua jenis risiko

investasi, yaitu:
1. Risiko Sistematis (Systematic Risk)
Risiko sitematis mengacu pada faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara
keseluruhan seperti perubahan kondisi ekonomi, politik, perubahan situasi
energi bumi. Risiko ini mempengaruhi semua sekuritas dan konsekuensinya
tidak

dapat

didiversifikasikan.

Dengan

kata

lain,

investor

yang

mempertahankan diversifikasi portofolio yang baik pun akan terpapar oleh
risiko sistematis ini. Oleh karena itu, risiko sistematis sering disebut sebagai
risiko pasar.
2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)
Risiko tidak sitematis sering disebut risiko spesifik atau unik adalah risiko
untuk perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini merupakan faktor
independen (spesifik) ekonomi, politik dan lainnya yang mempengaruhi
sekuritas. Dengan demikian, risiko ini dapat didiversifikasikan, dapat
dikurangi atau dikontrol.
Menurut Tandelilin (2001:55) untuk menghitung besarnya risiko total
yang dikaitkan dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, bisa dilakukan
dengan menghitung varians dan standar deviasi return investasi bersangkutan.
Secara matematis, rumus untuk menghitung varians dan standar deviasi bisa
dituliskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

���(��) = � 2 = [�� − �(�)]2 ���
�������������� = � = (� 2 )1/2

dimana:

Var (Rp) =σ2 = Varians returnportofolio
σ

= Standar deviasi

E(R)

= Return yang diharapkan dari suatu sekuritas

Ri

= Return ke-i yang mungkin terjadi

Pri

= Probabilitas kejadian ke-i

2.1.9

Kinerja Reksa Dana
Investor yang ingin membeli reksa dana harus melihat terlebih dahulu

kondisi pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar dalam keadaan ramai (bullish
market) urutan pilihan jatuh pada reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa
dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap, namun dalam kondisi pasar lesu
(bearish market) pilihan jatuh pada reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar
uang, reksa dana campuran dan reksa dana saham. Manajer investasi dapat
mengubah-ubah kebijakan komposisi investasinya disesuaikan dengan keadaan
pasar, baik dalam situasi pasar bullish atau bearish untuk mendapatkan sutu
keuntungan yang optimal.
Dalam tahun 60-an beberapa alat ukur indeks tunggal digunakan untuk
mengevaluasi kinerja relatif dari para manajer uang. Tiga alat ukur atau indeks
tersebut adalah indeks Treynor (1965), indeks Sharpe (1966), indeks Jensen
(1968). Ketiga indeks ini mengasumsikan adanya hubungan linier antara
pengembalian portofolio dengan pengembalian dari beberapa indeks pasar dengan
dasar luas (Fabozzi, 2005:798).

Universitas Sumatera Utara

1. Indeks Treynor
Indeks Treynor merupakan alat ukur kelebihan pengembalian per unit risiko.
Kelebihan ini didefinisikan sebagai selisih antara pengembalian portofolio
dengan tingkat pengembalian bebas risiko pada periode evaluasi yang sama.
Alat ukur risiko dalam indeks Treynor merupakan risiko sistematis relatif
sebagaimana yang diukur oleh beta portofolio. Treynor menyatakan bahwa
indeks Treynor merukapan alat ukur risiko yang tepat karena dalam portofolio
terdiversifikasi penuh, risiko tidak sistematis boleh dikatakan tidak ada.
Dalam bentuk persamaan, indeks Treynor adalah:
���������������������� − ��������������������
��������������

2. Indeks Sharpe

Indeks Sharpe merupakan alat ukur dari rasio pengembalian/risiko
(reward/ratio risk). Risiko portofolio diukur oleh standar deviasi portofolio.
Maka indeks Sharpe merupakan alat ukur kelebihan pengembalian relatif
terhadap total perbedaan portofolio. Persamaan indeks Sharpe adalah:
���������������������� − ��������������������
������������������������

3. Indeks Jensen

Indeks Jensen menggunakan model penetapan harga aktiva modal untuk
menentukan apakah manajer uang telah menghasilkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan indeks pasar. Analogi empiris dari CAPM adalah:
���� � − �� = �� ����� − �� �� + �

Universitas Sumatera Utara

dimana:
E(Rp)

= pengembalian diharapkan dari portofolio

Rf

= suku bunga bebas risiko

βp

= beta portofolio

E(RM) = pengembalian diharapkan pada pasar
e

= istilah bagi kesalahan acak
Kinerja reksa dana mencerminkan return atau tingkat pengembalian yang

diberikan oleh suatu reksa dana untuk para investornya. Kinerja reksa dana ini
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari manajer investasinya untuk memilih
saham-saham yang nilainya dibawah pasar serta pandai dalam mengelola market
timing portofolionya. Dalam penelitian ini kinerja reksa dana diukur
menggunakan Sharpe’s Perfomance Indeks (SPI). Penelitian Sharpe berkaitan
dengan prediksi kinerja masa datang yang menggunakan data masa lalu untuk
menguji modelnya. Model ini dipilih karena model Sharpedapat digunakan untuk
semua jenis reksa dana dan pengukuran ini memenuhi standar pengukuran kinerja
secara internasional. Menurut William F. Sharpe (1995) sebagai ahli portofolio,
model Sharpetidak memerlukan benchmark dalam pengukuran risikonya.
Pengukuran Sharpediformulasikan sebagai rasio risk premium terhadap standar
deviasinya. Hal inilah yang membedakan pengukuran Sharpedengan model yang
lain. Standar deviasi adalah risiko total yang merupakan hasil dari risiko
sistematik dan risiko tidak sistematik. Jika portofolio sangat terdiversifikasi maka
total risiko hampir sama dengan risiko sistematik, karena risiko tidak sitematik
mendekati nol. Dengan demikian metode Sharpemerupakan model yang akan
memberikan informasi lebih baik karena memperhitungkan risiko sitematik dan
tidak sistematik (Winingrum, 2011).

Universitas Sumatera Utara

2.1.10 Stock Selection Skills dan Market Timing Ability
Menurut Jensen (1968) dan Fama (1972) konsep kinerja portofolio dibagi
menjadi dua dimensi, yaitu (1) kemampuan manajer portofolio atau analisis
sekuritas untuk meningkatkan return portofolio melalui prediksi yang tepat
tentang harga sekuritas di masa yang akan datang dan (2) kemampuan manajer
portofolio untuk meminimalkan risiko (melalui diversifikasi yang efisien) yang
muncul dari kepemilikan portofolio.
Selectivity is an ability to pick stock that outperform the overall stock
market (Hirschey. 2008: 141). Menurut Corrado (2002: 56) security selection is
selection of spesific securities within a particular class. Sedangkan market timing
is an investment style that atemps to buy into the stock market before bull market
move and sell before a bear market move (Hirschey, 2008: 141). Kemudian
menurut Menurut Corrado (2002: 55) market timing is an investment decision you
must make is wheather you will try to buy and sell in anticipation of the future of
overall market.
Untuk menghitung stock selection skillsdan market timing ability
digunakan dua model, yaitu:
1. Model Treynor-Mazuy
Menurut Treynor dan Mazuy (1966) ketika nilai α atau alpha positif berarti
menunjukan adanya kemampuan selectivity dan ketika nilai γ atau market
timing positif berarti menunjukan adanya kemampuan market timing, maka
hal ini mengindikasikan bahwa manajer investasi menghasilkan excess return
portfolio reksa dana yang lebih besar dibandingkan dengan excess return

Universitas Sumatera Utara

market. Model regresi kuadratik adalah sebuah pengukuran yang valid dari
pengukuran

kinerja

market

timing

dan

dapat

digunakan

untuk

mengidentifikasi kualitas dari timing information dan mendeteksi keberadaan
dari selectivity information. Bentuk yang dipergunakan dalam model ini
adalah dengan formula sebagai berikut:

dimana:

�� − �� = � + ���� − �� � + �(�� − �� )2 + ��

Rp = Return reksa dana pada periode t
Rf = Return bebas risiko pada periode t
Rm = Return pasar pada periode t
α = Intercept yang merupakan indikasi stock selection dari manajer investasi
β = Koefisien regresi excess market return atau slope pada waktu pasar turun
(bearish)
γ

= Koefisien regresi yang merupakan indikasi kemampuan market timing

dari manajer investasi
εp = Merupakan random error
2. Model Henriksson-Merton
Melalui model regresi yang dikembangkan oleh Henrikson dan Merton (1981)
bisa diukur kemampuan market timing dan tingkat keberhasilan stock
selection skillsdari portofolio yang dikelola secara aktif, yang masing-masing
memberikan kontribusi secara terpisah pada kinerja portofolio secara
keseluruhan yang dilakukan oleh para manajer investasi sebagai pengelola
reksadana. Untuk mengukur kemampuan microforecasting (stock selection)
manajer investasi, hal ini dapat dilihat memalui besaran α. Jika manajer
investasi memiliki (α > 0) berarti manajer investasi memiliki kemampuan

Universitas Sumatera Utara

stock selection yang baik, dan sebaliknya jika (α < 0) artinya kemampuan
stock selection-nya tidak baik. Bentuk yang dipergunakan dalam model ini
adalah dengan formula sebagai berikut:

dimana:

�� − �� = � + ���� − �� � + ���� − �� �� + ��

Rp = Return reksa dana pada periode t
Rf = Return bebas risiko pada periode t
Rm = Return pasar pada periode t
β = Koefisien regresi excess market return atau slope pada waktu pasar turun
(bearish)
γ

= Koefisien regresi yang merupakan indikasi market timing abilitydari

manajer investasi
D = Dummy untuk melakukan peramalan market timing dengan ketentuan:
D=1, Jika (Rm - Rf) > 0 Up market (bullish) dan D=0, Jika (Rm-Rf) < 0 Down
market (bearish)
εp = Merupakan random error
2.1.11 Fund Size (Ukuran Reksa Dana)
Menurut

Gruber

(1995)

aktiva

sebuah

perusahaan

mempresentasikanbesaran kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Kekayaan
reksa dana dapat dinilai dari besarnya Total Net Assets (TNA) yang dimiliki.
Kekayaan yang dimiliki perusahaan pada umumnya menunjukkan skala ekonomi
suatu perusahaan. Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka semakin besar
ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka
semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Hal ini berdampak pada penurunan
biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah secara tidak langsung seperti biaya

Universitas Sumatera Utara

manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dan dan biaya lainnya. Hal ini
berdampak positif pada kinerja atau hasil investasi yang diberikan ke pada
investor (Chan et al., 2009).
Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Chen et al (2004) dan
Gallagher(2005) juga menggunakan logaritma natural dari TNA (Total Net Asset)
atau log dari total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebagai proksi ukuran reksa dana.
Kemudian penelitan yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) mengenai
kinerja reksa dana saham Swedia dengan menggunakan berbagai karakteristik
reksa dana yang berbeda, juga menunjukkan bahwa jumlah dana kelolaan reksa
dana mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif, sehingga reksa dana dengan
jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang lebih baik.

2.1.12 Fund Longevity (Usia Reksa Dana)
Fund longevity atau usia reksa dana merupakan kategori yang berjenis
numerik yang menunjukkan usia dari tiap reksa dana yang dihitung sejak tanggal
reksa dana tersebut efektif diperdagangkan. Umur reksa dana mencerminkan
pengalaman dari manajer investasinya di dalam mengelola reksa dana tersebut.
Semakin lama umur suatu reksa dana, maka manajer investasinya semakin
berpengalaman di dalam mengelola portofolio bila dibandingkan dengan reksa
dana yang berumur lebih muda.Banyak investor yang lebih menyukai reksa dana
yang berumur lebih lama. Reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama akan
memiliki track record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat memberikan
gambaran kinerja yang lebih baik kepada para investornya (Rao, 2000).

Universitas Sumatera Utara

2.2

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Waelan (2008) menunjukkan bahwa

manajer investasi di Indonesia tidak memiliki stock selection skills tapi market
timing ability manajer investasi di Indonesia sangat kecil dan tidak signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Alexandri (2015) menunjukkan bahwa stock
selection skills berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana dan
market timing ability berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja reksa dana.
Penelitian yang dilakukan oleh Kaur (2013) menunjukkan bahwa stock selection
skills berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana dan
market timing ability berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja
reksa dana.Sedangkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Anita (2013)
menunjukkan bahwa kinerja reksadana saham syariah di Indonesia outperform
daripada kinerja pasarnya. Manajer investasi reksadana yang mengelola portofolio
saham syariah memiliki kemampuan dalam melakukan pemilihan saham yang
baik (stock selection ability). Akan tetapi nilai koefisien market timing atau
gamma menghasilkan nilai negatif, berarti ketidakmampuan manajer investasi
dalam mengelola portofolionya menyebabkan penurunan return reksadana.
Penelitan yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) menunjukan
bahwa fund size mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif, sehingga reksa
dana dengan jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang lebih baik.
Penelitian oleh Otten (2002) menunjukkan bahwa fund size mempengaruhi kinerja
reksa dana secara signifikan positif.Akan tetapi sejumlah penelitian menyatakan
bahwa fund size memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana. Seperti

Universitas Sumatera Utara

penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2004) menunjukkan sebagian besar
reksa dana Amerika pada tahun 1962-1999 memiliki hubungan negatif antara fund
size dan kinerja reksa dana.
Hasil penelitianyang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005)
menyatakan bahwa fund longevity berpengaruh terhadap kinerja reksa dana.
Namun demikian, terdapat argumentasi yang menyatakan bahwa reksa dana
dengan usia yang lebih muda menunjukkan kinerja yang lebih aktif. Hal ini
didukung oleh Blake dan Timmermann (1998) yang mengungkapkan bahwa reksa
dana cenderung untuk melakukan yang terbaik selama tahun pertama kemunculan
mereka. Selain itu penelitian yang dilakukan Chen et al. (2004) dan Otten (2002)
menunjukkan bahwafund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa
dana.

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
1.

2.

Nama
Peneliti/
Tahun
Alexandri
(2015)

Anita
(2013)

Judul
Penelitian

Metode
Analisis

Variabel
Penelitian

Mutual Fund
Performance
: Stock
Selection or
Market
Timing?

Analisis
regresi linier
berganda

-Kinerja reksa
dana
-Stock selection
skills
-Market timing
ability

Pengukuran
Pemilihan
Saham dan
Penetapan
Waktu
Menggunaka
n Model
TreynorMazuy pada
Reksa dana
Syariah di

Multiple
regression
danAutoregr
essiveConditi
onal
Heterosceda
sticity
(ARCH)

-Kinerja reksa
dana
-Stock selection
skills
-Market timing
ability

Hasil Analisis
-Stock selection skills
berpengaruh signifikan
positif terhadap kinerja
reksa dana.
-Market timing ability
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap kinerja reksa
dana.
-Manajer investasi
memiliki kemampuan
dalam melakukan
pemilihan saham
yang baik (stock
selection ability).
-Nilai koefisien market
timing atau gamma
menghasilkan nilai
negatif, berarti
ketidakmampuan

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No

Nama
Peneliti/
Tahun

Judul
Penelitian

Metode
Analisis

Variabel
Penelitian

Hasil Analisis

Indonesia

3.

4.

Kaur
(2013)

Waelan
(2008)

5.

Karlsson
dan Persson
(2005)

6.

Chen et al.
(2004)

Performance
, Timing and
Selectivity
Skills of
Indian
Equity
Mutual
Funds: An
Empirical
Approach
Kemampuan
Memilih
Saham dan
Market
Timing
Manajer
Investasi
Reksa Dana
Saham
diBursa Efek
Indonesia
Mutual fund
performance:
Explaining
the
performance
of Swedish
domestic
equity
mutual funds
using
different
fund
characteristic
Does Fund
Size Erode
Mutual Fund
Performance
? The Role
of Liquidity
and
Organization

manajer investasi
dalam mengelola
portofolionya
menyebabkan
penurunan return
reksadana.
-Stock selection skills
berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan
terhadap kinerja reksa
dana.
-Market timing ability
berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan
terhadap kinerja reksa
dana.
-Manajer Investasi di
Indonesia tidak
memiliki stock
selection skills.
-Market timing ability
manajer investasi di
Indonesia sangat kecil
dan tidak signifikan.

Analisis
regresi linier
berganda

-Kinerja reksa
dana
-Stock selection
skills
-Market timing
ability

Analisis
regresi linier
berganda

-Kinerja reksa
dana
-Stock selection
skills
-Market timing
ability

Analisis
regresi linier
berganda

-Kinerja reksa
dana
-Fund size
-Expense ratio
-Fund longevity
-Management
tenure

Fund size, expense
ratio, fund longevity,
dan management
tenure berpengaruh
terhadap kinerja reksa
dana.

Analisis
regresi linier
berganda

-Kinerja reksa
dana
-Risk ratio
-Fund size
-Expense ratio
-Fund longevity

-Risk ratio signifikan
berpengaruh positif
terhadap kinerja reksa
dana.
-Fund size
berpengaruh negatif
akan tetapi tidak
signifikan terhadap
kinerja reksa dana.
-Expense ratio
signifikan

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No

Nama
Peneliti/
Tahun

Judul
Penelitian

Metode
Analisis

Variabel
Penelitian

Hasil Analisis
berpengaruh positif
terhadap kinerja reksa
dana.
-Fund longevity
berpengaruh negatif
terhadap kinerja reksa
dana.

7.

Otten
(2002)

European
Mutual Fund
Performance

Analisis
regresi linier
berganda

-Kinerja reksa
dana
-Fund size
-Expense ratio
-Fund longevity

-Fund size
berpengaruh signifikan
positif terhadap kinerja
reksa dana.
-Expense ratio dan
fund longevity
berpengaruh negatif
terhadap kinerja reksa
dana.

2.3

Kerangka Konseptual

2.3.1

Pengaruh Stock Selection Skills terhadap Kinerja Reksa Dana
Selectivity is an ability to pick stock that outperform the overall stock

market (Hirschey. 2008: 141). Menurut Corrado (2002: 56) security selection is
selection of spesific securities within a particular class. Stock selection skills
dianggap memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja reksa dana karena
setiap instrumen yang dimasukkan ke dalam portofolio akan dipilih dan dianalisa
secara spesifik yang kemudian dimasukkan ke dalam kelas-kelas aset tertentu.
Jadi stock selection skills merupakan kemampuan manajer investasi dalam
memilih saham yang tepat untuk dimasukan kedalam portofolio serta berpotensi
mendapatkan return yang diharapkan oleh investor. Ketika stock selection skills
dari manajer investasi baik maka portofolio yang dibentuk adalah saham-saham
yang memiliki tingkat return yang baik pula, hal tersebut akan meningkatkan
kinerja reksadana yang dapat dilihat dari nilai aktiva bersihnya.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Pengaruh Market Timing Ability terhadap Kinerja Reksa Dana
Market timing is an investment style that atemps to buy into the stock

market before bull market move and sell before a bear market move (Hirschey,
2008: 141). Market timing ability dinilai berkontribusi positif karena Manajer
Investasi akan mampu memprediksikan kapan waktu yang tepat untuk
menyesuaikan portofolio sahamnya sebagai antisipasi terhadap perubahan harga
pasar. Selain itu, Manajer Investasi bertujuan untuk membeli sekuritas sebelum
pergerakan pasar bullish dan menjual sekuritas sebelum pergerakan pasar bearish.
Jadi kinerja reksadana akan lebih baik ketika market timing atas pembaruan
portofolio saham yang dilakukan manajer investasi baik pula.

2.3.3

Pengaruh Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana
Menurut Gruber (1995) aktiva sebuah perusahaan mempresentasikan

besaran kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Kekayaan yang dimiliki
perusahaan pada umumnya menunjukkan skala ekonomi suatu perusahaan.
Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan
tersebut. Jadi, kekayaan reksa dana dapat dinilai dari besarnya Total Net Assets
(TNA) atau total Nilai Aktiva Bersih yang (NAB)yang dimiliki.Dengan dana
kelolaan yang besar, perusahaan dapat melakukan transaksi dengan volume yang
lebih besar dan terjadi penurunan biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah
secara tidak langsung seperti biaya manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi
dan dan biaya lainnya. Hal ini berdampak positif pada kinerja atau hasil investasi
yang diberikan ke pada investor (Chan et al., 2009).

Universitas Sumatera Utara

Pemikiran-pemikiran di atas mengindikasikan bahwa ukuran reksa dana
berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. Hal ini sejalan dengan penelitan
yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson (2005) serta Otten (2002) yang
menunjukkan bahwa fund size mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif,
sehingga reksa dana dengan jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang
lebih baik.

2.3.4

Pengaruh Fund Longevity terhadap Kinerja Reksa Dana
Menurut Rao (2000), reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama

akan memiliki track record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat
memberikan gambaran kinerja yang lebih baik kepada para investornya. Fund
longevity atau usia reksa dana merupakan kategori yang berjenis numerik yang
menunjukkan usia dari tiap reksa dana yang dihitung sejak tanggal reksa dana
tersebut efektif diperdagangkan. Umur reksa dana mencerminkan pengalaman dari
manajer investasinya dalam mengelola reksa dana tersebut. Semakin lama umur
suatu reksa dana, maka manajer investasinya semakin berpengalaman dalam
mengelola portofolio.

Universitas Sumatera Utara

Untuk memudahkan suatu penelitian, maka perlu dibuat suatu kerangka
konsep penelitian seperti pada Gambar 2.1 berikut :

Stock Selection Skills

Market Timing Ability
Kinerja Reksa Dana
Fund Size

Fund Longevity
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.4

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian

dantinjauan

pustaka

serta

penelitian

terdahulu

yang

telah

diuraikan

sebelumnyadapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut:
1. Stock selection skillsberpengaruh terhadapkinerja reksa dana saham.
2. Market timing ability berpengaruh terhadapkinerja reksadana saham.
3. Fund sizeberpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham.
4. Fund longevity berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham.
5. Stock selection skills, market timing ability, fund size, dan fund longevity
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja reksa dana saham.

Universitas Sumatera Utara