pelaksanaan apbn dan apbd berdasarkan pp

1. PENDAHULUAN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar
sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban
APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. Seiring dengan peraturan pemerintah
tentang otonomi daerah, maka pembagian anggaran pun dilakukan bukan hanya untuk negara
namun juga daerah. Sehingga kita mengenal pula adanya Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Pelaksanaan anggaran adalah tahap di mana sumber daya digunakan untuk melaksanakan
kebijakan anggaran. Suatu hal yang mungkin terjadi dimana anggaran yang disusun dengan baik
tenyata tidak dilaksanakan dengan tepat, tetapi tidak mungkin anggaran yang tidak disusun
dengan baik dapat diterapkan secara tepat. Persiapan anggaran yang baik merupakan awal baik
secara logis maupun kronologis. Walaupun demikian proses pelaksanaannya tidak menjadi
sederhana karena adanya mekanisme yang menjamin ketaatan pada program pendahuluan.
Bahkan dengan prakiraan yang baik sekalipun, akan ada perubahan-perubahan tidak terduga
dalam lingkungan ekonomi makro dalam tahun yang bersangkutan yang perlu diperlihatkan
dalam anggaran. Tentu saja perubahan-perubahan tersebut harus disesuaikan dengan cara yang
konsisten dengan tujuan kebijakan yang mendasar untuk menghindari terganggunya aktivitas
satker dan manajemen program/kegiatan.
Pelaksanaan anggaran yang tepat tergantung pada banyak faktor yang di antaranya adalah

kemampuan untuk mengatasi perubahan dalam lingkungan ekonomi makro dan kemampuan
satker untuk melaksanakannya. Pelaksanaan anggaran melibatkan lebih banyak orang daripada
persiapannya dan mempertimbangkan umpan balik dari pengalaman yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, pelaksanaan anggaran harus :
(a) menjamin bahwa anggaran akan dilaksanakan sesuai dengan wewenang yang diberikan baik
dalam aspek keuangan maupun kebijakan
(b) menyesuaikan pelaksanaan anggaran dengan perubahan signifikan dalam ekonomi makro

(c) memutuskan adanya masalah yang muncul dalam pelaksanaannya
(d) menangani pembelian dan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.
Sistem pelaksanaan anggaran harus menjamin adanya ketaatan terhadap wewenang anggaran dan
memiliki kemampuan untuk melakukan pengawasan dan pelaporan yang dapat langsung
mengetahui adanya masalah pelaksanaan anggaran serta memberikan fleksibilitas bagi para
manajer.Landasan hukum yang mendasari APBN diantaranya :
1. Undang–Undang Dasar (UUD) 1945
Pasal 23:
(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang–undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar–besarnya kemakmuran rakyat;
(2) Rancangan Undang–Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh

Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara
5. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
6. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136 Tahun 2014
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171 Tahun 2013
tentang Petunjuk Penyusunan dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257 Tahun 2014 tentang Tata Cara Revisi
Anggaran Tahun Anggaran 2015

2. PEMBAHASAN

2.1 Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, membahas tentang
perbendaharaan negara. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam
APBN dan APBD. Sehingga pelaksanaan APBN dan APBD. Ruang lingkup dari
perbendaharaan negara adalah :
a. pelaksanaan pendapatan dan belanja negara;
b. pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah;
c. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;
d. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah;
e. pengelolaan kas;
f. pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;
g. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;
h. penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan negara/daerah;
i. penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD;
j. penyelesaian kerugian negara/daerah;
k. pengelolaan Badan Layanan Umum;
l. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.
2.2 Pejabat Perbendaharaan

2.2.1

Pengguna Anggaran (PA) Menteri atau Pimpinan Lembaga
• Menyusun DIPA.
• Menetapkan:
- KPA;
- Pejabat Pemungut Penerimaan;
- Pejabat Pengelola Utang dan Piutang;
- Pejabat Pengelola BMN;
- Pejabat penguji dan memerintahkan pembayaran; dan
- Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran.

• Menggunakan BMN.
• Mengawasi pelaksanaan anggaran.
• Membuat laporan keuangan.
• Mengatur lebih lanjut pelaksanaan anggaran atas bagian anggaran yang menjadi
tanggungjawabnya.
2.2.2

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kepala Satuan Kerja


• Menyusun DIPA.
• Menetapkan: PPK, PPSPM, Pejabat/Panitia Pengadaan, rencana pelaksanaan
kegiatan dan rencana pencaiaran dana.
• Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran.
• Melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran.
• Melakukan supervisi, konsultasi dan pengendalian kegiatan.
• Mengawasi penatausahaan dokumen dan teransaksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan.
• Menyusun laporan keuangan
2.2.3

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

• Menyusun rencana pelaksanaan Kegiatan dan rencana pencairan dana.
• Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa.
• Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian dengan Penyedia
Barang/Jasa.
• Melaksanakan Kegiatan swakelola.
• Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian yang dilakukannya.

• Mengendalikan pelaksanaan perikatan.
• Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara.
• Membuat dan menandatangani SPP atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPP.
• Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Kegiatan kepada KPA.
• Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan Kegiatan kepada KPA dengan Berita
Acara Penyerahan.
• Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Kegiatan.

• Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara.
* Catatan: Penetapan PPK tidak terikat periode TA dan PPK bertanggung jawab
atas kebenaran meteriil dan akibat yang timbul dari penggunaan bukti mengenai
hak tagih kepada negara.
2.2.4

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar ( PPSM)

• Menguji kebenaran SPP atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPP
beserta dokumen pendukung.

• Menolak dan mengembalikan SPP, apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan.
• Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan.
• Menerbitkan SPM atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPM.
• Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih.
• Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA. dan
• melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengujian dan perintah pembayaran.
* Catatan: Penetapan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran
2.2.5

Bendahara

• Menerima, menyimpan, membayar dan menyetorkan uang Pendapatan Negara
ke rekening Kas Negara.
• Menatausahakan dan membukukan transaksi uang .
• Mengelola rekening melaporkan pertanggung jawaban kepada BPK dan Kuasa
BUN.
• melakukan pengujian tagihan.
• Memotong, memungut, dan menyetorkan pajak yang dipungut ke kas negara

• Menatausahakan dan membukukan transaksi uang persediaan.
• Menyampaikan LPJ ke KPPN.
*Catatan: Pengangkatan Bendahara tidak terikat periode tahun anggaran.

2.3 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Daftar Isian Pelaksana Anggaran disingkat dengan DIPA adalah dokumen
pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna
Anggaran dan di sahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku
Bendaharawan Umum Negara (BUN). DIPA berlaku untuk satu Tahun Anggaran dan
informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan anggaran. Disamping itu DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat pengendali,
pelaksanan, pelaporan, pengawasan, dan sekaligus merupakan perangkat akuntansi
pemerintah. Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh
dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Alur penyusunan DIPA :

2.4 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Negara
2.4.1


Penyetoran Pendapatan Negara

Penyetoran pendapatan negara melalui bank sentral atau bank umum dan badan
lannya (Psl 43)
Kewajiban penyetoran ke kas negara tepat waktu dan adanya pengenaan sanksi
administratif berupa denda (Psl 46)
Penetapan wajib pungut pajak kpd setiap PA/KPA dan/atau bendahara (Psl 47)
2.4.2 Pengelolaan PNBP
Tanggungjawab Menteri/Pimpinan Lembaga yang memiliki sumber PNBP untuk
melakukan pemungutan PNBP (Psl 48)
Kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menetapkan pejabat yang bertugas
melakukan pemungutan PNBP (Psl 48)
Kewenangan dan tanggungjawab KPA untuk memperhitungkan PNBP yang terutang
dari pembayaran yang dilakukannya (Psl 53)
2.4.3 Hibah
Tanggungjawab Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal atas pelaksanaan
pendapatan hibah (Psl 56)
Keharusan pendapatan hibah dikelola dalam APBN (Psl 56)

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan


Mekanisme Penatausahaan dan Pelaporan PNBP

2.5 Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara
2.5.1 Langkah – Langkah Pelaksanaan Anggaran Belanja
Berdasarkan gambar dibawah ini, dapat dibagi, bahwa pelaksanaan anggaran
belanja dapat dibagi menjadi 8 langkah.

Uraian dari 8 langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan APBN :
a. Pembuatan Komitmen



Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan
pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen yang dilakukan
dalam bentuk: Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau
Penetapan keputusan.




Perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa hanya dapat dibebankan pada DIPA
tahun anggaran berkenaan.



Perjanjian/kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya membebani DIPA lebih dari 1
(satu) tahun anggaran dilakukan setelah mendapat persetujuan pejabat yang
berwenang yang diatur oleh PMK.



Perjanjian/kontrak atas pengadaan barang/jasa dapat dibiayai sebagian atau
seluruhnya dengan rupiah murni dan/atau pinjaman dan/atau hibah.



Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan melalui SPM-LS, PPK
mencatatkan perjanjian/kontrak yang telah ditandatangani ke dalam suatu sistem
yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.



Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak
dapat digunakan lagi untuk kebutuhan lain.



Data perjanjian/kontrak yang memuat informasi pihak ke 3 disampaikan ke KPPN
setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk dicatatkan ke dalam Kartu

Pengawasan Kontrak KPPN.
b. Pengajuan SPP(Surat Perintah Pembayaran)
Berdasarkan BA HP3, pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
segera membuat dan menyampaikan SPP kepada PA/Kuasa PA(selaku pemberi
kerja) untuk selanjutnya diteruskan kepada pejabat penerbit SPM berkenaan
SPP sekurang kurangnya harus memuat :
 Nomor dan tanggal DIPA yang dibebankan
 Nomor dan tanggal kontrak
 Nilai kontrak
 Jenis/lingkup pekerjaan
 Jadwal penyelesaian pekerjaan
 Nilai pembayaran yang diminta
 Identitas penerima pembayaran
c. Pengujian oleh pejabat penguji
Pejabat penguji melakukan pengujian pada hal berikut:
 Memeriksa dokumen pendukung SPP.
 Memeriksa ketersediaan pagu.
 Memeriksa kesesuaian dengan rencana kerja.
 Memeriksa kebenaran hak tagih :
- Pihak penerima pembayaran
- Jadwal waktu pembayaran
- Nilai tagihanPerlu Bukti atas Hak tagih
Bukti atas Hak Tagih tersebut, terdiri dari:
● Kontrak/SPK
● Surat Pernyataan penetapan rekanan
● Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
● Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
● Berita Acara Pembayaran
● Kuitansi
● Jaminan bank/yang dipersamakan
● Dokumen lain yg dipersyaratkan utk dana yang sebagian/seluruhnya dari
PHLN

o Bukti atas hak tagih tsb diatas yang merupakan lampiran surat
permintaan pembayaran (SPP) merupakan arsip yang disimpan
oleh PA/KPA
d. Penerbitan SPM
1. SPM LS belanja pegawai dilampiri :
 Daftar gaji
 SK Kepegawaian
 SK Honor, SPK lembur
 SSP.
2. SPM LS Non Bel. Pegawai dilampiri :
 Resume Kontrak/SPK atau Daftar Nominatif Perjalanan
Dinas
 SPTB
 Faktur Pajak dan SSP
e. Pengujian SPM oleh KPPN
Substantif :
 Kebenaran perhitungan
 Ketersediaan dana
 Pengujian dokumen dasar
 Pengujian SPTB.
Formal :
 Mencocokan td tangan dg specimen
 Cara penulisan jumlah uang
 Kebenaran penulisan.
f. Penerbitan SP2D oleh KPPN
SP2D kemudian diterbitkan dengan ketentuan:
 SP2D ditandatangani bersama oleh seksi perbendaharaan dan seksi
bank/Giro Pos
 Penerbitan SP2D dilakukan selambat-lambatnya 1 hari kerja sejak
diterimanya SPM dari Pejabat Penerbit SPM
 SP2D diterbitkan rangkap 3 dan dibubuhi stempel timbul seksi
bank/giro pos yang disampaikan kepada:
-Lembar 1 :Bank Operasional
-Lembar 2 : Penerbit SPM
-Lembar 3 :Pertinggal KPPN
g. Pencairan Dana oleh BUN(MenKeu)
h. Penyelesaian Tagihan ke Pihak ke 3
Penyelesaian tagihan ke pihak ketiga dilakukan dengan dua cara, yaitu langsung
dan uang persediaan.

1.
Uang Persediaan(UP) :
Sejumlah uang yang dibayarkan KPPN kepada bendahara untuk dikelola dalam
rangka pelaksanaan kegiatan.
2.
Pembayaran Langsung(LS) :
Pelaksanaan pembayaran yang dilakukan oleh KPPN kepada pihak yang berhak
berdasarkan SPM-LS yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA atas nama pihak yang
berhak sesuai bukti pengeluaran yang sah.

Ilustrasi Mekanisme Pengadaan dengan LS(Langsung) dan UP(Uang Persediaan)

Kemudian penyelesaian tagihan dibagi dua : LS dan UP. Sbb:

Tagihan LS

Tagihan UP
2.6 Asas Umum Pelaksanaan APBD
Pelaksanaan APBD dimulai dengan uraian tentang asas umum pelaksanaan APBD yang
mencakup :
1. Bahwa semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah harus dikelola dalam APBD;
2. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah
wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
3. Dana yang diterima oleh SKPD tidak boleh langsung digunakan untuk membiayai
pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;

4. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah
paling lama 1 (satu) hari kerja;
5. Jumlah belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi
untuk setiap pengeluaran belanja;
6. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk
pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD;
7. Pengeluaran seperti tersebut pada butir (6) hanya dapat dilakukan dalam keadaan
darurat, yang selanjutnya harus diusulkan terlebih dahulu dalam “rancangan perubahan
APBD” dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
8. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
9. Setiap SKPD tidak boleh melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk
tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD; dan
10. Pengeluaran belanja daerah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip hemat, tidak
mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2.7 Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD adalah dokumen yang digunakan sebagai
dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD sebagai pengguna anggaran. Rancangan DPA
berisi sasaran yang hendak dicapai, program, dan kegiatan anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran tersebut, rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD, serta pendapatan yang
diperkirakan. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) memberitahukan kepada semua
SKPD melalui surat pemberitahuan untuk menyusun rancangan DPA-SKPD, terhitung paling
lambat tiga hari setelah APBD disahkan. SKPD menyusun rancangan DPA-SKPD berdasarkan
surat pemberitahuan perda APBD tersebut dalam jangka waktu paling lambat .enam hari.
DPA SKPD terdiri atas :


DPA SKPD 1
Digunakan untuk menyusun rencana pendapatan atau penerimaan SKPD dalam tahun
anggaran yang direncanakan



DPA SKPD 2.1
Digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan belanja tidak langsung SKPD dalam
tahun anggaran yang direncanakan



DPA SKPD 2.2.1
Digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang
diprogramkan



DPA SKPD 2.2
Merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan SKPD yang dikutip
dari setiap formulir DPA SKPD 2.2.1



DPA SKPD 3.1
Digunakan untuk merencanakan penerimaan pembiayaan dalam tahun anggaran yang
direncanakan



DPA SKPD 3.2
Digunakan untuk merencanakan pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang
direncanakan



Ringkasan DPA-SKPD
Merupakan kompilasi dari seluruh DPA-SKPD
Selanjutnya bersama-sama dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), pejabat

pengelola keuangan daerah melakukan verifikasi terhadap rancangan DPA-SKPD tersebut paling
lama 15 (lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD. Dan berdasarkan hasil verifikasi ini Pejabat Pengelola Keuangan Daerah mengesahkan
DPA-SKPD dengan persetujuan Sekretaris Daerah. DPA-SKPD yang telah disahkan tersebut
selanjutnya digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh para kepala SKPD selaku
pengguna anggaran/pengguna barang.
2.8 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah.

Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah
wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk
membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama
1 (satu) hari kerja oleh Bendahara Penerimaan dengan didukung oleh bukti yang lengkap.
Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. SKPD dilarang
melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah. SKPD yang
mempunyai tugas memungut dan/atau menerima dan/atau kegiatannya berdampak pada
penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan penerimaan tersebut.
Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukarmenukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa
giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta
penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan
daerah.
Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum
daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset daerah yang dicatat sebagai inventaris
daerah.Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan ganti rugi dan
sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada rekening penerimaan yang bersangkutan untuk
pengembalian penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama. Untuk pengembalian kelebihan
penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak
terduga.
2.9 Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah.
Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap
pengeluaran belanja. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk
pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. Setiap SKPD
dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah

ditetapkan dalam APBD. Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah,
efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang
diperoleh oleh pihak yang menagih. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak
dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan
dalam lembaran daerah. Pengeluaran kas tersebut tidak termasuk belanja yang bersifat mengikat
dan belanja yang bersifat wajib.
Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan Dana
(SPD), atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD), atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan SPD.Khusus untuk biaya pegawai diatur bahwa gaji pegawai negeri sipil
daerah dibebankan dalam APBD. Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan
kepada pegawai negeri sipil daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan
memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang¬undangan.
Dalam pelaksanaan pembayaran yang terhutang pajak, bendahara pengeluaran sebagai
wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan
potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening Kas Negara pada bank pemerintah atau bank
lain yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu
sesuai ketentuan perundang-undangan.
Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan
oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. Selanjutnya pembayaran dilakukan dengan
penerbitan SP2D oleh kuasa BUD. Karena itu, kuasa BUD berkewajiban untuk:
a.
b.

meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna anggaran;
menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang tercantum dalam perintah

pembayaran;
c.

menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

d.

memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran daerah; dan

e.

menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Perlu menjadi perhatian bahwa penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang
dan/atau jasa diterima kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. Setelah
tahun anggaran berakhir, kepala SKPD selaku pengguna anggaran dilarang menerbitkan SPM
yang membebani tahun anggaran berkenaan.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran. Bendahara
pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya setelah:
a.

meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran;
b.

menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran; dan

c.

menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
Bendahara pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran apabila kelengkapan dokumen, kebenaran perhitungan dan ketersediaan dana
tidak terpenuhi. Bendahara pengeluaran wajib melakukan hal tersebut karena dia bertanggung
jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya. Kepala daerah dapat memberikan
izin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan SKPD.
2.10

Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 137 sampai dengan Pasal 153,
anggaran yang diperlukan untuk pembiayaan daerah bersumber dari:
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah
selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode tahun
anggaran. SiLPA tahun sebelumnya merupakan penerimaan pembiayaan yang dapat
digunakan untuk: 1) Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil

daripada realisasi belanja daerah; 2) Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban
belanja langsung; dan 3) Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun
anggaran belum terselesaikan.
b. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan
dana yang relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Hal-hal
yang harus diperhatikan mengenai dana cadangan adalah bahwa: 1) Dana cadangan
dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dan cadangan pemerintah daerah yang
dikelola oleh bendahara umum daerah; 2) Dana cadangan tidak boleh digunakan untuk
membiayai program dan kegiatan lain di luar yang telah ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang pembentukan dana cadangan; 3) Program dan kegiatan sebagaimana
disebutkan pada butir (2) baru boleh dilaksanakan apabila dana cadangan telah
mencukupi untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan tersebut; 4) Untuk
membiayai program dan kegiatan tersebut dana cadangan harus dipindahbukukan dahulu
ke rekening kas umum daerah yang harus dilengkapi dengan surat perintah
pemindahbukuan oleh kuasa bendahara umum daerah dengan persetujuan PPKD; 5)
Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari dana cadangan
diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan lainnya.
c. Investasi
Menurut ketentuan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud dengan
investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat eknomis seperti; bunga,
dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Ketentuan
mengenai dana investasi adalah bahwa investasi awal dan penambahan investasi dicatat
dalam rekening penyertaan modal (investasi) daerah. Pengurangan, penjualan dan/atau
pengalihan investasi dicatat dalam rekening penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
(divestasi modal).
d. Pinjaman Daerah dan Obligasi

Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah
uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani
kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut. Beberapa hal yang harus
dicermati mengenai pinjaman daerah dan obligasi adalah:


Penerimaan pinjaman dan obligasi daerah harus dilakukan melalui rekening kas
umum daerah;



Pendapatan daerah dan/atau aset daerah (barang milik daerah) tidak boleh
dijadikan jaminan pinjaman daerah;



Kegiatan yang dibiayai dari obligasi daerah beserta barang milik daerah yang
melekat dalam kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan obligasi daerah.
Penatusahaan atas pinjaman daerah dan obligasi daerah dilaksanakan oleh Kepala
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (kepala SKPKD).

e. Piutang Daerah
Piutang daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kembali kepada pemerintah
daerah dan/atau hak pemerintah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian
atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang
sah. Hal-hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan piutang daerah adalah bahwa:


Setiap piutang daerah harus diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu;



Pejabat penatausahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD) melakukan penatausahaan
atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD;



Piutang daerah dan/atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya
pada saat jatuh tempo, diselesaikan sesuai dengan peraturan pertundangundangan;



Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang retribusi
daerah merupakan prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;



Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat
diselesaikan

dengan

cara

damai,

kecuali

piutang

daerah

yang

cara

penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan;


Piutang daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian secara
mutlak atau bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam
peraturan perundang-undangan;



Penghapusan piutang daerah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

o Untuk piutang berjumlah sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah), penghapusan ditetapkan oleh kepala daerah;
o Untuk piutang yang jumlahnya lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah), penghapusannya ditetapkan oleh kepala daerah dengan persetujuan
DPRD;


Penagihan dan penatausahaan piutang daerah dilaksanakan oleh Kepala SKPKD
yang realisasi setiap bulannya harus dilaporkan kepada kepala daerah.

2.11

Penatausahaan Keuangan Daerah

Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan, bendahara
pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah
wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pejabat
yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran atas pelaksanaan APBD bertanggung jawab
terhadap kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.
2.11.1 Penatausahaan Penerimaan

Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang
ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang
disetor tersebut dilakukan dengan cara:
a.

disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;

b.

disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos oleh pihak ketiga;

dan disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.
Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh
penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya. Bendahara
penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif atas pengelolaan
uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Disamping pertanggungjawaban secara administratif, Bendahara penerimaan pada SKPD
wajib mempertanggung jawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi
tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada
PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Selanjutnya PPKD selaku BUD
melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban bendahara
penerimaan pada SKPD.
2.11.2 Penatausahaan Pengeluaran
Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran kas
SKPD. Rancangan anggaran kas SKPD tersebut disampaikan kepada PPKD selaku BUD
bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD. Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD
dilaksanakan bersamaan dengan pembahasan DPA-SKPD.
Setelah DPA-SKPD ditetapkan, PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah
guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai
dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan.
Anggaran kas tersebut memuat perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan

perkiraan arus kas keluar yang digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap
periode.
2.11.2.1

Penyusunan Anggaran Kas

Penyusunan anggaran kas pemda dilakukan guna mengatur ketersediaan dana yang cukup
untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum
dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran kas memuat perkiraan arus kas masuk yang
bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan untuk mendanai
pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
Dalam proses penatausahaan, anggaran kas memiliki peran penting sebagai alat control.
Dokumen ini dibuat (direkapitulasi) oleh TAPD untuk ditetapkan oleh PPKD selaku Bendahara
Umum Daerah (BUD) yang dalam tahap berikutnya menjadi dasar pembuatan Surat Penyediaan
Dana (SPD).
Kepala SKPD menyusun rancangan anggaran kas berdasarkan rancangan DPA SKPD dan
menyerahkan rancangan anggaran kas SKPD kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan
rancangan DPA-SKPD paling lambat enam hari setelah pemberitahuan.
TAPD bersama dengan kepala SKPD memverifikasi rancangan DPA SKPD dan RAK
SKPD berdasarkan per KDH penjabaran, paling lambat 15 hari kerja sejak ditetapkannya per
KDH penjabaran. TAPD menyerahkan rancangan anggaran kas SKPD yang lolos verifikasi
kepada PPKD untuk disahkan menjadi anngaran kas pemerintah daerah. Rancangan anggaran
kas skpd dibuat arsip oleh PPKD, sedangkan rancangan anggaran kas pemerintah daerah
digunakan dalam proses pembuatan penyediaan dana.
2.11.2.2

Surat Penyediaan Dana

Surat penyediaan dana dibuat oleh BUD dalam rangka manajemen kas daerah. Manajemen kas
daerah adalah kemampuan daerah dalam mengatur jumlah penyediaan dana kas bagi setiap
SKPD, artinya BUD harus mampu memperkirakan kemampuan keuangan pemda dalam
memenuhi kebutuhan dana SKPD. Hal ini penting karena akan memengaruhi jumlah dana yang
dapat disediakan dalam satu kali pengajuan SPD serta periode pengajuan SPD. Contohnya, bagi

daerah yang mampu mencukupi kebutuhan dana yang di-SPD-kan untuk kurun waktu tiga bulan,
maka periode pengajuan SPD cukup satu kali tiap tiga bulan.
SPD digunakan untuk menyediakan dana bagi tiap-tiap SKPD dalam periode waktu tertentu.
Informasi dalam SPD menunjukan secara jelas alokasi tiap kegiatan tetapi tidak harus dibuat
SPD untuk setiap kegiatan secara tersendiri.
2.11.2.3

Surat Permintaan Pembayaran

Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD, bendahara pengeluaran
mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD. SPP diajukan dengan SPD sebagai dasar jumlah yang diminta
untuk dibayarkan kepada SKPD. SPP memiliki emapt jenis yaitu :


SPP Uang Persediaan (SPP-UP); dipergunakan untuk mengisi UP tiap-tiap SKPD.
Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun, selanjutnya untuk mengisi saldo UP
akan digunakan SPP Ganti Uang (SPP-GU).



SPP GU dipergunakan untuk mengganti UP yang sudah terpakai. Diajukan ketika UP
habis. Misalnya,suatu SKPD mendapat alokasi UP pada tanggal 3 januari sebesar Rp
10.000.000. Pada tanggal 23 januari uang UP tersebut telah terpakai sebesar Rp
9.500.000, maka SPP-GU yang diajukan adalah sebesar Rp 9.500.000 untuk
mengembalikan saldo UP ke jumlah semula



SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dipergunakan hanya untuk meminta tambahan uang
apabila ada pengeluaran yang sedemikian rupa sehingga saldo UP tidak akan cukup
membiayainya. Akan tetapi, pembuatan SPP-TU haruslah didasarkan pada rencana
perkiraan pengeluaran yang matang. Pengajuan dana SPP-TU harus berdasar pada
program dan kegiatan tertentu. Misalnya, sebuah SKPD mempunya alokasi UP Rp
20.000.000. Pada periode tersebut direncnakan adanya kegiatan swakelola yang sifatnya
tidak rutin sebesar Rp 15.000.000 yang jika dilaksanakan dengan UP diperkirakan tidak
akan cukup karena kegiatan rutinnya diperkirakan butuh dana sebesar Rp 14.000.000.
Dengan demikian, atas kegiatan tersebut diajukan dana SPP-TU tersendiri. Jumlah dana

yang dimintakan dalam SPP-TU ini harus dipertanggungjawabkan tesendiri dan bila tidak
habis harus disetorkan kembali.


SPP Langsung (SPP-LS); dipergunakan untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga
dengan jumlah yang telah dietapkan. SPP-LS dapat dikelompokan menjadi :
o SPP-LS Gaji dan Tabungan
o SPP-LS Barang dan Jasa
o SPP-LS Belanja Bunga, Hibah, Bantuan, dan Tak Terduga
SPP-LS Belanja Bunga, Hibah, Bantuan, dan Tak Terduga mempunyai perlakuan khusus

sebagai belanja level pemda yang dikelola oleh bendahara tersendiri. Dalam proses
pengajuannya, bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai lampiran
dalam pengajuan SPP, selain dokumen SPP sendiri yang bentuknya disesuaikan dengan setiap
jenis dananya (UP, GU, TU atau LS)


Untuk SPP-UP
o Salinan SPD
o Surat pernyataan pengguna anggaran
o Lampiran lain yang diperlukan



Untuk SPP-GU
o Surat pengesahan surat pertanggungjawaban (SPJ) atas penggunaan dana
SPP-GU sebelumnya
o Salinan SPD
o Surat pernyataan pengguna anggaran
o Lampiran lain yang diperlukan



Untuk SPP-TU

o Surat pengesahan surat pertanggungjawaban (SPJ) atas penggunaan dana
SPP-TU sebelumnya
o Salinan SPD
o Surat pernyataan pengguna anggaran
o Surat keterangan penjelasan keperluan pengisian TU
o Lampiran lain yang diperlukan


Untuk SPP-LS Gaji dan Tunjangan
o Salinan SPD
o Surat pernyataan pengguna anggaran
o Dokumen-dokumen pelengkap daftar gaji. Contoh : pembayaran gaji
induk, gaji susulan, dan kekurangan gaji



Untuk SPP-LS Barang dan Jasa
o Salinan SPD
o Surat pernyataan pengguna anggaran
o Dokumen-dokumen terkait kegiatan (disiapkan oleh PPTK). Contoh :
Salinan SPD, salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait, dan SSP
disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib pajak.

2.11.2.4

Surat Perintah Membayar

Proses penerbitan SPM adalah tahapan penting dalam penatausahaan pengeluaran yang
merupakan tahap lanjutan dari proses pengajuan SPP. Sebagai tahap lanjutan, SPM juga
dibedakan menjadi empat sesuai dengan jenis SPPnya, yaitu SPM-UP, GU, TU, dan LS. Proses
ini dimulai dengan pengujian atas SPM yang diajukan dari segi kelengkapan dokumen maupun

kebenaran pengisiannya. Untuk SPM-GU, pengujian juga dilakukan atas SPJ yang diajukan oleh
bendahara. Begitu juga dengan SPM-TU jika sebelumnya pernah dilakukan.
Secara legal, penerbitan SPM adalah otoritas Pejabat Pengguna Anggaran (PPA). Dengan
demikian, tanda tangan dokumen SPM dilakukan oleh PPA yang bersangkutan sebagai sebuah
pernyataan penggunaan anggaran di lingkup SKPD-nya. SPM yang telah ditandatangani
kemudian diajukan kepada BUD sebagai otoritas yang akan melakukan pencairan dana.
SPM dapat diterbitkan jika :


Pengeuaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia



Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan peruandangan

Waktu pelaksanaan SPM:


Diterbitkan paling lambat 2 hari sejap SPP diterima



Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak SPP diterima

2.11.2.5

Surat Perintah Pencarian Dana

SP2D adalah surat yang dipergunakan untuk mencairkan dana melalui bank yang
ditunjuk setelah SPM diterima oleh BUD. S2PD sifatnya spesifik, artinya satu S2PD hanya
dibuat untuk satu SPM.
S2PD dapat diterbitkan jika:


Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia



Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundangan

Waktu pelaksanaan penerbitan SP2D


Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima



Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak diterima SPM

2.11.2.6
Bendahara

Surat Pertanggungjawaban Pengeluaran

pengeluaran

secara

administratif

wajib

mempertanggungjawabkan

penggunaan/ ganti/tambah UP kepada SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.

Dalam

mempertanggungjawabkan

pengelolaan

UP,

dokumen

laporan

pertanggungjawaban yang disapaikan mencakup:


Buku kas umum pengeluaran



Ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukto-bukti pengeluaran
yang sah atas pengeluaran dari setiap rincian objek yang tercantum dalam ringkasan
pengeluaran per rincian objek dimaksud



Bukti atas penyetoran PPN/PPh k kas Negara



Register penutupan kas

Dalam melakukan verfikasi atas laporan pertanggungjawaban ang disampaikan PPK-SKPD
berkewajiban:


Meneliti kelengkapan dokumen laporan pertangungjawaban dan keabsahan bukti-bukti
pengeluaran yang dilampirkan



Menguji kebenaran perhitungan atas pengeluaran per rincian objek yang tercantum dalam
ringkasan per rincian objek



Menghitung pengenaan PPN/PPh atas beban pengeluara per rincian objek



Menguji kebenaran sesuai dengan SPm dan SP2D yang diterbitkan periode sebelumnya

Selain melakukan pertanggungjawaban administratif, bendahara juga harus membuat SPJ dan
dikirimkan ke BUD dalam rangka pertanggungjawaban fungsional.

3. KESIMPULAN
Pelaksanaan APBN maupun APBD, diatur oleh Undang-Undang yang berlaku. Undangundang utama yang mengatur adalah UU No 1 Tahun 2004. Secara teknis lebih lanjutnya
diatur pada peraturan menteri keuangan dan peraturan pemerintah. Pelaksanaan anggaran
penerimaan dan belanja negara dan daerah, memiliki tahapan yang sama, hanya instansi yang
berbeda. Dalam prakteknya, pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun
daerah tidak berbeda karena aturan yang berlaku.

4. DAFTAR PUSTAKA
1. UU NO 1 TAHUN 2004
Tentang perbendaharaan negara
2. Buku pedoman perencanaan – Direktorat Jenderal Anggaran
3. D Nordiawan, IS Putra, M Rahmawati. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta:
Salemba 4
4. Budidarma.com/2011/11/pelaksanaan-penatausahaan-pelaloran-dan.html
5. Saifulrahman.lecture.ub.ac.id./files/2010/03/Pertemuan-5.pdf