Laporan Praktikum Manajemen Ternak Poton
EVALUASI PRAKTIKUM
MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
Manajemen Penggemukan Domba di Peternakan Sumber Makmur Desa Mendongan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang
N2
Disusun oleh:
Kelompok VD
Farid Afrizal
M. Yusuf Eko S.
Tri Budi Yudawan
Meriana Prasetyo
Siti Zamhariroh
23010112130210
23010112130185
23010112140212
23010112130219
23010112130202
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
EVALUASI PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
No
KEADAAN
1.
Lokasi Peternakan
a. Alamat:
: Dusun
Mendongan
Kecamatan
Sumowono
Kabupaten
Semarang
EVALUASI
SOLUSI
REFERENSI
a. Alamat sesuai tata letak a. –
geografis yang sesuai
untuk ternak domba.
a. –
b. Prasarana
mudah b. –
untuk di jangkau.
b. –
: 400 mdpl
c. Daerah
dengan c. –
ketinggian 400 m dari
permukaan
laut
memiliki kelembaban
dan suhu yang sesuai
untuk ternak domba
c. Keadaan ketinggian topografi
mempengaruhi
temperatur,
curah
hujan,
kelembaban
lingkungan,
dan
dapat
mempengaruhi ketersediaan air
disuatu lokasi dan kemudahan
transportasi (Abidin, 2008).
d. Curah hujan
:104 mm/tahun
d. Curah hujan ideal bagi d. –
ternak domba karena
tidak terlalu tinggi.
d. e. Suhu udara ideal untuk
peternakan berkisar antara
17oC-26oC, dengan curah hujan
245 mm/ tahun (Susilowati,
2007).
e. Suhu
- Siang
- Malam
: 26o C
: 22o C
e. Suhu tersebut sudah e. –
bagus untuk usaha
peternakan domba.
: 70%
: 80%
f. Suhu tersebut sudah f. –
sesuai
dengan
kenyamanan domba.
b. Kemudahan dijangkau : mudah
c. Ketinggian
permukaan laut
f. Kelembaban:
- Siang
- Malam
dari
f. Kelembaban yangdibutuhkan
oleh domba untuk tumbuh
adalah 60 % - 80 % (Sodiq,
2008).
No
2.
KEADAAN
EVALUASI
SOLUSI
REFERENSI
g. Jarak
dengan
pemukiman penduduk : 1 meter
g. Jarak
peternakan g. Sebaiknya kandang g. Letak kandang dibuat agak jauh
terlalu dekat dengan
dibuat dengan jarak
dari tempat tinggal pribadi
pemukiman
warga,
yang lebih jauh dari
dengan jarak minimal 10 m
sehingga
dapat
pemukiman
warga,
dari rumah (Mulyono dan
mengganggu
minimal 10 m.
Sarwono, 2005).
kenyamanan
warga
sekitar.
h. Jarak dengan tempat
pembelian bakalan
: 3 km
h. Jarak tempat pembelian h. –
bakalan dekat sehingga
mempermudah dalam
pembelian pakan.
h.-
i. Jarak dengan tempat
pemasaran
: 3 km
i. Tempat dengan jarak i.pemasaran tidak jauh
dan tidak dekat (mudah
dijangkau)
i. Transportasi sangat penting
dalam suatu usaha peternakan
untuk memudahkan pemasaran
dalam jumlah yang besar,
penyediaan bakalan dan bibit
ternak, serta pakan yang
bagus(Chambers and Grandin,
2001).
a. Nama
peternakan a. –
memiliki arti yang baik
bagi kemajuan usaha
peternakan
domba
milik Bapak Subandi.
a. –
b. Nama Pemilik Bapak b. –
Subandi.
b. –
c. Usaha
peternakan c. –
Bapak Subandi sudah
c. –
Identitas/Organisasi Peternakan
a. Nama Peternakan
: Sumber
Makmur
b. Nama Pemilik
: Bapak Subandi
c. Tahun
berdirinya
peternakan
No
KEADAAN
: 2010
d. Latar
belakang
berdirinya peternakan
EVALUASI
berjalan
selama
tahun.
SOLUSI
d. –
: Bapak Subandi
lulusan dari S-1
Peternakan
Undaris
ingin
memanfaatkan
ilmu
yang
dimiliki dengan
beternak domba.
Awalnya warisan
yang dimiliki Pak
Subandi
masih
kurang
untuk
mendirikan usaha,
kemudian Bapak
Subandi
mengajukan
proposal kepada
pemerintah untuk
pendirian usaha
ternak domba ini.
REFERENSI
4
d. Gelar
sarjana
peternakan
yang
dimiliki Bapak Subandi
telah
dimanfaatkan
dengan baik dengan
mendirikan
usaha
peternakan domba.
e. Perijinan
d. Sebelum beternak domba perlu
persiapan
beternak
dari
kandang ,sistem penggemukan
hasil panen,pascapanen dan
pemasaran dan penanganan
penyakit dan pengendalian
hama dana analis usaha yang
perlu di gunakan (Harianto,
2012).
e. –
:-
e. Pendirian usaha tanpa e. Seharusnya
saat
perijinan kurang baik
mendirikan
suatu
karena dapat berakibat
usaha
dilengkapi
pencabutan usaha.
dengan
perijinan
resmi sehingga usaha
tersebut sudah diakui
secara hukum oleh
pemerintah.
No
KEADAAN
f. Modal awal
: Rp 155.000.000,-
g. Jumlah ternak awal
: 144 ekor (100
ekor digemukkan
dan 44 ekor
indukan)
h. Jumlah
sekarang
ternak
: 44 ekor
3.
Manajemen Perkandangan
a. Luas
lahan
peternakan
: 160 m2
: (lampiran)
b. Lay
perkandangan
out
EVALUASI
f. Modal sesuai untuk f. –
mengawali
usaha
dalam berternak.
g. Jumlah sesuai untuk g. –
mengawali usaha.
SOLUSI
REFERENSI
f. Modal
pembibitan
untuk
membeli pakan yang tidak
dikeluarkan dalam jumlah
besar pada awal pemeliharaan
(Hadi dan Ilham, 2002).
g. –
h. Jumlah
menurun h. Sebaiknya
dalam h. –
karena
kurangnya
menjalankan
usaha
kontinyuitasusaha.
ternak
domba
peternak lebih fokus
menggembangkan
usaha tersebut agar
bisa optimal.
a. Lahan untuk kadang a. –
sudah cukup untuk
jumlah ternak.
b. Ventilasi
kandang
kurang.
a. –
untuk b. Ventilasi
kandang b. –
sangat
perlu ditambah agar
tidak sirkulasi udara
dalam kandang lebih
lancar.
c. –
c. Jenis
bangunan : Terbuat dari kayu
c. Perlu
peremajaan
yang
ada
di
dan bambu
c. Kandang dibuat dari
atau
perbaikan
perkandangan dan
kayu bambu agar lebih
kandang bila ada
jaraknya
ekonomis
modal
untuk
: Kandang Pangung
mengembangkan
skala peternakan.
No
KEADAAN
d. Model kandang
EVALUASI
SOLUSI
d. –
d. Kandang
panggung
lebih mempermudah
dalam membersihkan
feses dan menampung
urin.
e. Konstruksi
kandang:
- Kerangka
- Atap
- Dinding
- Lantai
f. Jumlah kandang
: kayu
: genting
: kayu
: bambu
REFERENSI
d. Kandang panggung memiliki
lantai bercelah yang berfungsi
memudahkan
pengumpulan
kotoran
dan
pembersihan
kandang (Sarwono, 2012).
e. –
e. –
f. –
f. –
e. Semua bahan yang
digunakan
sangat
tradisional.
: satu
f. Kandang yang dimiliki
Bapak Subandi ada 1,
namun
di
dalam
kandang sudah ada
penempatan kandang
sesuai dengan kondisi
: Kandang kayu 20
fisiologis ternak.
g. Jenis
dan
luas
m x 8 m (160
g. –
2
masing-masing
m)
g. Luas kandang sudah
kandang
baik karena dapat
: 160 ekor
memenuhi
kebutuhn
ternak seperti untuk
pemeliharaan.
h. Kapasitas kandang
h. –
h. Kapasitas
andang
mampu
menampung
sebanyak 160 ekor
ternak domba. Hal ini
: ember, cangkul,
sudah baik karena
sapu
ternak yang dipelihara
g. –
h. –
No
KEADAAN
i. Peralatan kandang
: 15 juta
j. Biaya pembuatan
kandang
dan
peralatan
4
EVALUASI
ada 144 ekor domba.
i. –
i. Peralatan yang terdapat
pada kandang sudah
memenuhi
untuk
sanitasi kandang.
j. –
SOLUSI
REFERENSI
i. –
j. Jika dalam suatu unit kandang
j. Kandang
yang
dipelihara sejumlah ternak
dibangun untuk ternak
dengan status fisiologis yang
domba dari bahan
berbeda-beda, maka harus
kayudengan
biaya
ditempatkan sesuai status
kandang
yang
fisiologisnya dengan cara
dikeluarkan
oleh
menyekat beberapa ruang
Bapak Subandi yaitu
kandang (Rismayanti, 2010).
: Ternak domba
sebesar
Rp
a. Cara penempatan
digolongkan
15.000.000,-.
k. –
ternak
dalam
berdasarkan
kandang
domba
yang k. Penempatan
ternak
dikawinkan,
sudah baik karena
anak domba dan
sudah
digolongkan
induknya,
dan
menurut
kebutuhan
anak
domba
fisiologis dan biologis.
yang lepas sapih
Manajemen Pemeliharaan
a. Sistem
a. Pemeliharaan intensif a. Perlu
manajemen a. Perawatan domba yang lebih
pemeliharaan
: intensif
cocok untuk usaha
pemeliharaan
yang
baik
akan
menghasilkan
peternakan
yang
terpadu,
supaya
produktivitas yang optimal
lahannya terbatas.
dengan pasti kapan
(Rismayanti, 2010).
ternaknya
akan
dijual.
b. Lama
b. Lama
pemeliharaan
b. –
pemeliharaan
: 6-12 bulan
terngantung
situasi b. Untuk hasil lebih
pasar dan keuangan
optimal,
perlu
peternak,
apabila
perawatan
khusus
harganya bagus atau
pada
tiap
fase
No
KEADAAN
c. Jenis-jenis
perawatan yang
dilakukan
terhadap ternak
sesuai dengan
status
fisiologisnya
5
: ada
Manajemen Pemilihan Ternak Bakalan
a. Kriteria Pemilihan
ternak
: sehat, lincah,
mata bersinar,
kulit halus
b. Bangsa ternak
: domba ekor
gemuk
EVALUASI
peternak sedang butuh
uang, maka ternak baru
dijual.
SOLUSI
fisiologis
ternak
dengan
memperhatikan
efisien
tidaknya
perawatan yang akan
dilakukan.
REFERENSI
c. Perawatan
fisiologis
c. Setelah memastikan bahwa
pada domba induk c. Untuk hasil lebih
induk telah bunting, maka
bunting dipisahkan dari
optimal,
perlu
pejantan
disarankan
pejantan agar tidak
perawatan
khusus
dikeluarkan dari kandang
terganggu, untuk induk
pada
tiap
fase
induk. Pejantan yang terus
partus danpasca partus
fisiologis
ternak
bercampur dengan induk dapat
di pisahkan ke tempat
dengan
mengalami penurunan libido
terpisah agar mudah
memperhatikan
atau agresivitas terhadap betina
dalam melahirkan dan
efisien
tidaknya
estrus (Ginting, 2009).
menyusui
anaknya,
perawatan yang akan
sedangkan anak lepas
dilakukan.
sapih dipisahkan dari
induknya ke flock yang
lain.
a. Bapak
Subandi a. Pemilihan
bakalan a. Pemilihan bakalan dapat dilihat
memilih
bakalan
domba
untuk
dari tingkat pertumbuhan dan
domba
untuk
penggemukan harus
produksinya, selain itu dapat
digemukkan sudah baik
melihat
beberapa
dilihat dari mutu genetik yang
dengan syarat domba
kriteria seperti gen
dimiliki domba (Sodiq dan
yang sehat, lincah, kulit
yang
dimiliki,
Abidin, 2008).
bersih dan halus, dan
kesehatan
ternak,
mata bersinar.
pertumbuhan
berat
badan ternak.
b. –
b. Pemilihan
bangsa
b. –
No
KEADAAN
c. Asal ternak
EVALUASI
ternak
untuk
penggemukan domba
yaitu ekor gemuk.
: Sumowono
SOLUSI
REFERENSI
c. –
c. –
d. –
d. e. Pemilihan bakalan yaitu
ternak harus sehat, memiliki
bobot 15-20 kg, dan berumur
kurang
dari
satu
tahun
(Setiawan, 2011).
c. Asal ternak tersebut
dari Sumowono karena
di Sumowono terdapat
peternak
yang
menyediakan bakalan.
d. Umur
: 7 bulan
d. Umur bakalan yang
dipilih oleh Bapak
Subandi yaitu 7 bulan
dengan bobot badan 15
kg dan harga bakalan
Rp 700.000,-
e. BB awal
: 15 kg
e. –
e. Bobot badan awal
bakalan domba sudah
baik yaitu 15 kg yang
berarti
bakalan
berumur kurang dari 1
tahun, karena pada
umur dibawah 1 tahun
ternak dapat tumbuh
secara optimal.
f. Harga ternak hidup
: Rp 700.000,-
f. –
f. –
f. Bakalan dengan harga
Rp 700.000,- sudah
termasuk harga yang
normal.
6
Manajemen Pakan
a. Jenis pakan
: rumput lapang
a. Manajemen
kurang baik
pakan a. Seharusnya
karena
domba
pakan a. Usaha ternak domba dengan
diberi
tujuan
penggemukan
No
KEADAAN
EVALUASI
Bapak Subandi hanya
menggunakan hijauan
sebagai pakan domba.
SOLUSI
campuran
dengan
ransum agar dapat
memenuhi kebutuhan
nutrisi domba.
REFERENSI
berpangkal pada pemberian
pakan yang memadai seperti
pemberian ransum (Sudarmono
dan Sugeng, 2011).
b. Harga pakan
:-
b. Bapak Subandi tidak b. –
memiliki pengeluaran
untuk pakan.
b. –
c. Asal pakan
: lahan sendiri
c. Pakan
sendiri.
c. –
d. Kandungan nutrisi
pakan:
- PK
: 2,35%
- SK
:3,6%
- Mineral
:0,3%
- TDN
:56%
e. Ketersediaan pakan
: selalu ada
dari
lahan c. –
d. Kandungan pakan yang d. Penggunaan ransum d. –
diberikan
masih
dibutuhkan
untuk
kurang, hal ini terlihat
menutupi kekuragan
pada kandungan PK
PK.
dan
TDN
yang
dikonsumsi
yaitu
0,02076 kgBS dan
0,49476 kgBS yang
seharusnya
domba
dengan berat 21 kg
membutuhkan PK dan
TDN yaitu 0,0952
kgBS dan 0,3066 kgBS.
e. Agar
tidak e. Pemberian ransum lengkap
e. Ketersediaan
pakan
kekurangan
pakan
sangat baik karena partikel
sudah bagus karena
pada saat musim
makanan yang dikonsumsi oleh
selalu ada walaupun
kemarau
dapat
domba dalam kondisi nutrisi
pada musim kemarau
melakukan
yang
seimbang
sehingga
pakan agak sulit untuk
pengolahan hijauan
kebutuhan PK dan TDN
dicari.
seperti dikeringkan
tercukupi (Dhalika et al, 2010).
(hay) dan silase.
Jalan
alternatif
untuk
mencegah kekurangan pakan
No
KEADAAN
f. Jumlah pemberian
pakan
:3 kg/hari
g. Cara pemberian
EVALUASI
SOLUSI
REFERENSI
saat musim kemarau dapat
dilakuakan dengan membuat
hijauan
kering
(hay),
penambahan urea (amoniasi),
dan awetan hijauan (silase)
(Hanafi, 2008).
f. –
f. Pemberian
terlalu sedikit
pakan
f. –
: pagi dan sore
g. –
g. Pakan diberikan pada
waktu pagi dan sore.
h. Frekuensi
pemberian
i. Sisa pakan
: 2 kali
:-
j. Jumlah pemberian
air minum
: adlibitum
k. Sisa air minum
:-
h. –
h. Pakan
diberikan
sebanyak
2
kali i. –
sehari.
i.
Tidak terdapat sisa
pakan.
j. –
j. Pemberian air secara
addlibitum sudah baik
karena
dengan
pemberian addlibitum
ternak tidak akan
kekurangan air.
k. –
g. –
h. –
i. –
j. Pemberian air minum secara
addlibitum pada domba yang
digemukkan (Budiman, 2006).
k. –
k. Tidak air yang tersisa
dari
jumlah
pemberian.
7
Manajemen Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit:
a. Jenis Penyakit
: kembung
a. Ternak domba sering a. Peternak
harusnya a. –
terjadi kembung karena
memberikan hijauan
pakan hijauan yang
yang berumur tidak
No
8
KEADAAN
EVALUASI
setelah panen langsung
diberikan.
SOLUSI
terlalu muda, karena
hijauan
muda
mengandung kadar
air yang masih tinggi
b. Gejala Penyakit
: perut ternak
menjadi besar
c. Penanganan
: diberi pakan
c. Cara
penanganan c.
rumput yang
ternak yaitu peternak
tidak terlalu muda
hanya
memberikan
pakan yang berupa
hijauan.
Manajemen Pengolahan Limbah
a. Jenis limbah
: padat dan cair
b. Penanganan
REFERENSI
b. Gejala kembung ini b. Peternak
harus b. Gejala yang muncul pada
ditandai
oleh
mengenali
gejaladomba yang kembung yaitu
membesarnya
perut
gejala
penyakit
membesarnya lambung sebelah
ternak, dan apabila
seperti dalam hal ini
kiri dan bil ditepak-tepak akan
ditepuk
akan
contohnya kembung,
mengeluarkan bunyi seperti
menghasilkan
suara
agar segera dapat
drum (Purbowati, 2009).
“bung-bung”.
diatasi
c. Kembung pada domba diatasi
dengan
antibiotik
seperti
penicillin, atau jika sudah kritis
diobati dengan menusukkan
jarum ke bagian perut yang
kembung (Iarianto, 2012).
a. Ternak menghasilkan a. Limbah cair yang a. –
produk akhir atau yang
berupa
urin
dan
disebut
limbah.
limbah padat berupa
Limbah
yang
feses
memang
dihasilkan ternak yaitu
seharusnya
diolah
limbah
cair
yang
sehingga
tidak
berupa urin dan limbah
menimbulkan polusi.
padat yang berupa
Pengolahan
limbah
feses.
padat dapat dijadikan
pupuk
sedangkan
limbah cair dapat
diolah
dengan
fermentasi.
b. –
b. Pengolahan limbah ternak yaitu
No
limbah
KEADAAN
: pengolahan
limbah padat dan
cair
c. Cara pengolahan
d. Waktu pengolahan
: Limbah cair
berupa urin
diolah dengan
cara fermentasi
EVALUASI
b. Penangan limbah pada
peternakan
domba
milik Bapak Subandi
sudah baik.
SOLUSI
c. –
c. –
d. –
d. –
c. Pengolahan
limbah
padat
digunakan
sebagai pupuk pada
lahannya dan limbah
cair diolah dengan
fermentasi
: 1 bulan
d. Limbah cair yang
berupa urin diolah
dengan cara fermentasi
yang diperam selama 1
bulan.
9
REFERENSI
pengolahan kotoran hewan
feses dan urin menjadi biogas,
pupuk cair, dan pupuk kandang
(Abdullah et al, 2012). Limbah
feses juga dapat digunakan
untuk memupuk tanah (Ali et
al, 2012).
Manajemen Tenaga Kerja
a. Kriteria
a. Kriteria
untuk a. Kriteria untuk tenaga a. Demi mendapatkan tenaga
penerimaan
penerimaan
tenaga
kerja
sebaiknya
kerja yang baik haruslah
tenaga kerja
: warga setempat,
kerja kurang spesifik.
ditambah
dengan
memiliki syarat-syarat seperti
sehat
pengetahuan
orang
mengetahui
kejujuran,
tersebut
tentang
memiliki keahlian, dan pekerja
usaha peternakan.
keras (Wibowo, 2008).
b. Jenis
kelamin,
umur, pendidikan
: laki-laki, 38
tahun, SMA
b. Pemilihan tenaga kerja b. –
yang dipilih sudah baik
yaitu berjenis kelamin
laki-laki dengan umur
yang relatif masih
b. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam proses
seleksi tenaga kerja antara lain
pendidikan,
pengalaman,
keterampilan, kondisi fisik dan
No
KEADAAN
c. Jumlah
kerja
tenaga
d. Tugas
dan
wewenang tenaga
kerja
e. Jadwal kerja
: 2 orang
: mencari rumput
EVALUASI
muda
agar
dapat
melakukan pekerjaan
seperti mencari rumput
lapang.
SOLUSI
REFERENSI
jenis kelamin (Abidin, 2008).
c. Jumlah tenaga kerja 2 c. Jumlah tenaga kerja c. Untuk menentukan jumlah
orang untuk 70 ekor
sebaiknya ditambah.
tenaga kerja dibutuhkan data
sapi kurang efisien.
mengenai sasaran pekerjaan
yang perlu dicapai secara total
dan kemampuan karyawan
emncapai sasaran (Istijanto,
2005). Menurut Rohani et al.
(2011) Penggunaan tenaga
kerja perlu memperhatikan
jumlah, sumber dan upah
tenaga kerja yang digunakan.
Jumlah tenaga kerja sebaiknya
disesuaikan dengan skala usaha
karena akan berdampak pada
biaya produksi yang akan
dikeluarkan.
d. Selain pencari rumput, d. Selain
pencari d. Jumlah tenaga kerja harus
sebaiknya
peternak
rumput, peternak bisa
disesuaikan
dengan
jenis
menambah pekerja lagi
mencari pekerja lagi
kegiatan yang ada dalam usaha
untuk membantu tugas
misal
untuk
yang lain agar tidak
membantu
sanitasi
terlalu berat.
atau
pembuatan
pupuk.
: pukul 08.00-16.00 e. Penggunaan waktu jam e. –
(waktu istrahat
kerja
sudah
baik
pukul 11.00-13.00),
karena tenaga kerja
e. –
No
KEADAAN
6 jam waktu kerja.
f. Gaji pekerja
10
: Rp 30.000/hari
Manajemen Pemasaran
a. Bentuk
produk
yang dipasarkan
: ternak hidup
EVALUASI
hanya memiliki tugas
untuk mencari rumput.
SOLUSI
REFERENSI
f. Menurut
referensi f. Sebaiknya
gaji f. UMR kabupaten Semarang Rp
diperoleh pendapatan
pekerja ditambah Rp
1.423.500,-/bulan untuk 8 jam
dalam sebesar Rp
1.843,agar
kerja per hari dan 26 hari kerja.
6.843,75/jam,
pendapatan
yang
sedangkan gaji tenaga
diterima
setara
kerja kandang Bapak
dengan UMR.
Subandi
diproleh
sebesar
Rp
5.000,-/jam. Gaji yang
diberikan pada pekerja
kurang
dari
upah
minimum.
a. Penjualan ternak dalam a. –
produk ternak hidup
sudak baik karena
peternakan ini menjual
ternaknya untuk acaraacara tertentu seperti
idul adha.
b. Tempat pemasaran : pasar hewan atau b. Tempat pemasaran di b. –
langsung
di
pasar hewan sudah
peternakan
baik karena disana
banyak pembeli datang
yang ingin membeli
ternak serta lokasi
pemasaran yang dekat
sehingga
tidak
berpengaru
terhadap
ternak.
c. –
a. –
b. Jarak yang dekat antara
kandang dengan pasar akan
mengurangi faktor penyusutan
bobot
badan
selama
perjalanan karena mengalami
cekaman (stress) (Purbowati,
2009).
No
KEADAAN
c. Cara pemasaran
: melalui belantik
EVALUASI
c. Tempat
pemasaran
sudah baik karena
tergolong dekat dengan
kandang
sehingga
dapat
mengurangi
faktor
penyusutan
bobot badan selama
perjalanan
karena
mengalami cekaman
(stress).
d. Kesulitan
pemasaran
:-
d. Tidak
ditemui
kesulitan
saat
pemasaran
karena
Bapak
Subandi
menjualnya di pasar
hewan atau terkadang
pembeli sendiri yang
datang
ke
lokasi
peternakan.
e. Alat pemasaran
: pick up
SOLUSI
REFERENSI
c. –
d. –
e. Pemasaran
produk e. Mobil pick up yang
dengan menggunakan
digunakan
harus
mobil pick up sudah
dalam kondisi baik
baik
karena
lebih
agar tidak terjadi halefisien
dalam
hal
yang
tidak
pengangkutan hewan.
diinginkan
selama
dalam perjalanan.
d. –
e. Pemasaran
merupakan
penentu keberhasilan usaha
penggemukan
domba,
transportasi
dari
lokasi
peternakan
ke
daerah
pemasaran hendaknya baik
terkait dengan faktor jarak dan
infrastruktur
untuk
mendukung kelancaran haasil
panen ke pasar. Jarak yang
dekat antara kandang dengan
pasar akan mengurangi faktor
penyusutan
bobot
badan
No
KEADAAN
f. Waktu pemasaran
g. Harga jual
11
Analisis Usaha
a. Laba
b. B/C
EVALUASI
SOLUSI
: apabila diperlukan f. Alat transportasi yang f. –
dana maka ternak
digunakan
berupa
akan dijual
mobil pick up sudah
sudah baik.
: Rp 1.500.000 pada g. Harga pada hari-hari g. –
hari
biasa
biasa dapat meningkat
sedangkan
Rp
hingga 25% saat idul
2.000.000
pada
adha dari harga di hari
saat idul adha
biasa. Hal ini sudah
berupa
bobot
baik karena peternak
hidup
dengan
dapat
mendapatkan
bobot 21 kg.
untung yang berkali
lipat saat idul adha.
: Rp 91.320.000 per a. Laba yang diperoleh a. –
periode/12 bulan
per periode sudah
bagus,
sehingga
peternakan ini tidak
rugi.
: 0,97
b. Nilai
B/C
yang b. Agar
REFERENSI
selama perjalanan karena
mengalami cekaman (stress)
(Purbowati,
2009).
Transportasi sangat penting
dalam suatu usaha peternakan
untuk
memudahkan
pemasaran dalam jumlah yang
besar, penyediaan bakalan dan
bibit ternak, serta pakan yang
bagus
(Chambers
and
Grandin, 2001).
f. –
g. –
a. Laba
merupakan
hasil
pengurangan
antara
biaya
produksi
dan penerimaan
(Pakage, 2008).
pengembalian b. Semakin
tinggi
nilai
B/C
No
KEADAAN
c. BEP unit dan harga
- Unit
- Harga
: 51
: Rp 93.680.000,-
d. ROI
: 53,8 %
EVALUASI
diperoleh sebesar 0,97
menunjukkan
usaha
yang dijalani sudah
efisien karena untuk
setiap Rp 100,- yang
dikeluarkan
dalam
awal kegiatan usaha
peternakan
domba
akan
diperoleh
penerimaan
sebesar
Rp. 0,97,-
c. Nilai BEP unit sebesar c. –
51 dan BEP harga
sebesar Rp 93.680.000
mengindikasikan
bahwa usaha tersebut
sudah menguntungkan. d. –
d. Nilai ROI yaitu 53,8 %
menunjukkan
usaha
penggemukkan domba
yangdijalankanmengha
silkan pendapatan yang
setara bunga bank 39%
selama 12 bulan.
12
Evaluasi Usaha
a. Frekuensi
pemantauan
usaha
: setiap hari
SOLUSI
lebih besar sebaiknya
domba
dipasarkan
lebih
jauh
lagi
sehingga
pengembalian biaya
akan jadi lebih besar.
REFERENSI
maka usaha yang dijalani
semakin efisien(Soekartawi,
2003).
c. BEP
diatas
nilai
nol
menunjukkan usaha tersebut
menguntungkan (Misniwati,
2004).
d. Return on Investment (ROI)
adalah salah satu bentuk dari
rasio
profitabilitas yang
dimaksudkan untuk dapat
mengukur
kemampuan
perusahaan
dengan
keseluruhan
dana
yang
ditanamkan
dalam aktiva
yang
digunakan
untuk
operasi
perusahaan
agar
menghasilkan
keuntungan
(Sonia et al, 2014).
a. Usaha ternak domba a. Pengelolaan ternak a. –
milik Bapak Subandi
domba milik Bapak
yaitu usaha peternakan
Subandi seharusnya
masih
dilakukan
memberi
pakan
No
KEADAAN
b. Kendala
c. Tindakan
dilakukan
rugi
EVALUASI
dengan cara tradisional
seperti
pemberian
pakan, pengelolaannya,
dan cara penanganan
penyakitnya.
SOLUSI
dengan
campuran
ransum
agar
kebutuhan
nutrisi
yang
dibutuhkan
domba
dapat
terpenuhi dan dapat
memberi
pakan
seefisien mungkin.
REFERENSI
: kesulitan mencari b. Kendala yang dijumpai b. Bapak
Subandi b. Jalan
alternatif
untuk
hijauan
ketika
pada
peternakan
seharusnya memiliki
mencegah kekurangan pakan
musim kemarau
domba milik Bapak
manajemen
pakan
saat musim kemarau dapat
tiba.
Subandi yaitu pada
seperti
pengolahan
dilakukan dengan membuat
saat musim kemarau
hijauan kering (hay)
hijauan
kering
(hay),
hijauan agak sulit
sehingga pada saat
penambahan urea (amoniasi),
untuk dicari sehingga
musim kemarau tidak
dan awetan hijauan (silase)
perlu usaha yang lebih
kekurangan pakan.
(Hanafi, 2008).
keras
untuk
mendapatkan hijauan,
karena domba hanya
diberi pakan hijauan
tanpa diberi ransum.
yang
bila
c. Bapak Subandi dalam c. Bapak
Subandi c. Pemasaran adalah penentu
menjalankan
harusnya
memiliki
keberhasilan dari suatu usaha
: ternak akan dijual
peternakan domba ini
tempat
pemasaran
penggemuka domba. Sehingga
untuk
menutup
yaitu hanya dipasarkan
yang tetap sehingga
lokasi
peternakan
harus
kerugian
apabila membutuhkan
domba
dapat
memiliki
lokasi
dengan
uang dan ada pembeli
dipasarkan
pada
tempat pemasaran yang baik
yang datang langsung
konsumen
dengan
(Purbowati, 2009).
ke peternak. sehingga
lebih mudah.
peternakan domba ini
bukanlah
untuk
penghasilan
utama
melainkan
untuk
No
KEADAAN
EVALUASI
tambahan uang saja.
SOLUSI
REFERENSI
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A., M. Aminawar, A. H. Hoddi, dan H. M. Ali, J. A. Syamsu. 2012. Identifikasi kapasitas peternak dalam adopsi teknologi pegembangan sapi
potong yang terintegrasi dengan padi.
Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta
Ali, U., Sumartono, N. Humaidah. 2012. Pembinaan masyarakat tani peternak kambing dan domba di desa Aumbersekar, Kecamatan Dau Kabupaten
Malang. Jurnal Dedikasi, Vol. 9 Hal: 60-66.
Sonia, B.R., Zahroh Z., dan D.F. Azizah. 2014. . Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 9(1).Hal.1-9.
Budiman, H. 2006. Perbaikan manajemen pakan dalam penggemukan domba di tingkat petani. Jurnal Temu
Pertaanian. Hal.1-5.
teknis Nasional Tenaga Fungsional
Chambers P. G. dan T. Grandin. 2001. Guidelines for Humane Handling, Transport and Slaughter of Livestock, Chapter 6. Food and Agriculture
Organization of the United Nations Regional Office for Asia and the Pacific. RAP Publication.
Dhalika, T., E. Y. Setyowati, S. Nurachma, dan Y. A. Hidayati. 2010. Nilai ransum lengkap mngandung berbagai taraf hay pucuk tebu (Sccharum
offcinarum) pada domba jantan yang digemukkan. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 10 (2) Hal: 79-84.
Ginting. 2009. Cara Menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Hadi, P. U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang, Vol. 21 (4): 1-9.
Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Repository. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Harianto, B. 2012. Bisnis Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Istijanto, M. M. 2005. Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-Dimensi Kerja Karyawan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Misniwati, A. 2004. Analisa usaha penggemukkan kambing potong ditinjau dari sosial-ekonomi. Lokakarya Nasional Kambing Potong, Sumatra Utara.
Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pakage, S. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang). Jurnal Ilmu PeternakanVol. 3
(2)Hal: 51 – 57.
Purbowati, E. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Departemen Pertanian, Jawa Barat.
Sarwono B. 2012. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya,Jakarta.
Setiawan, B. S. 2011. Beternak Domba dan Kambing. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Sukses menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Soekartawi. 2003. Agrisbisnis Teori Dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sudarmono, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2011. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susilowati, I. 2007. Analisis Profitabilitas pada Usaha Peternakan Sapi Perah di desa Baturejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi).
Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rohani, H. Hoddi, M. B. Rombe, dan M. Ridwan. 2011. Pengelolaan Usaha Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Perhitungan BK pakan
Tabel 1. BK Pakan Rumput Lapangan
Bahan Pakan
Berat Loyang (g)
Sampel Sebelum dioven (g)
Loyang dan Sampel setelah oven (g)
Pakan Rumput Lapangan 1
18,645
10,056
21,621
Pakan Rumput Lapangan 2
40,735
10,038
43,677
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014
BK
berat setelah oven-berat loyang
=sampel
x 100%
21,621-18,645
Bk pakan rumput lapangan 1 = 10,056
x 100%
= 29,59 %
43,677-40,735
BK pakan rumput lapangan 2 = 10,038
x 100%
= 29,31 %
BK rata-rata pakan
¿ 29,59 %+ 29,31 %
=2
=29,45 %
Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan BK, PK dan TDN
Tabel 2. Kebutuhan BK, TDN dan PK
Bobot Badan (kg)
Pertambahan Bobot Badan (gr)
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan TDN (kg)
Kebutuhan PK (kg)
25
0,61
0,30
0,052
33
X
Y
Z
50
0,66
0,36
0,059
21
33
A
B
C
25
25
0,72
0,36
0,061
33
D
E
F
50
0,78
0,42
0,07
20
Sumber: Kearl, 1982
Kebutuhan BK
Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
X = PBBH ternak-PBBH atas = X-BK atas
50-25 0,66-0,61
33-25 = X -0,61
25
0,05
= X -0,61
8
0,4 = 25X-15,25
25X = 15,65
X
= 0,626
Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
D = PBBH ternak-PBBH atas =D-BK atas
50-25 0,78-0,72
33-25 = D -0,72
25
0,06
=
8
D -0,72
0,48 = 25D-18
25D = 18,48
D
= 0,7392
Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
BB bawah-BB atas
BK bawah-BK atas
A = BB rata-rata - BB atas = A-BK atas
25-20
0,7392-0,626
22,5-20 = A -0,626
5
0,1132
2,5 = A -0,626
0,283 = 5A-3,13
5A = 3,413
A
= 0,6826
Kebutuhan TDN
Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
Y = PBBH ternak-PBBH atas = X-BK atas
50-25 0,36-0,30
33-25 = Y-0,30
25
0,06
= X -0,30
8
0,48 = 25X-7,5
25X = 7,98
X
= 0,3192
Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
E = PBBH ternak-PBBH atas =E-BK atas
50-25 0,42-0,36
33-25 = E -0,36
25
0,06
= E -0,36
8
0,48 = 25E-9
25E = 9,48
E
= 0,3792
Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
BB bawah-BB atas
BK bawah-BK atas
B = BB rata-rata - BB atas = B-BK atas
25-20
0,3792-0,3192
=
22,5-20 B -0,3192
5
0,06
2,5 = B -0,3192
0,15 = 5B-1,596
5B = 1,746
B
= 0,3492
Kebutuhan PK
Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
Z = PBBH ternak-PBBH atas =Z-BK atas
50-25 0,059-0,052
33-25 = Z -0,052
25
0,007
=
8
Z -0,052
0,056 = 25Z-1,3
25Z = 1,356
Z
= 0,054
Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
F = PBBH ternak-PBBH atas =F-BK atas
50-25 0, 0 7-0,061
33-25 = F -0,061
25
0,009
=
8
F -0,061
0,072 = 25F-1,525
25F = 1,597
F
= 0,064
Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
BB bawah-BB atas
BK bawah-BK atas
C = BB rata-rata - BB atas = C-BK atas
25-20
0,064-0,054
22,5-20 = C -0,054
5
0,01
2,5 = C -0,054
0,025 = 5C-0,27
5C = 0,295
C
= 0,059
Lampiran 3. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan dan Kebutuhan
Tabel 3. Standar Kandungan BK, TDN dan PK Bahan Pakan
BahanPakan
Kandungan BK (%)
Rumput Lapangan
30,1
Dalam 100% BK
Kandungan TDN (%)
Kandungan PK (%)
56
2,35
Sumber : Kartadisastra, 1997
Tabel 4. Konsumsi Pakan
BK
Pakan
Rumput Lapangan
Konsumsi BK (kg)
Konsumsi TDN (kg)
Konsumsi PK (kg)
(%)
Konsumsi
BS (kg)
Kadar BK x Konsumsi BS
Kadar TDN x Konsumsi BK
Kadar PK x Konsumsi BK
29,45
3
0,8835
0,49476
0,02076
Sumber : Data Primer PraktikumManajemenTernakPotongdanKerja, 2014
Tabel 5. Evaluasi Konsumsi Pakan dengan Kebutuhan
BK (kg)
Sampel
TDN (kg)
PK (kg)
Domba
Kebutuhan
Konsumsi
Evaluasi
Kebutuhan
Konsumsi
Evaluasi
Kebutuhan
Konsumsi
Evaluasi
21 kg
0,6826
0,8835
+0,2009
0,3492
0,49476
+0,14556
0,059
0,02076
-0,03824
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014
Keterangan :
Evaluasi (+) : Konsumsi BK dan TDN sudah baik karena sudah memenuhi kebutuhan
Evaluasi (-) : Konsumsi PK masih kurang karena belum mencukupi kebutuhan
Lampiran 4. Perhitungan Performa Ternak
Perhitungan Feed Convertion Rate (Konversi Pakan)
PBBH
Konsumsi BK total
= 0,033 kg/hari
= 0,8835 kg
konsumsi BK total
Konversi pakan
=PBBH
0,8835
=0, 0 33
= 26,77
Jadi, ternak membutuhkan pakan sebesar 26,77 kg BK untuk menaikan pertambahan bobot badan sebesar 1 kg.
Efisiensi Pakan
PBBH
Konsumsi BK total
= 0,033 kg/hari
= 0,8835 kg
PBBH
Efisensi pakan
= Konsumsi BK Total × 100 %
0, 0 33
= 0,8835 × 100 %
= 3,7 %
Jadi, ternak mampu mencerna 3,7 % dari 0,8835 kg untuk menghasilkan PBBH sebesar 0,033 kg/hari.
Lampiran 4. (lanjutan)
Feed Cost Per Gain
Diketahui :
Konsumsi pakan rumput lapangan
= 3 kg
Biaya Pakan/ekor/hari= Rp. 0
PBBH
= 0,033 kg
Feed Cost Per Gain
= (tidak terdapat biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan hijauan)
= 0 rupiah/ kg
Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk menaikkan bobot badan 1 kg sebesar Rp. 0/kg.
Lampiran 6. Analisis Usaha
A. Pendapatan produksi
Biaya Investasi
No
Jenis Biaya
1
Pembuatan kandang
Nilai Nominal (Rp)
15.000.000
2
Bakalan
70.000.000
3
Peralatan
5.000.000
4
Mobil (Pick up)
Tota
l
150.000.000
Biaya Variabel
No
Jenis Biaya
1
Pakan (tidak mengeluarkan biaya)
2
Tenaga kerja 2 x Rp 30.000/hari x 20 hari
kerja/bulan x 12 bulan
3
Listrik Rp 40.000 x 12
4
Pajak Bumi Bangunan Rp 50.000/tahun
5
Transportasi 100.000 x 4 x 12
Total
60.000.000
Nilai Nominal (Rp)
0
14.400.000
480.000
50.000
4.800.000
19.730.000
Biaya Tetap ( 12 bulan/ 2 periode produksi)
No
Jenis Biaya
1
Bakalan 100 ekor
2
Penyusutan kandang per tahun (Rp
15.00.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun
dan nilai akhir Rp 0
3
Penyusutan peralatan
Total
Nilai Nominal (Rp)
70.000.000
3.750.000
200.000
73.950.000
Lampiran 6. (lanjutan)
Total Biaya Produksi
Deskripsi
Biaya tetap
Jumlah (Rp)
73.950.000
Biaya Variabel
19.730.000
Total Biaya
93.630.000
Penerimaan
Penjualaan domba
(hari biasa)
Jumlah
30 ekor x Rp 1.500.000,-
Penjualan domba
(hari raya Idul
Adha)
70 ekor x Rp 2.000.000
Total
91.320.000 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Total (Rp)
45.000.000
140.000.000
185.000.000
Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 93.680.000 = Rp
Lampiran 6. (lanjutan)
Break Event Point (BEP)
BEP Unit
Total Biaya Produksi
BEPq=
harga d omba/ekor
BEPq=
BEP Harga
Total Biaya Produksi
BEPq=
Jumlah Domba (ekor)
93.680.000
= 51 Ekor
1 . 850. 000
BEPq=
B/C
B/C
Total Benefit
= Total Cost
91.320.000
= 93.680.000
= 0,97
ROI (Return on Investment)
ROI
Total Keuntungan per Tahun
= Biaya Investasi + Variabel x 100%
87.005.700
= 167.730.000 X 100%
= 53,8
Tugas Koreksi
93.680.000
= Rp 936.800.100
Bobot Badan (Kg)
21
PBBH (Kg)
0,033
Kebutuhan BK (Kg)
0,6826
Kebutuhan TDN (Kg)
0,3492
Standar Kandungan BK, TDN, dan Pk Bahan Pakan
Pakan
BK
PK
TDN
Rumput Lapangan
30,1
2,34
56
Kulit Buah Kakao
88,9
14,6
47
Bobot Badan 21 kg
Kebutuhan PK dalam BK
=
Kebutuhan PK
Kebutuhan BK x 100 %
=
0,059
x 100 %
0,6826
= 8,64 %
Kebutuhan TDN dalam BK
=
Kebutuhan TDN
Kebutuhan BK x 100 %
=
0,3492
x 100 %
0,6826
= 51,16 %
Kebutuhan PK (Kg)
0,059
Penyusunan Ransum
Kebutuhan PK dalam BK
Metode Person Square
Rumput Lapangan
2,34
5,96
8,64
Kulit Buah Kakao
14,6
6,3 +
12,26
5,96
Rumput Lapangan = 12,26 x 100%
6,3
Kulit Buah Kakao = 12,26 x 100%
= 48,61%
= 51,38%
Pakan
Komposisi (%)
BK
PK
TDN
Rumput Lapangan
53,91
0,3318
0,0078
0,185
Kulit Buah Kakao
46,09
0,3507
0,3507
0,164
Total
100
0,6826
0,059
0,3506
Kebutuhan
0,6826
0,059
0,3492
Koreksi
0
0
(+0,0014)
Kandungan BK Pakan
kebutuhan PK pakan
kebutuhan TDN pakan
Rumput Lapangan =
48,61
x 0,6826
100
rumput lapangan =
= 0,3318
Kulit Buah Kakao =
2,34
x 0,3318
100
rumput lapangan
= 0,0078
51,38
100 x 0,6826
Kulit Buah Kakao =
= 0,3507
= 0,1858
14,6
100 x 0,3507
Kulit Buah Kakao
= 0,0512
Kebutuhan Pakan (Segar)
=
56
x 0,3318
100
=
= 0,1648
Harga Pakan
Rumput Lapangan = 0,3318 x
100
30,1
= 1,102 kg
1,102 x 0
= RP 0.-
Kulit Buah Kakao = 0,3507 x
100
88,9
= 0,394 kg
0,394 x Rp 300,-
= Rp 118,2.-
47
100 x 0,3507
Perhitungan Feed Convertion Rate (Konversi Pakan)
PBBH
Konsumsi BK total
= 0,033 kg/hari
= 0,6826 kg
konsumsi BK total
Konversi pakan
=PBBH
0,8835
=0,033
= 20,68
Jadi, ternak membutuhkan pakan sebesar 20,68 kg BK untuk menaikan pertambahan bobot badan sebesar 1 kg.
Efisiensi Pakan
PBBH
Konsumsi BK total
= 0,033 kg/hari
= 0,6826 kg
PBBH
Efisensi pakan
= Konsumsi BK Total x 100%
0,033
= 0,6826 x 100%
= 4,83 %
Jadi, ternak mampu mencerna 4,83 % dari 0,6826 kg untuk menghasilkan PBBH sebesar 0,033 kg/hari.
Feed Cost Per Gain
Diketahui :
Konsumsi pakan rumput lapangan
= 1,102 kg
Konsumsi kulit buah kakao
= 0,3943
Biaya rumput lapangan
= Rp 0,-
Biaya kulit buah kakao
= Rp 300,-/kg
PBBH
= 0,033 kg
Feed Cost Per Gain
(harga R. lapangan x konsumsi R. Lapangan) + (harga kulit buah kakao x harga kulit buah kakao)
= PBBH
( 0 x 1,102 ) + (300 x 0,394)
= 0,033
0 + 118,2
= 0,033
= 3581,81/kg
Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk menaikkan bobot badan 1 kg sebesar Rp 3581,81,-/kg
Analisis Usaha
A. Pendapatan produksi
Biaya Investasi
No
Jenis Biaya
1
Pembuatan kandang
2
Bakalan
3
Peralatan
4
Mobil (Pick up)
Tota
l
Biaya Variabel
No
Jenis Biaya
1
Pakan Rp 118,2 x 100 365
2
Tenaga kerja 2 x Rp 30.000/hari x 20 hari
kerja/bulan x 12 bulan
3
Listrik Rp 40.000 x 12
4
Pajak Bumi Bangunan Rp 50.000/tahun
5
Transportasi 100.000 x 4 x 12
Tota
l
Biaya Tetap ( 12 bulan/ 2 periode produksi)
No
Jenis Biaya
1
Bakalan 100 ekor
2
Penyusutan kandang per tahun (Rp
15.00.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun
dan nilai akhir Rp 0
3
Penyusutan peralatan
Tota
Nilai Nominal (Rp)
15.000.000
70.000.000
5.000.000
60.000.000
150.000.000
Nilai Nominal (Rp)
4.314.300
14.400.000
480.000
50.000
4.800.000
24.044.300
Nilai Nominal (Rp)
70.000.000
3.750.000
200.000
73.950.000
l
Lampiran 6. (lanjutan)
Total Biaya Produksi
Deskripsi
Biaya tetap
Biaya Variabel
Total Biaya
Penerimaan
Penjualaan domba
(hari biasa)
Penjualan domba
(hari raya Idul
Adha)
Total
Jumlah (Rp)
73.950.000
24.044.300
97.994.300
Jumlah
30 ekor x Rp 1.500.000,-
70 ekor x Rp 2.000.000
Total (Rp)
45.000.000
140.000.000
185.000.000
Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 97.994.300 = Rp 87.005.700 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Lampiran 6. (lanjutan)
Break Event Point (BEP)
BEP Unit
Total Biaya Produksi
BEPq=
harga domba/ekor
BEPq=
97.994.300
= 53 Eko r
1.850.000
BEP Harga
Total Biaya Produksi
BEPq=
Jumlah Domba (ekor)
BEPq=
97.994.300
= Rp 979.943.100
B/C
B/C
Total Benefit
= Total Cost
87.005.700
= 97.994.300
= 0,89
ROI (Return on Investment)
ROI
Total Keuntungan per Tahun
= Biaya Investasi + Variabel x 100%
87.005.700
= 194.004.300 X 100%
= 50 %
Tabel perbandingan evaluasi dan koreksi
Parameter
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan PK (kg)
Keutuhan TDN (kg)
Tugas evaluasi
0,6826
0,059
0,3492
Tugas koreksi
0,6826
0,059
0,3492
Biaya variabel
Biaya produksi
Total pendapatan
BEP harga produksi
BEP Volume produksi
B/C
ROI
Rp 19.730.000
Rp 93.630.000
Rp 91.320.000
Rp 936.800
51 ekor
0,97
53,8 %
Rp 24.044.300
Rp 97.994.300
Rp 87.005.700
Rp 979.943
53 ekor
0,89
50 %
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih menguntungkan dari pada tugas koreksi, karena pada evaluasi
pakan hanya menggunakan rumput lapangan yang dapat diperoleh secara gratis namun masih kekurangan kebutuhan PK sehingga dilakukan
perhitungan tugas koreksi. Pada tugas koreksi ada penambahan pakan yaitu kulit buah kakao untuk memenuhi kekurangan PK sehingga
menambah biaya pakan dan produksi.
Tabel perbandingan evaluasi dan koreksi
Parameter
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan PK (kg)
Keutuhan TDN (kg)
Biaya variabel
Biaya produksi
Total pendapatan
BEP harga produksi
BEP Volume produksi
B/C
ROI
Tugas evaluasi
0,8835
0,02076
0,49476
Rp 19.730.000
Rp 93.630.000
Rp 91.320.000
Rp 936.800
51 ekor
0,97
53,8 %
Tugas koreksi
0,6826
0,059
0,3492
Rp 24.044.300
Rp 97.994.300
Rp 87.005.700
Rp 979.943
53 ekor
0,89
50 %
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih menguntungkan dari pada tugas koreksi, karena pada evaluasi
pakan hanya menggunakan rumput lapangan yang dapat diperoleh secara gratis namun masih kekurangan kebutuhan PK sehingga dilakukan
perhitungan tugas koreksi. Pada tugas koreksi ada penambahan pakan yaitu kulit buah kakao untuk memenuhi kekurangan PK sehingga
menambah biaya pakan dan produksi.
MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
Manajemen Penggemukan Domba di Peternakan Sumber Makmur Desa Mendongan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang
N2
Disusun oleh:
Kelompok VD
Farid Afrizal
M. Yusuf Eko S.
Tri Budi Yudawan
Meriana Prasetyo
Siti Zamhariroh
23010112130210
23010112130185
23010112140212
23010112130219
23010112130202
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
EVALUASI PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA
No
KEADAAN
1.
Lokasi Peternakan
a. Alamat:
: Dusun
Mendongan
Kecamatan
Sumowono
Kabupaten
Semarang
EVALUASI
SOLUSI
REFERENSI
a. Alamat sesuai tata letak a. –
geografis yang sesuai
untuk ternak domba.
a. –
b. Prasarana
mudah b. –
untuk di jangkau.
b. –
: 400 mdpl
c. Daerah
dengan c. –
ketinggian 400 m dari
permukaan
laut
memiliki kelembaban
dan suhu yang sesuai
untuk ternak domba
c. Keadaan ketinggian topografi
mempengaruhi
temperatur,
curah
hujan,
kelembaban
lingkungan,
dan
dapat
mempengaruhi ketersediaan air
disuatu lokasi dan kemudahan
transportasi (Abidin, 2008).
d. Curah hujan
:104 mm/tahun
d. Curah hujan ideal bagi d. –
ternak domba karena
tidak terlalu tinggi.
d. e. Suhu udara ideal untuk
peternakan berkisar antara
17oC-26oC, dengan curah hujan
245 mm/ tahun (Susilowati,
2007).
e. Suhu
- Siang
- Malam
: 26o C
: 22o C
e. Suhu tersebut sudah e. –
bagus untuk usaha
peternakan domba.
: 70%
: 80%
f. Suhu tersebut sudah f. –
sesuai
dengan
kenyamanan domba.
b. Kemudahan dijangkau : mudah
c. Ketinggian
permukaan laut
f. Kelembaban:
- Siang
- Malam
dari
f. Kelembaban yangdibutuhkan
oleh domba untuk tumbuh
adalah 60 % - 80 % (Sodiq,
2008).
No
2.
KEADAAN
EVALUASI
SOLUSI
REFERENSI
g. Jarak
dengan
pemukiman penduduk : 1 meter
g. Jarak
peternakan g. Sebaiknya kandang g. Letak kandang dibuat agak jauh
terlalu dekat dengan
dibuat dengan jarak
dari tempat tinggal pribadi
pemukiman
warga,
yang lebih jauh dari
dengan jarak minimal 10 m
sehingga
dapat
pemukiman
warga,
dari rumah (Mulyono dan
mengganggu
minimal 10 m.
Sarwono, 2005).
kenyamanan
warga
sekitar.
h. Jarak dengan tempat
pembelian bakalan
: 3 km
h. Jarak tempat pembelian h. –
bakalan dekat sehingga
mempermudah dalam
pembelian pakan.
h.-
i. Jarak dengan tempat
pemasaran
: 3 km
i. Tempat dengan jarak i.pemasaran tidak jauh
dan tidak dekat (mudah
dijangkau)
i. Transportasi sangat penting
dalam suatu usaha peternakan
untuk memudahkan pemasaran
dalam jumlah yang besar,
penyediaan bakalan dan bibit
ternak, serta pakan yang
bagus(Chambers and Grandin,
2001).
a. Nama
peternakan a. –
memiliki arti yang baik
bagi kemajuan usaha
peternakan
domba
milik Bapak Subandi.
a. –
b. Nama Pemilik Bapak b. –
Subandi.
b. –
c. Usaha
peternakan c. –
Bapak Subandi sudah
c. –
Identitas/Organisasi Peternakan
a. Nama Peternakan
: Sumber
Makmur
b. Nama Pemilik
: Bapak Subandi
c. Tahun
berdirinya
peternakan
No
KEADAAN
: 2010
d. Latar
belakang
berdirinya peternakan
EVALUASI
berjalan
selama
tahun.
SOLUSI
d. –
: Bapak Subandi
lulusan dari S-1
Peternakan
Undaris
ingin
memanfaatkan
ilmu
yang
dimiliki dengan
beternak domba.
Awalnya warisan
yang dimiliki Pak
Subandi
masih
kurang
untuk
mendirikan usaha,
kemudian Bapak
Subandi
mengajukan
proposal kepada
pemerintah untuk
pendirian usaha
ternak domba ini.
REFERENSI
4
d. Gelar
sarjana
peternakan
yang
dimiliki Bapak Subandi
telah
dimanfaatkan
dengan baik dengan
mendirikan
usaha
peternakan domba.
e. Perijinan
d. Sebelum beternak domba perlu
persiapan
beternak
dari
kandang ,sistem penggemukan
hasil panen,pascapanen dan
pemasaran dan penanganan
penyakit dan pengendalian
hama dana analis usaha yang
perlu di gunakan (Harianto,
2012).
e. –
:-
e. Pendirian usaha tanpa e. Seharusnya
saat
perijinan kurang baik
mendirikan
suatu
karena dapat berakibat
usaha
dilengkapi
pencabutan usaha.
dengan
perijinan
resmi sehingga usaha
tersebut sudah diakui
secara hukum oleh
pemerintah.
No
KEADAAN
f. Modal awal
: Rp 155.000.000,-
g. Jumlah ternak awal
: 144 ekor (100
ekor digemukkan
dan 44 ekor
indukan)
h. Jumlah
sekarang
ternak
: 44 ekor
3.
Manajemen Perkandangan
a. Luas
lahan
peternakan
: 160 m2
: (lampiran)
b. Lay
perkandangan
out
EVALUASI
f. Modal sesuai untuk f. –
mengawali
usaha
dalam berternak.
g. Jumlah sesuai untuk g. –
mengawali usaha.
SOLUSI
REFERENSI
f. Modal
pembibitan
untuk
membeli pakan yang tidak
dikeluarkan dalam jumlah
besar pada awal pemeliharaan
(Hadi dan Ilham, 2002).
g. –
h. Jumlah
menurun h. Sebaiknya
dalam h. –
karena
kurangnya
menjalankan
usaha
kontinyuitasusaha.
ternak
domba
peternak lebih fokus
menggembangkan
usaha tersebut agar
bisa optimal.
a. Lahan untuk kadang a. –
sudah cukup untuk
jumlah ternak.
b. Ventilasi
kandang
kurang.
a. –
untuk b. Ventilasi
kandang b. –
sangat
perlu ditambah agar
tidak sirkulasi udara
dalam kandang lebih
lancar.
c. –
c. Jenis
bangunan : Terbuat dari kayu
c. Perlu
peremajaan
yang
ada
di
dan bambu
c. Kandang dibuat dari
atau
perbaikan
perkandangan dan
kayu bambu agar lebih
kandang bila ada
jaraknya
ekonomis
modal
untuk
: Kandang Pangung
mengembangkan
skala peternakan.
No
KEADAAN
d. Model kandang
EVALUASI
SOLUSI
d. –
d. Kandang
panggung
lebih mempermudah
dalam membersihkan
feses dan menampung
urin.
e. Konstruksi
kandang:
- Kerangka
- Atap
- Dinding
- Lantai
f. Jumlah kandang
: kayu
: genting
: kayu
: bambu
REFERENSI
d. Kandang panggung memiliki
lantai bercelah yang berfungsi
memudahkan
pengumpulan
kotoran
dan
pembersihan
kandang (Sarwono, 2012).
e. –
e. –
f. –
f. –
e. Semua bahan yang
digunakan
sangat
tradisional.
: satu
f. Kandang yang dimiliki
Bapak Subandi ada 1,
namun
di
dalam
kandang sudah ada
penempatan kandang
sesuai dengan kondisi
: Kandang kayu 20
fisiologis ternak.
g. Jenis
dan
luas
m x 8 m (160
g. –
2
masing-masing
m)
g. Luas kandang sudah
kandang
baik karena dapat
: 160 ekor
memenuhi
kebutuhn
ternak seperti untuk
pemeliharaan.
h. Kapasitas kandang
h. –
h. Kapasitas
andang
mampu
menampung
sebanyak 160 ekor
ternak domba. Hal ini
: ember, cangkul,
sudah baik karena
sapu
ternak yang dipelihara
g. –
h. –
No
KEADAAN
i. Peralatan kandang
: 15 juta
j. Biaya pembuatan
kandang
dan
peralatan
4
EVALUASI
ada 144 ekor domba.
i. –
i. Peralatan yang terdapat
pada kandang sudah
memenuhi
untuk
sanitasi kandang.
j. –
SOLUSI
REFERENSI
i. –
j. Jika dalam suatu unit kandang
j. Kandang
yang
dipelihara sejumlah ternak
dibangun untuk ternak
dengan status fisiologis yang
domba dari bahan
berbeda-beda, maka harus
kayudengan
biaya
ditempatkan sesuai status
kandang
yang
fisiologisnya dengan cara
dikeluarkan
oleh
menyekat beberapa ruang
Bapak Subandi yaitu
kandang (Rismayanti, 2010).
: Ternak domba
sebesar
Rp
a. Cara penempatan
digolongkan
15.000.000,-.
k. –
ternak
dalam
berdasarkan
kandang
domba
yang k. Penempatan
ternak
dikawinkan,
sudah baik karena
anak domba dan
sudah
digolongkan
induknya,
dan
menurut
kebutuhan
anak
domba
fisiologis dan biologis.
yang lepas sapih
Manajemen Pemeliharaan
a. Sistem
a. Pemeliharaan intensif a. Perlu
manajemen a. Perawatan domba yang lebih
pemeliharaan
: intensif
cocok untuk usaha
pemeliharaan
yang
baik
akan
menghasilkan
peternakan
yang
terpadu,
supaya
produktivitas yang optimal
lahannya terbatas.
dengan pasti kapan
(Rismayanti, 2010).
ternaknya
akan
dijual.
b. Lama
b. Lama
pemeliharaan
b. –
pemeliharaan
: 6-12 bulan
terngantung
situasi b. Untuk hasil lebih
pasar dan keuangan
optimal,
perlu
peternak,
apabila
perawatan
khusus
harganya bagus atau
pada
tiap
fase
No
KEADAAN
c. Jenis-jenis
perawatan yang
dilakukan
terhadap ternak
sesuai dengan
status
fisiologisnya
5
: ada
Manajemen Pemilihan Ternak Bakalan
a. Kriteria Pemilihan
ternak
: sehat, lincah,
mata bersinar,
kulit halus
b. Bangsa ternak
: domba ekor
gemuk
EVALUASI
peternak sedang butuh
uang, maka ternak baru
dijual.
SOLUSI
fisiologis
ternak
dengan
memperhatikan
efisien
tidaknya
perawatan yang akan
dilakukan.
REFERENSI
c. Perawatan
fisiologis
c. Setelah memastikan bahwa
pada domba induk c. Untuk hasil lebih
induk telah bunting, maka
bunting dipisahkan dari
optimal,
perlu
pejantan
disarankan
pejantan agar tidak
perawatan
khusus
dikeluarkan dari kandang
terganggu, untuk induk
pada
tiap
fase
induk. Pejantan yang terus
partus danpasca partus
fisiologis
ternak
bercampur dengan induk dapat
di pisahkan ke tempat
dengan
mengalami penurunan libido
terpisah agar mudah
memperhatikan
atau agresivitas terhadap betina
dalam melahirkan dan
efisien
tidaknya
estrus (Ginting, 2009).
menyusui
anaknya,
perawatan yang akan
sedangkan anak lepas
dilakukan.
sapih dipisahkan dari
induknya ke flock yang
lain.
a. Bapak
Subandi a. Pemilihan
bakalan a. Pemilihan bakalan dapat dilihat
memilih
bakalan
domba
untuk
dari tingkat pertumbuhan dan
domba
untuk
penggemukan harus
produksinya, selain itu dapat
digemukkan sudah baik
melihat
beberapa
dilihat dari mutu genetik yang
dengan syarat domba
kriteria seperti gen
dimiliki domba (Sodiq dan
yang sehat, lincah, kulit
yang
dimiliki,
Abidin, 2008).
bersih dan halus, dan
kesehatan
ternak,
mata bersinar.
pertumbuhan
berat
badan ternak.
b. –
b. Pemilihan
bangsa
b. –
No
KEADAAN
c. Asal ternak
EVALUASI
ternak
untuk
penggemukan domba
yaitu ekor gemuk.
: Sumowono
SOLUSI
REFERENSI
c. –
c. –
d. –
d. e. Pemilihan bakalan yaitu
ternak harus sehat, memiliki
bobot 15-20 kg, dan berumur
kurang
dari
satu
tahun
(Setiawan, 2011).
c. Asal ternak tersebut
dari Sumowono karena
di Sumowono terdapat
peternak
yang
menyediakan bakalan.
d. Umur
: 7 bulan
d. Umur bakalan yang
dipilih oleh Bapak
Subandi yaitu 7 bulan
dengan bobot badan 15
kg dan harga bakalan
Rp 700.000,-
e. BB awal
: 15 kg
e. –
e. Bobot badan awal
bakalan domba sudah
baik yaitu 15 kg yang
berarti
bakalan
berumur kurang dari 1
tahun, karena pada
umur dibawah 1 tahun
ternak dapat tumbuh
secara optimal.
f. Harga ternak hidup
: Rp 700.000,-
f. –
f. –
f. Bakalan dengan harga
Rp 700.000,- sudah
termasuk harga yang
normal.
6
Manajemen Pakan
a. Jenis pakan
: rumput lapang
a. Manajemen
kurang baik
pakan a. Seharusnya
karena
domba
pakan a. Usaha ternak domba dengan
diberi
tujuan
penggemukan
No
KEADAAN
EVALUASI
Bapak Subandi hanya
menggunakan hijauan
sebagai pakan domba.
SOLUSI
campuran
dengan
ransum agar dapat
memenuhi kebutuhan
nutrisi domba.
REFERENSI
berpangkal pada pemberian
pakan yang memadai seperti
pemberian ransum (Sudarmono
dan Sugeng, 2011).
b. Harga pakan
:-
b. Bapak Subandi tidak b. –
memiliki pengeluaran
untuk pakan.
b. –
c. Asal pakan
: lahan sendiri
c. Pakan
sendiri.
c. –
d. Kandungan nutrisi
pakan:
- PK
: 2,35%
- SK
:3,6%
- Mineral
:0,3%
- TDN
:56%
e. Ketersediaan pakan
: selalu ada
dari
lahan c. –
d. Kandungan pakan yang d. Penggunaan ransum d. –
diberikan
masih
dibutuhkan
untuk
kurang, hal ini terlihat
menutupi kekuragan
pada kandungan PK
PK.
dan
TDN
yang
dikonsumsi
yaitu
0,02076 kgBS dan
0,49476 kgBS yang
seharusnya
domba
dengan berat 21 kg
membutuhkan PK dan
TDN yaitu 0,0952
kgBS dan 0,3066 kgBS.
e. Agar
tidak e. Pemberian ransum lengkap
e. Ketersediaan
pakan
kekurangan
pakan
sangat baik karena partikel
sudah bagus karena
pada saat musim
makanan yang dikonsumsi oleh
selalu ada walaupun
kemarau
dapat
domba dalam kondisi nutrisi
pada musim kemarau
melakukan
yang
seimbang
sehingga
pakan agak sulit untuk
pengolahan hijauan
kebutuhan PK dan TDN
dicari.
seperti dikeringkan
tercukupi (Dhalika et al, 2010).
(hay) dan silase.
Jalan
alternatif
untuk
mencegah kekurangan pakan
No
KEADAAN
f. Jumlah pemberian
pakan
:3 kg/hari
g. Cara pemberian
EVALUASI
SOLUSI
REFERENSI
saat musim kemarau dapat
dilakuakan dengan membuat
hijauan
kering
(hay),
penambahan urea (amoniasi),
dan awetan hijauan (silase)
(Hanafi, 2008).
f. –
f. Pemberian
terlalu sedikit
pakan
f. –
: pagi dan sore
g. –
g. Pakan diberikan pada
waktu pagi dan sore.
h. Frekuensi
pemberian
i. Sisa pakan
: 2 kali
:-
j. Jumlah pemberian
air minum
: adlibitum
k. Sisa air minum
:-
h. –
h. Pakan
diberikan
sebanyak
2
kali i. –
sehari.
i.
Tidak terdapat sisa
pakan.
j. –
j. Pemberian air secara
addlibitum sudah baik
karena
dengan
pemberian addlibitum
ternak tidak akan
kekurangan air.
k. –
g. –
h. –
i. –
j. Pemberian air minum secara
addlibitum pada domba yang
digemukkan (Budiman, 2006).
k. –
k. Tidak air yang tersisa
dari
jumlah
pemberian.
7
Manajemen Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit:
a. Jenis Penyakit
: kembung
a. Ternak domba sering a. Peternak
harusnya a. –
terjadi kembung karena
memberikan hijauan
pakan hijauan yang
yang berumur tidak
No
8
KEADAAN
EVALUASI
setelah panen langsung
diberikan.
SOLUSI
terlalu muda, karena
hijauan
muda
mengandung kadar
air yang masih tinggi
b. Gejala Penyakit
: perut ternak
menjadi besar
c. Penanganan
: diberi pakan
c. Cara
penanganan c.
rumput yang
ternak yaitu peternak
tidak terlalu muda
hanya
memberikan
pakan yang berupa
hijauan.
Manajemen Pengolahan Limbah
a. Jenis limbah
: padat dan cair
b. Penanganan
REFERENSI
b. Gejala kembung ini b. Peternak
harus b. Gejala yang muncul pada
ditandai
oleh
mengenali
gejaladomba yang kembung yaitu
membesarnya
perut
gejala
penyakit
membesarnya lambung sebelah
ternak, dan apabila
seperti dalam hal ini
kiri dan bil ditepak-tepak akan
ditepuk
akan
contohnya kembung,
mengeluarkan bunyi seperti
menghasilkan
suara
agar segera dapat
drum (Purbowati, 2009).
“bung-bung”.
diatasi
c. Kembung pada domba diatasi
dengan
antibiotik
seperti
penicillin, atau jika sudah kritis
diobati dengan menusukkan
jarum ke bagian perut yang
kembung (Iarianto, 2012).
a. Ternak menghasilkan a. Limbah cair yang a. –
produk akhir atau yang
berupa
urin
dan
disebut
limbah.
limbah padat berupa
Limbah
yang
feses
memang
dihasilkan ternak yaitu
seharusnya
diolah
limbah
cair
yang
sehingga
tidak
berupa urin dan limbah
menimbulkan polusi.
padat yang berupa
Pengolahan
limbah
feses.
padat dapat dijadikan
pupuk
sedangkan
limbah cair dapat
diolah
dengan
fermentasi.
b. –
b. Pengolahan limbah ternak yaitu
No
limbah
KEADAAN
: pengolahan
limbah padat dan
cair
c. Cara pengolahan
d. Waktu pengolahan
: Limbah cair
berupa urin
diolah dengan
cara fermentasi
EVALUASI
b. Penangan limbah pada
peternakan
domba
milik Bapak Subandi
sudah baik.
SOLUSI
c. –
c. –
d. –
d. –
c. Pengolahan
limbah
padat
digunakan
sebagai pupuk pada
lahannya dan limbah
cair diolah dengan
fermentasi
: 1 bulan
d. Limbah cair yang
berupa urin diolah
dengan cara fermentasi
yang diperam selama 1
bulan.
9
REFERENSI
pengolahan kotoran hewan
feses dan urin menjadi biogas,
pupuk cair, dan pupuk kandang
(Abdullah et al, 2012). Limbah
feses juga dapat digunakan
untuk memupuk tanah (Ali et
al, 2012).
Manajemen Tenaga Kerja
a. Kriteria
a. Kriteria
untuk a. Kriteria untuk tenaga a. Demi mendapatkan tenaga
penerimaan
penerimaan
tenaga
kerja
sebaiknya
kerja yang baik haruslah
tenaga kerja
: warga setempat,
kerja kurang spesifik.
ditambah
dengan
memiliki syarat-syarat seperti
sehat
pengetahuan
orang
mengetahui
kejujuran,
tersebut
tentang
memiliki keahlian, dan pekerja
usaha peternakan.
keras (Wibowo, 2008).
b. Jenis
kelamin,
umur, pendidikan
: laki-laki, 38
tahun, SMA
b. Pemilihan tenaga kerja b. –
yang dipilih sudah baik
yaitu berjenis kelamin
laki-laki dengan umur
yang relatif masih
b. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam proses
seleksi tenaga kerja antara lain
pendidikan,
pengalaman,
keterampilan, kondisi fisik dan
No
KEADAAN
c. Jumlah
kerja
tenaga
d. Tugas
dan
wewenang tenaga
kerja
e. Jadwal kerja
: 2 orang
: mencari rumput
EVALUASI
muda
agar
dapat
melakukan pekerjaan
seperti mencari rumput
lapang.
SOLUSI
REFERENSI
jenis kelamin (Abidin, 2008).
c. Jumlah tenaga kerja 2 c. Jumlah tenaga kerja c. Untuk menentukan jumlah
orang untuk 70 ekor
sebaiknya ditambah.
tenaga kerja dibutuhkan data
sapi kurang efisien.
mengenai sasaran pekerjaan
yang perlu dicapai secara total
dan kemampuan karyawan
emncapai sasaran (Istijanto,
2005). Menurut Rohani et al.
(2011) Penggunaan tenaga
kerja perlu memperhatikan
jumlah, sumber dan upah
tenaga kerja yang digunakan.
Jumlah tenaga kerja sebaiknya
disesuaikan dengan skala usaha
karena akan berdampak pada
biaya produksi yang akan
dikeluarkan.
d. Selain pencari rumput, d. Selain
pencari d. Jumlah tenaga kerja harus
sebaiknya
peternak
rumput, peternak bisa
disesuaikan
dengan
jenis
menambah pekerja lagi
mencari pekerja lagi
kegiatan yang ada dalam usaha
untuk membantu tugas
misal
untuk
yang lain agar tidak
membantu
sanitasi
terlalu berat.
atau
pembuatan
pupuk.
: pukul 08.00-16.00 e. Penggunaan waktu jam e. –
(waktu istrahat
kerja
sudah
baik
pukul 11.00-13.00),
karena tenaga kerja
e. –
No
KEADAAN
6 jam waktu kerja.
f. Gaji pekerja
10
: Rp 30.000/hari
Manajemen Pemasaran
a. Bentuk
produk
yang dipasarkan
: ternak hidup
EVALUASI
hanya memiliki tugas
untuk mencari rumput.
SOLUSI
REFERENSI
f. Menurut
referensi f. Sebaiknya
gaji f. UMR kabupaten Semarang Rp
diperoleh pendapatan
pekerja ditambah Rp
1.423.500,-/bulan untuk 8 jam
dalam sebesar Rp
1.843,agar
kerja per hari dan 26 hari kerja.
6.843,75/jam,
pendapatan
yang
sedangkan gaji tenaga
diterima
setara
kerja kandang Bapak
dengan UMR.
Subandi
diproleh
sebesar
Rp
5.000,-/jam. Gaji yang
diberikan pada pekerja
kurang
dari
upah
minimum.
a. Penjualan ternak dalam a. –
produk ternak hidup
sudak baik karena
peternakan ini menjual
ternaknya untuk acaraacara tertentu seperti
idul adha.
b. Tempat pemasaran : pasar hewan atau b. Tempat pemasaran di b. –
langsung
di
pasar hewan sudah
peternakan
baik karena disana
banyak pembeli datang
yang ingin membeli
ternak serta lokasi
pemasaran yang dekat
sehingga
tidak
berpengaru
terhadap
ternak.
c. –
a. –
b. Jarak yang dekat antara
kandang dengan pasar akan
mengurangi faktor penyusutan
bobot
badan
selama
perjalanan karena mengalami
cekaman (stress) (Purbowati,
2009).
No
KEADAAN
c. Cara pemasaran
: melalui belantik
EVALUASI
c. Tempat
pemasaran
sudah baik karena
tergolong dekat dengan
kandang
sehingga
dapat
mengurangi
faktor
penyusutan
bobot badan selama
perjalanan
karena
mengalami cekaman
(stress).
d. Kesulitan
pemasaran
:-
d. Tidak
ditemui
kesulitan
saat
pemasaran
karena
Bapak
Subandi
menjualnya di pasar
hewan atau terkadang
pembeli sendiri yang
datang
ke
lokasi
peternakan.
e. Alat pemasaran
: pick up
SOLUSI
REFERENSI
c. –
d. –
e. Pemasaran
produk e. Mobil pick up yang
dengan menggunakan
digunakan
harus
mobil pick up sudah
dalam kondisi baik
baik
karena
lebih
agar tidak terjadi halefisien
dalam
hal
yang
tidak
pengangkutan hewan.
diinginkan
selama
dalam perjalanan.
d. –
e. Pemasaran
merupakan
penentu keberhasilan usaha
penggemukan
domba,
transportasi
dari
lokasi
peternakan
ke
daerah
pemasaran hendaknya baik
terkait dengan faktor jarak dan
infrastruktur
untuk
mendukung kelancaran haasil
panen ke pasar. Jarak yang
dekat antara kandang dengan
pasar akan mengurangi faktor
penyusutan
bobot
badan
No
KEADAAN
f. Waktu pemasaran
g. Harga jual
11
Analisis Usaha
a. Laba
b. B/C
EVALUASI
SOLUSI
: apabila diperlukan f. Alat transportasi yang f. –
dana maka ternak
digunakan
berupa
akan dijual
mobil pick up sudah
sudah baik.
: Rp 1.500.000 pada g. Harga pada hari-hari g. –
hari
biasa
biasa dapat meningkat
sedangkan
Rp
hingga 25% saat idul
2.000.000
pada
adha dari harga di hari
saat idul adha
biasa. Hal ini sudah
berupa
bobot
baik karena peternak
hidup
dengan
dapat
mendapatkan
bobot 21 kg.
untung yang berkali
lipat saat idul adha.
: Rp 91.320.000 per a. Laba yang diperoleh a. –
periode/12 bulan
per periode sudah
bagus,
sehingga
peternakan ini tidak
rugi.
: 0,97
b. Nilai
B/C
yang b. Agar
REFERENSI
selama perjalanan karena
mengalami cekaman (stress)
(Purbowati,
2009).
Transportasi sangat penting
dalam suatu usaha peternakan
untuk
memudahkan
pemasaran dalam jumlah yang
besar, penyediaan bakalan dan
bibit ternak, serta pakan yang
bagus
(Chambers
and
Grandin, 2001).
f. –
g. –
a. Laba
merupakan
hasil
pengurangan
antara
biaya
produksi
dan penerimaan
(Pakage, 2008).
pengembalian b. Semakin
tinggi
nilai
B/C
No
KEADAAN
c. BEP unit dan harga
- Unit
- Harga
: 51
: Rp 93.680.000,-
d. ROI
: 53,8 %
EVALUASI
diperoleh sebesar 0,97
menunjukkan
usaha
yang dijalani sudah
efisien karena untuk
setiap Rp 100,- yang
dikeluarkan
dalam
awal kegiatan usaha
peternakan
domba
akan
diperoleh
penerimaan
sebesar
Rp. 0,97,-
c. Nilai BEP unit sebesar c. –
51 dan BEP harga
sebesar Rp 93.680.000
mengindikasikan
bahwa usaha tersebut
sudah menguntungkan. d. –
d. Nilai ROI yaitu 53,8 %
menunjukkan
usaha
penggemukkan domba
yangdijalankanmengha
silkan pendapatan yang
setara bunga bank 39%
selama 12 bulan.
12
Evaluasi Usaha
a. Frekuensi
pemantauan
usaha
: setiap hari
SOLUSI
lebih besar sebaiknya
domba
dipasarkan
lebih
jauh
lagi
sehingga
pengembalian biaya
akan jadi lebih besar.
REFERENSI
maka usaha yang dijalani
semakin efisien(Soekartawi,
2003).
c. BEP
diatas
nilai
nol
menunjukkan usaha tersebut
menguntungkan (Misniwati,
2004).
d. Return on Investment (ROI)
adalah salah satu bentuk dari
rasio
profitabilitas yang
dimaksudkan untuk dapat
mengukur
kemampuan
perusahaan
dengan
keseluruhan
dana
yang
ditanamkan
dalam aktiva
yang
digunakan
untuk
operasi
perusahaan
agar
menghasilkan
keuntungan
(Sonia et al, 2014).
a. Usaha ternak domba a. Pengelolaan ternak a. –
milik Bapak Subandi
domba milik Bapak
yaitu usaha peternakan
Subandi seharusnya
masih
dilakukan
memberi
pakan
No
KEADAAN
b. Kendala
c. Tindakan
dilakukan
rugi
EVALUASI
dengan cara tradisional
seperti
pemberian
pakan, pengelolaannya,
dan cara penanganan
penyakitnya.
SOLUSI
dengan
campuran
ransum
agar
kebutuhan
nutrisi
yang
dibutuhkan
domba
dapat
terpenuhi dan dapat
memberi
pakan
seefisien mungkin.
REFERENSI
: kesulitan mencari b. Kendala yang dijumpai b. Bapak
Subandi b. Jalan
alternatif
untuk
hijauan
ketika
pada
peternakan
seharusnya memiliki
mencegah kekurangan pakan
musim kemarau
domba milik Bapak
manajemen
pakan
saat musim kemarau dapat
tiba.
Subandi yaitu pada
seperti
pengolahan
dilakukan dengan membuat
saat musim kemarau
hijauan kering (hay)
hijauan
kering
(hay),
hijauan agak sulit
sehingga pada saat
penambahan urea (amoniasi),
untuk dicari sehingga
musim kemarau tidak
dan awetan hijauan (silase)
perlu usaha yang lebih
kekurangan pakan.
(Hanafi, 2008).
keras
untuk
mendapatkan hijauan,
karena domba hanya
diberi pakan hijauan
tanpa diberi ransum.
yang
bila
c. Bapak Subandi dalam c. Bapak
Subandi c. Pemasaran adalah penentu
menjalankan
harusnya
memiliki
keberhasilan dari suatu usaha
: ternak akan dijual
peternakan domba ini
tempat
pemasaran
penggemuka domba. Sehingga
untuk
menutup
yaitu hanya dipasarkan
yang tetap sehingga
lokasi
peternakan
harus
kerugian
apabila membutuhkan
domba
dapat
memiliki
lokasi
dengan
uang dan ada pembeli
dipasarkan
pada
tempat pemasaran yang baik
yang datang langsung
konsumen
dengan
(Purbowati, 2009).
ke peternak. sehingga
lebih mudah.
peternakan domba ini
bukanlah
untuk
penghasilan
utama
melainkan
untuk
No
KEADAAN
EVALUASI
tambahan uang saja.
SOLUSI
REFERENSI
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A., M. Aminawar, A. H. Hoddi, dan H. M. Ali, J. A. Syamsu. 2012. Identifikasi kapasitas peternak dalam adopsi teknologi pegembangan sapi
potong yang terintegrasi dengan padi.
Abidin, Z. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pustaka, Jakarta
Ali, U., Sumartono, N. Humaidah. 2012. Pembinaan masyarakat tani peternak kambing dan domba di desa Aumbersekar, Kecamatan Dau Kabupaten
Malang. Jurnal Dedikasi, Vol. 9 Hal: 60-66.
Sonia, B.R., Zahroh Z., dan D.F. Azizah. 2014. . Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 9(1).Hal.1-9.
Budiman, H. 2006. Perbaikan manajemen pakan dalam penggemukan domba di tingkat petani. Jurnal Temu
Pertaanian. Hal.1-5.
teknis Nasional Tenaga Fungsional
Chambers P. G. dan T. Grandin. 2001. Guidelines for Humane Handling, Transport and Slaughter of Livestock, Chapter 6. Food and Agriculture
Organization of the United Nations Regional Office for Asia and the Pacific. RAP Publication.
Dhalika, T., E. Y. Setyowati, S. Nurachma, dan Y. A. Hidayati. 2010. Nilai ransum lengkap mngandung berbagai taraf hay pucuk tebu (Sccharum
offcinarum) pada domba jantan yang digemukkan. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 10 (2) Hal: 79-84.
Ginting. 2009. Cara Menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Hadi, P. U. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang, Vol. 21 (4): 1-9.
Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. USU Repository. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Harianto, B. 2012. Bisnis Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Istijanto, M. M. 2005. Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-Dimensi Kerja Karyawan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Misniwati, A. 2004. Analisa usaha penggemukkan kambing potong ditinjau dari sosial-ekonomi. Lokakarya Nasional Kambing Potong, Sumatra Utara.
Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pakage, S. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang). Jurnal Ilmu PeternakanVol. 3
(2)Hal: 51 – 57.
Purbowati, E. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Departemen Pertanian, Jawa Barat.
Sarwono B. 2012. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya,Jakarta.
Setiawan, B. S. 2011. Beternak Domba dan Kambing. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2008. Sukses menggemukkan Domba. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Soekartawi. 2003. Agrisbisnis Teori Dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sudarmono, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2011. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susilowati, I. 2007. Analisis Profitabilitas pada Usaha Peternakan Sapi Perah di desa Baturejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi).
Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rohani, H. Hoddi, M. B. Rombe, dan M. Ridwan. 2011. Pengelolaan Usaha Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Perhitungan BK pakan
Tabel 1. BK Pakan Rumput Lapangan
Bahan Pakan
Berat Loyang (g)
Sampel Sebelum dioven (g)
Loyang dan Sampel setelah oven (g)
Pakan Rumput Lapangan 1
18,645
10,056
21,621
Pakan Rumput Lapangan 2
40,735
10,038
43,677
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014
BK
berat setelah oven-berat loyang
=sampel
x 100%
21,621-18,645
Bk pakan rumput lapangan 1 = 10,056
x 100%
= 29,59 %
43,677-40,735
BK pakan rumput lapangan 2 = 10,038
x 100%
= 29,31 %
BK rata-rata pakan
¿ 29,59 %+ 29,31 %
=2
=29,45 %
Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan BK, PK dan TDN
Tabel 2. Kebutuhan BK, TDN dan PK
Bobot Badan (kg)
Pertambahan Bobot Badan (gr)
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan TDN (kg)
Kebutuhan PK (kg)
25
0,61
0,30
0,052
33
X
Y
Z
50
0,66
0,36
0,059
21
33
A
B
C
25
25
0,72
0,36
0,061
33
D
E
F
50
0,78
0,42
0,07
20
Sumber: Kearl, 1982
Kebutuhan BK
Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
X = PBBH ternak-PBBH atas = X-BK atas
50-25 0,66-0,61
33-25 = X -0,61
25
0,05
= X -0,61
8
0,4 = 25X-15,25
25X = 15,65
X
= 0,626
Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
D = PBBH ternak-PBBH atas =D-BK atas
50-25 0,78-0,72
33-25 = D -0,72
25
0,06
=
8
D -0,72
0,48 = 25D-18
25D = 18,48
D
= 0,7392
Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
BB bawah-BB atas
BK bawah-BK atas
A = BB rata-rata - BB atas = A-BK atas
25-20
0,7392-0,626
22,5-20 = A -0,626
5
0,1132
2,5 = A -0,626
0,283 = 5A-3,13
5A = 3,413
A
= 0,6826
Kebutuhan TDN
Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
Y = PBBH ternak-PBBH atas = X-BK atas
50-25 0,36-0,30
33-25 = Y-0,30
25
0,06
= X -0,30
8
0,48 = 25X-7,5
25X = 7,98
X
= 0,3192
Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
E = PBBH ternak-PBBH atas =E-BK atas
50-25 0,42-0,36
33-25 = E -0,36
25
0,06
= E -0,36
8
0,48 = 25E-9
25E = 9,48
E
= 0,3792
Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
BB bawah-BB atas
BK bawah-BK atas
B = BB rata-rata - BB atas = B-BK atas
25-20
0,3792-0,3192
=
22,5-20 B -0,3192
5
0,06
2,5 = B -0,3192
0,15 = 5B-1,596
5B = 1,746
B
= 0,3492
Kebutuhan PK
Bobot Badan 20 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
Z = PBBH ternak-PBBH atas =Z-BK atas
50-25 0,059-0,052
33-25 = Z -0,052
25
0,007
=
8
Z -0,052
0,056 = 25Z-1,3
25Z = 1,356
Z
= 0,054
Bobot Badan 25 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
PBBH bawah-PBBH atas BK bawah-BK atas
F = PBBH ternak-PBBH atas =F-BK atas
50-25 0, 0 7-0,061
33-25 = F -0,061
25
0,009
=
8
F -0,061
0,072 = 25F-1,525
25F = 1,597
F
= 0,064
Bobot Badan 21 kg Pertambahan Bobot Badan Harian 33 gr
BB bawah-BB atas
BK bawah-BK atas
C = BB rata-rata - BB atas = C-BK atas
25-20
0,064-0,054
22,5-20 = C -0,054
5
0,01
2,5 = C -0,054
0,025 = 5C-0,27
5C = 0,295
C
= 0,059
Lampiran 3. Perbandingan Antara Konsumsi Pakan dan Kebutuhan
Tabel 3. Standar Kandungan BK, TDN dan PK Bahan Pakan
BahanPakan
Kandungan BK (%)
Rumput Lapangan
30,1
Dalam 100% BK
Kandungan TDN (%)
Kandungan PK (%)
56
2,35
Sumber : Kartadisastra, 1997
Tabel 4. Konsumsi Pakan
BK
Pakan
Rumput Lapangan
Konsumsi BK (kg)
Konsumsi TDN (kg)
Konsumsi PK (kg)
(%)
Konsumsi
BS (kg)
Kadar BK x Konsumsi BS
Kadar TDN x Konsumsi BK
Kadar PK x Konsumsi BK
29,45
3
0,8835
0,49476
0,02076
Sumber : Data Primer PraktikumManajemenTernakPotongdanKerja, 2014
Tabel 5. Evaluasi Konsumsi Pakan dengan Kebutuhan
BK (kg)
Sampel
TDN (kg)
PK (kg)
Domba
Kebutuhan
Konsumsi
Evaluasi
Kebutuhan
Konsumsi
Evaluasi
Kebutuhan
Konsumsi
Evaluasi
21 kg
0,6826
0,8835
+0,2009
0,3492
0,49476
+0,14556
0,059
0,02076
-0,03824
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja, 2014
Keterangan :
Evaluasi (+) : Konsumsi BK dan TDN sudah baik karena sudah memenuhi kebutuhan
Evaluasi (-) : Konsumsi PK masih kurang karena belum mencukupi kebutuhan
Lampiran 4. Perhitungan Performa Ternak
Perhitungan Feed Convertion Rate (Konversi Pakan)
PBBH
Konsumsi BK total
= 0,033 kg/hari
= 0,8835 kg
konsumsi BK total
Konversi pakan
=PBBH
0,8835
=0, 0 33
= 26,77
Jadi, ternak membutuhkan pakan sebesar 26,77 kg BK untuk menaikan pertambahan bobot badan sebesar 1 kg.
Efisiensi Pakan
PBBH
Konsumsi BK total
= 0,033 kg/hari
= 0,8835 kg
PBBH
Efisensi pakan
= Konsumsi BK Total × 100 %
0, 0 33
= 0,8835 × 100 %
= 3,7 %
Jadi, ternak mampu mencerna 3,7 % dari 0,8835 kg untuk menghasilkan PBBH sebesar 0,033 kg/hari.
Lampiran 4. (lanjutan)
Feed Cost Per Gain
Diketahui :
Konsumsi pakan rumput lapangan
= 3 kg
Biaya Pakan/ekor/hari= Rp. 0
PBBH
= 0,033 kg
Feed Cost Per Gain
= (tidak terdapat biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan hijauan)
= 0 rupiah/ kg
Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk menaikkan bobot badan 1 kg sebesar Rp. 0/kg.
Lampiran 6. Analisis Usaha
A. Pendapatan produksi
Biaya Investasi
No
Jenis Biaya
1
Pembuatan kandang
Nilai Nominal (Rp)
15.000.000
2
Bakalan
70.000.000
3
Peralatan
5.000.000
4
Mobil (Pick up)
Tota
l
150.000.000
Biaya Variabel
No
Jenis Biaya
1
Pakan (tidak mengeluarkan biaya)
2
Tenaga kerja 2 x Rp 30.000/hari x 20 hari
kerja/bulan x 12 bulan
3
Listrik Rp 40.000 x 12
4
Pajak Bumi Bangunan Rp 50.000/tahun
5
Transportasi 100.000 x 4 x 12
Total
60.000.000
Nilai Nominal (Rp)
0
14.400.000
480.000
50.000
4.800.000
19.730.000
Biaya Tetap ( 12 bulan/ 2 periode produksi)
No
Jenis Biaya
1
Bakalan 100 ekor
2
Penyusutan kandang per tahun (Rp
15.00.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun
dan nilai akhir Rp 0
3
Penyusutan peralatan
Total
Nilai Nominal (Rp)
70.000.000
3.750.000
200.000
73.950.000
Lampiran 6. (lanjutan)
Total Biaya Produksi
Deskripsi
Biaya tetap
Jumlah (Rp)
73.950.000
Biaya Variabel
19.730.000
Total Biaya
93.630.000
Penerimaan
Penjualaan domba
(hari biasa)
Jumlah
30 ekor x Rp 1.500.000,-
Penjualan domba
(hari raya Idul
Adha)
70 ekor x Rp 2.000.000
Total
91.320.000 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Total (Rp)
45.000.000
140.000.000
185.000.000
Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 93.680.000 = Rp
Lampiran 6. (lanjutan)
Break Event Point (BEP)
BEP Unit
Total Biaya Produksi
BEPq=
harga d omba/ekor
BEPq=
BEP Harga
Total Biaya Produksi
BEPq=
Jumlah Domba (ekor)
93.680.000
= 51 Ekor
1 . 850. 000
BEPq=
B/C
B/C
Total Benefit
= Total Cost
91.320.000
= 93.680.000
= 0,97
ROI (Return on Investment)
ROI
Total Keuntungan per Tahun
= Biaya Investasi + Variabel x 100%
87.005.700
= 167.730.000 X 100%
= 53,8
Tugas Koreksi
93.680.000
= Rp 936.800.100
Bobot Badan (Kg)
21
PBBH (Kg)
0,033
Kebutuhan BK (Kg)
0,6826
Kebutuhan TDN (Kg)
0,3492
Standar Kandungan BK, TDN, dan Pk Bahan Pakan
Pakan
BK
PK
TDN
Rumput Lapangan
30,1
2,34
56
Kulit Buah Kakao
88,9
14,6
47
Bobot Badan 21 kg
Kebutuhan PK dalam BK
=
Kebutuhan PK
Kebutuhan BK x 100 %
=
0,059
x 100 %
0,6826
= 8,64 %
Kebutuhan TDN dalam BK
=
Kebutuhan TDN
Kebutuhan BK x 100 %
=
0,3492
x 100 %
0,6826
= 51,16 %
Kebutuhan PK (Kg)
0,059
Penyusunan Ransum
Kebutuhan PK dalam BK
Metode Person Square
Rumput Lapangan
2,34
5,96
8,64
Kulit Buah Kakao
14,6
6,3 +
12,26
5,96
Rumput Lapangan = 12,26 x 100%
6,3
Kulit Buah Kakao = 12,26 x 100%
= 48,61%
= 51,38%
Pakan
Komposisi (%)
BK
PK
TDN
Rumput Lapangan
53,91
0,3318
0,0078
0,185
Kulit Buah Kakao
46,09
0,3507
0,3507
0,164
Total
100
0,6826
0,059
0,3506
Kebutuhan
0,6826
0,059
0,3492
Koreksi
0
0
(+0,0014)
Kandungan BK Pakan
kebutuhan PK pakan
kebutuhan TDN pakan
Rumput Lapangan =
48,61
x 0,6826
100
rumput lapangan =
= 0,3318
Kulit Buah Kakao =
2,34
x 0,3318
100
rumput lapangan
= 0,0078
51,38
100 x 0,6826
Kulit Buah Kakao =
= 0,3507
= 0,1858
14,6
100 x 0,3507
Kulit Buah Kakao
= 0,0512
Kebutuhan Pakan (Segar)
=
56
x 0,3318
100
=
= 0,1648
Harga Pakan
Rumput Lapangan = 0,3318 x
100
30,1
= 1,102 kg
1,102 x 0
= RP 0.-
Kulit Buah Kakao = 0,3507 x
100
88,9
= 0,394 kg
0,394 x Rp 300,-
= Rp 118,2.-
47
100 x 0,3507
Perhitungan Feed Convertion Rate (Konversi Pakan)
PBBH
Konsumsi BK total
= 0,033 kg/hari
= 0,6826 kg
konsumsi BK total
Konversi pakan
=PBBH
0,8835
=0,033
= 20,68
Jadi, ternak membutuhkan pakan sebesar 20,68 kg BK untuk menaikan pertambahan bobot badan sebesar 1 kg.
Efisiensi Pakan
PBBH
Konsumsi BK total
= 0,033 kg/hari
= 0,6826 kg
PBBH
Efisensi pakan
= Konsumsi BK Total x 100%
0,033
= 0,6826 x 100%
= 4,83 %
Jadi, ternak mampu mencerna 4,83 % dari 0,6826 kg untuk menghasilkan PBBH sebesar 0,033 kg/hari.
Feed Cost Per Gain
Diketahui :
Konsumsi pakan rumput lapangan
= 1,102 kg
Konsumsi kulit buah kakao
= 0,3943
Biaya rumput lapangan
= Rp 0,-
Biaya kulit buah kakao
= Rp 300,-/kg
PBBH
= 0,033 kg
Feed Cost Per Gain
(harga R. lapangan x konsumsi R. Lapangan) + (harga kulit buah kakao x harga kulit buah kakao)
= PBBH
( 0 x 1,102 ) + (300 x 0,394)
= 0,033
0 + 118,2
= 0,033
= 3581,81/kg
Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk menaikkan bobot badan 1 kg sebesar Rp 3581,81,-/kg
Analisis Usaha
A. Pendapatan produksi
Biaya Investasi
No
Jenis Biaya
1
Pembuatan kandang
2
Bakalan
3
Peralatan
4
Mobil (Pick up)
Tota
l
Biaya Variabel
No
Jenis Biaya
1
Pakan Rp 118,2 x 100 365
2
Tenaga kerja 2 x Rp 30.000/hari x 20 hari
kerja/bulan x 12 bulan
3
Listrik Rp 40.000 x 12
4
Pajak Bumi Bangunan Rp 50.000/tahun
5
Transportasi 100.000 x 4 x 12
Tota
l
Biaya Tetap ( 12 bulan/ 2 periode produksi)
No
Jenis Biaya
1
Bakalan 100 ekor
2
Penyusutan kandang per tahun (Rp
15.00.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun
dan nilai akhir Rp 0
3
Penyusutan peralatan
Tota
Nilai Nominal (Rp)
15.000.000
70.000.000
5.000.000
60.000.000
150.000.000
Nilai Nominal (Rp)
4.314.300
14.400.000
480.000
50.000
4.800.000
24.044.300
Nilai Nominal (Rp)
70.000.000
3.750.000
200.000
73.950.000
l
Lampiran 6. (lanjutan)
Total Biaya Produksi
Deskripsi
Biaya tetap
Biaya Variabel
Total Biaya
Penerimaan
Penjualaan domba
(hari biasa)
Penjualan domba
(hari raya Idul
Adha)
Total
Jumlah (Rp)
73.950.000
24.044.300
97.994.300
Jumlah
30 ekor x Rp 1.500.000,-
70 ekor x Rp 2.000.000
Total (Rp)
45.000.000
140.000.000
185.000.000
Penghitungan Pendapatan
Total penerimaan – total biaya produksi = 185.000.000 – 97.994.300 = Rp 87.005.700 per 2 periode produksi/ 12 bulan
Lampiran 6. (lanjutan)
Break Event Point (BEP)
BEP Unit
Total Biaya Produksi
BEPq=
harga domba/ekor
BEPq=
97.994.300
= 53 Eko r
1.850.000
BEP Harga
Total Biaya Produksi
BEPq=
Jumlah Domba (ekor)
BEPq=
97.994.300
= Rp 979.943.100
B/C
B/C
Total Benefit
= Total Cost
87.005.700
= 97.994.300
= 0,89
ROI (Return on Investment)
ROI
Total Keuntungan per Tahun
= Biaya Investasi + Variabel x 100%
87.005.700
= 194.004.300 X 100%
= 50 %
Tabel perbandingan evaluasi dan koreksi
Parameter
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan PK (kg)
Keutuhan TDN (kg)
Tugas evaluasi
0,6826
0,059
0,3492
Tugas koreksi
0,6826
0,059
0,3492
Biaya variabel
Biaya produksi
Total pendapatan
BEP harga produksi
BEP Volume produksi
B/C
ROI
Rp 19.730.000
Rp 93.630.000
Rp 91.320.000
Rp 936.800
51 ekor
0,97
53,8 %
Rp 24.044.300
Rp 97.994.300
Rp 87.005.700
Rp 979.943
53 ekor
0,89
50 %
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih menguntungkan dari pada tugas koreksi, karena pada evaluasi
pakan hanya menggunakan rumput lapangan yang dapat diperoleh secara gratis namun masih kekurangan kebutuhan PK sehingga dilakukan
perhitungan tugas koreksi. Pada tugas koreksi ada penambahan pakan yaitu kulit buah kakao untuk memenuhi kekurangan PK sehingga
menambah biaya pakan dan produksi.
Tabel perbandingan evaluasi dan koreksi
Parameter
Kebutuhan BK (kg)
Kebutuhan PK (kg)
Keutuhan TDN (kg)
Biaya variabel
Biaya produksi
Total pendapatan
BEP harga produksi
BEP Volume produksi
B/C
ROI
Tugas evaluasi
0,8835
0,02076
0,49476
Rp 19.730.000
Rp 93.630.000
Rp 91.320.000
Rp 936.800
51 ekor
0,97
53,8 %
Tugas koreksi
0,6826
0,059
0,3492
Rp 24.044.300
Rp 97.994.300
Rp 87.005.700
Rp 979.943
53 ekor
0,89
50 %
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih menguntungkan dari pada tugas koreksi, karena pada evaluasi
pakan hanya menggunakan rumput lapangan yang dapat diperoleh secara gratis namun masih kekurangan kebutuhan PK sehingga dilakukan
perhitungan tugas koreksi. Pada tugas koreksi ada penambahan pakan yaitu kulit buah kakao untuk memenuhi kekurangan PK sehingga
menambah biaya pakan dan produksi.