MAKALAH dan PEMBUATAN dan TNT

MAKALAH PEMBUATAN
TRINITROTOLUENA (TNT)

DI SUSUN OLEH :
ARIESTA DWI UTAMI

2015430005

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)
dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu operasi
peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan
yang dipakai sesuai dengan metode peledakan yang di terapkan .
Bahan peledak adalah bahan/ zat yang berbentuk cair, padat, gas atau
campurannya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, gesekan akan

berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang lebih stabil, yang sebagian besar
atau seluruhnya berbentuk gas dan perubahannya tersebut berlangsung dalam waktu
yang sangat singkat yang disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.
Penggunaan bahan peledak dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Untuk kegiatan militer
2. Untuk kegiatan non-militer
Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan:
1. Komposisi bahan kimia
2. Kecepatan rambat
3. Kepekaan
Akan tetapi, bahan penyusun dari peledak itu sendiri terdiri dari banyak
komponen atau zat yang memiliki sifat yang reaktif dan tidak stabil yang antara lain
akan dibahas dalam makalah ini, uranium, plutonium, asam sulfat, ammonium nitrat,
TNT, nitrogliserin dan fosfor kuning.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi TNT?
2. Apa kegunaan TNT ?
3. TNT terbuat dari apa?
4. Klasifikasi bahan peledak ?


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi TNT
2. Untuk mengetahui cara pembuatan TNT
3. Untuk mengetahui macam macam bahan peledak
4. Untuk mengetahui klasifikasi bahan peledak

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bahan Peledak
Zat kimia adalah semua materi dengan komposisi kimia tertentu. Suatu zat murni
tidak dapat dipisahkan menjadi zat lain dengan proses mekanis apapun. Secara umum, zat
terdapat dalam bentuk padat, cair atau gas dan dapat mengalami perubahan fasa zat sesuai
dengan perubahan temperatur atau tekanan.
Bahan peledak adalah bahan/ zat yang berbentuk cair, padat, gas atau
campurannya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, gesekan akan
berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang lebih stabil, yang sebagian besar atau
seluruhnya berbentuk gas dan perubahannya tersebut berlangsung dalam waktu yang
sangat singkat yang disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.
2.2 Penggunaan Bahan Peledak
Bahan peledak banyak digunakan untuk kegiatan militer maupun kegiatan non-militer.

1. Jenis bahan peledak untuk kebutuhan militer dapat digolongkan ke dalam 3 jenis,
yaitu:
a. Ledakan rendah (single base, double base, triple base dan composite)
b.

Ledakan tinggi

c. Komposisi piroteknik
2. Bahan peledak non-militer biasanya digunakan dalam kegiatan pembangunan/
kesejahteraan dan industri-industri lain.
2.3 Klasifikasi Bahan Peledak
1. Berdasarkan Komposisi Kimia
Berdasarkan komposisi kimia, bahan peledak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Senyawa tunggal terdiri dari satu macam senyawa saja yang sudah merupakan
bahan peledak. Senyawa tunggal ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Senyawa anorganik misalnya: PbN5, Amonium nitrat.
2. Senyawa organik misalnya: Nitrogliserin, trinitritoluena, dll.
b. Campuran yang merupakan penggabungan dari berbagai macam senyawa
tunggal. Misalnya: dinamit, black powder, ANFO, dll.


2. Berdasarkan Kecepatan Rambat
Berdasarkan kecepatan rambat tersebut, bahan peledak dibagi menjadi:
A. Bahan peledak rendah (low eksplosive)
Bahan peledak yang kecepatan rambat reaksinya rendah (umumnya di
baah 1.000 m/detik). Bahan peledak rendah umumnya digunakan sebagai bahan
pendorong atau propelan. Misalnya: black powder, propelan (single base, double
base).
B. Bahan peledak tinggi (high eksplosive) yang terdiri dari:
a) Bahan peledak non initial
b) Bahan peledak penghantar
c) Bahan peledak penghancur
d) Bahan peledak initial
3. Berdasarkan Kepekaan
Berdasarkan kepekaan, bahan peledak dibagi menjadi:
A. Peledak pertama
Peledak inisiasi, yaitu bahan peledak yang mudah meledak dengan adanya
api, benturan, gesekan dan semacamnya. Bahan ini biasanya digunakan sebagai
muatan primer dalam pemicu.
B. Peledak kedua
Peledak non inisiasi, yaitu bahan peledak yang meledak apabila telah

dipicu oleh peledak pertama.
2.4 Komposisi Kimia Bahan Peledak
Berdasarkan komposisi kimia, bahan peledak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Senyawa tunggal terdiri dari satu macam senyawa saja yang sudah merupakan bahan
peledak. Senyawa tunggal ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : Senyawa anorganik misalnya : PbN6, Amonium nitrat.
2. Senyawa organik misalnya : Nitrogliserin, Trinitrotoluena dan lain-lain.
3. Campuran yang merupakan penggabungan dari berbagai macam senyawa tunggal.
Misalnya : dinamit, black powder, ANFO, dan lain-lain.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah TNT
TNT pertama kali diproduksi pertama kali pada tahun 1863 oleh kimiawan
jerman bernama Joseph Wilbrand dan pada skala industri tahun 1891 juga oleh
Jerman, dan pada tahun 1901 diadopsi untuk kekuatan militer. Selama Perang Dunia I
produksi TNT terbatas karena jumlah toluena sebagai produk sampingan dari industri
kokas yang terbatas. Setelah 1940, toluena tersedia lebih banyak sebagai hasil
sampingan dari industri minyak bumi dan selama Perang Dunia II TNT diproduksi
secara luas.
3.2 Pengertian TNT

Trinitrotoluena (TNT, atau Trotyl) adalah hidrokarbon beraroma menyengat
berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 354 K (178 °F, 81 °C).
Trinitrotoluena adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur, misalnya
dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT dipersiapkan dengan
nitrasi toluene C6H5CH3; rumus kimianya C6H2(NO2)3CH3, and IUPAC name
2,4,6-trinitrotoluene.
3.3 Cara Pembuatan Trinitrotoluena (TNT).
 Pembuatan TNT dapat dilakukan melalui nitrasi terhadap toluena dengan
campuran asam nitrat dan asam sulfat. tahapan ini membutuhkan campuran
asam dalam konsentrasi tinggi dan bebas dari SO3.
 Dalam industri, TNT disintesis dalam tiga langkah. Pertama, toluena dinitrasi
dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat untuk menghasilkan mononitrotoluene atau MNT. MNT dipisahkan dan kemudian direnitrasi
membentuk dinitrotoluene atau DNT. Pada tahap akhir, DNT dinitrasi
membentuk Trinitrotoluena atau TNT menggunakan campuran asam nitrat
anhidrat dan oleum.
 Asam nitrat habis dikonsumsi untuk proses industri, tapi asam sulfat encer
dapat digunakan kembali. Setelah nitrasi, TNT distabilkan dengan proses yang
disebut sulphitation, di mana crude TNT diperlakukan dengan larutan sulfit

dan larutan natrium untuk menghilangkan isomer TNT dan produk reaksi yang

tidak diinginkan.
 Air bilasan dari sulphitation dikenal sebagai red water dan merupakan polutan
yang signifikan dan merupakan produk limbah dari pembuatan TNT.
3.4 Karakter Explosive
 TNT berbeda dengan dinamit. TNT adalah senyawa kimia yang spesifik,
sementara dinamit adalah suatu campuran nitrogliserin yang dikompresi
menjadi bentuk silinder dan dibungkus dengan kertas.
 Setelah ledakan, TNT terurai sebagai berikut:
2C7H5N3O6 → 3N2 + 5H2O + 7CO + 7C
 Reaksi ini eksotermik dengan energi aktivasi yang tinggi. Adanya karbon pada
produk, menyebabkan ledakan TNT memiliki penampilan jelaga. Dan karena
TNT memiliki kelebihan karbon, campuran bahan peledak yang kaya dengan
senyawa oksigen dapat menghasilkan lebih banyak energi per kilogram dari
TNT saja.
 Selama abad ke-20, amatol, campuran TNT dengan ammonium nitrat adalah
bahan peledak militer yang secara luas digunakan.
3.5 Toksisitas TNT
 TNT adalah senyawa yang sangat beracun (quite oxic).
 TNT juga dapat diserap melalui kulit.
 Menyebabkan iritasi dan noda kuning terang.

 Orang yang terkena TNT selama periode tertentu cenderung mengalami
anemia dan kelainan fungsi hati.
 Memberikan efek yang buruk pada darah dan hati, pembesaran limpa dan
efek berbahaya lainnya pada sistem imunitas juga ditemukan pada hewan yang
tertelan atau terkontaminasi Trinitrotoluena.
 TNT juga diduga memiliki efek merugikan bagi fertilitas laki-laki dan juga
bersifat karsinogen.
 TNT yang mencemari lingkungan perairan biasa disebut “red water", yang
mungkin sulit dan mahal untuk penanganannya.

3.6 Aplikasi TNT
TNT paling umum digunakan untuk bahan peledak dan industri aplikasi
militer. Hal ini dinilai karena ketidakpekaannya terhadap shock dan gesekan, yang
mengurangi risiko ledakan disengaja. TNT meleleh pada 80°C (176°F), jauh di bawah
suhu di mana ia akan meledak secara spontan, sehingga aman bila dikombinasikan
dengan bahan peledak lain. TNT tidak menyerap atau larut dalam air, yang
memungkinkan untuk digunakan secara efektif dalam lingkungan basah. Selain itu,
cukup stabil bila dibandingkan bahan peledak tinggi lainnya.
Meskipun TNT tersedia dalam berbagai ukuran (misalnya 250 g, 500 g, 1.000
g), namun lebih sering ditemui dalam campuran dengan bahan peledak lain/ditambah

bahan lainnya. Contoh campuran bahan peledak yang mengandung TNT meliputi:
1. Amatol
Amatol adalah highly explosive material yang terbuat dari campuran TNT dan
ammonium nitrat . Amatol digunakan secara luas selama Perang Dunia I dan Perang
Dunia II. Ia akhirnya digantikan dengan alternatif lain seperti Torpex dan Tritonal.
Biasanya, Amatol digunakan sebagai bahan peledak dalam senjata militer seperti
pesawat bom, peluru dan ranjau laut. Amatol saat ini dikenal dengan nama amonite,
dengan komposisi 20% TNT dan 80% amonium nitrat.
2. Ammonal
Ammonal adalah bahan peledak (explosive) yang terdiri dari Amonium Nitrat
58,6% Aluminium 21% 2,4% Trinitrotoluena 18%. Fungsi amonium nitrat sebagai
senyawa oksidator dan aluminium sebagai peningkat daya.
3.

Ednatol
Ednatol adalah

bahan

peledak


(explosive)

yang

terdiri

dari

58%

ethylenedinitramine dan 42% TNT. Dikembangkan di Amerika sekitar tahun 1935
dengan kecepatan detonasi 7.400 meter per detik.
4. Octol
Octol adalah bahan peledak yang biasa dipakai sebagai hulu ledak dalam
peluru kendali. Dua formulasi umum yang digunakan dalam Octol:
 70% HMX & 30% TNT
 75% HMX & 25% TNT

5. Minol

Minol adalah bahan peledak (explosive) yang dikembangkan pada awal
Perang Dunia II dan biasa digunakan untuk senjata bawah air (ranjau laut atau
torpedo laut). Empat tipe komposisi Minol:
 Minol-1: 48% TNT, 42% ammonium nitrat dan 10% bubuk aluminium.
 Minol-2: 40% TNT, 40% ammonium nitrat dan 20% bubuk aluminium.
 Minol-3: 42% TNT, 38% ammonium nitrat dan 20% bubuk aluminium.
 Minol-4: 40% TNT, 40% ammonium nitrat & bubuk potassium nitrat (90/10)
dan 20% bubuk aluminiumium.
6. Torpex
Torpex adalah bahan peledak (explosive) yang digunakan dalam Perang
Dunia II. Nama ini merupakan singkatan dari Torpedo dan Explosive. Torpex
umum digunakan sebagai senjata bawah air.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari Makalah diatas dapat di simpulkan :
 Trinitrotoluena adalah bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur,
misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol. TNT
dipersiapkan

dengan

nitrasi

toluene

C6H5CH3;

rumus

kimianya

C6H2(NO2)3CH3, and IUPAC name 2,4,6-trinitrotoluene.
 Pembuatan TNT dapat dilakukan melalui nitrasi terhadap toluena dengan
campuran asam nitrat dan asam sulfat. tahapan ini membutuhkan campuran
asam dalam konsentrasi tinggi dan bebas dari SO3.
 TNT pertama kali diproduksi pertama kali pada tahun 1863 oleh kimiawan
jerman bernama Joseph Wilbrand dan pada skala industri tahun 1891 juga oleh
Jerman, dan pada tahun 1901 diadopsi untuk kekuatan militer.

DAFTAR PUSTAKA
http://endiferrysblog.blogspot.co.id/2012/04/tnt-sebagai-bahan-peledak-eksplosive.html
http://mail-chaozkhakycostikcomunity.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-bahantrinitrotoluena-tnt.html
http://sartikecil.blogspot.co.id/2011/11/bahan-kimia-sebagai-bahan-peledak.html
http://www.kompasiana.com/painan/mengenal-tnt-bahan-peledak-yangmelegenda_55814ee3e022bd5a350e77dd
https://www.academia.edu/31383339/Makalah_Benzena_dan_turunan_Materi