Hubungan Antara Sense of Humor Dengan Kebahagiaan Pada Lansia

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan masalah terutama dari segi
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan
berkembang menjadi masalah yang kompleks dari segi fisik, mental, dan sosial yang
berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selama periode lanjut usia,
kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan. WHO memperkirakan tahun
2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus
bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data WHO juga memperkirakan 75%
populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang. Hasil sensus
penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan
jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. Pada tahun 2010 jumlah lansia di
Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu data Susenas BPS 2012
menunjukkan lansia di Indonesia sebesar 7,56% dari total penduduk Indonesia
(Wardhana, 2014).
Lansia dibagi menjadi usia lanjut dini, yang berkisar antara usia enam puluh
sampai tujuh puluh dan usia lanjut yang mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir
kehidupan seseorang (Hurlock, 1999). Secara psikologis yang didasarkan pada tahap

perkembangan Erikson masa lanjut usia berada pada fase integrity versus inferiority
(Santrock, 2002). Ketika lansia dapat meraih tahapan terakhir dalam kehidupan yaitu

Universitas Sumatera Utara

2

integritas diri, dimana lansia dapat mengevaluasi dan menerima kehidupan mereka
tanpa mempermasalahkan “apa yang seharusnya dilakukan” dan “apa yang seharusnya
terjadi” sehingga mereka dapat menerima ketidaksempurnaan pada diri sendiri dan
kehidupannya, maka dikatakan lansia dapat meraih kebahagiaan (Erikson, dalam
Papalia, Old, dan Feldman, 2008).
Menurut Diener, Kebahagiaan merupakan evaluasi kognitif dan afektif
seseorang terhadap hidupnya. Evaluasi kognitif terjadi ketika individu melakukan
evaluasi seberapa memuaskan kehidupannya secara keseluruhan (life satisfaction)
atau

pada aspek-aspek tertentu dari kehidupannya (domain satisfaction) seperti

kesehatan, keluarga, keuangan, pekerjaan, teman sebaya, waktu luang, dan diri

sendiri, sedangkan evaluasi afektif terjadi ketika individu melakukan evaluasi
terhadap emosi yang dirasakannya, dimana meliputi perasaan menyenangkan dan
tidak menyenangkan (dalam Snyder & Lopez, 2002).
Kebahagiaan menjadi hal yang sangat penting bagi lansia karena masa lansia
merupakan masa yang mempunyai masalah terhadap kesehatan. Hal ini dikarenakan
selama periode lanjut usia, kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan.
Lansia dapat menjadi usia yang bahagia jika memiliki kesehatan yang baik, ikatan
keluarga dan lingkungan sosial yang kuat, serta kondisi ekonomi yang memadai
disertai hubungan interpersonal yang baik (Pratikwo, dkk, 2006). Penelitian
menunjukkan bahwa keterlibatan sosial mempunyai efek yang positif pada
kesejahteraan emosional lansia dan kesehatan fisik serta diprediksi dapat menurunkan
resiko kematian (Sanjaya & Rusdi, 2012). Hasil penelitian Ryff (dalam Faisal, 2015),

Universitas Sumatera Utara

3

menunjukkan bahwa kebahagiaan merupakan cita-cita tertinggi yang selalu ingin
diraih oleh semua manusia dalam tindakannya. Menurut Boehm, dkk (dalam Faisal,
2015) kebahagiaan dapat meningkatkan kualitas hidup individu seperti kualitas

perekonomian, umur panjang, mencegah penyakit kronis, membantu proses kognitif
lebih baik lagi, membuat orang berpikir lebih kreatif dan fleksibel serta lebih peka
terhadap lingkungannya.
Fayers & Machin mengartikan kualitas hidup sebagai persepsi individu
mengenai keberfungsian individu di dalam bidang kehidupan, lebih spesifiknya
penilaian individu terhadap posisi di dalam kehidupan dan sistem nilai dimana
mereka hidup berkaitan dengan tujuan, harapan, serta perhatian individu (dalam
Kreitler & Ben, 2004). Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk
tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri dan
menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan dan
perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut, lingkungan yang menghargai
hak-hak lansia serta memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia dan
tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk mengaktualisasikan potensi dan
kemampuan yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan oleh Thomas (dalam Monks,
1998) menunjukkan bahwa kualitas hidup pada lansia selalu dihubungkan dengan
tingkat permasalahan hidup, banyaknya aktifitas yang dilakukan, dan kompetensi
sosial. Lingkungan dapat menjadi sumber stres yang mendukung atau menekan
seseorang sehingga mempengaruhi proses interaksi sosial seseorang.

Universitas Sumatera Utara


4

Martin (2001) menyatakan kehidupan sosial adalah interaksi, yaitu aksi atau
tindakan yang berbalas-balasan. Sebagai suatu fenomena sosial, humor dan tawa
memainkan peranan penting dalam komunikasi interpersonal, sementara sense of
humor atau kepekaan terhadap humor dapat menjadi komponen penting dalam
kompetensi sosial. Menurut Nelsen (dalam Hardianti, 2014) seseorang yang memiliki
rasa humor yang tinggi cenderung memiliki emosi positif yang menyertai humor dan
diikuti dengan tertawa.
Thorson & Powell (1997) mengatakan sense of humor adalah kemampuan
untuk membuat humor, mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan
humor sebagai mekanisme coping dan untuk mencapai tujuan sosial. Sense of humor
membahas tentang berbagai macam kemampuan psikologis dan sosial seseorang
untuk menerima humor, menciptakan humor, kebutuhan untuk diterima di
lingkungan, serta kemauan dan kemampuan untuk berkomunikasi. Hurlock
mengatakan bahwa melalui sense of humor yang dimiliki, individu dapat memperoleh
perspektif yang lebih baik tentang diri sendiri. Individu yang memiliki sense of
humor dapat mengembangkan pemahaman diri dan penerimaan diri (dalam Parman,
2013). Oleh karena itu sense of humor bukan merupakan kemampuan bawaan

melainkan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Menurut Mike
More (dalam Rajagukguk, 2014) sense of humor tidak bersifat alami atau bakat,
namun dapat dipelajari dan dikembangkan. Sense of humor dipengaruhi oleh
lingkungan, budaya, bacaan, tontonan, hingga pendidikan. Setiap orang mendapatkan
hal-hal itu dalam konteks dan kadar yang berbeda, sehingga membuat sense of

Universitas Sumatera Utara

5

humor-nya pun berbeda. Thorson & Powell (1993) mengatakan bahwa semakin usia
bertambah, semakin bertambah juga kreativitas humor, menggunakan humor untuk
mekanisme coping, dan apresiasi pada humor. Hal ini mungkin terjadi karena
pengaruh

dari

perkembangan,

seperti


berkembangnya

kemampuan

untuk

menggunakan humor sebagai mekanisme coping selama masa dewasa, Oleh karena
itu, lansia cenderung menggunakan salah satu aspek sense of humor yaitu coping with
humor dalam kehidupannya sehari-hari.terutama pada orang yang memiliki sense of
humor yang tinggi. Lefcourt (dalam Martin, 2001) menyatakan bahwa individu yang
memiliki sense of humor yang tinggi diketahui dapat lebih baik menggunakan coping
stress, menjalin hubungan dengan orang disekitarnya, dan memiliki mental dan fisik
yang lebih sehat. Penelitian Thorson & Powell (1993) menyatakan bahwa ada
perbedaan pada laki-laki dan perempuan dalam menggunakan humor. Laki-laki
cenderung menggunakan aspek humor production, sedangkan perempuan cenderung
menggunakan aspek coping with humor. Hal ini sesuai dengan pendapat Ziv’s (dalam
Thorson & Powell, 1993) bahwa laki-laki lebih banyak membuat sesuatu hal menjadi
humor.
Mindess mengatakan bahwa fungsi humor yang paling penting adalah

kekuatannya untuk membebaskan diri dari banyak rintangan dan pembatasan dalam
kehidupan sehari-hari. Humor dapat melepas individu dari berbagai tuntutan yang
dialami dan dapat membebaskannya dari perasaan inferioritas (dalam Hardianti,
2014). Membuat atau mendengarkan humor yang dapat menimbulkan tawa
cenderung kita kaitkan dengan aspek kebahagiaan. Ketika lansia dapat mengatasi

Universitas Sumatera Utara

6

perasaan stresnya dengan baik, maka perasaan sedih atau kecewa yang mungkin
timbul akan berkurang, sehingga lansia akan memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Menurut Kataria (dalam Setiono, 2010) humor memiliki manfaat seperti menurunkan
tingkat stres, kondisi kesehatan akan meningkat dan memberikan kekebalan pada
tubuh, menstimulasi pikiran, dan perasaan yang positif, dan menjalin relasi sosial
serta meningkatkan kualitas pergaulan.
Melihat dari kondisi pada lansia di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui
adakah hubungan antara sense of humor yang dimiliki lansia dengan kebahagiaan
pada hidupnya. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian
yang kemudian diberi judul “Hubungan Sense of Humor dengan Kebahagiaan pada

Lansia”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
-

Apakah ada hubungan antara sense of humor dengan kebahagiaan pada lansia?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin menguji hubungan antara sense of
humor dengan kebahagiaan pada lansia.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

Universitas Sumatera Utara

7

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan baru di bidang
Psikologi, terutama Psikologi Perkembangan khususnya Psikologi Lanjut Usia. Selain
itu, penelitian diharapkan mampu memberikan informasi tambahan bagi peneliti lain
yang tertarik untuk meneliti tentang sense of humor dan kebahagiaan pada lansia.
2. Manfaat Praktis
-

Lansia dapat memperoleh informasi yang benar tentang pentingnya sense of
humor dan kebahagiaan di usia lanjut, sehingga para lansia dapat menolak segala
stereotype yang tidak benar mengenai mereka.

-

Masyarakat umum dapat mengetahui pentingnya sense of humor dan kebahagiaan
pada lansia, sehingga bisa menggunakan humor dalam kehidupannya sehari-hari.

-

Pemerintah dapat mengetahui tentang sense of humor dan kebahagiaan pada
lansia sehingga menjadi acuan bagi pemerintah untuk menyediakan berbagai

fasilitas yang tepat bagi lansia, seperti membuat kegiatan bagi lansia yang
bertemakan humor.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I: Pendahuluan
Berisikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

8

BAB II: Landasan Teori
Berisikan mengenai tinjauan teori yang digunakan untuk membahas permasalahan
dalam penelitian. Teori yang digunakan adalah teori mengenai

lansia,


kebahagiaan, dan sense of humor.
BAB III: Metode Penelitian
Berisikan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel
penelitian, sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, instrumen atau alat ukur
yang digunakan dalam penelitian, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis.
BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan
Berisikan tentang hasil penelitian yang disertai dengan interpretasi dan pembahasan.
BAB V: Kesimpulan dan Saran
Berisikan tentang kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan saran
penelitian yang meliputi saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian
selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara