Peran dan tanggungjawab hakim (1)
PERAN DAN TANGGUNGJAWAB HAKIM
DALAM MEWUJUDKAN KEADILAN BAGI MASYARAKAT
Pendahuluan
Sesungguhnya kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari
hukum. Sepanjang sejarah peradaban manusia, hukum mempunyai
peran
sentral
dalam
upaya
menciptakan
suasana
yang
memungkinkan manusia merasa terlindungi, hidup berdampingan
secara damai dan menjaga eksistensinya di dunia.
Keberadaan hakim juga tidak kalah penting. Sebagai pihak
yang
diberi
kewenangan
untuk
menegakkan
hukum,
hakim
mempunyai posisi vital dalam pembangunan peradaban umat
manusia. Tanpa adanya hakim, hukum tidak bisa ditegakkan. Tanpa
adanya hukum, maka tidak akan mungkin peradaban manusia bisa
tercipta, karena yang akan berlaku adalah hukum rimba, di mana
yang
kuat
akan
membinasakan
yang
lemah,
tanpa
mempertimbangkan benar-salahnya. Oleh sebab itu, hukum dan
hakim adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan.
Hukum diperlukan untuk mengatur interaksi antar individu
dalam masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas
dari kebutuhannya berinteraksi dengan orang lain. Interaksi antar
individu dalam suatu masyarakat seringkali menimbulkan gesekan
yang saling berbenturan. Oleh karena itu, diperlukan suatu tatanan
dalam
masyarakat
yang
mampu
menciptakan
keteraturan,
ketertiban dan ketenteraman. Tatanan yang dimaksudkan adalah
sebuah perangkat yang berisi petunjuk-petunjuk tingkah laku berupa
kaedah hukum.
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 1
Hukum merupakan seperangkat kaedah atau norma yang
tersusun dalam suatu sistem yang berisikan petunjuk bertingkah
laku, tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dan disertai
dengan sanksi. Hukum bisa bersumber dari masyarakat sendiri
maupun
dari
sumber
lain
yang
diakui
keberlakuannya
oleh
masyarakat. Jika hukum dilanggar maka akan diberikan sanksi.
Dengan sanksi itu, masyarakat diharapkan selalu berada dalam
koridor
yang
melanggar
baik
hukum,
serta
menghindarkan
guna
diri
menciptakan
dari
perbuatan
kedamaian
dalam
masyarakat.
Untuk memastikan agar hukum dijalankan dan ditaati dengan
baik, dibutuhkan seseorang yang mempunyai pemahaman yang
mendalam
terhadap
kaedah-kaedah
hukum
dan
mempunyai
integritas yang tinggi untuk diberikan kewenangan menegakkan
hukum tersebut, sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang ada.
Orang yang diberikan kewenangan tersebut adalah hakim. Karena
itu, efektif tidaknya sebuah tatanan hukum erat kaitannya dengan
baik-tidaknya para hakim. Jika para hakim konsisten dan konsekwen
menegakkan hukum, maka kehidupan yang lebih harmonis dan
berkeadilan akan tercipta. Sebaliknya jika para hakim tidak bisa
menegakkan prinsip-prinsip hukum, maka akan sulit terwujud
kehidupan yang damai dan berkeadilan. Hakim mempunyai peran
sentral
dalam
mewujudkan
kehidupan
yang
harmonis
dan
berkeadilan.
Peran dan Tanggungjawab Hakim
Hakim mempunyai posisi yang sangat istimewa jika dilihat dari
perspektif agama. Dalam agama Islam, hakim merupakan posisi
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 2
yang mulia sekaligus penuh resiko dan tantangan. Mulia karena ia
bertujuan menciptakan ketentraman, perdamaian dan keadilan di
dalam masyarakat. Penuh resiko karena di dunia ia akan behadapan
dengan mereka yang tidak puas dengan keputusannya, sedangkan
di akhirat diancam dengan neraka jika tidak menetapkan keputusan
sesuai dengan yang seharusnya.
Para ulama dalam agama Islam sepakat bahwa adanya seorang
hakim dalam sebuah wilayah merupakan fardhu kifayah. Artinya,
dalam sebuah wilayah atau daerah tertentu harus ada orang yang
menjadi hakim. Jika di daerah tersebut tidak ada orang yang mau
menjadi hakim maka menurut ajaran Islam semua orang beragama
Islam di daerah tersebut berdosa semuanya. Adanya seorang hakim
bisa menggugurkan kewajiban semua orang di daerah tersebut,
karenanya menurut ajaran Islam posisinya sangat tinggi dan mulia.
Seseorang yang diangkat menjadi hakim mempunyai tanggung
jawab besar. Setidaknya ada tiga tanggung jawab yang harus
senantiasa dipegang oleh para hakim:
Pertama, tanggung jawab moral. Seorang hakim harus tunduk
dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan kehakiman. Tujuan utama adanya hakim adalah tegaknya
hukum
dan
keadilan.
memanifestasikan
Seorang
keadilan
yang
hakim
harus
terdapat
mampu
dalam
untuk
kenyataan
normative (das sollen) ke dalam kenyataan keseharian (das sein)
melalui putusan-putusannya.
Socrates menyebutkan, ada empat kode etik hakim yang harus
dipegang erat, yakni: mendengar dengan sopan dan beradab,
menjawab dengan arif dan bijaksana, mempertimbangkan tanpa
terpengaruh apapun, dan memutus tidak berat sebelah.
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 3
Di
Indonesia
juga
dikenal
Panca
Dharma
hakim
yang
merupakan panduan bagi setiap hakim dalam berperilaku, bersikap
dan bersifat dalam menjalankan profesi kehakiman. Panca Dharma
Hakim dimaksud ialah: (1) Kartika, melambangkan Ketuhanan Yang
Maha Esa; (2) Cakra, berarti seorang hakim dituntut untuk bersikap
adil; (3) Candra, berarti hakim harus bersikap bijaksana atau
berwibawa; (4) Sari, berarti hakim haruslah berbudi luhur atau tidak
tercela; dan (5) Tirta, berarti seorang hakim harus jujur.
Kode etik tersebut merupakan akhlak yang harus difahami dan
dijalankan oleh para hakim. Sebagai sebuah akhlak, kode etik
tersebut harus menyatu dalam jiwa para hakim, sehingga secara
otomatis akan memancar dalam setiap aktifitasnya, dalam kondisi
apapun.
Kedua, tanggung jawab hukum. Artinya, setiap hakim dalam
menjalankan tanggung jawabnya agar menjunjung tinggi ramburambu hukum. Peraturan perundangan di Indonesia telah mengatur
dengan detil rambu-rambu tersebut. Misalnya Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman mencantumkan
beberapa tanggung jawab profesi yang harus ditaati oleh hakim,
yaitu:
(a) pasal
28
ayat
1
menyebutkan
bahwa
hakim
wajib
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat;
(b) pasal
28
ayat
2
menyebutkan
bahwa
dalam
mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari
terdakwa; dan
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 4
(c) pasal
29
ayat
mengundurkan
3
menyebutkan
diri
dari
bahwa
persidangan
hakim
apabila
wajib
terikat
hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat
ketiga,
atau
hubungan
suami
isteri
meskipun
telah
bercerai, dengan ketua, salah seorang Hakim Anggota,
Jaksa, Advokat, atau Panitera.
Ketiga, tanggung jawab teknis profesi. Setiap hakim diharuskan
untuk melaksanakan tugasnya secara profesional sesuai dengan
tanggungjawabnya.
Setiap
mempertanggungjawabkan
hakim
tindakannya
dituntut
sebagai
mampu
profesional
di
bidang hukum, baik di dalam maupun di luar kedinasan, secara
materi dan formil. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang mutlak
bagi para hakim untuk memahami secara mendalam aturan-aturan
mengenai hukum acara di persidangan. Ketidakmampuan hakim
dalam mempertanggung-jawabkan tindakannya secara teknis atau
dikenal dengan istilah unprofessional conduct dianggap sebagai
pelanggaran.
Prinsip-Prinsip Hukum
Dalam penyelenggaran kekuasaan kehakiman, hakim perlu
memperhatikan enam prinsip kehakiman yaitu :
1. Independensi (Independence principle)
Independensi hakim dan pengadilan terwujud dalam kemandirian
dan kemerdekaan hakim, baik secara personal maupun institusi,
dari berbagai pengaruh dari luar diri hakim berupa intervensi
yang bersifat mempengaruhi secara halus, dengan tekanan,
paksaan, kekerasan, atau balasan karena kepentingan politik
atau ekonomi tertentu dari pemerintah atau kekuatan politik
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 5
yang berkuasa, kelompok atau golongan, dengan ancaman
penderitaan atau kerugian tertentu, atau dengan imbalan atau
janji imbalan berupa keuntungan jabatan, keuntungan ekonomi,
ataupun bentuk-bentuk lainnya. Setiap hakim harus bersikap adil
dalam setiap putusannya.
2. Ketidakberpihakan (Impartiality principle)
Ketidakberpihakan mencakup sikap netral, menjaga jarak yang
sama dengan semua pihak yang terkait dengan perkara, dan
tidak mengutamakan salah satu pihak manapun, dengan disertai
penghayatan
mendalam
mengenai
keseimbangan
antar
kepentingan yang terkait dengan perkara.
3. Integritas (Integrity principle)
Integritas hakim merupakan sikap batin yang mencerminkan
keutuhan dan keseimbangan kepribadian setiap hakim sebagai
pribadi dan sebagai pejabat negara dalam menjalankan tugas
jabatannya. Hakim tidak dibenarkan menerima pemberian dari
pihak-pihak
yang
sedang
berperkara,
sebab
hal
itu
bisa
mempengaruhi perkara yang sedang ditanganinya.
4. Kepantasan dan Kesopanan (Propriety principle)
Kepantasan tercermin dalam penampilan dan perilaku pribadi
yang
berhubungan
dengan
kemampuan
menempatkan
diri
dengan tepat, baik mengenai tempat, waktu, tata busana, tata
suara, atau kegiatan tertentu. Sedangkan kesopanan terwujud
dalam perilaku hormat dan tidak merendahkan orang lain dalam
pergaulan, baik dalam tutur kata lisan, tulisan, atau bahasa
tubuh, dalam bertindak, bekerja, dan bertingkah laku ataupun
bergaul.
5. Kesetaraan (Equality principle)
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 6
Prinsip kesetaraan ini secara esensial melekat dalam sikap setiap
hakim untuk memperlakukan setiap pihak dalm persidangan atau
pihak-pihak lain terkait dengan perkara. Prinsip ini memastikan
kesetaraan
perlakuan
pengadilan
sangatlah
terhadap
penting
semua
guna
orang
pelaksanaan
dihadapan
peradilan
sebagaimana mestinya.
6. Kecakapan
dan
Keseksamaan
(Competence
and
Diligence
principle)
Kecakapan tercermin dalam kemampuan profesional hakim yang
diperoleh dari pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman dalam
menjalankan tugas. Sementara itu, keseksamaan merupakan
sikap pribadi hakim yang menggambarkan kecermatan, kehatihatian,
ketelitian,
ketekunan,
dan
kesungguhan
dalam
pelaksanaan tugas profesional hakim.
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 7
DALAM MEWUJUDKAN KEADILAN BAGI MASYARAKAT
Pendahuluan
Sesungguhnya kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari
hukum. Sepanjang sejarah peradaban manusia, hukum mempunyai
peran
sentral
dalam
upaya
menciptakan
suasana
yang
memungkinkan manusia merasa terlindungi, hidup berdampingan
secara damai dan menjaga eksistensinya di dunia.
Keberadaan hakim juga tidak kalah penting. Sebagai pihak
yang
diberi
kewenangan
untuk
menegakkan
hukum,
hakim
mempunyai posisi vital dalam pembangunan peradaban umat
manusia. Tanpa adanya hakim, hukum tidak bisa ditegakkan. Tanpa
adanya hukum, maka tidak akan mungkin peradaban manusia bisa
tercipta, karena yang akan berlaku adalah hukum rimba, di mana
yang
kuat
akan
membinasakan
yang
lemah,
tanpa
mempertimbangkan benar-salahnya. Oleh sebab itu, hukum dan
hakim adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan.
Hukum diperlukan untuk mengatur interaksi antar individu
dalam masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas
dari kebutuhannya berinteraksi dengan orang lain. Interaksi antar
individu dalam suatu masyarakat seringkali menimbulkan gesekan
yang saling berbenturan. Oleh karena itu, diperlukan suatu tatanan
dalam
masyarakat
yang
mampu
menciptakan
keteraturan,
ketertiban dan ketenteraman. Tatanan yang dimaksudkan adalah
sebuah perangkat yang berisi petunjuk-petunjuk tingkah laku berupa
kaedah hukum.
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 1
Hukum merupakan seperangkat kaedah atau norma yang
tersusun dalam suatu sistem yang berisikan petunjuk bertingkah
laku, tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dan disertai
dengan sanksi. Hukum bisa bersumber dari masyarakat sendiri
maupun
dari
sumber
lain
yang
diakui
keberlakuannya
oleh
masyarakat. Jika hukum dilanggar maka akan diberikan sanksi.
Dengan sanksi itu, masyarakat diharapkan selalu berada dalam
koridor
yang
melanggar
baik
hukum,
serta
menghindarkan
guna
diri
menciptakan
dari
perbuatan
kedamaian
dalam
masyarakat.
Untuk memastikan agar hukum dijalankan dan ditaati dengan
baik, dibutuhkan seseorang yang mempunyai pemahaman yang
mendalam
terhadap
kaedah-kaedah
hukum
dan
mempunyai
integritas yang tinggi untuk diberikan kewenangan menegakkan
hukum tersebut, sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang ada.
Orang yang diberikan kewenangan tersebut adalah hakim. Karena
itu, efektif tidaknya sebuah tatanan hukum erat kaitannya dengan
baik-tidaknya para hakim. Jika para hakim konsisten dan konsekwen
menegakkan hukum, maka kehidupan yang lebih harmonis dan
berkeadilan akan tercipta. Sebaliknya jika para hakim tidak bisa
menegakkan prinsip-prinsip hukum, maka akan sulit terwujud
kehidupan yang damai dan berkeadilan. Hakim mempunyai peran
sentral
dalam
mewujudkan
kehidupan
yang
harmonis
dan
berkeadilan.
Peran dan Tanggungjawab Hakim
Hakim mempunyai posisi yang sangat istimewa jika dilihat dari
perspektif agama. Dalam agama Islam, hakim merupakan posisi
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 2
yang mulia sekaligus penuh resiko dan tantangan. Mulia karena ia
bertujuan menciptakan ketentraman, perdamaian dan keadilan di
dalam masyarakat. Penuh resiko karena di dunia ia akan behadapan
dengan mereka yang tidak puas dengan keputusannya, sedangkan
di akhirat diancam dengan neraka jika tidak menetapkan keputusan
sesuai dengan yang seharusnya.
Para ulama dalam agama Islam sepakat bahwa adanya seorang
hakim dalam sebuah wilayah merupakan fardhu kifayah. Artinya,
dalam sebuah wilayah atau daerah tertentu harus ada orang yang
menjadi hakim. Jika di daerah tersebut tidak ada orang yang mau
menjadi hakim maka menurut ajaran Islam semua orang beragama
Islam di daerah tersebut berdosa semuanya. Adanya seorang hakim
bisa menggugurkan kewajiban semua orang di daerah tersebut,
karenanya menurut ajaran Islam posisinya sangat tinggi dan mulia.
Seseorang yang diangkat menjadi hakim mempunyai tanggung
jawab besar. Setidaknya ada tiga tanggung jawab yang harus
senantiasa dipegang oleh para hakim:
Pertama, tanggung jawab moral. Seorang hakim harus tunduk
dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan kehakiman. Tujuan utama adanya hakim adalah tegaknya
hukum
dan
keadilan.
memanifestasikan
Seorang
keadilan
yang
hakim
harus
terdapat
mampu
dalam
untuk
kenyataan
normative (das sollen) ke dalam kenyataan keseharian (das sein)
melalui putusan-putusannya.
Socrates menyebutkan, ada empat kode etik hakim yang harus
dipegang erat, yakni: mendengar dengan sopan dan beradab,
menjawab dengan arif dan bijaksana, mempertimbangkan tanpa
terpengaruh apapun, dan memutus tidak berat sebelah.
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 3
Di
Indonesia
juga
dikenal
Panca
Dharma
hakim
yang
merupakan panduan bagi setiap hakim dalam berperilaku, bersikap
dan bersifat dalam menjalankan profesi kehakiman. Panca Dharma
Hakim dimaksud ialah: (1) Kartika, melambangkan Ketuhanan Yang
Maha Esa; (2) Cakra, berarti seorang hakim dituntut untuk bersikap
adil; (3) Candra, berarti hakim harus bersikap bijaksana atau
berwibawa; (4) Sari, berarti hakim haruslah berbudi luhur atau tidak
tercela; dan (5) Tirta, berarti seorang hakim harus jujur.
Kode etik tersebut merupakan akhlak yang harus difahami dan
dijalankan oleh para hakim. Sebagai sebuah akhlak, kode etik
tersebut harus menyatu dalam jiwa para hakim, sehingga secara
otomatis akan memancar dalam setiap aktifitasnya, dalam kondisi
apapun.
Kedua, tanggung jawab hukum. Artinya, setiap hakim dalam
menjalankan tanggung jawabnya agar menjunjung tinggi ramburambu hukum. Peraturan perundangan di Indonesia telah mengatur
dengan detil rambu-rambu tersebut. Misalnya Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman mencantumkan
beberapa tanggung jawab profesi yang harus ditaati oleh hakim,
yaitu:
(a) pasal
28
ayat
1
menyebutkan
bahwa
hakim
wajib
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat;
(b) pasal
28
ayat
2
menyebutkan
bahwa
dalam
mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari
terdakwa; dan
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 4
(c) pasal
29
ayat
mengundurkan
3
menyebutkan
diri
dari
bahwa
persidangan
hakim
apabila
wajib
terikat
hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat
ketiga,
atau
hubungan
suami
isteri
meskipun
telah
bercerai, dengan ketua, salah seorang Hakim Anggota,
Jaksa, Advokat, atau Panitera.
Ketiga, tanggung jawab teknis profesi. Setiap hakim diharuskan
untuk melaksanakan tugasnya secara profesional sesuai dengan
tanggungjawabnya.
Setiap
mempertanggungjawabkan
hakim
tindakannya
dituntut
sebagai
mampu
profesional
di
bidang hukum, baik di dalam maupun di luar kedinasan, secara
materi dan formil. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang mutlak
bagi para hakim untuk memahami secara mendalam aturan-aturan
mengenai hukum acara di persidangan. Ketidakmampuan hakim
dalam mempertanggung-jawabkan tindakannya secara teknis atau
dikenal dengan istilah unprofessional conduct dianggap sebagai
pelanggaran.
Prinsip-Prinsip Hukum
Dalam penyelenggaran kekuasaan kehakiman, hakim perlu
memperhatikan enam prinsip kehakiman yaitu :
1. Independensi (Independence principle)
Independensi hakim dan pengadilan terwujud dalam kemandirian
dan kemerdekaan hakim, baik secara personal maupun institusi,
dari berbagai pengaruh dari luar diri hakim berupa intervensi
yang bersifat mempengaruhi secara halus, dengan tekanan,
paksaan, kekerasan, atau balasan karena kepentingan politik
atau ekonomi tertentu dari pemerintah atau kekuatan politik
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 5
yang berkuasa, kelompok atau golongan, dengan ancaman
penderitaan atau kerugian tertentu, atau dengan imbalan atau
janji imbalan berupa keuntungan jabatan, keuntungan ekonomi,
ataupun bentuk-bentuk lainnya. Setiap hakim harus bersikap adil
dalam setiap putusannya.
2. Ketidakberpihakan (Impartiality principle)
Ketidakberpihakan mencakup sikap netral, menjaga jarak yang
sama dengan semua pihak yang terkait dengan perkara, dan
tidak mengutamakan salah satu pihak manapun, dengan disertai
penghayatan
mendalam
mengenai
keseimbangan
antar
kepentingan yang terkait dengan perkara.
3. Integritas (Integrity principle)
Integritas hakim merupakan sikap batin yang mencerminkan
keutuhan dan keseimbangan kepribadian setiap hakim sebagai
pribadi dan sebagai pejabat negara dalam menjalankan tugas
jabatannya. Hakim tidak dibenarkan menerima pemberian dari
pihak-pihak
yang
sedang
berperkara,
sebab
hal
itu
bisa
mempengaruhi perkara yang sedang ditanganinya.
4. Kepantasan dan Kesopanan (Propriety principle)
Kepantasan tercermin dalam penampilan dan perilaku pribadi
yang
berhubungan
dengan
kemampuan
menempatkan
diri
dengan tepat, baik mengenai tempat, waktu, tata busana, tata
suara, atau kegiatan tertentu. Sedangkan kesopanan terwujud
dalam perilaku hormat dan tidak merendahkan orang lain dalam
pergaulan, baik dalam tutur kata lisan, tulisan, atau bahasa
tubuh, dalam bertindak, bekerja, dan bertingkah laku ataupun
bergaul.
5. Kesetaraan (Equality principle)
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 6
Prinsip kesetaraan ini secara esensial melekat dalam sikap setiap
hakim untuk memperlakukan setiap pihak dalm persidangan atau
pihak-pihak lain terkait dengan perkara. Prinsip ini memastikan
kesetaraan
perlakuan
pengadilan
sangatlah
terhadap
penting
semua
guna
orang
pelaksanaan
dihadapan
peradilan
sebagaimana mestinya.
6. Kecakapan
dan
Keseksamaan
(Competence
and
Diligence
principle)
Kecakapan tercermin dalam kemampuan profesional hakim yang
diperoleh dari pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman dalam
menjalankan tugas. Sementara itu, keseksamaan merupakan
sikap pribadi hakim yang menggambarkan kecermatan, kehatihatian,
ketelitian,
ketekunan,
dan
kesungguhan
dalam
pelaksanaan tugas profesional hakim.
Tugas 3 HKUM4103 Filsafat Hukum dan Etika Profesi 7