Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Pada Usaha Pembuatan Tempe Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
Keinginan setiap wanita untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan perbaikan
keadaan ekonomi dan keadilan sosial keluarga senantiasa tergambar dari upaya
yang selalu mereka lakukan, misalnya dengan bekerja disektor industri, pertanian
atau mencari nafkah untuk menambah penghasilan dan pendapatan keluarga.
Wanita pada umumnya sangat peka dan memiliki hubungan yang erat dengan
keadaan dan permasalahan yang terjadi dalam keluarga, mereka juga tidak akan
segan-segan untuk memasuki dunia pekerjaan yang beresiko tinggi apabila
keadaan keluarga mereka yang mengharuskan untuk berbuat demikian.
(Ihromi, 1995).
Secara fisiologis, wanita berbeda dengan pria, karena adanya kodrat wanita,
wanita cenderung ditempatkan disekitar lingkungan rumah tangga dan
diperuntukkan untuk mengurus anak sehingga membuat wanita kurang
berkembang sebagai manusia. Mereka menjadi kerdil seumur hidupnya atau dunia
yang serba terbatas. Sementara pria yang berkecimpung diluar rumah dapat
mengembangkan dirinya secara optimal. Secara keseluruhan peran yang diberikan
kepada kaum pria dapat dikatakan lebih menyenangkan karena lebih memberikan
kemungkinan untuk mengembangkan dirinya. Peranan bagi wanita jelas tidak

adil, tetapi banyak wanita menganggap bahwa peran yang diberikan kepada
mereka sebagai suatu yang mulia dan harus dijunjung tinggi. Hal ini juga sering
terjadi pada wanita desa yang boleh dikatakan tidak memiliki kesempatan

6
Universitas Sumatera Utara

7

berkembang seperti teman-teman mereka yang lain. Mereka masih termasuk
golongan yang tidak terjangkau, tertinggal, dan dianggap hanya untuk mengurus
kebutuhan dapur dan kurang diperhatikan. (Budiman, 1982).
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti
Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus,
sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini
secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”. (Sutikno, 2009).
Selanjutnya disebutkan bahwa warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia
jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga
disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut.

Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti
menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur
yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu
merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
(Pangastuti dan Pupus, 1996).
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada
tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan
terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai
efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh
dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan

Universitas Sumatera Utara

8

anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Tempe dari biji kedelai dibuat
dengan cara fermentasi biji kedelai oleh kapang (jamur) dan jamur yang sering
dipakai adalah Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus karena jamur tersebut

mempunyai enzim proteolitik yang mampu menguraikan protein (biji kedelai).
(Anonimous, 2009).
Adapun proses atau cara pembuatan tempe yaitu sebagai berikut :
1. Penyortiran
Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut perlu disortir agar nantinya
diperoleh produk tempe kualitas baik. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada
tampah kemudian direndam.
2. Pencucian I
Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, lebih baik lagi pada air
yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun
tercampur di antara biji-biji tersebut dapat hilang.
3. Perebusan I
Perebusan pertama ini hanya berlangsung sekitar 30 menit. Kemudian biji kedelai
dimasukkan ke dalam panci, lalu direbus di atas tungku sampai biji kedelai
tersebut mendekati setengah matang. Tujuannya adalah agar biji kedelai
mengembang.
4. Perendaman
Setelah perebusan dirasakan cukup, kedelai rebusan tersebut dibiarkan terendam
semalam hingga menghasilkan kondisi asam. Tujuannya, di samping melunakkan
kedelai juga untuk mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi.


Universitas Sumatera Utara

9

5. Pengupasan Kulit
Keesokan harinya dilakukan pengupasan kulit ari, dengan cara kedelai diremasremas dalam air kemudian dikuliti dan jadilah keping-keping kedelai.
6. Pencucian II
Sekali lagi keping kedelai dicuci, caranya mirip seperti mencuci beras yang
hendak ditanak.
7. Perebusan II
Perebusan tahap kedua ini dilakukan seperti menanak nasi, sampai keping kedelai
menjadi matang. Tujuannya adalah untuk membunuh bakteri yang kemungkinan
tumbuh selama dalam perendaman.
8. Penirisan dan Pendinginan
Kedelai diambil dari dandang, lalu diletakkan diatas tampah dan diratakan tipistipis. Biarkanlah dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya
menetes habis.
9. Peragian
Laru atau ragi diusap-usapkan atau dicampur dan diaduk bersama kedelai hingga
merata benar. Setelah itu, diangin-anginkan sebentar agar kering.

10. Pembungkusan
Kedelai yang sudah bercampur merata dengan larutan ragi kemudian dibungkus.
Ada yang membungkus dengan daun pisang ataupun dengan kemasan plastik.

Universitas Sumatera Utara

10

11. Pemeraman
Bila pembungkusnya daun pisang, maka pemeraman dilakukan di dalam tampah
yang ditutup dengan karung goni. Namun, bila pembungkusnya kemasan plastik,
maka pemeraman diletakkan pada rak-rak triplek dan digantung dengan kayu
yang dipaku. Setelah diperam semalam, biasanya kita lakukan penusukan dengan
lidi pada plastik pembungkus. Bertujuan agar udara segar dapat masuk dalam
bahan tempe. Setelah itu diperam satu malam lagi, dan esok pagi jadilah tempe
yang siap dikonsumsi ataupun dijual ke konsumen (Santoso, 1993).
2.2 Landasan Teori
Kontribusi pendapatan merupakan sumbangan nilai hasil yang diterima sebagai
imbalan dari anggota rumah tangga yang bekerja (Sukiyono dan Sriyoto, 1997).
Kontribusi tenaga kerja wanita diperhitungkan berdasarkan perbandingan antara

pendapatan rumah tangga dari kerja diluar pertanian dengan pendapatan total
rumah tangga. Besarnya pendapatan total rumah tangga ditentukan oleh
pendapatan dari sektor pertanian, pendapatan diluar sektor pertanian, serta
pendapatan bukan termasuk upah (Sukiyono dan Sriyoto, 1997).
Sumbangan pendapatan dari kerja rumahan tidak boleh diremehkan, mengingat
ada yang rata-rata 45 % pendapatan rumah tangga berasal dari upah kerja
perempuan buruh rumahan. Pendapatan tertinggi sebagai pekerja perempuan
mencapai 90 % pendapatan rumah tangga (Ihromi, 1995).
2.2.1

Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah penjumlahan seluruh pemasukan keluarga yaitu
pendapatan suami dan pendapatan istri. Pendapatan keluarga dirumuskan sebagai
berikut (dalam Hernanto, 1984) :

Universitas Sumatera Utara

11


Pdk = Pdwanita + Pdsuami

Diketahui :
Pdk

= Pendapatan keluarga (Rp/th)

Pdsuami

= Pendapatan suami (Rp/th)

Pdwanita

= Pendapatan wanita/istri (Rp/th)

2.3 Penelitian Terdahulu
Ririn Marissa (2013) dimana penelitian berjudul “Peranan Tenaga Kerja Wanita
Dalam Industri Sapu Ijuk dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga,
Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang”.
Dalam penelitian ini didapat kesimpulan bahwa pendapatan tenaga kerja wanita

(istri) per bulan adalah sekitar Rp.725.733 dan Rp. 8.708.800 per tahun sedangkan
pendapatan suami per bulan sekitar Rp. 1.219.433 dan Rp. 14.633.200 per tahun.
Persentase kontribusi tenaga kerja wanita terhadap total pendapatan keluarga
adalah ≤ 50 % yaitu sebesar 37,30 % itu berarti kontribusi tenaga kerja wanita
terhadap total pendapatan keluarga masih kecil namun sudah sangat
mempengaruhi pendapatan keluarga.
Herti Nelly Sitorus (2008) dalam penelitian berjudul “Peranan Wanita Dalam
Usahatani Padi Sawah dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga, Desa
Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir”. Dalam
penelitian ini diketahui bahwa kontribusi pendapatan wanita sekitar 91,24%,
sedangkan kontribusi pendapatan pria 8,75%, hal ini menunjukkan bahwa wanita
memberikan kontribusi pendapatan yang sangat tinggi.

Universitas Sumatera Utara

12

2.4 Kerangka Pemikiran
Pada hakekatnya wanita yang terlibat dalam pekerjaan perlu adanya peranan
sumber daya manusia dalam segi berbagai pekerjaan. Begitu juga dalam rumah

tangga pertanian yang terdiri dari suami dan istri yang sama-sama mencari nafkah
dan berkontribusi dalam menambah pendapatan keluarga. Dalam hal ini perlu
adanya perhatian dari pemerintah karena pada umumnya mereka memiliki
pendapatan yang cukup rendah. Pendapatan wanita sebagai seorang istri berasal
dari hasil industri. Suami yang bekerja sebagai buruh memakan waktu cukup lama
dalam mendapatkan hasil dan pendapatan. Oleh sebab itu diperlukan keterlibatan
seorang wanita yang bekerja pada suatu industri usaha yang mana dapat
membantu pendapatan keluarga yang turut andil dalam menanggulangi kebutuhan
keluarga.
Adapun kegiatan pekerjaan yang ditekuni istri dalam usaha pembuatan tempe
untuk menambah pendapatan keluarga adalah kegiatan membungkus tempe
dengan kemasan plastik dan melakukan pemeraman. Tempe yang dibungkus
dengan bungkus plastik disusun pada tampah atau digantung kayu yang dipaku
maupun diatas kajang-kajang triplek yang diletakkan pada rak-rak. Pemeraman
dilakukan selama 2 hari 2 malam lalu menjadi tempe yang siap dikonsumsi atau
dijual.
Pada tahapan pekerjaan wanita pada usaha tempe, juga adanya motivasi wanita
yang bekerja pada usaha pembuatan tempe. Adanya keinginan wanita itu sendiri
dalam memperoleh pendapatan, membantu suami agar menambah pendapatan
keluarga, mengisi waktu luang atau lokasinya dekat rumah dengan usaha

pembuatan tempe.

Universitas Sumatera Utara

13

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keterlibatan tenaga kerja wanita pada
usaha pembuatan tempe dan kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan
keluarga serta motivasi wanita bekerja pada usaha pembuatan tempe.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran seperti berikut
ini :

Universitas Sumatera Utara

14

Industri Tempe

Tenaga Kerja Wanita


Keterlibatan Wanita :
-

Motivasi Wanita

Pembungkusan
Pemeraman

Pendapatan Suami

Pendapatan Wanita/Istri

Pendapatan Keluarga

Keterangan :
: Menyatakan hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

15

2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1. Kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga besar.

Universitas Sumatera Utara