Perlindungan Humum Bagi anak pelaku kejahatan seksusal melalui diversi dalam peradilan anak (juvenile justice system) di indonesia

2

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK
PELAKU KEJAHATAN SEKSUAL MELALUI
DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN ANAK
(JUVENILE JUSTICE SYSTEM) DI INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Hukum
dalam Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh
ARAS FIRDAUS
137005053/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara

3

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL TESIS

NAMA MAHASISWA
NIM
PROGRAM STUDI

:PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK
PELAKU KEJAHATAN SEKSUAL MELALUI
DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN
ANAK (JUVENILE JUSTICE SYSTEM) DI
INDONESIA

: ARAS FIRDAUS
: 137005053
: ILMU HUKUM
Menyetujui:
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, M.S)
Ketua

(Dr. Marlina, SH, M.Hum)
M.Hum)
Anggota

(Prof.

Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum

Dekan Fakultas Hukum

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.H)


Dr.

Suhaidi,

SH,

Anggota

(Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)

Tanggal Lulus : 31 Agustus 2015

Telah Lulus Diuji Pada
Tanggal 31 Agustus 2015

Universitas Sumatera Utara

4


------------------------------------------------------------------------------------------------------

Panitia Penguji Tesis
Ketua
: Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S
Anggota

: Dr. Marlina, S.H., M.Hum
: Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H
: Dr. Edi Ikhsan, S.H., M.Hum
: Dr. Madiasa Ablizar, S.H., M.S
ABSTRAK
Aras Firdaus*
Alvi Syahrin**
Marlina***
Suhaidi****

Universitas Sumatera Utara

5


Kejahatan seksual yang dilakukan oleh anak belum tentu sepenuhnya karena
keinginan dari anak sendiri. Anak yang melakukan pelanggaran hukum atau melakukan
tindak pidana sangat dipengaruhi oleh faktor lain di luar diri anak seperti pergaulan,
pendidikan dan sebagainya. Negara memberikan perlindungan terhadap anak pada proses
formal sistem peradilan pidana sehingga timbul pemikiran manusia atau para ahli hukum
untuk membuat aturan formal bagi anak yang melakukan pelanggaran hukum atau
melakukan tindak pidana dari proses peradilan pidana dengan memberikan alternatif lain
yang dianggap lebih baik untuk anak. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka lahirlah
konsep diversi sebagai bentuk pengalihan peradilan pidana anak.
Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, yakni bagaimanakah bentuk
perlindungan hukum bagi anak pelaku tindak pidana kejahatan seksual menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan bagaimana peranan aparat penegak hukum dalam
mengambil tindakan terhadap anak pelaku tindak pidana kejahatan seksual.
Untuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut maka penelitian ini
bersifat deskriptif analitis, maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran
secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan
berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk
menjawab permasalahan.
Bentuk perlindungan hukum terhadap anak pelaku kejahatan seksual dapat dilihat

didalam maupun diluar KUHP dan KUHAP. Menurut ketentuan KUHP dinyatakan
bahwa penjatuhan hukuman kepada seorang anak adalah upaya yang terakhir , dan adanya
perbedaan hukuman yang diberikan kepada anak dan orang dewasa. KUHAP menentukan
hak-hak anak yang menjadi tersangka atau terdakwa atas perbuatan pidana yang
dilakukannya. Peranan aparat penegak hukum dalam mengambil tindakan terhadap anak
pelaku tindak pidana kejahatan seksual dimulai dari institusi kepolisian yang merupakan
institusi negara yang pertama kali melakukan intervensi terhadap anak yang berkonflik
dengan hukum. Penangkapan, penahan, penyelidikan, dan penyidikan merupakan
kewenangan kepolisian untuk menegakkan sistem peradilan pidana anak, dimana dalam
menjalankan tugasnya kepolisian diberikan kewenangan diskresi, yang merupakan
kewenangan legal di mana kepolisian berhak untuk meneruskan atau tidak meneruskan
suatu perkara. Berdasarkan kewenangan ini pula kepolisian dapat mengalihkan suatu
perkara anak sehingga anak tidak perlu berhadapan dengan penyelesaian pengadilan
pidana secara formal.
Kata Kunci: Kejahatan Seksual, Anak, Diversi
*Mahasiswi Magister Ilmu Hukum USU
**Dosen Fakultas Hukum USU, Ketua Komisi Pembimbing
*** Dosen Fakultas Hukum USU, Pembimbing II
**** Dosen Fakultas Hukum USU, Pembimbing III
ABSTRACT


Aras Firdaus*
Alvi Syahrin**
Marlina***
Suhaidi****
Sexual crimes committed by children is not necessarily completely because of the
desire of the children themselves. Children who commit violations of the la w or
committing criminal actions greatly influenced several other factors outside themselves
like children Association, education, play and so on. State provide protection against
children from the influence of the process of the formal criminal justice system, then the
human thought has occurred or the legal and humanitarian experts to create formal rules

Universitas Sumatera Utara

6

of action issuing a child who commits a violation of the law or committing criminal acts
from the criminal justice process by providing an alternative that is considered better for
children. Based on these thoughts, then there wa s born the concept of versioned as a form
of criminal justice diversion.

The issue raised in this research, is how form of legal protection for perpetrators
of the criminal act of sexual crimes according to the provisions of laws and regulations,
and how the role of law enforcement agencies in taking action against the perpetrators of
the criminal act of sexual crimes.
To find answers to these problems then it is descriptive analytic study, the intent
of this research are expected to accrue to the description in detail and systematically
about issues that will be examined. Based on the description of the intended analysis,
facts are obtained will be done carefully analyses to answer the problem.
Form of legal protection against the perpetrators of sexual violence can be seen
inside and outside of the criminal code and code of criminal procedure. According to the
provisions of the criminal code stated that the overthrow of a punishment to a child is the
last effort, and concerns the punishment given to a child that is different to adults. Code
of criminal procedure specifies the rights of the child who became the suspect or
defendant upon the criminal deeds he had done. The role of law enforcement agencies in
taking action against the perpetrators of the criminal act of sexual crimes began from the
police institution is the institution of the first state to intervene against the child in
conflict with the la w. Arrests, anchoring, the investigation, and the investigation is the
police authority to enforce the criminal justice system, which in the exercise of police
authority given the task is diskresi where diskresi is the legal authority the authority in
which the police has the right to continue or discontinue a matter. Based on this authority

can divert police against a things of the child so that the child does not need to be
confronted with the completion of the criminal court formally.
Keywords: Sexual Violence, Children, Versioned
*Coed Master of Legal Science, USU
**Professor Law Faculty, USU, The Chairman of The Supervising Commision
*** Lecturer at The Law Faculty, USU, Supervisor II
**** Lecturer at The Law Faculty, USU, Supervisor III

Universitas Sumatera Utara

7

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................

i

ABSTRACT ...................................................................................................................


ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................

vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................

viii

BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.
C.

D.
E.
F.

Latar Belakang ................................................................................
Perumusan Masalah .........................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................
Keaslian Penelitian ...........................................................................
Kerangka Teori dan Konsepsi ..........................................................
1. Kerangka Teori...........................................................................
2. Konsepsi .....................................................................................
G. Metode Penelitian.............................................................................
1. Jenis dan Sifat Penelitian ...........................................................
2. Metode Pendekatan ....................................................................
3. Sumber Bahan Hukum ...............................................................
4. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
5. Analisis Data ..............................................................................
BAB II

1
12
12
13
13
15
15
25
26
26
27
38
30
30

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK PELAKU TINDAK
PIDANA KEJAHATAN SEKSUAL
A. Kedudukan Anak Dalam Hukum Sebagai Pelaku Tindak
Pidana ...............................................................................................
B. Jenis Tindak Pidana Dan Sanksi Hukum Yang Diberikan Bagi
Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia .............................
C. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana
Kejahatan Seksual ............................................................................
1. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku
Kejahatan Seksual Didalam KUHP dan KUHAP ......................
A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ..................................
B. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana .................................

Universitas Sumatera Utara

32
41
48
48
48
49

8

2. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku
Kejahatan Seksual Diluar KUHP Dan KUHAP .........................
A. Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945 ...................
B. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang
Kesejahteraan Anak .............................................................
C. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Permasyarakatan ..................................................................
D. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tentang
Ratifikasi Konvensi Menentang Penyiksaan dan
Perlakuan/Hukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi
dan Merendahkan (Convention against Torture and
Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment) .........................................................................
E. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Azasi Manusia ......................................................................
F. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak ........................................
G. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan dalam rumah tangga .....................
H. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi dan Korban ...........................................
I. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang .............
J. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak .............................................
BAB III

55
55
56
59

61
63

64
67

70
71
73

PERANAN APARAT PENEGAK HUKUM DALAM
MENGAMBIL TINDAKAN TERHADAP ANAK PELAKU
TINDAK PIDANA KEJAHATAN SEKSUAL
A. Peranan Aparat Penegak Hukum Dalam Pemeriksaan Perkara
Kejahatan Seksual Yang Dilakukan Oleh Anak ............................... 89
B. Proses Diversi Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana Kejahatan
Seksual .............................................................................................. 98
C. Peraturan Kebijakan Aparat Penegak Hukum Dalam
Menerapkan Diversi Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana
Kejahatan Seksual............................................................................. 117
1) Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 6
Tahun 1987 Tentang Tata Tertib Sidang Anak ..................... 117
2) Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum B532/E/11/1995, 9 November Tahun 1995 Tentang
Petunjuk Teknis Penuntutan Terhadap Anak Melengkapi
Surat Edaran Jaksa Agung RI SE-002/J.A/4/1989
Tentang Penuntutan Terhadap Anak .................................... 118

Universitas Sumatera Utara

9

3) Surat
Edaran
Mahkamah
Agung
RI
MA/KUMDIL/31/K/2005 Tentang Kewajiban Setiap
Pengadilan Negeri (PN) Mengadakan Ruang Sidang
Khusus Dan Ruang Tunggu Khusus Anak Yang Akan di
sidangkan ..............................................................................
4) TR/II24/XI/2006 Kabareskim Polri, 16 November 2006
Dan TR/395/VII/2008 9 Juni 2008 Tentang Diversi Dan
Restorative Justice Dalam Penanganan Kasus Anak
Pelaku Dan Pemenuhan Kepentingan Terbaik Anak
Dalam Kasus Anak Baik Sebagai Pelaku, Korban, Atau
Saksi ......................................................................................
5) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Diversi Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak. ...................
6) Surat Keputusan Bersama Menteri Hukum Dan Ham,
Menteri Sosial, Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak, Jaksa Agung RI, Kepolisian RI
serta Mahkamah Agung No. 66/KMA/SKB/XII/2009,
No. 148A/A/JA/12/2009,
No. B/45/XII/2009,
No.
MHH-08
HM.03.02
Tahun
2009,No.10/PRS2/KPTS/2009
,No.09/Men.PP
Dan
PA/XII/2009
Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum.........
BAB IV

122

122

123

126

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

130
132

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

133

Universitas Sumatera Utara