Promkes pada Lansia dengan Metode Demons

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan
usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi
15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia
harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat
menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke
waktu.
Pembangunan kesehatan di Indonesia telah berhasil menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan angka fertilitas serta menghasilkan perbaikan gizi
masyarakat.

Dampak

positif

dari


pembangunan

kesehatan

adalah

meningkatnya angka harapan hidup yang terlihat dari meningkatnya jumlah
populasi penduduk usia lanjut atau lansia. Umur harapan hidup Indonesia
pada tahun 2000-2005 yaitu 67, 8 tahun dan meningkat menjadi 73,6 tahun
pada periode tahun 2020–2025 (Statistik Indonesia, 2007). Proyeksi Biro
Pusat Statistik di tahun 2010, jumlah usia lanjut mencapai 19 juta (8,5%) dari
jumlah seluruh penduduk sedangkan tahun 2025 mencapai 14,4% (Depkes
RI, 2010). Jumlah yang demikian besar ini sebenarnya tidak menjadi
permasalahan jika diikuti dengan kondisi lansia yang sehat. Sedangkan
kebanyakan lansia mengalami berbagai macam penyakit degeneratif seperti
penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke, jantung.(Depkes RI, 2010)
Data menurut DepKes RI, mengenai angka kesakitan pada lansia, yaitu
angka kesakitan usia 55 tahun ke atas 25,7%, usia 45-59 tahun 11,6% dan
usia di atas 60 tahun 9,2%. Menurut WHO tahun 2002 dalam kurun waktu 10

tahun penyakit jantung dengan prevalensi 1,1/100 penduduk menjadi
penyebab utama lansia meninggal. (Cengkunek, 2009)

1

Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas,
kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia
mengalami kemunduran dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental
lansia mengalami kemunduran perkembangan mental seperti penurunan daya
ingat, kecerdasan dan kemampuan berpikir. Secara sosial ekonomi lansia
mengalami kemunduran sumber pendapatan dari hasil kerja karena tidak
mampu melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda (Depkes RI,
2007).
Peran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu lansia.
Disamping keluarga, pemerintah juga perlu memberikan intervensi untuk
membantu lansia tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima.
Pemerintah dalam pembinaan kesehatan usia lanjut perlu tetap melibatkan
berbagai sektor baik Depkes, Depsos, organisasi profesi ataupun lembaga
swadaya masyarakat serta lintas program terkait (Depkes RI, 2007) yang
secara


teknis

dilaksanakan

melalui

pembinaan

ketenagaan,

berupa

peningkatan kemampuan teknis dan manajemen bagi para pengelola dan
pelaksana termasuk kader kesehatan. Hal ini menjadi salah satu strategi untuk
meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut melalui kegiatan
yang di adakan di posyandu lansia diantaranya pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu,
dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada

seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun
praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk.,
2002).
Pendidikan kesehatan memiliki berbagai macam metode dalam
penerapannya,

salah

satunya

adalah

metode

demonstrasi.

Metode


Demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara memperagakan benda,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung

2

maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan. Metode
demonstrasi ini diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif dalam
pelaksanaan pendidikan kesehatan terhadap lansia yang secara fungsional
kemampuan nya menurun.
1.2. Rumusan Masalah
1) Bgaimana konsep promosi kesehatan?
2) Bagaimana model promosi kesehatan dengan demonstrasi pada lansia?
3) Bagaimana menyusun perencanaan promosi kesehatan?
1.3. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui promosi kesehatan dengan metode
demonstrasi pada lansia.
1.4. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep promosi kesehatan.
2) Mahasiswa mengetahui dan memahami promosi kesehatan pada lansia

dengan metode demonstrasi.
3) Mahasiswa mengetahui dan memahami dalam menyusun perencanaan
promosi kesehatan.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah
wawasan dan informasi tentang promosi kesehatan dengan metode
demonstrasi secara tepat dan benar, serta mampu mengimplementasikan
kepada praktik keperawatan komunitas.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Promosi Kesehatan
1.1 Definisi Promosi kesehatan
Promosi kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan,
juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni
praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi
program-program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan,
misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi

lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan
sebagainya perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan(di
Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan). Hal ini esensial, karena
masing-masing program tersebut mempunyai aspek perilaku masyrakat
yang perlu dikondisikan dengan promosi kesehatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan
revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu. Promosi kesehatan
bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga
disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku.
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan,
kelompok,

dan masyarakat

agar

memelihara,

meningkatkan


dan

melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan serta mengembangkan iklim yang mendukung,

dilakukan

dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat.
Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.( Depkes RI, 2006).
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga
strategi dasar promosi kesehatan, yaitu penggerakan dan pemberdayaan,
bina suasana, dan advokasi (Depkes RI, 2004). Ketiga strategi tersebut
diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat.

4

Strategi tersebut harus dilaksanakan secara lengkap dan berkesinambungan

dalam mengubah perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik yang
diperlukan oleh program kesehatan. Lingkup promosi kesehatan mencakup
diantaranya sebagai berikut :
a. Strategi promosi kesehatan yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan
(pemberdayaan) masyarakat.
b. Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat
bekerja, tempat-tempat umum, dan sarana kesehatan.
c. Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan program
kesehatan yang dilaksanakan, maka kegiatan dilakukan untuk
mengembangkan aspek perilaku sehat tertentu, misalnya yang berkaitan
dengan kesehatan KIA, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup,
Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan sebagainya
sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan situasi di masing-masing
tatanan.
Secara definisi istilah promosi

kesehatan dalam ilmu kesehatan

masyarakat (health promotion ) mempunyai dua pengertian. Pengertian

promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat
pencegahan penyakit. Level and Clark, mengatakan ada empat tingkat
pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yakni :
a. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)
b. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan
segera)
d. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan)
e. Rehabilitation (pemulihan)
Oleh sebab itu pengertian promosi kesehatan dalam konteks ini
adalah

peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian yang kedua,

promosi kesehatan diartikan upaya memasarkan, menyebarluaskan,
mengenalkan atau menjual kesehatan. Dengan kata lain, promosi
kesehatan adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-

5


pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat
menerima atau membeli (dalam arti menerima perilaku kesehatan) dan
akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
1.2 Tujuan Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan harus mempunyai tujuan yang jelas. Yang
dimaksud tujuan dalam konteks ini adalah apa yang diinginkan oleh
promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang
lain. Tujuan umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang
Kesehatan No.23/1992, maupun WHO, yakni meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik
fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
social.

Promosi

kesehatan

di

semua

program

kesehatan,

baik

pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya bermuara pada
kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, baik kesehatan
individu, kelompok maupun masyarakat.
1.3 Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi kesehatan
dapat lebih tepat sasaran, maka sasaran tersebut perlu dikenali secara
lebih khusus, rinci, dan jelas melalui pengelompokan sasaran promosi
kesehatan meliputi sasaran utama (primer), sasaran antara (sekunder), dan
sasaran penunjang (tersier).
Sasaran primer adalah mereka yang diharapkan akan menerapkan
perilaku baru. Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung
segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan
permasalahan kesehatan,maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi:
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui
untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk
kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan

6

terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat mempengaruhi sasaran
primer. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya.
Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok
ini akan memberikan

pendidikan kesehatan

kepada masyarakat

disekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social (social
support).
Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau penyandang
dana. Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat
pusat, maupun daerah adalah sasaran primer tersier promosi kesehatan.
Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh
masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum
(sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada
sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
1.4 Strategi Promosi Kesehatan
Untuk mencapai tujuan promosi kesehatan, maka perlu dilakukan
strategi dalam pelaksanaan promosi kesehatan yang bekerja sama dengan
tenaga kesehatan dan sektor terkait. Strategi tersebut adalah sebagai
berikut (Depkes RI, 2006)
1. Advokasi
Yaitu pendekatan pimpinan dengan tujuan untuk mengembangkan
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Hasil yang diharapkan
adalah kebijakan dan peraturan peraturan yang mendukung untuk
memengaruhi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat serta adanya
dukungan dana atau sumber daya lainnya. Kegiatan yang dapat

7

dilakukan antara lain pendekatan perorangan melalui lobi, dialog,
negoisasi, debat, petisi, mobilisasi, seminar, dan lain lain.
2. Bina suasana
Yaitu penciptaan situasi yang kondusif untuk memberdayakan
perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat
tercipta dan berkembang jika lingkungan mendukung hal ini. Dalam
hal ini, lingkungan mencakup lingkungan fisik, sosial budaya,
ekonomi dan politik.
3. Gerakan pembedayaan masyarakat
Yaitu gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat mengenali dan
memelihara masalah kesehatan sendiri serta untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya. Tujuan yang ingin
dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
1.5 Jenis Metode Promosi Kesehatan
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan
Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari
sasaran promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap
muka dengansasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan
rumah, pertemuan diskusi (FGD),pertemuan di balai desa,
pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak
langsung berhadapansecara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia
menyampaikan pesannya denganperantara (media). Umpamanya
publikasi dalam bentuk media cetak, melaluipertunjukan film, dsb
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan perorangan

8

Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsungdengan sasaran secara perorangan, antara lain :
kunjungan rumah, hubungantelepon, dan lain-lain
b. Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan
sekolompok sasaran.Beberapa metode penyuluhan yang masuk
dalam ketegori ini antara lain :Pertemuan, Demostrasi, Diskusi
kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan masal
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepadasasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode
yang masuk dalam golongan iniadalah : Pertemuan umum,
pertunjukan

kesenian,

Penyebaran

tulisan/poster/media

cetak

lainnya, Pemutaran film,
1.6 Pemilihan Metode Promosi Kesehatan
Notoatmodjo (1989) menyatakan bahwa agar tercapai hasil belajar
(perubahan perilaku) dengan efektif dan efisien, maka pemilihan metode
pendidikan perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan metode hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan.
2. Pemilihan

metode

tergantung

kepada

kemampuan

guru

atau

pendidiknya.
3. Pemilihan metode harus mempertimbangkan kemampuan dari sasaran
belajar (pihak yang belajar).
4. Pemilihan metode tergantung pada besarnya kelompok sasaran.
5. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan waktu pemberian atau
penyampaian pesan. Pemilihan metode hendaknya mempertimbangkan
fasilitas-fasilitas yang tersedia
1.7 Pendekatan Promosi Kesehatan
Beberapa model promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan
adalah alat analisis yang berguna, yang dapat membantu memperjelas

9

tujuan dan nilai-nilai yang diantu. Menurut Ewles dan Simnett (1994),
terdapat kerangka lima pendekatan yang menunjukkan nilai-nilai yang
melekat pada masing-masing pendekatan tersebut. Pendekatan tersebut
meliputi :
1) Pendekatan medic
Tujuan pendekatan medik adalah membebaskan dari penyakit dan
kecacatan yang didefinisikan secara medik, seperti penyakit infeksi,
kanker, dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan intervensi
kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin
dengan menggunakan metode persuasif atau paternalistik (misal,
memberi tahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi,
wanita untuk memanfaatkan KB, dan pria umur pertengahan untuk
melakukan skrining tekanan darah). Pendekatan ini memberikan arti
penting terhadap tindakan pencegahan medik, dan merupakan
tanggung jawab profesi kedokteran membuat kepastian bahwa pasien
patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2) Pendekatan perubahan perilaku
Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan
pendorong dan kekuatan penahan. Pendekatan perubahan perilaku
bertujuan mengubah sikap dan perilaku indvidual masyarakat sehingga
mengadopsi gaya hidup sehat. Orang-orang yang menggunakan
pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup sehat merupakan
hal paling baik bagi klien, dan akan melihatnya sebagai tanggungjawab
mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang guna mengadopsi
gaya hidup sehat yang mereka anjurkan. Contoh penggunaan
pendekatan perubahan perilaku antara lain mengajari orang bagaimana
menghentikan

merokok,

pendidikan

tentang

minum

alkohol,

mendorong orang melakukan kegiatan olahraga, memelihara kesehatan
gigi, dan mengonsumsi makanan yang baik.
3) Pendekatan Pendidikan

10

Pendekatan pendidikan lebih dikenal sebagai pendidikan kesehatan
yang bertujuan memberikan informasi dan memastikan pengetahuan
dan pemahaman tentang perilaku kesehatan, dan membuat keputusan
yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Pendekatan ini
menyajikan informasi mengenai kesehatan, dan membantu individu
menggali nilai dan sikap dan membuat keputusan mereka sendiri.
Program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankan upaya
membantu murid mempelajari keterampilan hidup sehat, tidak hanya
memperoleh pengetahuan saja. Orang-orang yang mendukung
pendekatan ini akan memberi arti tinggi proses pendidikan,
menghargai hak individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan
melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersama
persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal paling
baik bagi klien mereka.
4) Pendekatan berpusat pada klien
Tujuan pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat
membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui
dan lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri
sesuai kepentingan dan nilai mereka. Promotor berperan sebagai
fasilitator, membantu individu mengidentifikasi kepedulian-kepedulian
mereka dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang mereka
butuhkan supaya memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri
sendiri klien menjadi sentra tujuan ini. Klien dihargai sebagai individu
yang

mempunyai

pengetahuan,

keterampilan,

kemampuan

berkontribusi, dan memiliki hak absolut untuk mengontrol tujuan
kesehatan mereka sendiri.
5) Perubahan sosial
Ruang lingkup perubahan sosial menurut William F. Ogburn (1922),
meliputi pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap
unsur-unsur imaterial. Kecenderungan terjadi perubahan-perubahan
sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup
manusia. Tujuan pendekatan ini adalah melakukan perubahan-

11

perubahan pada lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi dalam upaya
membautnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Pendekatan
ini pada prinsipnya mengubah masyarakat, bukan perilaku seiap
individu. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan
nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat,
memiliki komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik
di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan
yang sehat daripada pembentukan kehidupan sehari-hari individual
yang tinggal di tempat itu.
1.8 Media dan Alat Peraga Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan masyarakat dapat diberikan kepada sasaran baik
secara langsung maupun melalui media tertentu. Dalam situasi di mana
pendidik (sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran, media
pendidikan sangat diperlukan. Media promosi kesehatan adalah saluran
komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media
yang dapata dipergunakan adalah sebagai berikut (Efendi & Makhfudli,
2009) :
- Media elektronik : radio, televisi, internet, telepon, handphone,
teleconference
- Media cetak : majalah koran, selebaran (leaflet dan flyer), booklet,
papan besar (billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin board
- Media lain : surat
Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya
sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya
pendukung. Contohnya, di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai
dengan pesawat terbang khusus dan pendidikan kesehatan yang
diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka
media yang dipilih adalah flyer atau media elektronik jika sumber
dayanya memungkinkan.
Beberapa media promosi kesehatan dapat juga dipergunakan
sebagai alat peraga jika pendidik kesehatan bertemu langsung dengan

12

partisipan dalam proses promosi kesehatan. Media poster dapat dianggap
sebagai alat peraga berupa gambar, demikian juga dengan billboard dan
sebagainya. Berikut adalah media dan alat peraga yang dapat
dipergunakan dalam promosi kesehatan :
1. Leaflet dan pamflet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu
maslaah khsusu untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri atas
200-400 kata dan kadang-kadang berseling dengan gambar. Leaflet
berukuran 20 x 30 cm, dan biasanya disajikan dalam bentuk terlipat.
Biasanya leaflet diberikan setelah sasaran selesai kuliah atau ceramah
agar dapat dipergunakan sebagai pengingat pesan atau dapat juga
diberikan sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang sedang
disampaikan.
2. Booklet
Media ini berbentuk buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau
keduanya. Sasaran booklet adalah masayarakat yang dapat membaca
3. Flyer
Selebaran berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak terlipat. Biasanya
disebarkan melalui udara (pesawat udara)
4. Billboard
Berbentuk papan besar berukuran 2 x 2 m yang berisi tulisan dan/atau
gambar yang ditempatkan di pinggir jalan besar yang dapat dibaca atau
dilihat oleh pemakai jalan. Tulisan dalam billboard harus cukup besar
agar dapat dibaca oleh pengendara yang berkecepatan tinggi tanpa
mengganggu konsentrasinya dalam berkendara. Billboard juga dapat
berupa gambar besar yang ditempelkan pada kendaraan umum
sehingga dapat meraih lebih banyak sasaran.
5. Poster
Merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar. Ukuran poster
biasanya sekitar 50 x 60 cm. Karena ukurannya yang terbatas, maka
tema dalam poster tidak terlalu banyak, sedapat-dapatnya hanya ada
satu tema dalam satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster

13

hendaknya menarik. Kata-kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata
dan hurufnya dapat dibaca oleh orang yang lewat dari jarak 6
meter.Tujuan poster adalah untuk mengingatkan kembali dan
mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu atau sebagai bahan
diskusi kelompok.
6. Flannelgraph
Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang di
belakangnya diberi kertas amril (ampelas). Guntingan gambar tersebut
kemudian ditempekan pada papan berlapis kain flanel atau kain
berbulu yang lain. Keuntungan menggunakan flannelgraph adalah
peserta dapat mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang
diinginkannya untuk ditempelkan di tempat yang ia inginkan. Dengan
cara ini, para peserta menunjukkan gagasannya sendiri tentang masalah
yang sedang didiskusikan. Flannelgraph yang telah dipergunakan
dalam suatu pendidikan juga dapat dipergunakan kembali untuk
pendidikan kesehatan dengan topik yang berbeda.
7. Bulletin board
Berupa papan berukuran 90 x 120 cm yang biasanya dipasang di
dinding fasilitas umum (puskesmas, rumah sakit, balai desa, dan kantor
kecamatan). Pada papan ini ditempelkan gambar-gambar, leaflet,
poster, atau media massa lain yang mengandung informasi penting
yang secara berkala diganti dengan topik-topik lain.
8. Lembar balik
Merupakan alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar.
Lembar balik (flip chart) mempunyai dua ukuran. Ukuran besar terdiri
atas lembaran-lembaran yang berukuran ± 50 x 75 cm, sedangkan
ukuran kecil ± 38 x 50 cm. Lembar balik yang berukuran lebih kecil
(21 x 28 cm) disebut flip book atau flip chart meja. Lembaranlembaran ini disusun dalam urutan tertentu dan dibundel pada salah
satu sisinya. Di bawah gambar, dituliskan pesan-pesan yang dpaat
dibaca oleh komunikan. Lembar balik digunakan dengan cara
membalik lembaran-lembaran bergambar tersebut satu per satu.

14

Lembar balik digunakan untuk pertemuan kelompok dengan jumlah
maksimal peserta 30 orang. Flip book biasa dipergunakan untuk
pendidikan individu atau kelompok yang lebih kecil (kurang dari 5
orang).
9. Flashcard
Merupakan sejumlah kartu bergambar berukuran 25 x 30 cm. Gambargambarnya dapat dibuat dengan tangan atau dicetak dari foto dan
diberi nomor urut. Keterangan tentang gambar tercantum di belakang
setiap kartu. Flashcard dipergunakan untuk sasaran berjumlah kurang
dari 30 orang. Apabila pendidik kesehatan ingin membuat sendiri
media yang akan dipergunakannya, maka langkah-langkah berikut ini
perlu diterapkan :
- Membuat konsep pesan yang berisi materi pendidikan kesehatan
- Melakukan pretest terhadap konsep pesan
- Memperbaiki konsep pesan.
Setelah tehnik, media, serta alat peraga pendidikan siap, maka
dilaksanakan pelatihan bagi pendidik kesehatan (health educator) yang
akan bertugas dalam pendidikan kesehatan. Pelatihan dimulai dengan
melalui rekrutmen tenaga. Setelah itu, diteruskan dengan penjelasan
mengenai tujuan, sasaran, dan metode yang dipergunakan dalam
pendidikan kesehatan. Tenaga pendidik juga dibekali dengan
pengetahuan struktur dan proses kelompok serta keterampilan dalam
menangani problem kelompok. Bekal ini berguna untuk menghadapi
masalah masalah yang sering kali timbul dari dalam atau dari luar
kelompok sasaran penyuluhan (Efendi & Makhfudli, 2009).
Metode

promosi

kesehatan

pada

tiap

tahap

perkembangan (Efendi & Makhfudli, 2009) :

Pra sekolah
Usia sekolah

Bahasa sederhana, permainan, musik dan demonstrasi
Bahasa beragam dengan tingkat kemampuan dan
kemampuan

Remaja

kognitif,

menggunakan

permainan

interaktif, teka teki, mencocokkan, dan role play
Pembelajaran kooperatif, problem based learning,

15

diskusi, demonstrasi, dan role play
Kuliah klasikal, diskusi, demonstrasi dan role play

Dewasa

yang menekankan pada tingkat emosional

2. Metode Demonstrasi
2.1 Definisi Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan cara penyajian suatu pengertian atau
ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara
menjalankan suatu tindakan, adegan, atau memperlihatkan bagaimana
menggunakan suatu prosedur. Sasaran pendidikan kesehatan dapat
mencoba sendiri prosedur yang telah diperlihatkan oleh komunikator.
Contohnya yaitu menyajikan larutan oralit langkah demi langkah (Efendy
& Makhfudli, 2009).
Metode

demonstrasi

adalah

metode

mengajar

dengan

cara

memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun menggunakan media yang relevan
dengan pokok bahasan atau dengan materi yang sedang disajikan. Metode
ini sangat efektif diterapkan pada materi yang membutuhkan banyak
praktek untuk menunjukkan suatu proses atau kegiatan, biasanya
digabungkan dengan metode dan tanya (Sumartini, 2014).
Metode demonstrasi memperlihatkan dan memperagakan sesuatu
secara nyata yang disertai dengan penjelasan verbal. Pemberian
pendidikan kesehatan melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan
pengetahuan, memperbaiki sikap, dan kemampuan tindakan menjadi lebih
baik dan efektif. Metode demonstrasi dapat membuat tingkat partisipasi
belajar dari responden menjadi lebih tinggi ( Magfiroh, 2012).
Metode

demonstrasi

sering

digunakan

untuk

mengajarkan

keterampilan psikomotorik disertai dengan penjelasan dan diskusi oleh
demonstator. Hal ini dapat memberikan gambaran sensorik yang jelas
tentang bagaimana melakukan sesuatu. Metode demonstrasi harus berada
dalam jangkauan mudah antara visual dan auditori peserta sehingga harus
diperagakan di depan kelompok kecil atau klien tunggal. Saat metode

16

demonstrasi

berlangsung,

demonstrator

dan

klien/peserta

harus

menggunakan jenis peralatan yang sama. Demonstrator memperagakan
dengan baik bagaimana cara melakukan sesuatu dengan benar sesuai
prosedur, dan memberikan kesempatan untuk berlatih secara mandiri
kepada klien/peserta (Allender, et al., 2010).
2.2 Tujuan Metode Demonstrasi
Tujuan metode demonstrasi yaitu untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu,
proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan
atau menggunakannnya, harapan yang membentuk sesuatu, membangun
suatu cara lain, serta untuk mengetahui dan melihat kebenaran sesuatu
langkah (Efendy & Makhfudli, 2009), atau untuk memperjelas pengertian
konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya
sesuatu (Syah, 2000).
Menurut Rochman (2007) mengemukakan bahwa tujuan penerapan
metode demonstrasi adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan
memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadiny sesuatu
seperti :
1. Mengajarkan klien/peserta tentang suatu tindakan, proses atau prosedur
keterampilan fisik dan motorik.
2. Mengembangkan

kemampuan

pengamatan

pendengaran

dan

penglihatan klien/peserta secara bersama-sama.
3. Mengkonkritkan informasi yang disajikan pada klien/peserta.
Ditinjau dari sudut tujuan penggunaannya dapat dikatakan bahwa
metode demonstrasi bukan metode yang dapat diimplementasikan dalam
proses belajar mengajar secara independen karena metode demonstrasi
merupakan alat bantu untuk memperjelas apa yang diuraikan, baik secara
verbal maupun tekstual. Metode demonstrasi bertujuan untuk menghindari
atau menghilangkan verbalisme sehingga membantu klien/peserta agar
dapat memahami dengan jelas, mengerti dan mampu mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

17

2.3 Manfaat Metode Demonstrasi
Menurut Simamora (2009), manfaat metode demonstrasi :
1. Perhatian peserta atau responden dapat lebih terpusatkan.
2. Proses pendidikan kesehatan dapat lebih terarah pada materi yang
sedang diberikan atau dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat pada
peserta atau responden.
2.4 Prinsip Metode Demonstrasi
Menurut Sumartini (2014), beberapa prinsip metode demonstrasi
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan hubungan yang baik dengan peserta/klien serta menarik
perhatian sehingga ada keinginan dan kemauan dari klien/peserta untuk
menyaksikan apa yang didemonstrasikan.
2. Memberikan penjelasan yang baik untuk peserta/klien sehingga dapat
memahami suatu prosedur yang sebelumnya belum dipahami.
3. Menetapkan inti pokok atau garis besar langkah-langkah yang
dilakukan pada saat demonstrasi agar peserta/klien dapat benar-benar
memahami.
4. Menyiapkan alat yang sesuai dan dapat diamati dengan jelas oleh klien/
peserta.
5. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok
bahasan atau topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui
klien/peserta sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.
2.5 Pedoman Metode Demonstrasi
a. Persiapan
1) Identifikasi bacaan atau kegiatan yang perlu dilakukan peserta didik
sebelum demonstrasi.
2) Untuk demonstrasi yang rumit, berikan petunjuk tertulis untuk
mengarahkan observasi selama demonstrasi.

18

3) Latihan sebelum melakukan demonstrasi agar teampil dalam
menampilkan prosedur.
4) Ukur waktu yang diperlukan termasuk persiapan, dmeonstrasi,
diskusi setelah demonstrasi, demonstrasi ulang oleh peserta didik,
dan menerapkan kembali alat-alat yang digunakan.
b. Sebelum demonstrasi
1) Siapkan materi dan alat sebelum peserta didik tiba dan uji coba tiap
alat (cek kesiapan alat).
2) Alat penerapan alat danmateri agar dapat dilihat peserta didik.
3) Jelaskan tujuan demonstrasi dan jelaskan gambaran prosedur.
4) Jelaskan tiap materi dan alat.
5) Diskusikan prinsip penting dalam demonstrasi.
6) Identifikasi hal-hal penting yang perlu diobservasi selama
demonstrasi.
7) Cek apakah semua peserta didik dapat melihat demonstrasi.
c. Pelaksanaan demonstrasi
1) Demonstrasikan tiap langkah prosedur secara teratur agar dapat
diikuti.
2) Uraikan prosedur sambil memberikan demonstrasi dan tekankan
butir-butir penting.
3) Hindari hal detail yang tidak penting.
4) Tekankan cara melaksanakan prosedur, bukan cara yang tidak perlu
dilakukan.
5) Pantau tiap langkah demonstrasi.
d. Setelah demonstrasi
1) Ulangi demonstrasi atau tiap langkah jika peserta didik perlu
melakukan observasi lanjutan di klinik (redemonstrasi).
2) Diskusikan prosedur segera setelah demonstrasi dan mengulang halhal yang penting.
3) Berikesempatan mengamati praktik sesuai dengan perbedaan
peserta didik, tentang lama praktik, umpan balik, dan reinforcement.
4) Perhatikan peserta didik yang kidal.

19

5) Evaluasi hasil demonstrasi dan identifikasi area yang perlu
dimodfikasi.
Menurut Agus Suprijono (2009:130) adapun langkah-langkah dalam
penerapan metode demonstrasi adalah :
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai setelah proses demonstrasi
berakhir
2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam demonstrasi
3. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan
4. Menjelaskan topik yang akan didemonstrasikan
5. Melakukan demonstrasi yang akan dilihat dan ditirukan
6. Penguatan melalui diskusi, tanya jawab, dan latihan
7. Kesimpulan dari demonstrasi yang telah dilakukan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama demonstrasi berlansung adalah :
1. Keterangan-keterangan dapat didengar jelas
2. Jika ada alat, alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik dan
mudah dijangkau
3. Disarankan untuk membuat catatan-catatan seperlunya
Sebelum demonstrasi dilakukan, sebaiknya dilakukan uji coba terlebih
dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai
tujuan yang telah ditentukan, sehingga dengan uji coba dapat diketahui
kekurangan dan kesalahannya. Setelah diuji coba dalah dilakukan
realisasinya, yaitu memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu yang
akan diajarkan atau telah diajarkan dari teori. Kemudian peserta diminta
untuk mempertunjukkan kembali apa yang telah didemonstrasikan.
Dengan demikian unsur-unsur manusiawi dapat dilibatkan baik emosi,
intelegensi, tingkah laku, serta indera mereka, penga;aman langsung akan
memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya
ingatnya. Setelah itu baru dilakukan evaluasi sejauh mana hasil hyang
dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut.

20

2.6 Proses Pembimbingan pada Metode Demonstrasi
a. Menyiapkan pengaturan tempat yang memungkinkan demonstrasi
dapat dilihat dengan jelas oleh peserta didik.
b. Menjelaskan tujuan demonstrasi.
c. Mejelaskan serta menunjukkan bahan dan alat yang digunakan.
d. Mendiskusikan prinsip penting dalam demonstrasi.
e. Mengidenstifikasi hal-hal yang perlu diobservasi selama demonstrasi
berlangsung.
f. Mendemosntrasikan setiap prosedur dan menekankan pada bagian
yang penting.
g. Memantau setiap langkah demonstrasi.
h. Menginstruksikan untuk melakuakn redomenstrasi.
i. Member kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi
dirimaupun

kelompok

tentang

lamanya

waktu

demonstrasi

dankesulitan yang dihadapi.
j. Memberikanumpan balik dna reinforcement.
k. Mengevaluasi proses dan mengidentifikasi kemugkinan modifikasi.
2.7 Kelebihan Metode Demonstrasi
Menurut Agus Suprijono (2009), kelebihan metode demonstrasi adalah :
1. Menarik dan menahan perhatian
2. Mengahdirkan subjek dengan cara mudah dipahami
3. Menyajikan hal-hal yang meragukan apakah dapat atau tidak dapat
dikerjakan
4. Lebih objektif dan nyata
5. Menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh
6. Mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya
7. Dapat membantu mengembangkan kepemimpinan lokal
8. Dapat memberikan bukti praktik yang dianjurkan
9. Dapat melihat sebelum melakukannya sendiri
Adapun menurut Djamarah, S. B. (2000)

21

a. Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas danlebih
konkret, dengan demikian dapat menghindari terlalu banyaknya
penggunaan bahasa verbal.
b. Peserta didik diharapkan lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
c. Proses pengajaran akan lebih menarik.
d. Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.
e. Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses
atau kerja suatu benda.
f. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
g. Kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek
sebenarnya
2.8 Kekurangan Metode Demonstrasi
Menurut Agus Suprijono (2009), kelemahan metode demonstrasi adalah :
1. Keterampilan

yang

memadai

diperlukan

untuk

melaksanakan

demonstrasi yang baik
2. Demonstrasi terbatas hanya untuk pengajaran tertentu
3. Memerlukan waktu yang banyak dan agak mahal
4. Memerlukan banyak persiapan awal
5. Dapat dipengaruhi oleh kondisi tertentu
6. Dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil sempurna
3. Konsep Lansia
3.1 Pengertian Lansia
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari
periode terdahulu yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang
penuh manfaat (Hurllock, 1999).
3.2 Batasan Lansia

22

Negara – negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur
lansia adalah 65 tahun dengan pertimbangan bahwa usia tersebut orang
aakan pensiun. Tapi akhir-akhir ini telah dicapai konsensus yang
ditetapkan oleh Badan Kesehatann Dunia (WHO) bahwa batasan umur
lansia adalah 60 tahun.
3.3 Perubahan Pada Lansia Pada Semua Sistem dan Implikasi Klinik
3.5.1 Perubahan pada Sistem Sensoris
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau
membentuk hubungan baru, berespon
menginterprestasikan

masukan

terhadap bahaya, dan

sensoris

dalam

aktivitas

kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan
persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi
karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki.
Indra

yang

pengecapan,

dimiliki
penciuman

seperti penglihatan,
dan

pendengaran,

perabaan merupakan kesatuan

integrasi dari persepsi sensori.
3.5.2 Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas
diatas tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah
dan permukaandorsalistangandankaki. Penipisan ini menyebabkan
vena- vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal pada
terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada
area tubuh yang terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan
dorsal dari tangan dan lengan bawah. Sedikit kolagen yang
terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan jaringan
elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur
kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan
penurunan aktivitas kelenjar eksokrin
Degenerasi

menyeluruh

jaringan

dan kelenjar sebasea.
penyambung,

disertai

23

penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit.
Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan
penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang
sebesar 2,5% perdekade.
3.5.3 Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,
gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya
usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi
karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D, dan
beberapa hormonlain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih
berongga, mikro- arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat
benturan ringan maupun spontan.
3.5.4 Perubahan pada Sistem Neurologis
Berat otak menurun 10–20%. Beratotak ≤ 350 gram pada saat
kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20
tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun.
Penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat
dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90
tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya
sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari
susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000
neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain
dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral
(berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara
berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul
membengkaknya batang dendrite dan batang sel. Secara progresif
terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat
deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk
disitoplasma, kemungkinanberasal dari lisosomatau mitokondria.

24

3.5.5 Perubahan pada Sistem Kardiovaskular
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik
struktural maupun fungisional. Penurunan yang terjadi berangsurangsur sering terjadi ditandai
aktivitas,

yang

denganpenurunan

mengakibatkan

penurunan

tingkat
kebutuhan

darahyangteroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada
orang tua yang sehat tidak ada perubahan, namun detak jantung
maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang. Pada
dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200
x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140160 x/menit.
3.5.6 Perubahan pada Sistem Pulmonal
Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan
dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan
sekitar 20% pada usia 60 tahun. Penurunan laju ekspirasi paksa
satu detik sebesar 0,2 liter/dekade.
3.5.7 Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar
gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi
glukosa ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan
penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%,
sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian
menunjukkan “apatheicthyrotoxicosis”.
3.5.8 Perubahan pada Sistem Renal
Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1
juta nefron dan memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan
nefron terjadi sebesar 5-7% setiap dekade, mulai usia 25 tahun.
Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron bertugas
sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler

akan

25

mempengaruhi

kerja

nefron

dan

akhirnya mempebgaruhi

fungsi pengaturan, ekskresi, dan matabolik
sistem renal.
3.5.9 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia
berkaitan dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi
perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi
pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan.
3.5.10 Perubahan pada Sistem Reproduksi
1)Pria
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
reproduksi pria akibat proses menua :
a. Testis

masih dapat memproduksi spermatozoa

meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b. Atrofi

asini

prostat otot

dengan area fokus

hiperplasia. Hiperplasia noduler benigna terdapat pada 75%
pria > 90 tahun.
2)Wanita
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
reproduksi wanita akibat proses menua:
a. Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini
adalah atrofi jaringan payudara dan genital.
b. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari
hal ini adalah penurunan massa tulang dengan risiko
osteoporosis

dan

fraktur,

peningkatan

kecepatan

aterosklerosis.
4 Senam Lansia
4.1 Pengertian Senam Lansia
Senam

adalah

suatu

bentuk

latihan

fisik

yang

teratur

yangmerupakan representasi dari ciri kehidupan. Senam merupakan

26

suatubentuk

latihan

fisik

yang

dikemas

secara

sistimatis

yang

tersusundalam suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan
kesegarantubuh.

Memberikan

pengaruh

baik

(positif

)

terhadap

kemampuanfisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar.
Hasilsurvey pembuatan norma kesegaran jasmani pada usia lanjut yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1992-1993menemukan
bahwa sekitar 90% usia lanjut memiliki tingkatkesegaran jasmani yang
rendah, terutama pada komponen daya tahankardio- respiratori dan
kekuatan otot. Hal tersebut dapat dicegahdengan melakukan latihan fisik
yang baik dan benar. Manfaat latihanfisik bagi kesehatan adalah sebagai
upaya promotif, preventif,kuratif, dan rehabilitatif. Manfaat tersebut
ditinjau secara fisiologis,psikologis dan sosial (Nugroho, 2008).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkanyang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agartetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
tetap

kuat,

memdorong

jantungbekerja

optimal

dan

membantu

menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Jadi senam
lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur danterarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
denganmaksud

meningkatkan

kemampuan

fungsional

raga

untuk

mencapai tujuan tersebut. Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara
Pemuda dan Olahraga (MENPORA) merupakan upaya peningkatan
kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah.
Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di
panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
4.2 Fisiologi Senam Lansia
Selama melakukan senam lansia terjadi kontraksi otot skletal
(rangka) yang akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut
Ronny (2009), respons mekanik pada saat otot berkontraksi dan
berelaksasi menyebabkan kerja katup vena menjadi optimal sehingga
darah yang balik ke ventrikel kanan menjadi meningkat. Aliran balik

27

jantung yang meningkat mempengaruhi peningkatan regangan pada
ventrikel kiri jantung sehingga curah jantung meningkat sampai mencapai
4-5 kali dibandingkan curah jantung saat istirahat (Latief, 2002).
Respons kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar PO2,
terakumulasinya asam laktat, adenosin dan K+ oleh metabolisme selama
otot aktif berkontraksi (Ronny, 2009). Akumulasi zat metabolik ini
menyebabkan pembuluh darah mengalami dilatasi yang akan menurunkan
tekanan arteri, namun berlangsung sementara karena adanya respon
arterial baroreseptor dengan meningkatkan denyut jantung dan isi
sekuncup sehingga tekanan darah meningkat (Latief, 2002).
Tekanan darah yang meningkat akan meningkatkan stimulus impuls
pada pusat baroresptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju
pusat pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron
sensorik yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan
NE (norepinephrin dan epinephrin), dan 31 saraf parasimpatis yang akan
melepaskan lebih banyak ACH yang mempengaruhi SA node yang akan
menurunkan tekanan darah (Guyton, 2001).
4.3 Manfaat Senam Lansia
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini
sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn)
dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam secara teratur
akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur
kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan,
cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan
meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak,
sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon
norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang,
adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti

28

senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa
bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap
peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan
imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran
dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat
yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu10istirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. Manfaat senam
lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast.
Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga
pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan
tulang.
Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek
otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls
saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka
muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarikmenarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching
akan menambah cairan sinovalsehingga persendian akan licin dan
mencegah cedera (Suroto, 2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usahausaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor
fisiologi dan metabolic yang di kalkulasi termasuk penambahan sel-sel
darah merah dan enzimfosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam
senyawa

organik),

bertambahnya

aliran

darah

sewaktu

latihan,

bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria
serta meningkatnya

enzim-enzim untukproses oksigenasi jaringan

(Kusmana, 2006).
Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi
beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah
kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan
olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu
kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,

29

menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental,
membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak,
memberikan kesegaran jasmani.
Manfaat senam lansia secara khusus :
1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
2. Mempermudah

untuk

menyesuaikan

kesehatan

jasmani

dalam

kehidupan (adaptasi)
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga