Laporan Praktikum Farmakologi dan Toksil

KARDIOVASKULAR
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Penyakit darah yang tinggi yang lebih dikenal sebagai Hipertensi
merupakan penyakit yang dapat perhatian dari semua kalangan masyarakat
mengigat dampak yang timbulnya baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu. Penyakit Hipertensi menimbulkan angka morbidital
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata prevalensi (angka
kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai
penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-26,8%
penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita Hipertensi.
Saat ini terdapat kecendrungan bahwa masyarakat perkotaan lebih
banyak menderita hipetensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini
dihubungan dengan gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan
resiko penyakit hipertensi seperti strees, oberitas (kegemukan), kurangnya olah
raga, merokok, alkohol, dan makanan-makanan tinggi kadar lemak.

Secara umum masyarakat sering menghubungkan konsumsi garam dan
hipertensi. Pengaruh asupan garam dan hipertensi melalui peningkatan eksresi
(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
(sistem pendarahan) yang normal, pada hipertensi esensial mekanisme ini
terganggu, disamping faktor lain yang berpengaruh.
B.

Tujuan Percobaan
Untuk menentukan efektivitas obat antihipertensi yaitu bisoprolol,
amlodipine, dan losartan terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) yang
diinduksi dengan epinephrin.

AYU MELINDA

15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang terasa pada arteri darah
dipompa keluar jantung.Denyut ini mudah diraba disuatu tempat dimana arteri
melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Tiap menit sejumlah
volume yang tetap sama kembali ke vena tidak seimbang dan ventrikel gagal
mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung.
Vena-vena besar dekat jantung menjadi membengkak berisi darah, sehingga
tekanan dalam vena naik dan kalau keadaan ini tidak dapat ditangani maka
terjadi udema (Pearce,2002).
Udema karena payah jantung sebagian karena adanya tekanan balik
didalam vena yang meningkatkan perembesan cairan keluar dari kapiler dan
sebagian karena daya pompa jantung rendah dan juga mengurangi pengantaran
darah keginjal.Maka ginjal gagal mengeluarkan garam. Penimbunan garam

menyebabkan penimbunan air (Pearce,evelyn.2002)
Dalam

pengendalian

tekanan

darah

berlangsung

secara

lambat

menggantikan refleks saraf yang telah gagal melaksanakan fungsinya.Dalam
pengendalian tekanan darah secara cepat berlangsung secara terintegrasi
dengan fungsi-fungsi organ yang terkait seperti kardiovaskular dan ginjal.
Pengendalian tekanan darah dilakukan oleh renin-angiotensin diawali dengan
disekresinya bahan renin oleh glomerular (Syaifuddin,2009),


AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
Tekanan darah tinggi berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup
dan peningkatan resiko stroke. Penyakit jantung koroner dan penyakit organ
target lainnya (misalnya retinopati, gagal ginjal).Masalahnya adalah bahwa
resiko tersebut berjenjang sehingga tidak ada garis batas yang jelas antara
pasien yang harus diterapi dan yang tidak perlu diterapi.Penurunan tekanan
darah pasien yang tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg menurunkan
mortalitas dan morbiditas.Tetapi ini bisa mencakup 25% dari populasi.Di
Inggris secara umum, diterima bahwa pasien tanpa faktor resiko tambahan,
indikasi terapi adalah tekanan diastolik diatas 100 mmHgdan tekanan sistolik
diatas 160 mmHg. Faktor resiko lain untuk penyakit vaskular yang bisa bekerja
sinergis yaitu merokok,obesitas, hiperlipidemia, diabetes, hipertensi ventrikel
kiri. Beberapa pasien mengalami hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal
atau endokrin. (Neal,MJ.2010)

Hipertensi
Hipertensi didenisikan sebagai tekanan darah diastolik tetap yang lebih
besar dari 90 mm Hg disertai dengan kenaikan tekanan darah sistolik (140 mm
Hg).Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tonus otot polos vaskuler perifer
yang menyababkan peningkatan resistensi arteriola dan menurunnya kapasitas
sistem pembuluh vena (Mycek,2013).
Berdasarkan tingginya tekanan darah seseorang dikatakan hipertensi bila
tekana darahnya ˃140/90 mmHg (Gunawan,2007) :

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
Sistol

Diastol

Normal


mm Hg
˂ 120

mm Hg
˂ 80

Prehipertensi

120-139

80-89

140-159

90-99

Klasifikasi

Hipertensi

Tingkat 1

Tingkat 2
˃ 160
˃ 100
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi esensial
atau hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologi yang jelas.Penyebebnya multifaktorial meliputi faktor genetika dan
lingkungan.Dan

Hipertensi

sekunder

meliputi

5-10%

kasus


hipertensi.Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit
ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, oabt-obatobatan dan lain-lain. Hipertensi renal dapat berupa hipertensi renovaskuler ,
misalnya pada stenosis arteri renalisvakulitis internal (Gunawan,2007).
Ginjal mengatur tekanan darah

jangka panjang dengan mengubah

volume darah. Barometereseptor pada ginjal menyebabkan penurunan tekanan
darah

(dan

stimulasi

reseptor

ß-adrenergik

simpatik)


dengan

cara

mengeluarkan enzim renin . Pepetidase ini akan mengubah angiotensinogen
menjadi

angiotensin I yang selanjutnya dikonversi menjadi angiotensin II

oleh enzim pengkonversi angiotensin (ACE). Angiotensin II adalah
vasokonstriktor yang sangat poten dalam sirkulasi, menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Lebih lanjut, angiotensin II ini memacu sekresi aldosteron,
sehingga reabsorbsi natrium ginjal dan volume darah meningkat, yang
seterusnya juga akan meningkatkan tekanan darah (Mycek,2013).
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR

Antihipertensi memiliki beberapa golongan obat yaitu golongan diuretic,
Penyekat-Beta, inhibitor ACE, Antagonis angiotensin II, Penyekat kanal
kalsium, Penyekat –Alfa dan obat golongan lain-lain (Mycek,2013).
Golongan diuretik tiazid bekerja merendahkan tekanan darah, dimulai
dengan peningkatan sekresi Na+ dan air.Ini menurunkan volume ekstrasel
menimbulkan pengurangan isi sekuncup jantung dan aliran darah ginjal.Contoh
obatnya yaitu hidroklorotiazid. Sedangkan diuretik loop , bekarja cepat pada
pasien contoh obatnya Furosemid. Menyebabkan penurunan resisitensi
vaskuler ginjal. Meningkatkan isi kadar kalsium urine sedangkan diuretika
tiazid menurunkan konsentrsi kalsium pada urine (Mycek,2013) .
Golongan penyekat ß-adrenoreseptor, contoh obatnya yaitu : Atenolol,
Labetalol, Metoprolol, Nadolol, Propanolol dan Timolol, menyebebkan
penurunan tekanan darah terutama mengurangi isi sekuncup jantung . Obat ini
menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan renin dari
ginjal, karena itu mengurangi pembentukan angiotensin II dan sekresi
aldosteron (Mycek,2013).
Golongan inhibitor ACE ,contoh obatnya yaitu Benazepril, Kaptopril,
Enalapril,

Fosinopril,


Lisinopril,

Moeksinipril,

Quinapril,

Ramipril,

menurunkan tekanan darah dengan mengurangi resistensi vaskuler perifer
tanpa meningkatkan curah jantung, kecepatan ataupun kontraktilitas. Obat-obat
ini menghambat enzim pengkonversi angiotensinogen yang mengubah
angiotensin I membentuk vasokontriksi poten angiotensin II.Vasodilatasi
terjadi sebagai efek kombinasi vasokontriksi yang lebih rendah disebabkan
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
oleh berkurangnya angiotensin II dan vasodilatasi dari peningkatan bradikinin
(Mycek,2013).
Golongan Antagonis angiotensin II contoh obatnya yaitu Losartan,
menurunkan tekanna darah dengan memblok reseptor angiotensin . Obat ini
mempunyai sifat yang sama dengan inhibitor ACE yaitu menimbulkan
vasodilatasi dan meningkatkan sekresi aldosteron (Mycek,2013).
Golongan penyekat kanal kalsium contoh obatnya yaitu Amlodipin,
Diltiazem, Felodipin,Isradipin, Nefedipin, dan Verapamil, menurunkan tekanan
darah dengan cara menghambat masuknya kalsium

kedalam sel. Hal ini

menurunkan resistensi perifer dan menyebabkan penurunan tekanan darah
(Mycek,2013).
Golongan penyekat α-Adrenergik menyebabkan penyakatan kompetitif
α1 – Adrenoreseptor contoh obatnya yaitu Doksazosin, Praosin, Terasozin.
Obat-obat ini menurunkan vaskuler periver dan menurunkan tekanan darah
arterial denga menyebabkan bukan hanya perubahan yang kecil dari curah
jantung, aliran darah ginjal dan kecepatan viltrasi glomerulus (Mycek,2013).
Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis mempunyai dua pengertian , pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urine yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan
jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air (Gunawan,2007).

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema , yang
berarti mengbah keseimbangan cairan sedemiakian rupa sehinnga volume
cairan ekstra sel kembali menjadi normal (Gunawan,2007).
Diuretika digunakan pada semua keadaan di mana dikehendaki
peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung.
Pada hipertensi guna mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan
darah (tensi ) menurun (Tjay,2002).
Penghambat Karbonik Anhidrase obatnya yaitu Asetazolamid ,
menurunkan reabsorbsi bikarbonat pada tubulus proksimal malalui inhibisi
katalisis hidrasi CO2 dan reaksi dehidrasi . Oleh Karen aitu , ekskresi HCO 3-,
Na+ dan H2O meningkat. Kehilangan HCO3- menyababkan asidois metabolic
dan efek obat menjadi self-limitingpada saat bikarbonat darah turun Na+ yang
dialirkan ke nefron distal meningkat sekresi K+ (Gunawan,2007).
“Loop”Diuretik obatnya yaitu Bumatanid, furosemid, torsemid dan asam
ekrinat merupakan empat diuretik yang efek utamanya pada asendens ansa
henle. “Loop” diuretik menghambat kontraspor Na+/K+/Cl- dari membrane
lumen pada pars asendens ansa henle. Karena itu, resorbsi Na +/K+/Cl- menurun.
“Loop”diuretik merupakan obat diuretic yang paling efktif , karena pars
asenden benranggung jawab untuk absorbs 25-30% NaCl yang disaring dan
bagian distalnya tidak mampu untuk mengkompensasi keniakan muatan Na +
(Mycek,2013).
Diruretik Tiazid contoh obatnya yaitu Klorotiazid.Tiazid merupakan obat
diuretik yang paling banyak digunakan. Derivat Tiazid bekerja terutama pada
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
tubulus distal untuk menurunkan reabsorbsi Na+ dengan menghambat
kontraspoter Na+/Cl- pada membrane lumen . Obat-obat ini memiliki sedikit
efek pada tubulus proksimal. Akibatnya oabt-obat ini meningkatkn konsentrasi
Na+dan Cl- pada ciran tubulus. Keseimbangan asam basa biasanya tidak
dipengaruhi katena tempat kerja derivate tiazid ialah membran lumen
(Mycek,2013).
Diuretik Hemat Kalium contoh obatnya yaitu Spironolakton, amilorid
dan Triamteren.Diuretik ini bekerja pada segmen yang berperan terhadap
aldosteron pada nefron distal, dimana homeostatis K+ dikendalikan. Aldosteon
menstimulasi reabsorbsi Na+, membangkitkan poten sial negative kedalam
lumen , yang mengarahkan ion K+ dan H+ ke dalam lumen (dan kemudian
ekskresinya). Diuretik hemat kalium menurunkan reabsorbsi Natrium dengan
mengantagonis (Spironolakton) atau memblok kanal Na+ (Amilorid dan
triamteren). Hal ini meyebabkan potensial aksi listrik epitel tubulus menurun,
sehingga gaya untuk sekresi K+ berurang (Gunawan,2007).
Diuretik osmotik , sejumlah zat kimia yang sederhana dan hidrofilik
disaring glomerulus , seperti matinol dan urea menyebabkan berbagai derajat
dieresis. Hal ini terjai karena kemampuan zat-zat ini untuk mengangkut air
bersama kedalam cairan tubulus . Bila zat-zat yang tersaring berikutnya
mengalami sedikit atau tidak direabsorbsi sama sekali kemudian zat yang
disaring akan menyebabkan peningkatan keluaran urine. Hanya dalam jumlah
kecil dari garam-garam yang ditambahkan dapat juga diekskresikan karena
diuretik osmotic digunakan untuk meningkatkan
AYU MELINDA
15020140081

ekskresi air dari pada

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
ekskresi Na+maka obat-obat ini tidak berguna untuk mengobati terjadinya
retensi Na+ . Obat-obat ini digunakan untuk memelihara aliran urine dalam
keadaan toksisk akut setelah manelan zat-zat beracun yang berpotensi
menimbulkan kegagalan ginjal akut (Mycek,2013).
B. Uraian bahan dan obat
1. Uraian bahan
a. Na-CMC (Dirjen POM, 1979: 401)
Nama Resmi
Nama Lain
Pemerian

:
:
:

NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Natrium karboksilmetilselulosa
Serbuk

atau

gading,tidak
Kelarutan

butiran,
berbau

berbau,higroskopik.
Mudah
mendispersi

:

putih
dan

atau

kuning

hampir

tidak

dalam

air,

membentuksuspensi koloidal, tidak larut dalam
etanol (95%) P, dalam eter P,dalam pelarut
organiklain.
b. Aqua Pro Injeksi (Ditjen POM, 1979 : 97)
Nama Resmi
Nama Lain
Pemerian
:
Penyimpanan:

:
:

AQUA STERILE PRO INJECTION
Air steril untuk injeksi
Cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.
Dalam wadah tertutup baik.

2. Uraian Obat
a. Epinefrin
Golongan

: Agonis Adrenergik- Kerja Langsung (Harvey, 2013)

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
Indikasi

: Penggunaannya terutama sebagai analepticum, yakni
obat stimulant jantung yang aktif sekali pada
keadaan darurat, seperti kolaps, shock anafilaktis,
atau jantung berhenti (Tjay, 2010)

Kontraindikasi

: Dikontadindikasikan pada pasien yang mendapat βblocker nonselektif, karena kerjanya yang tidak
terimbangi pada reseptor α1 pembuluh darah dapat
menyebabkan hipertensi yang berat dan perdarahan
otak (Gunawan, 2007).

Efek samping

: Ansietas, rasa takut, cemas, sakit kepala, dan tremor
(Harvey, 2013).

Interaksi obat

: Hipertiroidisme, cocaime, diabetes, penghambat βblocker, dan anestesi inhalasi (Harvey, 2013)

Dosis

: Pada asma akut s.c. 0,2-0,5 mg, bila perlu diulang
dua kali setiap 20 menit, maks. 1 mg tiap kali.
Glaucoma terbuka 1 tetes 2-5 mg/ml. dalam tetes
mata/hidung 0,05-0,2% (Tjay, 2010)

Farmakodinamik : Memperkuat

kontraktilitas

miokardium,

dan

meningkatkan kecepatan kontraksinya. Karena itu
curah jantung meningkat (Harvey, 2013)
Farmakokinetik

: Epinefrin memiliki awitan yang cepat, tetapi
berdurasi kerja singkat (Karena degradasi yang
cepat). Dalam situasi darurat epinefrin diberikan

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
secara intravena adar awitan kerja sangat cepat. Obat
ini

juga

diberikan

secara

subkutan,

selang

endotrakeal, inhalasi, ataupun topical pada mata
(Harvey, 2013)
b. Bisoprolol
Golongan

: Penghambat-β (Tjay, 2010)

Indikasi

: β-blocker digunakan dalam pengobatan serangan
angina, angina tidak stabil dan infark jantung (Tjay,
2010)

Kontraindikasi

: Bradikardia simtomatik, blok AV, gagal jantung
kongestif, eksaserbasi serangan asma, diabetes
mellitus dengan episode hipoglikemia (Gunawan,
2007)

Efek samping

: lelah, mimpi buruk, depresi, serta impotensi (Tjay,
2010)

Dosis

: angina dan hipertensi 1 dd 5-10 mg (Tjay, 2010)

Farmakodinamik : Penghambat-β menurunkan tekanan darah, terutama
dengan penurunan curah jantung. Obat-obat ini juga
menurunkan aliran keluar simpatis dari sistem saraf
pusat dan menghambat pelepasan renin dari ginjal
sehingga menurunkan pembentukan angiotensin II
dan sekrsesi aldosterone (Harvey, 2013)

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
Farmakokinetik

: Penghambat-β efektif per oral. Penghambat-β dapat
memerlukan beberapa minggu untuk menghasilkan
efek lengkapnya(Harvey, 2013)

c. Losartan
Golongan

: Antagonis Reseptor Angiotensin II (Harvey, 2013)

Indikasi

:Menurunkan

nefrotoksisitas

pada

diabetes,

menjadiakn obat ini sebagai obat yang disetujui pada
diabetic hipertensi (Harvey, 2013)
Kontraindikasi

: Jarang terjadi hipotensi ortostatis dan hiperkaliemia
(Tjay, 2010).

Efek samping

: Pusing, batuk, angiodema sangat menurun (Harvey,
2013).

Dosis

: oral 1 dd 50 mg, bila perlu dinaikkan sesudah 3-6
minggu sampai 1 dd 100 mg (Tjay, 2010)

Farmakodinamik : Tidak menghambat enzim ACE yang merombak
angiotensin I menjadi angiotensin II, melainkan
memblok reseptor – AT II dengan efek vasodilatasi
(Tjay, 2010)
Farmakokinetik

: Reabsorbsinya dari usus baik, tetapi BA-nya hanya
33% berhubung FPE besar. Kadar puncak dalam
darah dicapai sesudah 3-4 jam. PP-nya 99%, plasma
t-1/2 jam dari metabolit aktifnya 6-9 jam (Tjay,
2010)

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
d. Amlodipine
Golongan

: Penghambat Kanal Kalsium (Harvey, 2013)

Indikasi

: Efektif mengobati hipertensi pada pasien dengan
angina atau diabetes (Harvey, 2013)

Kontraindikasi

: Peningkatan risiko infark miokardium akibat
vasodilatasi berlebihan dan stimulasi refleks jantung
yang bermakna (Harvey, 2013).

Efek samping

: pusing, konstipasi, nyeri kepala,dan perasaan lelah
akibat penurunan tekanan darah (Harvey, 2013).

Dosis

: Hipertensi dan angina varian/labil 1 dd 5 mg (Tjay,
2010)

Farmakodinamik : Pemghambat kanal kalsium menghambat gerakan
kalsium masuk melalui pengikatan dengan kanal
kalsium tipe-L dalam jantung dan otot polos
pembuluh darah koroner dan perifer (Harvey, 2013)
Farmakokinetik

: Amplodipin mempunyai waktu paruh yang sangat
panjang dan tidak memerlukan formulasi lepaslambat (Harvey, 2013)

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunnakan dalam praktikum ini adalah batang
pengaduk, botol vial, gelas kimia, kanula, labu ukur, lap kasar, lap halus, dan
spoit.
B. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah API (Aqua
pro injeksi), Bisoprolol, Amlodipine, Epinefrin, Losartan, dan Na-CMC.
C. Hewan Coba
Adapun hewan coba yang digunakan pada praktikum kardiovaskular ini
yaitu Mencit (Mus musculus).
D. Pembuatan Bahan
a. Pembuatan Na-CMC 1% b/v
1. Ditimbang Na-CMC sebanyak 1gram
2. Dipanaskan 100 mL air suling hingga suhu 70oC
3. Dimasukkan Na-CMC kedalam lumpang, ditambahkan 100 mL air yang
telah dipanaskan kemudian diaduk hingga homogen
4. Dimasukkan larutan Na-CMC 1% ke dalam wadah dan disimpan dalam
lemari pendingin
b. Epinefrin
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
2. Diambilepinefrin 1 mg/ml kemudian dilakukan pengenceran dengan
dicukupkan 5 ml dengan API (Aqua Pro Injeksi) sehingga diperoleh
konsentrasi 1mg/5ml.
3. Diambil 1 ml dari pengenceran diatas ke dalam labu ukur 5 mL yag lain
dan dilakukan pengenceran ke-2 dengan dicukupkan dengan larutan API
(Aqua Pro Injeksi) sampai batas tanda , lalu homogen sehingga diperoleh
konsentrasi 0,2 mL
4. Dihitung volume yang akan dipipet dan diperoleh sebanyak 0,625 mL
5. Dipipet larutan pada pengenceran ke-2 sebanyak 0,625 mL ke dalam labu
ukur 5 mL dan cukupkan dengan larutan API sampai batas tanda
6. Dihomogenkan
7. Ditutup rapat labu ukur tersebut dan disimpan dalam kulkas
a. Pembuatan Obat
a. Amlodipine
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang Amlodipine sebanyak 50 mg
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml
4. Dilarutkan dengan 5 ml Na-CMC 1% (pengenceran pertama)
5. Dihomogenkan
6. Dispoit sebanyak 1,195 mL
7. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml
8. Dicukupkan dengan Na-CMC 1% sampai batas tanda (pengenceran
kedua)
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
9. Dihomogenkan lalu dipindahkan ke botol vial dan diberi etiket.
b. Bisoprolol
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang Bisoprolol sebanyak 50 mg
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml
4. Dilarutkan dengan Na-CMC 1% sampai batas tanda(pengenceran
pertama)
5. Dihomogenkan
6. Dispoit sebanyak 0,36 mL
7. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml
8. Dicukupkan dengan Na-CMC 1%

sampai batas tanda (pengenceran

kedua)
9. Dihomogenkan lalu dipindahkan ke botol vial dan diberi etiket.
c. Losartan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang Losartan sebanyak 50 mg
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml
4. Dilarutkan dengan Na-CMC 1% sampai batas tanda(pengenceran
pertama)
5. Dihomogenkan
6. Dispoit sebanyak 0,708 mL
7. Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
8. Dicukupkan dengan Na-CMC 1% sampai batas tanda (pengenceran
kedua)
9. Dihomogenkan lalu dipindahkan ke botol vial dan diberi etiket.
F. Perlakuan Pada Hewan Coba
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Disiapkan mencit kemudian dibagi menjadi 3 kelompok
3. Masing-masing mencit diamati warna telinga mencit sebelum diinduksi
adrenalin (epinefrin)
4. Diinduksi adrenalin (epinefrin) pada telinga mencit
5. Setelah 30 menit, diamati kembali warna telinga mencit, jika berwarna
pucat menandakan vasokontriksi (hipertensi).
6. Mencit I diberikan obat bisoprolol, mencit II diberikan obat amlodipine, dan
mencit III diberikan obat losartan sesuai dengan perhitungan VP pada
masing – masing mencit
7. Diamati warna telinga mencit pada menit 15, 30 dan 60, jika warna merah
(vasodilatasi) mengalami penurunan tekanan darah dan jika warna putih
pucat (vasokontriksi) mengalami peningkatan tekanan darah.

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan
TD awal

Tekanan darah
TD setelah

Berat
Obat

sebelum
Vp

badan

setelah menit kepemberian

pemberian
epinefrin
epinefrin

15

30

60

0,93
Bisoprolol

28 g

Merah

Pucat

Merah merah Merah

Merah

Pucat

Merah Merah Merah

Merah

pucat

Pucat

mL
0,96
Amlopidine

29 g
mL
0,86

Losartan

26 g

Merah Merah

mL
Pembahasan
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih berat dari 140
mmgH dana tau diastolic lebih besar dari 90 mmgH. Hipertensi merupakan
penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai factor resiko yang dimiliki
seseorang.Factor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol
seperti keluarga sedangkan factor yang dapat dikontrol seperti obesitas.
Golongan obat antihipertensi yang banyak digunakan adalah diuretic tiazid,
beta-blocker, penghambat angiotensin converting enzymes, antagonis angiotensin
II, calcium channel blocker dan alpha blocker.
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
Diuretic tiazid : dengan potensi menengah yang menurunkan tekanan darah
dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah awal tubulus distal
ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Salah satu contoh obatnya
yaitu furosemide
Penghambat –β : memblok beta adrenoreseptor. Salah satu contoh obatnya
yaitu acebutolol, bekerja sbagai stimulant beta pada saat aktivitas adrenergic
minimal tetapi akan memblok aktivitas beta pada saat aktivitas adrenergic
meningkat.
Penghambat

ACE

:

menghambat

secara

kompetitif

pembentukan

angiotensin II dari precursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada darah,
pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal, dan otak. Salah satu contoh
obatnya yaitu captopril.
Antagonis Reseptor Angiotensin II : mempunyai banyak kemiripan dengan
ACE tetapi AIRA tidak mendegradasi kinin, karena efeknya pada ginjal dan
AIRA dikontra indikasikan pada steonosis arteri ginjal bilateral dan pada stenosis
arteri yang berat merupakan ginjal yang hanya berfungsi satu. Salah satu contoh
obatnya yaitu Losartan.
Penghambat Kanal Ca2+ : menurunkan influks ion Ca2+ ke dalam sel
miokard. Sel-sel dalam sistem konduksi jantung dan sel-sel otot polos dan
pembulu darah. Salah satu contoh obatnya yaitu Dilitiazem
Penghambat -α : memblok adrenoreseptor α-1 perifer, mengakibatkan efek
vasodilatasi karena merelaksasi otot polo pembuluh darah. Diindikasikan untuk
hipertensi yang seseitem.Salah satu contoh obatnya yaitu Doxazosin.
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan efektivitas obat
antihipertensi yaitu amioodipin,bisoprolol, dan losartan terhadap hewan coba tikus
(Mus Musculus)yang diinduksikan dengan epinefrin.
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu, alat : gelas kimia, kanula,
spoit injuksi 1mL dan 3 mL dan stopwatch. Bahan : aquades, amiodipin,
bsoprolol, epinefrin, losartan dan Na CMC 1 %.
Adapun hewan coba yang digunakan pada percobaan ini yaitu (Mus
Musculus) yang nantinya akan diamati dengan penginduksian oral dnegan obatobat golongan antihipertensi yaitu Amiodipin, bisoprolol, dan losartan.
Adapun mekanisme kerja obat yang pertama yaitu Amiodipin : sebagai
blocker kanal Ca2+ yang terikat pada kanal tipe I dan dengan menghambat
masuknya Ca2+ ke dalam sel. Antagonis ini menyebabkan relaksasi otot polos
arteriol. Hal ini menurunkan resistensi perifer dan menyebabkan penurunan
tekanan darah.
Adapun mekanisme kerja obat yang kedua yaitu Bisoprolol : kardioselektif
pada dosis rendah dan mengikat baik pada reseptor β1 dari pada reseptor β2
sehingga dapat melibatkan penurunan curah jantung melalui inotropic negatif dan
efek inotropic jantung dan inhibisi pelepasan renin dari ginjal.
Adapun mekanisme kerja obat yang ketiga yaitu Losartan : senyawa
imidazole tetrazid ini adalh angiotensin II. Blocker pertama yang dipasarkan, obat
ini berlainan dengan penghambat ACE. Zat ini tidak menghambat enzim ACE
yang merombak angiotensin I menjadi angiotensin II. Melainkan memblok
reseptor Angiotensin II dengan efek vasodilatasi. Kerjanya dari usus baik tetapi
AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
BA nya hanya 3,5%, berhubungan efek besar kadar puncak dalam darah dicapai
sesuai 3-4 jam.
Adapun mekanisme kerja obat yang keempat yaitu Epinefrin : langsung
berikatan dengan reseptor adrenergic sehingga menghasilkan efek, sehingga
terjadi pelebaran atau midriasis serta takikardia atau kontraksi jantung dipercepat.
Hasil percobaan pada kelompok I dengan menggunakan obat Losarta
dengan Berat badan 28 g dan volume pemberiannya 0,97 mL. sebelum
penginduksian obat, mencit diinjeksikan dengan epinefrin pada telinga mencit.
Kemudian setelah penginjeksian dengan epinefrin diamati selam 30 menit lalu
diamati warna telinga mencit.Jika terjadi vasokontriksi itu artinya telinga mencit
berwarna pucat. Kemudian setelah penginduksian obat losartan yang VP nya 0,97
mL. maka hasil yang diperoleh yaitu pada menit ke 15 telinga berwarna pucat,
sedangkan pada menit ke 30 dan 60 telinga berwarna merah.
Hasil percobaan pada kelompok IV dengan menggunakan obat Bisoprolol
dengan Berat badan 29 g dan volume pemberiannya 0,96 mL. sebelum
penginduksian obat, mencit diinjeksikan dengan epinefrin pada telinga mencit.
Kemudian setelah penginjeksian dengan epinefrin diamati selam 30 menit lalu
diamati warna telinga mencit.Jika terjadi vasokontriksi itu artinya telinga mencit
berwarna pucat. Kemudian setelah penginduksian obat bisoprolol yang VP nya
0,96 mL. maka hasil yang diperoleh yaitu pada menit ke 15 telinga mulai
berwarna merah, sedangkan pada menit ke 30 dan 60 telinga berwarna merah.
Hasil percobaan pada kelompok V dengan menggunakan obat Amiodipin
dengan

Berat

badan

AYU MELINDA
15020140081

26

g

dan

volume

pemberiannya

0,86

mL.

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
sebelumpenginduksian obat, mencit diinjeksikan dengan epinefrin pada telinga
mencit. Kemudian setelah penginjeksian dengan epinefrin diamati selam 30 menit
lalu diamati warna telinga mencit.Jika terjadi vasokontriksi itu artinya telinga
mencit berwarna pucat. Kemudian setelah penginduksian obat amiodipin yang VP
nya 0,86 mL. maka hasil yang diperoleh yaitu pada menit ke 15 telinga berwarna
pucat, sedangkan pada menit ke 30 dan 60 telinga berwarna merah.
Sesuai pengamatan dan perbandingan literature pada percobaan pertama
dengan obat Losartan.Pada kali ini berbeda dengan literature. Pada literature yang
didapatkan cara kerja obat dan efeknya yaitu terjadi vasodilatasi sedangkan pada
menit ke 15 mencit mengalami vasokontriksi. Namun pada menit ke 30 dan 60
terjadi vasodilatasi dengan ditandainya telinga mencit berubah menjadi warna
merah.
Sedangkan pada obat kedua dengan obat Bisoprolol.Pada kali ini sudah
sesuai dengan literature. Dimana literature yang didapatkan cara kerja obat dan
efeknya yaitu dapat menurunkan curah jantung sehingga telingan mencit
mengalami vasokontriksi setelah pemberian obat.
Dan pada obat ketiga dengan obat Amiodipin.Pada kali ini sudah seduai
dengan literature. Dimana literature yang didapatkan cara kerja obat dan efeknya
yaitu menyebabkan penurunan tekanan darah sehingga telinga mencit mengalami
vasodilatasi setelah pemberian obat.

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR

BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu :

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
1. Obat Losartan. Efek obat yang dihasilkan pada menit ke 15 terjadi kepucatan
pada telingan mencit. Namun pada menit ke 30 dan 60 telinga mencit berubah
warna menjadi merah. Artinya obat sudah memberikan efek yang baik dan
sesuai dengan literature
2. Obat Bisoprolol. Efek obat yang dihasilkan pada menit ke 15 terjadi reaksi
dimana telingan mencit mulai berwarna merah. Kemudian pada menit ke 30
dan 60 telinga mencit sudah berubah menjadi warna merah. Artinya obat sudah
memberikan efek yang baik dan sesuai dengan literature
3. Obat Amlodipin. Efek obat yang dihasilkan pada menit ke 15 terjadi kepucatan
pada telinga mencit. Namun pda menit ke 30 dan 60 telinga mencit berubah
menjadi merah. Artinya obat sudah memberikan efek yang baik dan sesuai
dengan literatur.

LAMPIRAN
Skema Kerja

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
3 ekor coba mencit

I

II

III

Diamati warna telinga mencit

Diinjeksi dengan adrenalin (epinefrin) pada telinga mencit

Setelah 30 menit, diamati warna telinga mencit, jika berwarna pucat menandakan
vasokontriksi (hipertensi)

Bisoprolol

Amiodipine

Losartan

Amati warna telinga mencit pada menit 0, 30,60 dan 90
(warna merah (vasodilatasi)

penurunan tekanan darah)

(warna pucat (vasokontriksi)

peningkatan tekanan darah)

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
Perhitungan Dosis
1. Bisoprolol = 10 mg , Beratetiket rata – rata = 122 mg
Dosisdewasa

10 mg
= 60 kgBB
= 0,16 mg/kgBB

Dosismencit

37
= 0,16 mg/kgBB × 3
= 1,973 mg/kgBB
1,973mg
= 1000 g ×30 g

Dosismaks

= 0,05919 mg
Larutan stock

5 mL
= 1mL × 0,05919mg
= 0,29595 mg

BYD

=

0,29595 mg
×122 mg
10 mg

= 3,61059 mg
Pengenceran :
50 mg



5 mL (50 mg/5 mL)

X

X

=

→ 5 mL (3,61059 mg / 5 mL)

3,61059mg
×5 mL
50 mg

= 0,36 mL/5 mL
2. Amlodipine = 10 mg, Beratetiket rata – rata = 403,8 mg
Dosisdewasa

10 mg
= 60 kgBB
= 0,16 mg/kgBB

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
Dosismencit

37
= 0,16 mg/kgBB × 3
= 1,973 mg/kgBB
1,973mg
= 1000 g ×30 g

Dosismaks

= 0,05919 mg
Larutan stock

5 mL
= 1mL × 0,05919 mg
= 0,29595 mg

BYD

=

0,29595 mg
× 403,8mg
10 mg

= 11,95 mg
Pengenceran :
50 mg



5 mL (50 mg/5 mL)

X

X

→ 5 mL (11,95 mg / 5 mL)

11,95 mg
= 50 mg ×5 mL
= 1,195 mL/5 mL

3. Losartan = 50 mg, Beratetiket rata – rata = 229,8
Dosisdewasa

50 mg
= 60 kgBB
= 0,83 mg/kgBB

Dosismencit

37
= 0,83mg/kgBB × 3
= 10,27mg/kgBB

Dosismaks

AYU MELINDA
15020140081

10,27 mg
= 1000 g ×30 g
NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
= 0,3081 mg
Larutan stock

5 mL
= 1mL × 0,3081 mg
= 1,5405 mg

BYD

1,5405mg
× 229,8 mg
10 mg

=

= 7,08 mg
Pengenceran :
50 mg



5 mL (50 mg/5 mL)

X

X

→ 5 mL (7,08 mg / 5 mL)

7,08 mg
= 50 mg ×5 mL
= 0,708 mL/5 mL

4. Epinefrin 1 mg/ ml
DosisDewasa

1mg
= 60 kg =0.016 mg/ kgBB

Dosismencit

37
= 0,016mg/kgBB× 3 =0,197 mg/kgBB

Dosismaks

0,197 mg
= 1000 g ×30 g=0,005 mg

Larutanstok

5 mL
= 1mL × 0,005 mg=0,025 mg

Pengenceran =
1mg

AYU MELINDA
15020140081

5 ml (1 mg/5mL)
1 mL

5 ml (0,2mg/5mL)

X

5 mL (0,025 mg/5 mL)

NUR SYAM SUNARSIH

KARDIOVASKULAR
0,025 mg
X = 0,2 mg ×5 mL=0,625 mL/5 mL

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.Penuntun Farmakologi dan Toksikologi 2.Makassar : FF UMI
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III,
diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC,
1995
Dirjen POM1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI; Jakarta.
Gunawan, Gan, Sulistia. 2007. Farmakologi Dan Terapi, Edisi V. Gaya Baru;
Jakarta.
Mutschaler,Ernst.1991.Dinamika obat Farmakologi dan ToKsikologi.bandung ;
ITB
Mycek, Mary. J. Dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2. Jakarta:
Widya Medika
Price, Sylvia A.,2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
EGC; Jakarta.
Syarif, amir, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Tjay Tan Hoan, Rahardja Kirana. 2007. Obat-obat Penting ed. 6. Depkes RI.
Jakarta.

AYU MELINDA
15020140081

NUR SYAM SUNARSIH