Analisis Pemasaran Tahu Dan Tempe Di KotaMadya Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)

(1)

ANALISIS PEMASARAN TAHU DAN TEMPE

DI KOTAMADYA MEDAN

(Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)

SKRIPSI

Oleh :

JUNI DEWI E. SIMBOLON 040304044

SEP – AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS PEMASARAN TAHU DAN TEMPE DI KOTAMADYA MEDAN

Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)

SKRIPSI

Oleh :

JUNI DEWI E. SIMBOLON 040304044

SEP – AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, MS) (Dr.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si)


(3)

RINGKASAN

Juni Dewi Electrica Simbolon (040304044) dengan judul Analisis Pemasaran Tahu Dan Tempe Di KotaMadya Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang) Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April 2008 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Asmi Tiurland

Hutajulu, MS dan Bapak Dr.Ir Rahmanta Ginting, M.Si.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, mengolah dan menganalasis data tentang:

1. Saluran pemasaran tahu dan tempe

2. Fungsi-fungsi pemasara yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran

3. Besar biaya pemasaran, sebaran harga (Price Spread), margin pemasaran dan share margin

4. Efisiensi sistem pemasaran

5. Masalah yang dihadapi oleh produsen dalam memasarkan tahu dan tempe 6. Upaya –upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut.

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah sensus, dimana semua populasi di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel, jumlah keseluruhan sampel adalah 8 industri. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh :

1. Saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian terdapat 3 saluran.

Saluran I adalah Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen. Saluran II adalah Produsen Pedagang Besar

Konsumen. Saluran III adalah Produsen Pedagang Pengecer Konsumen.

2. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran dalam memasarkan tahu dan tempe. Fungsi pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh produsen tahu dan tempe ada 7 yaitu: Pembelian, penjualan, packing, penyimpanan, pembiayaan, pengolahan, rist taking.

3. Biaya pemasaran, Price Spread dan Share Margin produsen lebih tinggi daripada lembaga pemasaan tahu dan tempe.

4. Efisiensi pemasaran saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian memiliki tingkat efisiensi yan berbeds-beda. Tingkat Ep yang paling rendah yaitu pada saluran pemasaran III dan yang tertinggi pada saluran pemasaran I. 5. Masalah yang dihadapi oleh produsen tahu dan tempe adalah kelangkaan kedelai dan mahalnya harga kedelai mengakibatkan banyaknya industri-industri rumah tangga tahu dan tempe yang tutup. Sehingga mereka menjadi pengangguran yang mengakibatkan daftar pengangguran di Kota Medan bertambah.


(4)

6. Upaya-upaya yang dilakukan industri pengolahan kedelai dalam mengatasi kenaikan harga kedelai adalah :

a. Pada produsen tahu melakukan upaya adalah menaikkan harag tahu, mengurangi penggunaan jumlah bahan baku kedelai, mengurangi penggunaan tenaga kerja dan menaikkan harga tahu.

b. Pada produsen tempe upaya yang dilakukan adalah memperkecil ukuran tempe, mengurangi penggunaan bahan baku kedelai, mengurangi penggunaan tenaga kerja dan menaikkan harga tempe.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Juni Dewi Electrica Simbolon dilahirkan di Medan, pada tanggal 24 Juni

1986, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari keluarga ayahanda tercinta Ir. S. M.P. Simbolon, IP.MBA dan ibunda tercinta T. Napitupulu SPd.

Jenjang Pendidikan yang Ditempuh Penulis :

1. Tahun 1991 masuk SD Budi Murni-6 Medan Jln. Pelita 4 Medan 2. Tahun 1998 masuk SLTP Budi Murni-1 1 Medan Jln. Timor

3. Tahun 2001 masuk SMUBudi Murni-3 Medan Jln. Medan Ested Medan 4. Tahun 2004 masuk Fakultas Pertanian USU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

5. Tahun 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

6. Tahun 2008 melakukan penelitian skripsi di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) USU.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Tulisan ini merupakan hasil penelitian tarhadap industri pengolahan kedelai yaitu industri tahu, industri tempe, dan industri kecap di kota Medan, yang merupakan salah satu syarat agar dapat meraih gelar saajana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati ingin

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: ibu

Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing, dan bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Seluruh

dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah membimbing serta membekali penulis untuk terjun ke masyarakat. Seluruh staff Departemen Sosial Ekonomi Pertanian yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis. Secara istimewa penulis menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada ayahanda tercinta Ir. Saut M.P. Simbolon, IP.MBA dan ibunda Tiroin Napitupulu yang telah membimbing, membesarkan dan mendoakan saya serta dan kakak, abang dan adik saya tercinta (Donda, Frans dan Risky). Kepada teman-teman SEP angkatan 2004 teristimewa GenK CaFe DuTT (Emma Frisiola, Erna Kristina, Rabiatul Khariah, Emma Pinem, Raden Ira, Anita dan Maruwandi) yang telah mendorong dan mendukung saya lewat doa-doa dan motivasi mereka.


(7)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat.

Medan, November 2008 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 19

Kerangka Pemikiran ... 24

Hipotesis Penelitian ... 27

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 28

Metode Pengambilan Sampel ... 28

Metode Pengumpulan Data ... 29

Metode Analisis Data ... 29

Defenisi dan Batasan Operasional ... 31

Defenisi ... 31

Batasan Operasional ... 32

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL PRODUSEN TAHU DAN TEMPE Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Letak Geografis Kelurahan Tanjung Sari ... 33


(9)

Keadaan Penduduk ... 33

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 34

Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 35

Sarana dan Prasarana ... 36

Karakteristik Sampel Produsen Tahu dan Kedelai ... 37

Karakteristik Pedagang Sampel Tahu dan Tempe ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Pemasaran Tahu di Kecamatan Medan Selayang ... 41

Saluran Pemasaran Tempe di Kecamatan Medan Selayang ... 43

Fungsi-Fungsi Pemasaran ... 46

Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tahu pada Pola Saluran 1, 2 dan 3 ... 48

Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tahu pada Pola Saluran Pemasaran 1, 2 dan 3 ... 49

Rekapitulasi Share Margin Produsen Tahu, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Saluran Pemasaran 1, 2 dan 3 ... 50

Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tempe pada Pola Saluran 1, 2 dan 3 ... 51

Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tahu pada Pola Saluran Pemasaran 1, 2 dan 3 ... 52

Rekapitulasi Share Margin Produsen Tahu, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Saluran Pemasaran 1, 2 dan 3 ... 53

Efisiensi Pemasaran Tahu dan Tempe ... 55

Masalah yang Dihadapi Oleh Pengusaha Tahu dan Tempe ... 56

Upaya-upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 59


(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal 1 Jumlah Usaha Pembuatan Tahu dan Tempe

di Koata Medan, 2007 ... 3 2 Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Pada Usaha Tahu

dan Tempe di Kecamatan Medan Selayang, 2007 ... 4 3 Komposisi Zat Gizi adalam 100 gram Tahu, 2007 ... 8 4 Komposisi Zat Gizi adalam 100 gram Tempe, 2007 ... 14 5. Jumlah Sampel Saluran Pemasaran Tahu dan Tempe

di Daerah Penelitian, 2008 ... 28 7. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 29 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kelurahan Tanjung Sari, 2007 ... 34 9. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Formal di Kelurahan Tanjung Sari, 2007 ... 35 10. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis mata Pencaharian

di Kelurahan Tanjung Sari, 2007 ... 35 11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tanjung Sari, 2007 ... 36 12. Karakteristik Pemilik Usaha Pengolahan Tahu dan Tempe

di Kecamatan Medan Selayang, 2008 ... 38 13. Karakterisrik Lembaga Pemasaran Tahu dan Tempe

Di Kecamatan Medan Selayang, 2008 ... 39 14. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Produsen

Dan Lembaga Pemasaran Tahu dan Tempe, 2008 ... 46 15. Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran


(12)

16. Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit, Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tahu pada

Pola Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 49 17. Rekapitulasi Share Margin Produsen Tahu, Pedagang Besar,

Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Pola

Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 50 18. Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran

Tempe pada Pola Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 51 19. Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga Beli, Biaya Pemasaran,

Profit, Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tempe pada

Pola Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 52 20. Rekapitulasi Share Margin Produsen Tempe, Pedagang Besar,

Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Pola

Saluran 1, 2 dan 3, 2008 ... 53 21. Nilai Efisiensi Pemasaran Tahu dan tempe pada


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Pengusaha Pabrik Tahu dan Tempe Di Kecamatan Medan Selayang

2. Karakteristik Pedagang Besar Tahu dan Tempe Di Kecamatan Medan Selayang

3. Karakteristik Pedagang Pengecer Tahu dan Tempe Di Kecamatan Medan Selayang

4. Pemasaran Tahu Pada Pola Saluran I, II dan III 5. Pemasaran Tempe Pada Pola Saluran I, II dan III 6a. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Besar Tahu/bulan 6b. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Besar Tempe/bulan 7a. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer Tahu/bulan 7b. Analisis Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer Tempe/bulan 8a. Efisiensi Pemasaran Tahu Pada Saluran I, II dan III

8b. Efisiensi Pemasaran Tempe Pada Saluran I, II dan III 9a. Fungsi Pemasaran Yang Dilalui Produsen Tahu 9b. Fungsi Pemasaran Yang Dilalui Produsen Tempe 9c. Fungsi Pemasaran Yang Dilalui Pedagang Besar Tahu 9d. Fungsi Pemasaran Yang Dilalui Pedagang Besar Tempe 10a. Fungsi Pemasaran Yang Dilalui Pedagang Pengecer Tahu 10b. Fungsi Pemasaran Yang Dilalui Pedagang Pengecer Tempe


(14)

RINGKASAN

Juni Dewi Electrica Simbolon (040304044) dengan judul Analisis Pemasaran Tahu Dan Tempe Di KotaMadya Medan (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang) Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April 2008 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Asmi Tiurland

Hutajulu, MS dan Bapak Dr.Ir Rahmanta Ginting, M.Si.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, mengolah dan menganalasis data tentang:

1. Saluran pemasaran tahu dan tempe

2. Fungsi-fungsi pemasara yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran

3. Besar biaya pemasaran, sebaran harga (Price Spread), margin pemasaran dan share margin

4. Efisiensi sistem pemasaran

5. Masalah yang dihadapi oleh produsen dalam memasarkan tahu dan tempe 6. Upaya –upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut.

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah sensus, dimana semua populasi di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel, jumlah keseluruhan sampel adalah 8 industri. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh :

1. Saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian terdapat 3 saluran.

Saluran I adalah Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen. Saluran II adalah Produsen Pedagang Besar

Konsumen. Saluran III adalah Produsen Pedagang Pengecer Konsumen.

2. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran dalam memasarkan tahu dan tempe. Fungsi pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh produsen tahu dan tempe ada 7 yaitu: Pembelian, penjualan, packing, penyimpanan, pembiayaan, pengolahan, rist taking.

3. Biaya pemasaran, Price Spread dan Share Margin produsen lebih tinggi daripada lembaga pemasaan tahu dan tempe.

4. Efisiensi pemasaran saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian memiliki tingkat efisiensi yan berbeds-beda. Tingkat Ep yang paling rendah yaitu pada saluran pemasaran III dan yang tertinggi pada saluran pemasaran I. 5. Masalah yang dihadapi oleh produsen tahu dan tempe adalah kelangkaan kedelai dan mahalnya harga kedelai mengakibatkan banyaknya industri-industri rumah tangga tahu dan tempe yang tutup. Sehingga mereka menjadi pengangguran yang mengakibatkan daftar pengangguran di Kota Medan bertambah.


(15)

6. Upaya-upaya yang dilakukan industri pengolahan kedelai dalam mengatasi kenaikan harga kedelai adalah :

a. Pada produsen tahu melakukan upaya adalah menaikkan harag tahu, mengurangi penggunaan jumlah bahan baku kedelai, mengurangi penggunaan tenaga kerja dan menaikkan harga tahu.

b. Pada produsen tempe upaya yang dilakukan adalah memperkecil ukuran tempe, mengurangi penggunaan bahan baku kedelai, mengurangi penggunaan tenaga kerja dan menaikkan harga tempe.


(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kedelai di Indonesia mulai ada pada zaman Rumphius (abad ke-17). Pada waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Sampai saat ini di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, misalnya di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi Utara), Sulawesi Tenggara dan Lampung serta Selatan dan Bali (AAK, 1989).

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39-41% yang diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan, misalnya yang sangat terkenal adalah tempe, tahu, kecap, tauco dan tauge. Bahkan diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botolan. Selain itu kedelai berperan penting dalam beberapa kegiatan industri dan peternakan (Santoso, 1993).

Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia ini, tidaklah dapat dihindarkan. Karena Indonesia beranjak dari negara agraris menuju negara Industri yang maju, maka peranan sektor pertanian masih tetap mewarnai kemajuan di sektor industri, karena itulah diperlukan suatu kondisi struktur ekonomi yang seimbang antara bidang industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh (Soekartawi,1999).

Peranan industri kecil terhadap roda perekonomian suatu negara sangat besar. Amerika Serikat misalnya, dari 5,5 juta usaha yang telah berjalan mantap, 95% diantaranya berupa usaha kecil. Kondisi serupa yang ditemukan di


(17)

negara-negara maju lain, misalnya Jepang. Di Indonesia, 99% dari total unit usaha yang mandiri (sekitar 35 juta) juga berupa unit usaha kecil. Sayangnya kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) baru 14% saja. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi para pengusaha kecil untuk lebih meningkatkan usahanya (Sarwono dan Saragih, 2001).

Salah satu usaha kecil yang potensial dikembangkan adalah industri pembuatan tahu dan tempe. Kalau usaha itu dijalankan serius pasti akan menguntungkan karena konsumen tahu dan tempe sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu dan tempe tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk tahu dan tempe di pasar swalayan. Selain itu, tahu dan tempe termasuk lauk yang bergizi tinggi dan rendah kolesterol (Sarwono dan Saragih, 2001).

Pemasaran adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan usaha memasarkan produk, termasuk juga jalur pemasaran/ tata niaganya. Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha tahu dan tempe, pasar merupakan tempat melempar hasil produksinya (Soekartawi, 1993).

Sebelum sampai di tangan konsumen, tahu dan tempe hampir selalu melalui perantara. Jalan yang dilalui oleh produk dari produsen dengan atau tanpa perantara hingga sampai kepada konsumen dikenal dengan istilah jalur pemasaran atau jalur tata niaga. Tahu dan tempe dijual dengan jalur pemasaran yang sederhana, yaitu mulai dari pedagang pengecer sampai kepada konsumen akhir (Rahardi, 1994).


(18)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terhadap pemasaran tahu dan tempe.

Adapun jumlah usaha pembuatan tahu dan tempe di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Usaha Pembuatan Tahu dan Tempe di Kota Medan

NO. KECAMATAN PENGUSAHA JUMLAH

TAHU TEMPE

TAHU &

TEMPE (UNIT)

1 Medan Barat 5 - - 5

2 Medan Timur - 1 - 1

3 Medan Deli 3 1 - 4

4 Medan Tuntungan 1 - - 1

5 Medan Labuhan - - 1 1

6 Medan Polonia 1 - - 1

7 Medan Selayang 2 5 1 8

8 Medan Perjuangan 2 - - 2

9 Medan Helvetia 1 - 1 2

10 Medan Sunggal 1 - - 1

11 Medan Tembung - - 1 1

12 Medan Petisah - 1 - 1

13 Medan Baru 1 - - 1

JUMLAH 17 8 4 29

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan Tahun 2007

Dari Tabel 1 terlihat bahwa kota Medan memiliki 29 usaha tahu dan tempe yang terdiri dari 17 unit usaha tahu, 8 unit usaha tempe dan 4 unit usaha tahu dan tempe, yang tersebar di 13 Kecamatan. Untuk menjadi sasaran penelitian adalah Kecamatan Medan Selayang karena di daerah tersebut terdapat usaha pembuatan tahu dan tempe yang paling banyak yaitu 2 usaha tahu, 5 usaha tempe dan 1 usaha tahu dan tempe.

Banyaknya tenaga kerja pada setiap usaha tidak sama, ini tergantung pada jumlah produksi dan kemampuan para pengusaha. Jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi pada usaha tahu dan tempe dapat dilihat pada Tabel 2.


(19)

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Pada Usaha Tahu dan Tempe di Kecamatan Medan Selayang.

NO. KEC. JUMLAH/ UNIT

KAPASITAS

PROD / HARI

JUMLAH

T.K.

TAHU TEMPE

TAHU &

TEMPE TAHU TEMPE

TAHU &

TEMPE TAHU TEMPE

TAHU & TEMPE

1

Medan

Barat 5 - - 1. 100.000 ptng 4

2. 150.000 ptng 6

3. 100.000 ptng - 5

4. 150.000 ptng - 7 - -

5. 100.000 ptng 4

2

Medan

Timur - 1 - - 1.000 bngks - - 4 -

3

Medan

Deli 3 1 - 1. 100.000 ptng 800 bngks - 4 4

2. 150.000 ptng - - 5 - -

3. 100.000 ptng 5

4

Medan

Tuntungan 1 - - 150.000 ptng - - 5 - -

5

Medan

Labuhan - - 1 - - Th 100.000 ptng - - 4

Tmp 800 bngks

6

Medan

Polonia 1 - - 100.000 ptng - - 5 - -

7

Medan

Selayang 3 4 1 1. 146.960 ptng 1. 1.500 bngks Th 13.325 ptng 10 4 4

2. 194.000 ptng 2. 400 bngks Tmp 2.500 bngks 12 4

3. 86.650 ptng 3. 350 bngks 10 4

4. 300 bngks 4

8

Medan

Perjuangan 2 - - 1. 80.000 ptng - - 4 - -

2. 150.000 ptng 10

9

Medan

Helvetia 1 - 1 100.000 ptng - Th 100.000 ptng 5 - 10

Tmp 500 bngks

10

Medan

Sunggal 1 - - 100.000 ptng - - 5 - -

11

Medan

Tembung - - 1 - - 80.000 ptng - - 4

12

Medan

Petisah - 1 - - 1.000 bngks - - 5 -

13

Medan

Baru 1 - - 194.000 ptng - - 7 - -

JUMLAH 18 7 4


(20)

Dari Tabel 2, di atas dapat dilihat bahwa pada kecamatan Medan Selayang paling banyak mengusahakan tahu dan tempe. Dimana jumlah produksi ynag dihasilkan oleh pengusaha tahu dan tempe di kecamatan Medan Selayang lebih besar di bandingkan dengan kecamatan yang lain. Jumlah tenaga kerja terkecil yaitu 4 orang dan terbanyak yaitu 12 orang. Jumlah produksi terkecil untuk tahu yaitu sebesar 80.000 potong/ hari dan untuk tempe sebesar 300 bungkus/ hari. Jumlah produksi terbesar untuk tahu yaitu sebesar 194.000 potong/ hari, dan untuk tempe sebesar 2.500 bungkus/ hari.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian ?

2. Bagaimana fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran ?

3. Berapa besar biaya pemasaran, sebaran harga (Price spread), margin pemasaran dan share margin di daerah penelitian ?

4. Apakah sistem pemasaran sudah efisien di daerah penelitian ?

5. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh produsen tahu dan tempe dalam memasarkan tahu dan tempe?


(21)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian. 2. Mengetahui fungsi-fungsi pemasaran di daerah penelitian.

3. Mengetahui besar biaya pemasaran, sebaran harga (price spread), margin pemasaran dan share margin di daerah penelitian.

4. Mengetahui efisiensi pemasaran di daerah penelitian.

5. Mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh produsena tahu dan tempe dalam memasarkan tahu dan tempe di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pembuat Kebijakan, terutama dalam bidang industri pembuatan tahu dan tempe.

2. Sebagai bahan informasi dan bahan refrensi bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha tahu dan tempe dalam mengelola dan mengembangkan usahanya.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka I. TAHU

Tahu pertama kali dibuat oleh masyarakat Thionghoa di daratan Cina. Tahu sudah mulai dikenal masyarakat Thionghoa sejak 2200 tahun yang lalu, tepatnya sejak Dinasti Han memegang kekuasaan. Kata ”tahu” sendiri sesungguhnya berasal dari bahasa Cina, yakni : ”tao-hu” atau ”teu-hu”. Suku kata “tao“ atau “teu“ berarti kacang kedelai, sedangkan “hu” berarti hancur menjadi bubur. Dengan demikian secara harafiah, tahu adalah makanan yang bahan bakunya kedelai yang dihancurkan menjadi bubur (Santoso, 1993).

Karena itu, hingga kini tahu selalu identik dengan masyarakat Thionghoa. Di cina, tahu sudah merakyat dan menjadi makanan yang sangat populer. Pembuatan tahu di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang dan imigran Cina yang datang dan menetap di Indonesia. Sebelum populer di Asia Tenggara, tahu terlebih dahulu menyebar ke Jepang dan dikenal dengan nama ”tofu” (Agromedia, 2007).

Pembuatan tahu dan tempe membutuhkan bahan baku kedelai. Dalam hal ini, Indonesia merupakan penghasil kedelai yang cukup besar, bahkan terbesar di ASEAN. Meskipun begitu Indonesia masih memerlukan impor kedelai. Diperkirakan separuh lebih produksi kedelai dan kedelai impor diolah menjadi tahu dan tempe (Santoso,1993).

Pemakaian kedelai impor untuk pembuatan tahu dan tempe ini selain mutunya yang bagus, juga persediaannya selalu ada di pasaran. Hal ini berbeda


(23)

dengan kedelai lokal yang persediaannya hanya musiman, sehingga menyulitkan para pembuat tahu dan tempe (Agromedia, 2007).

Tahu seringkali disebut daging tidak bertulang karena kandungan gizinya, terutama mutu protein, setara dengan daging hewan. Tahu dapat dimanfaatkan menjadi aneka ragam masakan, mulai dari sekedar digoreng begitu saja sampai dengan dijadikan masakan istimewa bagi kaum elit seperti : tahu burger, lapis tahu gulung, cake pisang tahu dan sebagainya (Santoso, 1993).

Komposisi zat gizi tahu dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tahu

NO. ZAT GIZI JUMLAH

TAHU

1 Energi 63 kalori

2 Air 86,7 gram

3 Protein 7,9 gram

4 Lemak 4,1 gram

5 Karbohidrat 0,4 gram

6 Serat 0,1 gram

7 Abu 0,9 gram

8 Kalsium 150,0 mg

9 Besi 2,2 mg

10 Vitamin B1 0,04 mg

11 Vitamin B2 0,02 mg

12 Niacin 0,4 mg

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI Tahun 1993

Kadang-kadang ada beberapa perajin tahu yang menggunakan bahan pengawet berbahaya untuk mengawetkan tahu buatannya. Salah satu jenis pengawet yang sering digunakan adalah Formalin. Formalin merupakan merek dagang dari formaldehid yang sudah dilarutkan dalam air. Biasanya, kadar formaldehid adalah 30-40%. Sebenarnya, Formalin lebih banyak digunakan untuk mengawetkan mayat manusia dan untuk industri penyamakan kulit dan offset binatang.


(24)

Jika dikonsumsi, Formalin bisa menyebabkan iritasi pada lambung dan usus, alergi, diare, serta mual. Konsumsi makanan yang mengandung Formalin dalam jumlah banyak juga bisa memicu timbulnya beberapa jenis kanker karena Formalin bersifat karsinogenik. Karena itu, kita harus cermat dalam memilih tahu yang bebas pengawet. Tahu yang tidak berformalin jika ditekan akan hancur dan rasanya agak asam (Agromedia, 2007).

Sebelum usaha tahu dan tempe didirikan, aspek pengetahuan dan keterampilan teknologi tahu dan tempe harus dikuasai dulu. Langkah berikutnya membuat perencanaan yang meliputi perencanaan pemasaran, penentuan dan pemilihan lokasi usaha, perencanaan tata letak, sarana pengolahan, dan penanganan limbahnya. Usaha yang direncanakan itu nantinya harus dianalisis dan kemudian besarnya keuntungan yang akan diperoleh dihitung dengan cermat (Suprapti, 2005).


(25)

Adapun langkah-langkah pembuatan tahu adalah sebagai berikut :

1. Penyortiran

Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut perlu disortir agar nantinya memperoleh produk tahu kualitas baik. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian ditampi.

2. Pencucian

Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, lebih baik lagi pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun tercampur di antara biji dapat hilang.

3. Perendaman

Setelah dicuci bersih, kedelai direndam dalam bak air selama sekitar 6-12 jam. Dengan perndaman ini, kedelai akan menyerap air sehingga lebih lunak dan kulitnya mudah dikupas.

4. Pengupasan Kulit

Pengupasan kulit ini dilakukan dengan cara : kedelai diremas-remas dalam air, kemudian dikuliti dan terjadilah keping-keping kedelai.

5. Penggilingan

Keping-keping kedelai ditambah dengan air panas, lalu dimasukkan ke dalam alat penggiling. Untuk satu bagian kedelai ditambah dengan delapan bagian air panas. Keping-keping kedelai yang direndam dalam air panas dimasukkan ke dalam alat penggiling sedikit demi sedikit. Alat penggiling diputar, sehingga keping-keping kedelai tergiling sampai halus dan akhirnya menjadi bubur putih. Bubur ini mengalir keluar melalui mulut alat penggiling, kemudian ditampung dalam panci.


(26)

6. Pendidihan

Bubur kedelai dimasukan ke dalam wajan lalu dipanaskan di atas tungku. Namun mengingat bubur kedelai itu masih kental, harus ditambah dengan air panas (satu bagian bubur kedelai ditambah dengan satu bagian air panas). Besarnya api selama pendidihan harus dijaga tetap stabil. Selama pendidihan ini akan mengeluarkan busa, maka agar busa tidak tumpah, bubur diaduk-aduk. Lama pendidihan ini berlangsung sekitar 15-30 menit.

7. Penyaringan

Bubur kedelai diletakkan di atas kain screen atau kain saringan tahu, yang berada di dalam panci. Kemudian disaring dan diperas sehingga menghasilkan sari kedelai. Penyaringan ini dapat dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh sari kedelai secara optimal. Sari kedelai inilah yang nantinya akan menjadi tahu.

8. Penggumpalan

Sari kedelai yang masih hangat dan berwarna kekuning-kuningan itu ditambah dengan choko atau asam cuka dan batu tahu lalu diaduk-aduk. Ukuran 1 kg kedelai dicampur dengan 60 gram batu tahu. Dengan penambahan batu tahu tersebut akan terjadi penggumpalan atau timbul jonjot-jonjot putih.

9. Pencetakan

Gumpalan protein dimasukkan ke dalam cetakan yang bagian atasnya dihamparkan kain saringan tahu. Jika cetakan telah berisi penuh, maka kain saringan tahu dilipat ke bagian atasnya. Setelah keras maka tahu dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan konsumen (Santoso, 1993).


(27)

Kedelai Penyortiran

Pencucian

Perendaman

Pengupasan Kulit

Penggilingan

Pendidihan

Penyaringan

Penggumpalan

Pencetakan

Perebusan

TAHU

Secara Skematis proses pembuatan tahu dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

= Bahan baku = Proses

= Hasil olahan sementara/ bahan pembantu = Produk

(Santoso, 1993)

Bubur Kedelai

Sari Kedelai


(28)

II. TEMPE

Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang yang berupa padatan dan berbau khas serta berwarna putih keabu-abuan. Seiring perkembangan pengetahuan dan kemajuan teknologi, maka kini tempe tidak hanya dibuat dari kedelai, tetapi juga dari bahan-bahan lain seperti : kecipir maka dikenal tempe kecipir, kemudian lamtoro (tempe lamtoro), kara bengkuk (tempe kara benguk), ampas kacang tanah (tempe bungkil), ampas tahu (tempe gembus), turi (tempe turi) dan sebagainya (Santoso, 1993).

Sudah sejak lama tempe dan tahu merupakan salah satu makanan favorit rakyat Indonesia. Karena harganya yang relatif murah, kedua makanan berbahan dasar kedelai ini akhirnya menjadi salah satu alternatif makanan untuk memenuhi protein selain daging, ikan, dan telur. Harganya yang murah menjadikan tahu dan tempe melekat dengan julukan makanan rakyat.

Tidak jelas sejak kapan masyarakat Indonesia mulai mengkonsumsi tempe. Namun, banyak literatur sejarah yang menyatakan bahwa masyarakat Pulau Jawa sudah mengenal tempe sejak abad XVI. Dari pulau Jawa, tempe kemudian menyebar ke seluruh penjuru Nusantara hingga ke Eropa. Penyebaran tempe ke Eropa dipelopori oleh warga negara Belanda. Walaupun penyebaran tempe pertama kali berasal dari Indonesia, sayangnya saat ini Jepang sudah mendaftarkan paten untuk tempe di tingkat Internasional. Sehingga jika salah satu produsen tempe Indonesia akan mengekspor tempe keluar negeri harus membayar royalti ke Jepang (Agromedia, 2007).


(29)

Tempe semakin digemari orang bukan hanya rasanya yang gurih dan lezat, juga karena memang sarat gizi. Kadar protein dalam tempe 18,3 gram per 100 gram tempe merupakan alternatif sumber protein nabati, yang kini semakin populer dalam gaya hidup manusia modern (Santoso, 1993).

Proses peragian merupakan kunci keberhasilan dalam pembuatan tempe. Fermentasi ini mengubah biji kedelai menjadi tempe dengan perantaraan jamur jenis Rhizopus oligosprorus yang diperoleh dari laru. Proses peragian dilakukan setelah kedelai dingin dan air rebusan telah tuntas turun ke bawah, Jika kedelai masih dalam kondisi cukup panas dan peragian dipaksakan, niscaya tempe yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan ada kemungkinan peragian gagal total (Haryoto, 1995).

Komposisi zat gizi tempe dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram Tempe

NO. ZAT GIZI JUMLAH

TEMPE

1 Energi 149,0 kalori

2 Air 64,0 gram

3 Protein 18,3 gram

4 Lemak 4,0 gram

5 Karbohidrat 12,7 gram

6 Serat -

7 Abu 1,0 gram

8 Kalsium 129,0 mg

9 Besi 10,0 mg

10 Vitamin B1 0,17 mg

11 Vitamin B2 -


(30)

Dari kandungan gizi tersebut membuktikan bahwa tempe merupakan makanan yang sarat gizi. Di daerah pertanian di pelosok Jawa, ketika terjadi paceklik, masyarakat biasanya memakan nasi jagung dan tiwul yang lauknya tempe agar kebutuhan gizinya tercukupi. Kandungan gizi yang lengkap pada tempe ini juga sangat mudah dicerna oleh sistem pencernaan anak-anak dan balita, kandungan asam amino esensial yang terdapat pada tempe sangat penting bagi pertumbuhan balita terutama dalam merangsang kerja dan pertumbuhan otaknya.

Adapun langkah-langkah pembuatan tempe adalah sebagai berikut :

1. Penyortiran

Siapkan biji kedelai yang tua. Biji-biji tersebut perlu disortir agar nantinya memperoleh produk tahu kualitas baik. Caranya, biji-biji kedelai diletakkan pada tampah kemudian ditampi.

2. Pencucian I

Biji-biji kedelai dimasukkan ke dalam ember berisi air, lebih baik lagi pada air yang mengalir. Dengan pencucian ini, kotoran-kotoran yang melekat maupun tercampur di antara biji dapat hilang.

3. Perebusan I

Perebusan pertama ini hanya berlangsung sekitar 30 menit. Kemudian biji kedelai dimasukkan ke dalam panci, lalu direbus di atas tungku sampai biji kedelai tersebut mendekati setengah matang.

4. Perendaman

Setelah perebusan dirasakan cukup, kedelai rebusan tersebut dibiarkan terendam semalam hingga menghasilkan kondisi asam. Tujuannya, di samping


(31)

melunakkan kedelai untuk mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi.

5. Pengupasan Kulit

Keesokan harinya dilakukan pengupasan kulit ari, dengan cara kedelai diremas-remas dalam air kemudian dikuliti dan jadilah keping-keping kedelai.

6. Pencucuian II

Sekali lagi keping kedelai dicuci, caranya mirip seperti mencuci beras yang hendak ditanak.

7. Perebusan II

Perebusan tahap kedua ini dilakukan seperti menanak nasi, sampai keping kedelai menjadi matang. Tujuannya adalah untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama perendaman.

8. Penirisan dan Pendinginan

Kedelai diambil dari dandang, lalu diletakkan di atas tampah dan diratakan tipis-tipis. Biarkanlah dingin sampai permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.

9. Peragian

Laru atau ragi diusap-usapkan atau dicampur dan diaduk bersama kedelai hingga merata benar. Setelah itu, diangin-anginkan sebentar.

10.Pembungkusan

Kedelai yang sudah bercampur merata dengan larutan ragi kemudian dibungkus. Ada yang membungkus dengan daun pisang ataupun dengan plastik.


(32)

11.Pemeraman

Bila pembungkusnya daun pisang, maka pemeraman dilakukan di dalam tenggok yang ditutup dengan karung goni. Namun, bila pembungkusnya plastik, maka pemeraman dilakukan di atas kajang-kajang bambu yang diletakkan pada rak-rak. Setelah diperam semalam, biasanya kita lakukan penusukan dengan lidi pada plastik pembungkus. Bertujuan agar udara segar dapat masuk dalam bahan tempe. Setelah itu diperam satu malam lagi, dan esok pagi jadilah tempe yang siap dikonsumsi atau dijual (Santoso, 1993).


(33)

Penyortiran

Pencucian I

Perebusan I

Perendaman

Pengupasan Kulit Kedelai

Pencucian II

Perebusan II

Penirisan & Pendinginan

Peragian

Pembungkusan

Pemeraman

TEMPE

Secara Skematis proses pembuatan tempe dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

= Bahan baku = Proses = Produk


(34)

Landasan Teori

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti berikut yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan (Kotler, 1993).

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan oleh karena daerah produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang, atau hanya ada satu pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini berarti efisiensi di bidang pemasaran masih rendah.

Sistem pemasaran dikatakan efisien bila :

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah-rendahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang (Daniel, 2002).

Fungsi pemasaran merupakan suatu aktivitas yang penting yang dispesialisasi dan dilaksanakan dalam bidang pemasaran. Fungsi tersebut adalah : 1. Fungsi Pertukaran, yaitu pembelian (buying) dan penjualan (selling).

2. Fungsi Pengadaan secara Fisik, yaitu pengangkutan (transportation) dan penyimpanan (storage).


(35)

3. Fungsi Pemberian Jasa-Jasa, yaitu permodalan (financing), resiko, standarisasi dan informasi pasar (market information).

Saluran pemasaran selalu diperlukan karena produsen tidak mampu menjual sendiri produk yang dihasilkan. Produsen memerlukan patner yang lokasinya berbeda dan kapasitasnya yang juga berbeda (Soekartawi, 1993).

Semakin panjang saluran pemasaran maka sistem pemasaran semakin tidak efisien. Masing-masing perantara akan mengambil keuntungan atas jasa yang mereka korbankan atau disebut profit margin, kemudian pada akhirnya akan membuat harga di tingkat konsumen tinggi. Selain itu juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan berdampak buruk kepada petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani dimana harga yang diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang diberikan oleh konsumen semakin rendah dan permintaan semakin menurun, harga dari petani juga menurun sehingga pendapatan petani menurun (Mubyarto, 1994).

Lembaga pemasaran adalah orang atau badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran hasil pertanian. Lembaga pemasaran bisa merupakan salah satu alternatif untuk memperkecil margin pemasran dan memperkecil harga yang harus dibayarkan konsumen atau memperbesar harga yang diterima produsen. Masing-masing lembaga pemasaran mengeluarkan biaya pemasaran dan akan memperoleh keuntungan yang disebut bagian dari margin pemasaran (Daniel, 2002).

Pemasaran memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan berkembangnya pertanian dan dengan makin kompleksnya pemasaran. Konsumen


(36)

yang makin tinggi tingkat pendapatan dan kemakmurannya menginginkan hasil-hasil pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan ini berarti proses pengolahan yang makin kompleks dan jasa-jasa sistem pemasaran yang makin banyak. Karena itu, nilai hasil pertanian yang sampai pada konsumen sudah memperoleh nilai tambahan yang relatif besar dan persentase yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil (Mubyarto, 1994).

Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya tergantung pada hal berikut :

1. Macam komoditas yang dipasarkan

Ada komoditi yang bobotnya besar tapi nilainya kecil sehingga biaya pemasarannya besar. Sebaliknya untuk komoditi bobotnya ringan dan kecil tetapi nilainya tinggi maka biaya pemasarannya lebih rendah.

2. Lokasi/ daerah produsen

Jika lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya transportasi menjadi besar. Jika lokasi yang terpencil menjadi salah satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen.

3. Macam dan peranan lembaga pemasaran

Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin panjang rantai pemasaran dan semakin besar biaya pemasarannya.


(37)

Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasarn. Makin panjang pemasaran maka semakin besar margin pemasaran. Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai pemasaran hasil pertanian maka :

1. Biaya pemasaran semakin rendah. 2. Margin pemasaran semakin rendah.

3. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah. 4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi.

(Daniel, 2002).

Share margin (Sm) adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen.

% 100 x Pk Pp Sm=

Sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat :

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran produk tersebut.

(Mubyarto,1991).

Efisiensi pemasaran (Ep) adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dijual, dinyatakan dengan persen.


(38)

% 100 ProdukYangDipasarkanx Nilai

aran BiayaPemas Ep=

(Soekartawi, 2002).

Strategi merupakan usaha untuk menumbuh kembangkan kekuatan perusahaan dengan mengeksploitasi peluang bisnis guna untuk mencapai tujuan perusahaan.

Analisis internal dapat mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan dan analisis eksternal mengungkapkan ancaman dan peluang. Profil dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dituangkan dalam suatu matriks SWOT yang dapat digunakan sebagai strategi dalam pengembangan suatu usaha.

Tabel 5. Matriks SWOT

Internal

Ekternal

O (Opportunities) = Peluang S (Strenghts) = Kekuatan T (Threarts) = Ancaman W (Weaknesses) = Kelemahan (Silalahi, 2002).

Suatu usaha perlu melakukan analisi lingkungan (lingkungan luar dan lingkungan dalam) guna meramalkan perubahan lingkungan yang mempengaruhi usaha tersebut. Menurut Silalahi (2002), analisis lingkungan ini dapat dilakukan melalui apa yang dikenal sebagai analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threat). Analisis kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) ditujukan untuk lingkungan internal organisasi. Analisis ini membantu menetapkan satu dasar realistik untuk informasi strategi untuk semua tingkat organisasi. Sedangkan analisis peluang (opportunity), dan kendala (threat) ditujukan untuk lingkungan luar organisasi. Analisis ini memberikan manajer


(39)

pemahaman tentang peluang serta hambatan dan kendala dalam hubungannya dengan pilihan atau proses produksi nyata menguntungkan organisasi

(Cahyono, 1999).

Kerangka Pemikiran

Produsen memerlukan bahan baku kedelai yang akan dioleh menjadi tahu dan tempe yang diperoleh dari dari petani kedelai atau kedelai impor. Kebutuhan kedelai di dalam negeri sangat besar, bahkan untuk memenuhi permintaan ini dari tahun ke tahun impor kedelai cenderung meningkat. Selain impor meningkat karena meningkatnya permintaan di dalam negeri, ternyata produksi kedelai Indonesia juga masih relatif sangat rendah.

Hasil produksi disalurkan kepada konsumen melalui lembaga perantara. Beberapa produsen tahu dan tempe menjual produknya kepada pedagang besar. Pedagang besar kemudian menjualnya kepada konsumen. Untuk sampai ke tangan konsumen, produsen juga menjual tahu dan tempe ke pedagang pengecer.

Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi pemasaran, maka akan terbentuk biaya pemasran. Besarnya biaya pemasaran menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga pemasaran. Atas jasa lembaga-lembaga pemasaran maka tiap lembaga akan mengambil keuntungan (profit). Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang berperan dalam


(40)

pemasaran tahu dan tempe, maka sistem pemasaran tahu dan tempe semakin tidak efisien.

Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan share margin. Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Dalam arti sempit, biaya pemasaran seringkali dibatasi artinya sebagai biaya penjualan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang ke pasar. Biaya pemasaran yang tinggi dapat membuat sistem pemasaran kurang efisien. Dalam arti yang lebih luas, biaya pemasaran tidak hanya biaya penjualan tetapi biaya penyimpanan, pengemasan, transportasi dan pengolahan.


(41)

Produsen

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Konsumen

Marketing Margin

Price Spread

Share Margin

Tingkat Efisiensi Pemasaran

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikran sebagai berikut :

Keterangan :

= Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Pemasaran Tahu dan Tempe

Fungsi-Fungsi Pemasaran : 1. Pembelian 2. Penjualan 3. Transportasi 4. Packing 5. Penyimpanan 6. Pembiayaan 7. Pengolahan 8. Rist Taking

Biaya Pemasaran

Strategi Pemasaran


(42)

Hipotesis Penelitian

1. Biaya pemasaran, Margin Pemasaran dan Share Margin berbeda di setiap saluran pemasaran.


(43)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara, dengan alasan bahwa di Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang banyak mengusahakan pengolahan tahu dan tempe.

Metode Pengambilan Sampel

Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah pengusaha pengolahan tahu dan tempe, dimana terdapat 3 unit produsen tahu dan 5 unit produsen tempe, sehingga jumlah seluruhnya 8 unit. Metode penentuan sampel adalah metode sensus karena semua populasi dijadikan sampel.

Pedagang sampel ditetapkan dengan metode snowball sampling, yaitu survey penelusuran dengan mengikuti arus pemasaran dan langsung kepada pelaku pasar. Berdasarkan penelusuran ditetapkan untuk tahu ada 3 pedagang besar dan 3 pedagang pengecer. Sementara untuk tempe ada 4 pedagang besar dan 6 pedagang pengecer. Jumlah seluruh sampel pengusaha, pedagang besar, dan pedagang pengecer untuk tahu dan tempe dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Sampel Saluran Pemasaran Tahu dan Tempe Di Daerah Penelitian, tahun 2008.

Uraian Tahu Tempe

1. Produsen 3 6

2. Pedagang Besar 3 4

3. Pedagang Pengecer 3 6

JUMLAH 9 16


(44)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara ke responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kuesioner) yang dibuat terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari instansi/ lembaga terkait seperti Kantor dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan. Jenis dan sumber data yang akan dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Spesifikasi Pengumpulan Data

No. Jenis Data Sumber Metode Alat yang

digunakan 1 Identitas Pengusaha Responden Wawancara Kuesioner 2 Komponen Biaya Responden Wawancara Kuesioner 3 Jumlah Tenaga Kerja Responden Wawancara Kuesioner 4 Volume Produk Responden Wawancara Kuesioner 5 Volume Produk yang terjual Responden Wawancara Kuesioner 6 Penerimaan Responden Wawancara Kuesioner 7 Pendapatan Responden Wawancara Kuesioner

Metode Analisis Data

Masalah 1, mengamati dan menelusuri saluran pemasaran tahu dan tempe mulai dari pengusaha sampai kepada konsumen.

Masalah 2, dianalisis secara deskriptif, yang menjelaskan fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran tahu dan tempe.

Masalah 3 atau hipotesis 1, dianalisis dengan metode perhitungan yaitu : Mji = Ps1 – Pb1 ... (1)

Mji = bti + 1 ... (1a) l = mji – bt1 ... (1b)

Maka akan diperoleh margin pemasaran total adalah : Mji = mji


(45)

Dimana : mji = margin pada lembaga pemasaran ke-I

Ps1 = biaya penjualan pada lembaga pemasaran ke-I Pb1 = harga pembelian lembaga pemasaran ke-I Bt1 = biaya pemasaran lembaga ke-I

l = keuntungan lembaga pemasaran ke-I Mji = margin pemasaran

Untuk menghitung bagian yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran (share margin) digunakan rumus :

% 100 x Pk Pp Sm=

Keterangan :

Sm = Share Margin (%)

Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang (Rp) Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen (Rp)

(Soekartawi, 2002).

Masalah 4 atau hipotesis 2, dianalisis dengan metode perhitungan yaitu : %

100 ProdukYangDipasarkanx Nilai

aran BiayaPemas Ep=

Dimana Ep = Efisiensi Pemasaran (Soekartawi, 2002).

Bila nilai Ep<50% maka pemasaran akan semakin efisien. Dan sebaliknya nilai Ep >50% maka pemasarannya tidak efisien.

Masalah 5, mengenai strategi yang dilakukan oleh pengusaha tahu dan tempe dalam meningkatkan pendapatannya dianalisis secara deskriptif dengan cara survey dan pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian.


(46)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

Defenisi

1. Produsen adalah pengusaha sampel yang mengolah kedelai menjadi tahu dan tempe.

2. Konsumen adalah pembeli tahu dan tempe yang merupakan konsumen akhir yang langsung membeli tahu dan tempe dari produsen, pedagang besar ataupun pedagang eceran.

3. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli tahu dan tempe dari produsen untuk dijual dalam jumlah kecil (eceran) kepada konsumen.

4. Pemasaran adalah proses aliran barang dari produsen ke konsumen akhir yang disertai penambahan guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyampaian.

5. Saluran pemasaran adalah seluruh channel atau bagian dari pemasaran yang terdiri dari lembaga-lembaga pemasaran yang berperan dalam penyampaian barang atau jasa dari produsen hingga sampai ke konsumen akhir.

6. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan tahu dan tempe dari produsen ke konsumen akhir.

7. Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

8. Price Spread (Sebaran Harga) adalah semua ongkos yang dikeluarkan dalam kegiatan penyampaian barang dari produsen ke konsumen.


(47)

9. Share margin adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen. 10.Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara biaya yang dikeluarkan untuk

memasarkan tiap unit produk dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan. 2. Penelitian dilakukan pada tahun 2008.

3. Sampel penelitian adalah produsen yang mengusahakan tahu dan tempe. 4. Banyaknya produsen yang akan diteliti adalah sebanyak 8 unit.


(48)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Luas dan Kondisi Geografis Kelurahan Tanjung Sari

Kelurahan Tanjung Sari termasuk dalam Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 5,20 Km2. Kelurahan Tanjung Sari berada pada ketinggian 16 meter di atas permukaan laut. Jumlah penduduk di Kelurahan Tanjung Sari sebesar 36.853 jiwa.

Jarak orbitasi Kelurahan Tanjung Sari sebesar 6 Km dari pusat kota Medan. Adapun batas-batas Kelurahan Tanjung Sari sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan PB. Selayang II 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Sempakata 3. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan PB. Selayang I 4. Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Beringin.

KEADAAN PENDUDUK

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk Kelurahan Tanjung Sari berjumlah 36.853 jiwa dengan rincian 19.523 jiwa laki-laki dan 17.330 jiwa perempuan, dengan 5887 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.


(49)

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2007.

No. Kelompok Umur Jumlah Penduduk Persentase

(Tahun) (Jiwa) (%)

1 0-4 2.329 6,31

2 5-9 3.025 8,20

3 10-14 4.114 11,16

4 15-19 3.813 10,34

5 20-24 4.199 11,39

6 25-29 4.422 11,99

7 30-34 2.562 6,95

8 35-39 2.698 7,32

9 40-44 2.605 7,06

10 45-49 2.596 7,04

11 50-54 2.432 6,59

12 55-58 1.717 4,65

13 < 59 341 0,92

Jumlah 36.853 100

Sumber: Data Monografi Kelurahan Tanjung Sari 2007

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa usia 0-14 tahun yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja berjumlah 9.468 jiwa (26,67%). Jumlah usia di atas 15-54 tahun yaitu sebesar 27.385 jiwa (73,33%) dan penduduk di atas 15 tahun yaitu sebesar 27.385 jiwa (73,33%) artinya penduduk usia produktif cukup tersedia di daerah penelitian.

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu kunci utama dalam membangun dan mengembangkan masyarakat, karena pendidikan merupakan fundamental dasar dalam pembentukan pola pikir dan pandangan masyarakat di tengah-tengah lingkungannya. Gambaran tingkat pendidikan di Kelurahan Tanjung Sari dapat dilihat pada Tabel 9.


(50)

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kelurahan Tanjung Sari, 2007.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1. Belum Sekolah dan Tidak Tamat SD 6.558 17,79

2. Tamat SD 4.530 12,29

3. Tamat SLTP 3.455 9,37

4. Tamat SLTA 21.478 58,28

5. Tamat Akademi (D1, D2, D3) 418 1,13

6. Sarjana 414 1,12

Total 36.853 100,00

Sumber: Data Monografi Kelurahan Tanjung Sari, Tahun 2007

Tabel 9 menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Tanjung Sari yang berpendidikan tamat SLTA ke atas yaitu sebanyak 22.310 orang (60,53%), berpendidikan SLTP sebanyak 3.455 orang (9,37%), tamat SD 4.530 orang (12,29%) dan belum sekolah dan tidak tamat SD 6.558 orang (17,79%). Penduduk di daerah penelitian nampaknya sudah maju dilihat dari tingkat pendidikannya sebagian besar tamat SLTA. Maka diasumsikan akan lebih cepat menerima inovasi baru yang berkaitan dengan usahanya.

Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan Tanjung Sari terdiri dari Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, TNI/POLRI, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Tanjung Sari, 2007.

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 Pegawai Negeri Pegawai Swasta TNI/POLRI Pedagang Tenaga Kesehatan Lain-lain 463 894 56 366 68 1.381 14,34 27,69 1,73 11,33 2,10 42,78

Jumlah 3.228 100,00%

Sumber: Data Monografi Kelurahan Tanjung Sari, Tahun 2007

Tabel 10 menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Tanjung Sari memiliki beragam pekerjaan. Sebahagian besar penduduk Kelurahan Tanjung sari adalah


(51)

Pegawai Negeri Sipil sebanyak 463 orang (14,34%), Pegawai Swasta 894 orang (127,69%), TNI/POLRI 56 orang (1,73%), Pedagang 366 orang (11,33%), Tenaga Kesehatan 68 orang (2,10%), dan mata pencaharian lainnya yaitu gabungan dari berbagai macam pekerjaan yang tidak dapat disebutkan satu per satu sebesar 1.381 orang (42,78%).

Sarana dan Prasarana Kelurahan Tanjung Sari

Sarana dan prasarana di Kelurahan Tanjung Sari dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tanjung Sari, Tahun 2007

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sekolah : a. TK b. SD c. SLTP

d. SLTA

e. Perguruan Tinggi

6 6 4 2 2 2 Fasilitas Kesehatan :

a. Puskesmas Pembantu b. Poliklinik

c. Apotik d. Posyandu e. Toko Obat

f. Tempat Dokter Praktek

1 5 6 9 1 9 3 Tempat Peribadatan :

a. Mesjid b. Langgar c. Gereja 12 3 11

4 Pengguna PAM 5.819

5 Tempat Olah-Raga :

a. Lapangan Sepak Bola b. Lapangan Bulu Tangkis c. Lapangan Voli

d. Lapangan Tenis Tempat Hiburan :

Diskotik 2 2 4 2 3

6 Pasar

a. Tradisional b. Toko Swalayan

3 1

Total 5.913


(52)

Dari Tabel 11 dapat dikemukakan bahwa sarana dan prasarama di daerah penelitian sudah dapat dianggap memadai karena telah memenuhi kebutuhan masyarakat dalam semua aspek.

Karakteristik Pemilik Usaha Pengolahan Tahu

Karakteristik seseorang sangat mempengaruhi tindakan, pola pikir, serta wawasan yang dimilikinya. Karakteristik pemilik usaha pengolahan tahu di daerah penelitian meliputi karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial ekonomi dalam penelitian ini terdiri atas : umur, lama pendidikan, pengalaman berusaha, dan jumlah produksi. Pada Tabel 12 menjelaskan tentang karakteristik sosial ekonomi pemilik usaha pengolahan tahu di daerah penelitian.

Tabel 12. Karakteristik Pemilik Usaha Pengolahan Tahu dan Tempe Di Kecamatan Medan Selayang, Tahun 2008.

NO. Uraian Satuan Tahu Tempe

Rataan Range Rataan Range

1 Umur Tahun 40,67 28-51 44,67 35-51

2 Tingkat Pendidikan Tahun 13 12-15 13,67 12-15

3 Pengalaman Berusaha Tahun 9 8-12 16,83 7-34

4 Jumlah Produksi Kotak/ hari 273 150-420 2,027 900-4.705

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa rataan umur rata-rata pengusaha tahu 40,67 tahun dan pengusaha tempe 44,67 tahun. Artinya para pengusaha tersebut masih dalam usia produktif sehingga diasumsikan para pengusaha tersebut akan terus mencari terobosan-terobosan dalam mengembangkan usahanya.

Dari segi pendidikan pengusaha tahu dan tempe hampir sama setaraf pendidikan SLTA sehingga wawasan berpikr dari pengusaha luas. Pengalaman rata-rata para pengusaha cukup tinggi.


(53)

Kapasitas produksi rata-rata per hari untuk tahu adalah 273 kotak dan tempe mencapai 2.027 bungkus/batang.

Karakteristik Pedagang Sampel Pedagang Besar

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli tahu dan tempe dari produsen, kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer dan konsumen.

Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli tahu dan tempe dari pengusaha tahu dan tempe dan menjual kepada konsumen. Tempat penjualan adalah pasar tradisional maupun warung. Karakteristik pedagang besar dan pedagang pengecer yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi umur, lama pendidikan, pengalaman berdagang, dan volume penjualan.

Selanjutnya gambaran karakteristik pedagang sampel dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik Lembaga Pemasaran Tahu dan Tempe Di Daerah Penelitian, Tahun 2008.

No. Uraian Tahu Tempe

Rataan Range Rataan Range

1 Pedagang Besar

a. Umur 41 37-44 45,75 43-48

b. Pendidikan 12 11-13 12 9-15

c. Pengalaman Berdagang 7 5-9 8,5 6-11

d. Volume Pembelian/Penjualan 16.519 5.509-5.500 185.219 33.414-56.305

(kotak/ bulan)

2 Pedagang Pengecer

a. Umur 41 36-44 45,75 39-62

b. Pendidikan 13 11-15 12 9-13

c. Pengalaman Berdagang 7,67 6-9 8.5 5-20

d. Volume Penjualan 8.901 2.601-2.800 99.733 15.083-18.750

(kotak/ bulan)


(54)

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa umur rata-rata pedagang besar dan pedagang pengecer tahu adalah 41 Tahun demikian tingkat pendidikan, pengalaman berdagang hampir sama. Sementara volume pembelian dan penjualan tahu per bulan untuk pedagang besar 16.519 kotak dan pedagang pengecer 8.901 kotak.

Sampel Pedagang Besar juga membeli tahu dari pengusaha lain yang berada di luar lokasi penelitian sementara data yang diambil hanya volume pembelian tahu dari produsen tahu yang ada di lokasi penelitian saja.

Demikan juga karakteristik (umur, pendidikan dan pengalaman berdagang) pedagang besar dan pedagang pengecer tempe tidak begitu bervariasi namun volume pembelian dan penjualan tempe sangat bervariasi.

Semua tahu dan tempe yang dibeli oleh pedagang besar dan pedagang pengecer habis terjual setiap hari. Selama bulan terakhir ini harga ikan segar, telur dan daging sangat tinggi. Sementara daya beli masyarakat rendah sehingga kompensasinya masyarakat lebih cenderung mengkonsumsi tahu dan tempe sebagai lauk pauk.


(55)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Saluran Pemasaran Tahu di Kecamatan Medan Selayang

Saluran pemasaran tahu di daerah penelitian terdiri dari beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer. Lembaga pemasaran ini berperan untuk mendistribusikan tahu hingga sampai ke konsumen akhir. Saluran pemasaran ini di peroleh dari informasi produsen sampel kepada siapa mereka menjualnya.

Saluran pemasaran tahu di Kecamatan Medan Selayang ada 3 saluran, yaitu :

1. Saluran I yaitu : Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen

2. Saluaran II yaitu : Produsen Pedagang Besar Konsumen 3. Saluran III yaitu : Produsen Pedagang Pengecer Konsumen


(56)

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Konsumen

Saluran I 25.420 kotak Saluran II

16.519 Kotak

Saluran III

8.901 kotak 8.901 kotak

13.977 kotak

Gambar 2. Skema Saluran Pemasaran Tahu Secara Keseluruhan di Daerah Penelitian

Terdapat 4 jenis saluran pemasaran tahu di daerah penelitian yaitu: 1. Saluran 1 adalah Produsen Pedagang Besar Pedagang

Pengecer Konsumen

25.420 Kotak

8.901 Kotak

13.977Kotak 2.542 Kotak

Gambar 3. Skema Saluran I Pemasaran Tahu

Produsen Tahu

Produsen

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer


(57)

Saluran pertama ini, produsen menjual tahu kepada pedagang besar. Volume penjualan tahu dari produsen ke pedagang besar rata-rata 8.901 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 16.333/kotak, dari pedagang besar ini selanjutnya ada dibeli oleh pedagang pengecer. Volume pembelian pedagang pengecer dari produsen dan pedagang besar rata-rata 13.977 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 18.500/kotak, dan selanjutnya pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp 26.000/kotak.

2. Saluran II adalah Produsen Pedagang Besar Konsumen

8.901 Kotak

2.542 Kotak

Gambar 4. Skema Saluran II Pemasaran Tahu

Saluran kedua pedagang besar membeli tahu langsung ke produsen. Volume penjualan produsen ke pedagang besar rata-rata 8.901 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 16.333/kotak. Pedagang besar membelinya ke produsen yang ada di Kecamatan Medan Selayang. Pedagang besar kemudian menjualnya ke konsumen dengan harga rata-rata Rp 18.500/kotak.

Produsen

Pedagang Besar


(58)

3. Saluran III adalah Produsen Pedagang Pengecer Konsumen.

8.901 Kotak

8.901 Kotak

Gambar 5. Skema Saluran III Pemasaran Tahu

Saluran ketiga ini, produsen menjual tahu ke pedagang pengecer. Volume penjualan rata-rata petani ke pedagang pengecer adalah 13.977 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 18.500/kotak. Selanjutnya pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp 26.000/kotak.

B. Saluran Pemasaran Tempe di Kecamatan Medan Selayang

Saluran pemasaran tempe di daerah penelitian terdiri dari beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer. Lembaga pemasaran ini berperan untuk mendistribusikan tempe hingga sampai ke konsumen akhir. Saluran pemasaran ini di peroleh dari informasi produsen sampel kepada siapa mereka menjualnya.

Saluran pemasaran tempe di Kecamatan Medan Selayang, yaitu :

1. Saluran I yaitu : Produsen Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen

2. Saluaran II yaitu : Produsen Pedagang Besar Konsumen 3. Saluran III yaitu : Produsen Pedagang Pengecer Konsumen

Produsen

Pedagang Pengecer


(59)

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Konsumen

Saluran I 284.952 Bungkus Saluran II

185.219 Bungkus

Saluran III

99.7331 99.733 Bungkus

Bungkus

156.724 Bungkus

Gambar 6. Skema Saluran Pemasaran Tempe Secara Keseluruhan di Daerah Penelitian

Terdapat 4 jenis saluran pemasaran tempe di daerah penelitian yaitu: 1. Saluran 1 adalah Produsen Pedagang Besar Pedagang

Pengecer Konsumen

285.952 Bungkus

99.733 Bungkus

156.724 Bungkus 28.495 Bungkus

Gambar 7. Skema Saluran I Pemasaran Tempe

Produsen Tempe

Produsen

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer


(60)

Saluran pertama ini, produsen menjual tempe kepada pedagang besar. Volume penjualan tahu dari produsen ke pedagang besar rata-rata 284.952 bungkus/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 2.444/bungkus, dari pedagang besar ini selanjutnya ada dibeli oleh pedagang pengecer. Volume pembelian pedagang pengecer dari produsen dan pedagang besar rata-rata 99.733 kotak/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 3.265/bungkus, dan selanjutnya pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp 3.713/bungkus.

2. Saluran II adalah Produsen Pedagang Besar Konsumen

148.175 Bungkus

37.044 Bungkus

Gambar 8. Skema Saluran II Pemasaran Tempe

Saluran kedua pedagang besar membeli tahu langsung ke produsen. Volume penjualan produsen ke pedagang besar rata-rata 148.175 bungkus/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 2.444/bungkus. Pedagang besar membelinya ke produsen yang ada di Kecamatan Medan Selayang. Pedagang besar kemudian menjualnya ke konsumen dengan harga rata-rata Rp 3.713/ bungkus.

Produsen

Pedagang Besar


(61)

3. Saluran III adalah Produsen Pedagang Pengecer Konsumen.

99.733 Bungkus

99.733 Bungkus

Gambar 9. Skema Saluran III Pemasaran Tempe

Saluran ketiga ini, produsen menjual tahu ke pedagang pengecer. Volume penjualan rata-rata petani ke pedagang pengecer adalah 99.733 bungkus/bulan dengan harga jual rata-rata Rp 3.265/bungkus. Selanjutnya pedagang pengecer menjual ke konsumen dengan harga jual rata-rata Rp 3.713 bungkus/bulan.

Berdasarkan keterangan tersebut maka ada 4 jenis saluran pemasaran tahu dan tempe sehingga identifikasi masalah 1 terjawab.

Fungsi-Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran penting diketahui dalam upaya memasarkan tahu dan tempe, supaya tahu dan tempe tersebut dapat diterima konsumen dalam keadaan segar. Fungsi pemasaran ini dipengaruhi oleh adanya biaya-biaya pemasaran, setiap lembaga pemasaran akan melakukan beberapa fungsi pemasaran.

Fungsi pemasaran yang ada di daerah penelitian yaitu: fungsi pembelian, fungsi penjualan, fungsi transportasi, fungsi packing, fungsi penyimpanan, fungsi pembiayaan, fungsi pengolahan, fungsi penanggung resiko (rist taking), dan fungsi informasi pasar.

Produsen

Pedagang Pengecer


(62)

Banyaknya pedagang perantara yang berperan pada satu saluran pemasaran, maka dapat mempengaruhi besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pedagang tersebut.

Tabel 14. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang dilakukan Oleh Produsen dan Lembaga Pemasaran Tahu dan Tempe di Daerah Penelitian, 2008. No Fungsi Pemasaran Produsen P. Besar P. Pengecer

1. Pembelian √ √ √

2. Penjualan √ √ √

3. Transportasi - √ √

4. Packing √ √ √

5. Penyimpanan √ - -

6. Pembiayaan √ - -

7. Pengolahan √ - -

8. Rist taking √ √ √

9. Informasi Pasar - - -

Sumber: Lampiran 12

Keterangan: √ : Melakukan Fungsi Pemasaran - : Tidak Melakukan Fungsi Pemasaran

Tabel 14 menunjukkan bahwa setiap lembaga pemasaran paling sedikit melakukan 5 fungsi pemasaran dan paling banyak 7 fungsi pemasaran. Produsen melakukan 7 fungsi pemasaran yaitu: Pembelian, penjualan, packing, penyimpanan, pembiayaan, pengolahan, rist taking. Fungsi pemasaran packing yang dilakukan produsen yaitu membuat tempat tahu dan tempe, agar kualitasnya tidak rusak.

Pedagang besar merupakan lembaga yang berperan dalam memasarkan tahu dan tempe dari produsen ke pedagang pengecer dan konsumen. Fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang besar ada 6 yaitu: Pembelian, penjualan, transportasi, packing, penanggung resiko (rist taking) dan informasi pasar.


(63)

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer yaitu: Pembelian, penjualan, transportasi, packing, rist taking dan informasi pasar. Berdasarkan penjelasan tersebut maka identifikasi masalah 2 terjawab.

A. Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tahu

Adapun analisis margin, price spread dan share margin yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemasaran Tahu pada saluran I, II dan III adalah sebagai berikut :

Tabel 15.Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tahu pada Pola Saluran I, II dan III, Tahun 2008.

URAIAN PRICE SPREAD SHARE MARGIN (%) SALURAN I SALURAN II SALURAN III SALURAN I SALURAN II SALURAN III 1. Harga Jual

Produsen 16,333 16,333 18,500 62,81 62.81 71.15

(Rp/Kotak)

2. Pedagang Besar

a. Harga Beli 16,333 16,333

b. Transportasi 76.62 16.26 0.29 0.06

c. Packing 74.87 15.89 0.28 0.06

d. Rist Taking 2.25 1.21 0.01 0.01

e. Upah Tenaga Kerja 40.44 8.58 0.15 0.03

f. Profit Margin 1.972,82 9.625.06 7.58 37.01

g. Harga Jual 18,500 26,000

3. Pedagang Pengecer

a. Harga Beli 18,500 18,500

b. Transportasi 48,79 30.98 0.18 0.11

c. Sewa Tempat 61,52 39.07 0.23 0.15

d. Kebersihan 3,72 1.81 0.01 0.01

e. Keamanan 2,86 2.36 0.01 0.01

f. Rist Taking 1,43 2.25 0.01 0.01

g. Profit Margin 7,381.68 7.423,53 28.39 28.55

4. Konsumen 26,000 26,000 26,000

MARGIN

PEMASARAN 9,667 9,667 7,500


(64)

Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang adalah 430,91/kotak. Sedangkan jumlah profit keseluruhan pedagang perantara pada saluran I, II dan III adalah 26.403,09/kotak.

Dari Tabel 15 dapat dibuat rekapitulasi volume penjualan, harga beli, biaya pemasaran, profit margin, harga jual dan margin pemasaran.

Tabel 16.Rekapitulasi Volume Penjualan, harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tahu pada Saluran Pemasaran I, II dan III, Tahun 2008.

URAIAN SALURAN I SALURAN II SALURAN III

PRODUSEN PEDAGANG PEDAGANG PRODUSEN PEDAGANG PRODUSEN PEDAGANG

BESAR PENGECER BESAR PENGECER

1. Volume Penjualan

(Kotak) 25,420 8,901 13,977 25,420 16,519 25,420 8,901

2. Harga Beli

(Rp/kotak) 16,333 18,500 16,333 18,500

3. Biaya Pemasaran 194.18 118.32 41.94 76.47

4. Profit Margin 1,972.82 7,381.68 9,625.06 7,423.53

5. Harga Jual 16,333 18,500 26,000 16,333 26,000 18,500 26,000

6. Margin

Pemasaran 9,667 9,667 9,667 7,500

Sumber : Data Primer Diolah

Dari Tabel 16 dapat dilihat volume penjualan, harga beli, biaya pemasaran, profit margin, harga jual dan margin pemasaran dari masing-masing saluran. Pada saluran I produsen memproduksi tahu sebesar 25.420 kotak/bulan kemudian produsen menjual tahu kepada pedagang besar sebesar 8.901 kotak/bulan dan kepada pedagang pengecer sebesar 13.977 kotak/bulan. Pada saluran II produsen menjual tahu kepada pedagang besar sebesar 16.519 kotak/bulan. Pada saluran III produsen menjual tahu kepada pedagang pengecer sebesar 8.901 kotak/bulan. Harga beli pedagang besar kepada produsen sebesar Rp 16.333 /kotak, kemudian pedagang pengecer membeli tahu dari pedagang besar sebesar Rp. 18.500 /kotak lalu pedagang pengecer menjualnya kepada konsumen dengan harga rata-rata Rp. 26.000 /kotak.


(65)

Biaya pemasaran pada saluran I sebesar 312,5 sedangkan pada saluran II sebesar 41,94 dan saluran III sebesar 76,47. Maka biaya pemasaran pada saluran I lebih besar daripada saluran II dan III.

Dari Tabel 16 dapat dibuat rekapitulasi share margin pemasaran tahu pada pola saluran I, II dan III.

Tabel 17.Rekapitulasi Share Margin Produsen Tahu, Pedagang Besar, Pedagang Pengecer dan Share Biaya Pemasaran pada Saluran Pemasaran I, II dan III, Tahun 2008.

URAIAN

PERSENTASE

(%)

SALURAN I SALURAN II SALURAN III

Share Margin Produsen 62.81 62.81 71.15

Share Margin Pedagang 35.97 37.01 28.55

Share Margin Biaya Pemasaran 1.17 0.16 0.29

Sumber : Data Primer Diolah

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa share margin pemasaran lebih besar dari pada share margin produsen pada saluran I sebesar 62,81%, saluran II sebesar 62,81%, dan saluran III sebesar 71,15% sedangkan share margin pedagang saluran I sebesar 35,97%, saluran II sebesar 37,01% dan saluran III sebesar 28,55%. Share margin biaya pemasaran saluran I sebesar 1,17%, saluran II sebesar 0,16% dan saluran III sebesar 0,29%.


(66)

B. Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tempe

Adapun analisis margin, price spread dan share margin yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemasaran Tempe pada saluran I, II dan III adalah sebagai berikut :

Tabel 18.Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin Pemasaran Tempe pada Pola Saluran I, II dan III, Tahun 2008.

URAIAN PRICE SPREAD SHARE MARGIN (%)

SALURAN I SALURAN II

SALURAN

III SALURAN I

SALURAN II

SALURAN III

1. Harga Jual Produsen 2,444 2,444 3,265 65.82 65.82 87.94

(Rp/Bungkus)

2. Pedagang Besar

a. Harga Beli 2,444 2,444

b. Transportasi 8.23 4.43 0.22 0.11

c. Packing 9.94 5.35 0.26 0.14

d. Rist Taking 0.40 1.67 0.10 0.04

e. Upah Tenaga Kerja 3.20 1.72 0.08 0.04

f. Profit Margin 799.23 1.255,83 21.52 33.82

g. Harga Jual 3,265 3.713

3. Pedagang Pengecer

a. Harga Beli 3,265 3,265 0.32

b. Transportasi 7.61 11.96 0.20 0.46

c. Sewa Tempat 10.97 17.24 0.29 0.02

d. Kebersihan 0.52 0.82 0.01 0.01

e. Keamanan 0.51 0.80 0.01 0.02

f. Rist Taking 0.34 0.54 0.01 0.01

g. Profit Margin 428.05 416.31 11.52 11.21

4. Konsumen 3,713 3,713 3.713

MARGIN

PEMASARAN 1,269 1,269 447.67

Sumber : Data Primer Diolah

Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang adalah 86,25/bungkus. Sedangkan jumlah profit keseluruhan pedagang perantara pada saluran I, II dan III adalah 2.899,44/bungkus.


(67)

Dari Tabel 18 dapat dibuat rekapitulasi volume penjualan, harga beli, biaya pemasaran, profit margin, harga jual dan margin pemasaran.

Tabel 19.Rekapitulasi Volume Penjualan, harga Beli, Biaya Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Tempe pada Saluran Pemasaran I, II dan III, Tahun 2008.

URAIAN SALURAN I SALURAN II SALURAN III

PRODUSEN PEDAGANG PEDAGANG PRODUSEN PEDAGANG PRODUSEN PEDAGANG

BESAR PENGECER BESAR PENGECER

1. Volume Penjualan

(bungkus) 284,952 99,733 156,724 284,952 185,219 284,952 99,733

2. Harga Beli

(Rp/bungkus) 2,444 3,265 2,444 3,265

3. Biaya Pemasaran 21.77 19.95 13.17 31.36

4. Profit Margin 799.25 428.05 1,255.83 416.31

5. Harga Jual 2,444 3,.265 3,713 2,444 3,713 3,265 3,713

6. Margin Pemasaran 1,269 1,269 1,269 1,269 1,269 447.67 447.67

Sumber : Data Primer Diolah

Dari Tabel 19 dapat dilihat volume penjualan, harga beli, biaya pemasaran, profit margin, harga jual dan margin pemasaran dari masing-masing saluran. Pada saluran I produsen memproduksi tempe sebesar 284.952 bungkus/bulan kemudian produsen menjual tempe kepada pedagang besar sebesar 99.733 bungkus/bulan dan kepada pedagang pengecer sebesar 156.724 bungkus/bulan. Pada saluran II produsen menjual tempe kepada pedagang besar sebesar 185.219 bungkus/bulan. Pada saluran III produsen menjual tempe kepada pedagang pengecer sebesar 99.733 bungkus/bulan. Harga beli pedagang besar kepada produsen sebesar Rp 2.444 /bungkus, kemudian pedagang pengecer membeli tempe dari pedagang besar sebesar Rp. 3.265 /bungkus, lalu pedagang pengecer menjualnya kepada konsumen dengan harga rata-rata Rp. 3.713 /bungkus.

Biaya pemasaran pada saluran I sebesar 41,72 sedangkan pada saluran II sebesar 13,17 dan saluran III sebesar 31,36. Maka biaya pemasaran pada saluran I lebih besar daripada saluran II dan III.


(1)

2. Ketersediaan bahan baku kedelai dikurangi karena kenaikan harga kedelai. Bahan baku kedelai terpaksa dikurangi karena kenaikan harga kedelai yang tinggi yang mengakibatkan kelangkaan kedelai. Sehingga produsen mengurangi produksinya.

Menentukan Faktor-Faktor Strategi Eksternal

Faktor-faktor strategi eksternal dalam pemasran tahu dan tempe di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.

a. Peluang (Opportunities)

1. Trend Tahu dan Tempe Semakin Meningkat

Masyarakat mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan dari pemakain bahan kima. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen diketahui bahwa mereka mengkonsumsi tahu dan tempe karena alasan kesehatan.

2. Harga Tahu dan Tempe Murah.

Murahnya harga tahu dan tempe membuat masyarakat banyak membeli tahu dan tempe. Karena apabila harga sayur-sayuran naik dan harga ikan naik, maka tahu dan tempe digunakan sebagai alternatifnya.

b. Ancaman (Threats)


(2)

2. Pemerintah Kurang Bereperan Dalam Hal Pemasaran Tahu dan Tempe Pemerintah masih kurang berperan dalam pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian. Padahal dengan adanya peranan Pemerintah melalui Dinas Pertanian maka akan dapat membantu produsen dalam hal pemasaran tahu dan tempe.

Berdasarkan factor-faktor eksternal dan internal yang diperoleh, maka dapat disusun matriks SWOT untuk mengetahui strategi-strategi yang dapat diimplementasikan dalam pemasaran tahu dan tempe. Matriks SWOT dapat ditunjukkan pada tabel 22 berikut ini :

Tabel 22.Penentuan Strategi dengan Matriks SWOT. Internal Ekternal

Peluang (Opportunities) Kekuatan (Strenghts)

1. Produk memiliki ciri

1. Trend tahu dan tempe (bebas bahan kimia). semakin meningkat. 2. Saluran pemasaran pendek. 2. Harga tahu dan tempe murah. 3. Ketersediaan fasilitas fisik

pemasaran yang memeadai.

Ancaman (Threats) Kelemahan (Weaknesses)

1. Sifat tahu dan tempe mudah 1. Kelangkaan kedelai dan rusak dan tidak tahan lama. mahalnya harga kedelai. 2. Ketersediaan bahan baku kedelai 2. Pemerintah kurang berperan

dikurangi karena kenaikan harga kedelai.

dalam hal pemasaran tahu


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

7. Terdapat 3 saluran pemasaran tahu dan tempe di daerah penelitian. Saluran I dari produsen ke pedagang besar kemudian ke Pedagang Pengecer lalu ke Konsumen. Saluran II dari Produsen ke Pedagang Besar lalu ke Konsumen. Saluran III dari Produsen ke Pedagang Pengecer lalu ke Konsumen.

8. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran dalam memasarkan tahu dan tempe. Fungsi pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh produsen tahu dan tempe ada 7 yaitu: Pembelian, penjualan, packing, penyimpanan, pembiayaan, pengolahan, rist taking.

9. Upaya-upaya yang dilakukan industri pengolahan kedelai dalam mengatasi kenaikan harga kedelai adalah :

c. Pada industri pengolahan tahu melakukan upaya seperti mengurangi penggunaan jumlah bahan baku kedelai dan menaikkan harga produk. d. Pada industri tempe upaya yang dilakukan adalah mengurangi penggunaan


(4)

Saran

Kepada Pemerintah

Pemerintah mendorong petani untuk menanam varietas kedelai yang sama dengan varietas impor supaya harga kedelai dapat stabil, karena varietas tersebut yang digunakan oleh industri pengolahan tahu dan tempe karena kualitasnya lebih unggul dibandingkan kedelai lokal.

Kepada Peneliti

Disarankan kepada peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak kenaikan harga jual produk industri pengolahan kedelai terhadap konsumsi produk industri pengolahan kedelai .


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.

Agromedia, Redaksi. 2007. Membuat Tahu dan Tempe, Jakarta.

Cahyono, Bambang Tri. 1999. Manajemen Strategi. Badan Penerbit IPWI, Jakarta.

Daniel. M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Hanafiah. A.M. dan Saefuddin. A. M., 1986. Tataniaga Hasil Perikanan.

UI Press, Jakarta.

Haryoto, 1995. Tempe dan Kecap Kecipir. Kanisius, Yogyakarta. Kotler. P., 1993. Manajemen Pemasaran Jilid I. Erlangga, Jakarta. Mubyarto., 1994, pengantar Ekonomi Pertanian, Pustaka LP3ES, Jakarta Rahardi. F., H. Indriani dan haryono, 1994. Agribisnis Tanaman Buah.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Santoso, H.B., 1993. Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai. Kanisius, Yogyakarta. Sarwono, B., dan Y.P. Saragih, 2001. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Silalahi, U. 2002. Pemahaman Praktis Azas-Azas Manajemen Bandung : Mandar Maju.


(6)

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.