Peran dan objek supervisi pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas layanan belajar.
Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru, kemampuan supevisor membantu guruguru tercerimin pada kemampuannya memberikan bantuannya kepada guru. Sehingga terjadi
perubahan perilaku akademik pada muridnya yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu
hasil belajarnya.
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai
yang berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan
dan pemahaman peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan
kepribadian peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media
cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta didik.
Guna mencapai semua itu maka dalam pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya
supervisi, maksud dari supervisi di sini adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas tujuan dari
pekerjaannya dalam mendidik, mengenai apa yang hendak dicapai dari pelaksanaan pendidikan
tersebut. Serta mengetahui pula fungsi dari pekerjaan yang pendidik lakukan. Ini tidak lain
membantu pendidik agar lebih fokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan dan
menghindarkan dari pelaksanaan pendidikan yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian diatas akan dibahas lebih lanjut tentang :

1.

Bagaimanakah peran supervisi pendidikan ?

2.

Apa saja objek supervisi pendidikan ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Supervisi Pendidikan
Peran dalam KBBI adalah bagian yang dimainkan seorang pemain atau tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. (Depdiknas,2007:854)
Supervisi Pendidikan adalah pengawasan utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan.
Dan yang melakukan supervisi adalah supervisor atau pengawas utama, pengontrol utama,
penyelia. (Depdiknas, 2007:1107)
Jadi peran supervisi adalah tindakan yang dilakukan dalam suatu kegiatan yang
sistematis yang terkadang terencana yang betujuan untuk melukan evaluasi dan pengawas
terhadap pendidik guna meningkatkan kinerja serta kwalitas dan kwantitas seorang pendidik
dalam kegiatan pendidikan sekolah yakni pelaksanaan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan utama pendidikan di sekolah, sehingga
seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas
pembelajaran. Oleh sebab itu, salah satu tugas dari kepala sekolah adalah sebagai supervisor
yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan
suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam
mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan dan memanfaatkan
pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua
peserta didik dan sekolah. Serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang
lebih efektif.
Maka peranan supervisor adalah memberi dukungan (support), membantu (assisting),
dan mengikut sertakan (shearing). Selain itu peranan seorang supervisor adalah menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan
potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Suasana yang demikian hanya
dapat terjadi apabila kepemimpinan dari supervisor itu bercorak demokratis bukan otokraris.
Kebanyakan guru seolah-olah mengalami kelumpuhan tanpa inisiatif dan daya kreatif karena
supervisor dalam meletakkan interaksi bersifat mematikan. (Piet Sahhertian, 2008:25).
Jika dilihat dari fungsi tersebut, terlihat jelas bahwa peranan supervisi pendidikan itu
tertera dalam kinerja supervior yang melakukan tugasnya sebagai supervisor. Dalam peranannya
sebagai seorang supervisor, ia juga dapat berperan sebagai :


1. Koordinator.
Sebagai koordinator, ia dapat mengkoordinasikan program belajar mengajar, tugas-tugas
anggota staf, dan berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru. Seperti :
mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh lebih dari 1 guru. Dalam
mengkoordinasikan program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf, berbagai kegiatan yang
berbeda-beda di antara guru-guru, seorang supervisor dapat menyusun rencana bersama, dengan
mengikut sertakan anggota kelompok (guru, murid, dan karyawan) dalam berbagai kegiatan,
serta memberi bantuan kepada anggota kelompok dalam

menghadapi dan memecahkan

persoalan dan lain-lain.
2. Konsultan
Sebagai konsultan, ia dapat memberikan bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah
yang dialami guru, baik secara individu maupun secara kelompok. Misalnya: kesulitan dalam
mengatasi anak yang sulit belajar, yang menyebabkan guru sendiri sulit mengatasi dalam setiap
tatap muka dikelas. Dalam memberikan bantuan, bersama dengan mengkonsultasikan masalah
yang dialami guru, baik secara individu maupun secara kelompok, yaitu dengan memanfaatkan
kesalahan yang pernah dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya.
Mengarahkan anggota kelompok pada sikap dan demokratis, serta membantu mengatasi

kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok.
3. Pemimpin Kelompok
Sebagai seorang pemimpin kelompok, ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam
mengembangkan potensi kelompok saat menyusun dan mengembangkan kurikulum. Materi
pelajaran dan kebutuhan professional guru-guru secara bersama. Dalam memimpin sejumlah staf
guru dalam mengembangkan potensinya pada saat menyusun dan mengembangkan kurikulum,
materi pelajaran, dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama, maka seorang supervisor
hendaknya mengenal masing–masing pribadi anggota staf guru, baik kelemahan maupun
kelebihannya, menimbulkan, dan memelihara sikap percaya antar sesama anggota maupun antar
anggota dengan yang lainnya, memupuk sikap, dan kesediaan saling tolong menolong, serta
memperbesar rasa tanggung jawab para anggota.
4. Evaluator
Sebagai evaluator, ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar,
dapat menilai kurikulum yang dikembangkan. Misalnya: diakhir semester, ia dapat mengadakan

evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik yang dapat
dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya. Dalam mengevaluasi,
seorang supervisor, hendaknya dapat menguasai teknik pengumpulan data untuk memperoleh
data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma - norma yang ada, serta menafsirkan
dan menyimpulkan hasil- hasil penilaian yang mendapat gambaran tentang kemungkinankemungkinan mengadakan perbaikan-perbaikan. Pelaksanaan proses evaluasi seharusnya

mengikutkan sertakan guru, dengan begitu para guru akan lebih menyadari kelemahannya,
sehingga ia mereka dapat lebih berusaha meningkatkan kemampuannya tanpa suatu paksaan dan
tekanan dari orang lain. (Piet Sahhertian, 2008:25-26). Selain itu ia juga dibantu dalam
merefleksikan dirinya sendiri, yaitu dengan konsep dirinya (self concept), idea/cita-citanya (self
idea), realitas dirinya (self reality). Misalnya pada akhir semester ia dapat mengadakan evaluasi
diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari siswa yang dapat dipakai sebagai bahan untuk
memperbaiki dan meningkatkan dirinya.(Mukhtar, Iskandar, 2009:45-46)
Jadi peranan seorang supervisor, ialah membantu, memberi support, dan mengikut
sertakan. Tidak hanya terus-menerus mengarahkan, tidak demokratis, dan juga tidak memberi
kesempatan untuk guru-guru belajar berdiri sendiri atas tugas dan tanggung jawabnya sendiri.
Sedangkan ciri-ciri dari guru professional, ialah guru yang memiliki otonomi dalam arti bebas
mengembangkan diri sendiri atas kesadaran diri sendiri.
B. Objek Supervisi Pendidikan
Dalam KBBI Objek adalah hal, perkara, orang yang menjadi pokok pembicaraan atau
benda, hal dan sebagainya yang dijadikan sebagai sasaran untuk diteliti atau diperhatikan.
(Depdiknas, 2007:793)
Maka Objek Supervisi Pendidikan adalah orang yang menjadi pokok pengawasan,
penilaian dan pengamatan dalam proses pelaksanaan kegiatan pendidikan yakni proses
pembelajaran di sekolah atau madrasah.
Selain mempunyai andil/peran yang besar tersebut, supervisi pendidikan tentunya juga

mempunyai obyek. Di mana tanpa adanya objek, maka tugas dari seorang supervisor, tidaklah
berarti. Dan seperti yang dijelaskan, bahwa obyek pengkajian supervisi pendidikan, adalah
perbaikan situasi belajar mengajar.(Piet Sahertian, 2008:26).

Adapun objek dari supervisi pendidikan terbagi menjadi dua bagian, yakni pembinaan
personil dan pembinaan non personil.
1. Pembinaan Personil
a. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah sebagai bagian dari suatu sekolah juga menjadi objek dari supervisi
pendidikan tersebut. Dan sebagai pemegang tertinggi dalam suatu sekolah juga perlu disupervisi,
karena melihat dari latar belakang perlunya supervisi pendidikan, bahwa kepala sekolah itu juga
perlu tumbuh dan berkembang dalam jabatannya, maka kepala sekolah harus berusaha
mengembangkan dirinya, meningkatkan kualitas profesionalitasnya serta menumbuhkan
semangat dalam dirinya dalam melaksanakan tugasnya sebagi kepala sekolah. Tidak jauh
berbeda dengan supervisi kepada guru, kepala sekolah disupervisi oleh seorang pengawas.
Sistem dan pelaksanaannya hampir sama dengan supervisi guru. Namun ada perbedaan jika guru
pada pelaksanaan pembelajaran kalau kepala sekolah pada bagimana ia mampu melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah yang sesuai dengan yang telah ditetapkan seperti
pengelolaan dan manajement sekolah. (Baharuddin,1985:29-31)
b. Pendidik

Guru sebagai agent of change yang merupakan ujuk tombak pelaksanaan pembelajaran,
dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya pengawasan oleh supervisor yakni kepala madrasah
yang menyupervisi guru (Mukhtar,2009:116). Karena guru juga manusia yang setiap saat
mengalami perkembangan dan perlu adanya pengawasan secara berkala dan sistematis. Selain
itu, guru juga perlu meningkatkan kualitas profesionalitasnya, meningkatkan muju kerja, dan
meningkatkan

efektifitasnya

sebagai

seorang

pendidik.

Karena

guru

harus


mampu

mengembangkan dan miningkatkan proses kegiatan belajar mengajar siswa yang lebih baik lagi.
Yakni dengan cara pembinaan tersebut. Pembinaan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru
bisa berupa pembinaan secara individu maupun secara kelompok. Terkadang guru juga memiliki
permasalahan yang sama dan juga berbeda dengan guru satu dan lainnya. Oleh karena itulah
pembinaan guru harus disesuaikan dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh guru.
(Baharuddin,1985:18). Diluar itu guru juga dituntut mampu untuk menata administrasi
pembelajaran secara benar dan baik, guna menunjang kegiatan belajar mengajar.(Ngalim
Purwanto,2009:144). Adapun point-point yang menjadi supervisi guru antara lain adalah :
1) Kinerja Guru
2) KBM Guru

3) Karakteristik Guru
4) Administrasi Guru dll.
c. Staff Sekolah
Staff Sekolah ataupun Tenaga Kependidikan Sekolah adalah sama. Pembinaan atau
supervisi terhadap staff sekolah dilakukan oleh Kepala Sekolah sama seperti guru, namun dalam
staff sekolah yang perlu disupervisi adalah tentang kinerja staff, penataan administrasi sekolah,

kemampuan dalam dalam bekerja atau skill serta loyatitas terhadap pimpinan atau kepala
sekolah. Karena staff juga perlu pengembangan dalam dirinya dan perlu adanya pengawasan,
pengamatan dan penilaian dari supervisor untuk meningkatkan keprofesionalannya sebagai
bagian dari suatu system pendidikan. Pembinaan supervisor terhadap staff sekolah ataupun
tenaga kependidikan lebih luas dan mendalam sama seperti supervisi guru. Karena staff sekolah
menjadi pelaksana dalam menata dan menjalankan manajement sekolah yang telah ditetapkan.
Dan cara pembinaan terhadap staff sama seperti halnya dengan guru.
d. Peserta Didik
Peserta didik atau siswa merupakan bagian dari sistem pendidikan sekolah yang saling
terkait satu sama lainnya. Dan siswa yang menjadi objek dari pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar tersebut, juga ikut disupervisi. Namun berbeda dengan supervisi yang dilakukan
terhadap kepala sekolah, guru, dan staff sekolah. Siswa disupervisi dalam tiga aspek yakni, aspek
kognitif, psikomotorik dan afektif oleh guru sebagai supervisornya. Peserta didik akan selalu
diperhatikan dan diawasi setiap saat mulai dari kegiatan belajar mengajar didalam kelas, sikap
dan perilakunya serta hasil dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pembinaan terhadap
siswa dilakukan secara berkala. Karena siswa satu dengan yang lainnya berbeda psikis dan cara
penangannya. Selain itu juga supervisi peserta didik seperti keadaan siswa meliputi administrasi
kesiswaan, kahadiran dan kedisiplinan siswa, pengembangan diri, organisasi siswa dan lain-lain.
2. Pembinaan Non Personil
Pembinaan Non Personil menitik beratkan pada pembinaan Sarana dan Prasarana yaitu

semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Menurut keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 079/ 1975, sarana pendididkan terdiri dari 3 kelompok besar
yaitu :
a. Bangunan dan perabot sekolah
b. Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan, alat-alat peraga dan laboratorium.

c.

Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat
penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil. (sarjanaku.com, Supervisi
Pendidikan)
Dalam supervisi dan pembinaan pada sarana prasaran yang disupervisi adalah antara lain
sebagai berikut :

a.

Kelengkapan administrasi sarana prasarana
Mencakup data inventarisasi, kondisi fisik dan lain-lain.


b. Operasional Sarana dan prasarana
Mencakup pelaksanaan penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang tersedia.
c. Perawatan Sarana dan prasarana
Mencakup proses dan pelaksanaan perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada.
(sarjanaku.com, Supervisi Pendidikan)
Sedangkan pembinaan yang dilakukan oleh supervisor terhadap sarana prasarana adalah
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Membina hubungan kerja sama yang baik dengan petugas sarana prasarana
Memimpin kerja sama dengan staf yang membantu petugas sarana prasarana
Memberikan pelatihan pada petugas sarana prasarana untuk peningkatan kerjanya.
Mengawasi pembaharuan dan perbaikan sarana dan prasarana
Mengadakan inspeksi secara periodik dan teliti terhadap sarana dan prasarana.
(Imronfauzi.wordpress, Administrasi Sarana Prasarana)
Dengan demikian bahwa sarana dan prasarana perlu adanya supervisi dan pembinaan dari
supervisor. Guna menjaga dan meningkatkan kwalitas dan memenuhi kebutuhan sarana
prasarana. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Karena tanpa adanya
sarana dan prasaran yang memadai proses pembelajaran akan timpang.
BAB III
KESIMPULAN
Peranan Supervisi adalah untuk lebih meningkatkan dan memperbaiki sistem
pembelajaran dan lainnya dalam dunia pendidikan. Selain itu supervisi juga berperan bukan
hanya sebagai pengawasan tetapi juga berperan sebagai :

1.
2.
3.
4.

Koordinator
Konsultan
Pemimpin kelompok
Evaluator

Sedangkan objek yang dikaji dalam supervisi pendidikan mencakup 2 hal yakni :
1. Pembinaan Personil
Meliputi Kepala Sekolah, Guru (Pendidik), Staff Sekolah (Tenaga Kependidikan) dan peserta
didik.
2. Pembinaan Non Personil
Meliputi pembinaan sarana dan prasarana

DAFTAR PUSTAKA
Piet A. Sahertian, 2008, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT Rineka Cipta
Baharuddin Harahap, 1985, Supervisi Pendidikan, Jakarta : CV. Damai Jaya
Depdiknas RI, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Mukhtar dan Iskandar, 2009, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta : Gaung Persada Press
Ngalim Purwanto, 2009, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Supervisi Pendidikan, diakses dari http://www.sarjanaku.com/2011/05/supervisi-pendidikan.html pada
tanggal 4 Oktober 2012.
Administrasi Sarana dan Prasarana, diakses dari
http://imronfauzi.wordpress.com/category/administrasi-dan-supervisi/ pada tanggal 4 Oktober
2012.