Hukum dan Stratifikasi Sosial dan

MAKALAH
SOSIOLOGI HUKUM
HUKUM & STRATIFIKASI SOSIAL

OLEH KELOMPOK III:
-

AMIRSYAM MARSUKI

PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
20015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan atas nikmat yang Allah Swt limpahkan kepada kami,
nikmat yang berupa kesehatan, ilmu pengetahuan, serta nikmat kesempatan dalam
menyelesaikan tugas makalah sosiologi hukum. Begitupula shalawat dan salam tidak lupa kami
kirimkan kepada baginda Rasulullah Saw, karena dengan risalahnya yang berupa hadits menjadi
penyempurna dari al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup, terutama dalam menuntut ilmu
pengetahuan.
Terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada semua pihak yang turut andil

dalam penyelesaian tugas ini. Terkhusus kami sampaikan ucapan terima kasih kepada dosen
pengajar sosiologi hukum yang telah memberikan tugas makalah ini, sehingga dengan tugas ini,
ilmu pengetahuan kami dapat bertambah khususnya kajian sosiologi hukum.
Tentulah kami sebagai penulis makalah ini sadar akan keterbatasan dan kekurangan dari
makalah kami. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah-makalah atau tulisan serta kesempurnaan ilmu pengetahuan kami
kedepannya.
Semoga apa yang tersaji dalam makalah ini dapat bermanfaat kepada semua pihak yang
membacanya. Khususnya kepada perkembangan ilmu pengetahuan sosilogi hukum dimasa yang
akan datang.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

........................................................................

i

DAFTAR ISI


........................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN

........................................................................

1

A. LATAR BELAKANG

........................................................................

1

B. RUMUSAN MASALAH

........................................................................


2

C. TUJUAN

........................................................................

2

........................................................................

3

A. STRATIFIKASI SOSIAL ........................................................................

3

B. UNSUR-UNSUR STRATIFIKASI SOSIAL............................................

5


BAB II PEMBAHASAN

a. Kedudukan (Status)

........................................................................

5

b. Peranan (Role)

........................................................................

7

C. HUKUM DAN STRATIFIKASI SOSIAL...............................................

8

BAB III PENUTUP


........................................................................

14

A. KESIMPULAN

........................................................................

14

B. SARAN

........................................................................

15

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Setiap masyarakat mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal terntetu
dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal
tenrtentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dati hal-hal
lainnya. Misalnya jika masyarakat menghargai kekayaan material dari pada kehormatan
maka mereka yang memiliki kekayaan yang tinggi akan menempati kedudukan yang
tinggi dibandingkan pihak-pihak yang lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan lapisan
masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam
kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
Sebagaimana folosof Aristoteles mangatakan bahwa zaman dahulu di dalam
negara terdapat tiga unsure yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada
di tengah-tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah mengakui
adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke
atas. Barang siapa yang mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak,
dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan di atas. Meraka yang hanya sedikit
sekali atau tidak memiliki sesuatu berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai
kedudukan yang rendah.
System lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal sebutan stratifikasi
sosial. Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas, kelas mengengah dan kelas
bawah.

Adanya lapisan sosial sangat berperan penting dalam aktivitas sosial atau
kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka
masyarakat itu akan menarik untuk dilihat, dikenal dan dipelajari.
Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal
adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula
didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan anatara yang pemimpin dan yang dipimpin,
golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan.
Semakin maju dan rumit tekhnologi suatu masyarakat, maka semakin kompleks sistem
lapisan masyarakat.

Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarakat berbeda-beda dan sangat banyak.
Namun secara prinsip bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasi ke dalam
tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam
masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya,
dimana ketiganya saling mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya
hal tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal
yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja
dibentuk dan disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi
masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat

tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud stratifikasi sosial?
2. Apa unsur-unsur stratifikasi sosial?
3. Bagaiaman hubungan stratifikasi sosial dan hukum?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui stratifikasi sosial.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur stratifikasi sosial.
3. Untuk mengetahui hukum dan stratifikasi sosial.

BAB II
PEMBAHASAN
A. STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat
bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.
Sebagaimana Pritin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk
atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hirarki. Sedangkan menurut Bruce
J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang
sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan

stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem
sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarki menurut dimensi kekuasaan previllege dan
prestise.
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi adapula yang dengan sengaja untuk mengejar suatu
tujuan bersama. Factor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan
sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas
tententu.
Sifat sistem lapisan sosial dalam masyarakat dapat bersifat tertutup, terbuka, dan
sistem lapisan sosial campuran. Stratifikasi sosial tertutup adalah stratifikasi dimana
anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas
tetapi sangat terbatas pada mobilitas hrisontal saja. Contoh: sistem kasta, kaum Sudra
tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana, feudal, kulit hitam yang dianggap di
posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih, feudal, kaum buruh tidak
bisa pindah ke posisi juragan atau majikan. Stratifikasi sosial terbuka ini bersifat dinamis
karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas
sosial, baik vertikal maupun horizontal. Contoh: seorang miskin karena usahanya bisa
menjadi kaya, atau sebaliknya, seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat
memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha. Sedangkan stratifikasi sosial campuran
merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya seorang Bali

berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke

Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan
diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
sosial adalah kekayaan (materi atai kebendaan), ukuran kekuasaan dan kewenangan,
ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial
masyarakat adalah kedudukan dan peranan. Kedudukan dan peranan merupakan dua
unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi sistem sosial.
Yang diartikan sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbalbalik antara individu dalam masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut.
Kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan itu
dibedakan atas tiga macam yaitu pertama, kedudukan seseorang di dalam masyarakat
diperoleh karena kelahiran tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan,
misalnya kedudukan anak bangsawan adalah bangsawan pula. Kedua, kedudukan yang
dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja, misalnya profesi guru yang
diperoleh karena telah memenuhi persyaratan tertentu dengan usaha dan kemampuan
yang dimilikinya. Ketiga, kedudukan yang diberikan, mempunyai hubungan erat dengan
kedudukan yang diperoleh karena usaha, bahwa kelompok atau golongan memberikan
kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa telah memperjuangkan

sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peranan. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam hal ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Disamping itu peranan merupakan sesuatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Serta peranan juga dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

B. UNSUR-UNSUR STRATIFIKASI SOSIAL

Stratifikasi sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan
(role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki arti penting bagi
sistem sosial.
a. Kedudukan (Status)
Status sosial menurut Ralp Linton adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang
dimiliki seseorang dalam masyarakat. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi
akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang
yang status sosialnya rendah.
Ada tiga macam status sosial dalam masyarakat:
1. Ascribed Status.
Ascribed status merupakan status yang diperoleh seseorang secara
alamiah, artinya posisi yang melekat dalam diri seseorang diperoleh tanpa melalui
serangkaian usaha. Latara belakang ras, gender, dan usiaw dapat dikategorikan
sebagai ascribed status.
Contohnya, seseorang yang dilahirkan dari keluarga bangsawan secara
otomatis akan mendapatkan gelar bangsawan begitu ia dilahirkan.
2. Achieved Status.
Achieved status merupakan status sosial yang disandang melalui
perjuangan. Pola-pola ini biasanya banyak terjadi distruktur sosial yang telah
mengalami perubahan dari pola-pola tradisional kearah modern. Lebih-lebih dari
masyarakat kapitalis liberal dengan menekan pada kebebasan individu untuk
mencapai tujuan masing-masing yang sarat dengan persaingan, dalam struktur
seperti itu, biasanya struktur sosial lebih terbuka sehingga membuka peluang
kepada siapa saja untuk meraih status sosial ekonomi sesuai dengan tujuan
masing-masing. Beberapa contoh model ini adalah:
1) Stratifikasi berdasarkan jenjang pendidikan (education stratification).
Jenjang seseorang biasanya mempengaruhi status sosial seseorang di
dalam struktur sosial. Seseorang yang berpendidikan tinggi hingga bergelar
Doktor tentunya akan berstatus lebih tinggi dibandingkan dengan yang lulusan
SD.
2) Stratifikasi dibidang senioritas.
Gejala ini biasanya dikaitkan dengan profesi atau pekerjaan yang dimiliki
seseorang. Tingkat senioritas dalam berbagai lembaga pekerjaan biasanya di
tentukan berdasarkan tingkat tenggang waktu bekerja

dan jenjang

kepangkatan atau golongan yang lazim disebut dengan jabatan. Biasanya

jabatan seseorang dalam suatu pekerjaan ditentukan oleh tingkat keahlian dan
tingkat pendidikanya, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan dan keahlian
seseorang, maka akan semakin tinggi juga jabatan yang disandangnya. Karena
sistem lapisan sosial seperti ini bersifat terbuka, maka bagi siapa saja bisa
menempati status sosial yang relative dianggap lebih mapan asal mereka
mempunyai kemampuan dan usaha yang gigih.
3) Stratifikasi dibidang pekerjaan.
Berbagai jenis pekerjaan juga berpengaruh pada sistem pelapisan sosial.
Anda tentu sering memiliki penilaian bahwa, orang yang berpropesi sebagai
penarik becak, kuli bangunan, buruh pabrik, dan para pekerja kantoran yang
berpakaian bersih, berpenampilan rapi beradasi dan mengendarai mobil, selalu
membawa HP, tentu memiliki perbedaan status sosial dalam masyarakat. Para
pekerja kantoran akan memiliki status sosial yang relative lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok yang berprofesi sebagai penarik becak. Pola
seperti ini juga bersifat terbuka artinya sistem pelapisan sosial seperti ini
membuka peluang bagi siapa saja yang memiliki kegigihan dalam usaha untuk
meraihnya.
4) Stratifikasi dibidang ekonomi.
Gejala ini hampir ada diseluruh penjuru dunia. Yang paling mudah
diidentifikasi di dalam struktur sosial adalah didasarkan pada besar kecilnya
penghasilan dan kepemilikan benda-benda materi yang sering disebut harta
benda. Indikator antara kaya dan miskin juga mudah sekali diidentifikasi,
yaitu melalui pemilikan sarana hidup. Orang kaya perkotaan dapat dilihat dari
tempat tinggalnya seperti dikawasan Bolevard dengan rumah mewahnya yang
dilengakapi dengan taman, kolam renang, memiliki mobil mewah dan bendabenda berharga lainnya. Sedangkan kelompok masyarakat miskin berada
dikawasan marginal (pinggiran), hidup dipemukiman kumuh, tidak sehat,
kotor, dan sebagainya. Adapun orang kaya pedesaan biasanya diidentifikasi
dengan pemilikan jumlah lahan pertanian, binatang ternak, kebun yang luas
dan sebagainya.
3. Assigned Status.

Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau
kelompok orang dari pemberian. Akan tetapi status berasal dari pemberian ini
sebenarnya juga tidak luput dari usaha-usaha seseorang atau sekelompok orang
sehingga dengan usaha-usaha tersebut ia memperoleh penghargaan.
b. Peranan (Role)
Sedangkan peran sosial merupakan aspek yang lebih dinamis dibandingkan
dengan kdudukan. Status sosial merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat
individu dalam masyarakat. Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam
masyarakat. Meskipun demikian keduanya tidak dapat dipisahkan karena satu dengan
yang lainnya saling berhubungan.
Berdasarkan cara memperolehnya, peran dibedakan menjadi dua:
1. Peranan bawaan yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena
usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, ketua RT, dan sebagainya.
2. Peranan pilihan yaitu peranan yang diperoleh atas keputusan sendiri, misalnya
memutuskan untuk memilih Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar.
Berdasarkan pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Peranan yang diharapkan yaitu cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut
penilaian

masyarakat.

Masyarakat

menghendaki

peranan

tersebut

dilaksanakan secermat-cermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus
dilaksanakan seperti yang telah ditentukan. Misalnya, peranan hakim,
diplomatik, dan sebagainya.
2) Peranan yang disesuaikan yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan tersebut
dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan
dengan situasi dan keadaan tertentu.
Suatu peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena
peran dapat berfungsi sebagai, pertama, memberi arah pada proses sosialisasi.
Kedua, pewarisan tradisi, kepercayaan nilai, norma, dan pengetahuan. Ketiga,
dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat. Keempat, menghidupkan
sistem pengendali dan control sehingga dapat melestarikan kehidupan
masyarakat.
C. HUKUM DAN STRATIFIKASI SOSIAL
Masyarakat dengan segala aspek yang mencakup di dalamnya merupakan suatu
objek kajian yang menarik untuk diteliti. Begitu pula dengan sesuatu yang dihargai oleh

masyarakat tersebut. Dengan kata lain, sesuatu yang dihargai dalam sebuah komunitas
masyarakat akan menciptakan pemisahan lapisan atau kedudukan seseorang tersebut di
dalam masyarakat. Pada kajian yang dibahas dalam makalah ini, yaitu Hukum dan
stratifikasi sosial adalah sesuatu yang menarik dimana menurut Lawrence M.Friedmann,
stratifikasi sosial ini merupkan kunci bagi penjelasan, mengapa hukum itu bersifat
diskriminatif, baik pada peraturan-peraturannya sendiri, maupun melalui penegakannya.
Pengaruh atau dampak stratifikasi sosial pada kehidupan masyarakat sangat besar
dan berpengaruh. Karena dengan kelas sosial yang ada akan menyediakan masyarakat
dengan apa yang mereka butuhkan. Stratifikasi sosial dalam masyarakat digambarkan
mengerucut atau seperti piramida, Hal ini disebabkan semakin tinggi kelas sosial,
semakin sedikit pula jumlah yang menempatinya. Lebih jauh Davis dan Moore
menguraikan, bahwa posisi yang tinggi tingkatannya dalam sistem stratifikasi dianggap
kurang menyenagkan untuk diduduki, tetapi hal tersebut menurutnya penting untuk
kelangsungan hidup masyarakat, masyarakat harus memberikan reward yang memadai
bagi posisi ini, dan hanya segelintir orang yang menduduki posisi puncak dalam
masyarakat. Sebaliknya posisi tingkat rendah dalam sistem stratifikasi dianggap lebih
menyenagkan, namun menurutnya posisi seperti ini kurang penting dan diisi oleh
kebanyakan masyarakat.
Kemudian Robert K.Merton menguraikan tipe perilaku yang diakibatkan dengan
adanya struktur sosial dia mencontohkan misalnya, dalam masyarakat Amerika, kulturnya
menekankankan pada kesuksesan material, tetapi karena posisi mereka di dalam struktur
sosial, banyak orang tercegah dari upaya mencapai sukses material. Jika seseorang
terlahir dalam kelas sosioekonomi yang lebih rendah, dan sebagai akibatnya hanya
mampu mencapai tingkatan pendidikan terbaik di sekolah menegah, maka peluang orang
itu untuk mencapai kesuksesan ekonomi menurut cara yang diterima secara umum
(misalnya, melalui kesuksesan di lapangan kerja konvesional) adalah tipis atau tidak ada
sama sekali.
Berdasarkan keadaan demikian sebagai akibatnya terdapat kecenderungan ke arah
perilaku yang menyimpang, dalam keadaan ini penyimpangan sering mengambil bentuk
alternativ yang tidak dapat diterima dan kadang-kadang berbentuk cara-cara ilegal dalam
mencapai kesuksesan ekonomi, seperti menjadi penyalur obat-obatan terlarang atau
menjadi pelacur untuk mecapai kesuksesan tadi.

Dari uraian di atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak stratifikasi sosial
pada dalam kehidupan masyarakat adalah:
a. Orang yang menduduki kelas sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan,
privelese, dan prestise yang bebeda pula, dalam artian akan menciptakan sebuah
perbedaan status sosial.
b. Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan, kontraversi,
maupun konflik.
c. Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidak mampuan mencapai posisi
tertentu. Kejahatan tersebut dapat berupa prostitusi, perdagangan narkotika,
alkoholisme, korupsi, kenakalan remaja dan lain sebagainya.
d. Konsentrasi elit status, yaitu pemusatan kedudukan yang penting pada golongan
tertentu, misalnya kolusi.
Stratifikasi sosial adalah institusi yang menyentuh begitu banyak ciri kehidupan
seperti, kekayaan, politik, karir, keluarga, klub, komunitas, gaya hidup.

Dengan

demikian hal-hal yang kompleks seperti di atas membutuhkan hukum sebagai alat
pengendali sosial, yang menurut Ronny Hantijo Soemitro, kontrol sosial merupakan
aspek normative dari kehidupan sosial atau dapat disebut sebagai pemberi defenisi dari
tingkah laku yang menyimpang serta akibat-akibatnya seperti larangan-larangan,
tuntutan-tuntutan, pemidanaan dan pemberian ganti rugi. Walaupun kita ketahui bahwa
hukum bukan satu-satunya alat pengendali sosial, namun fungsi hukum disini dapat
dikatakan untuk menetapkan tingkah laku mana yang dianggap penyimpangan terhadap
aturan hukum, dan apa sangksi atau tindakan yang dilakukan oleh hukum jika terjadi
penyimpangan tersebut.
Rescoe Pound mengemukakan bahwa masyarakat itu terdiri dari kelompokkelompok dimana di dalamnya sering terjadi konflik antara kepentingan satu dengan
kepentingan lainnya, dan disinilah fungsi hukum sebagai rekonsiliasi dan sekaligus
diharapkan dapat menciptakan keharmonisan terhadap berbagai tuntutan dan kebutuhan
yang saling bertentangan diantara sesama warga masyarakat.
Dengan demikian peran hukum dalam kaitannya dengan adanya stratifikasi sosial
dalam masyarakat menjadi hal yang sangat penting, karena dengan adanya hukum,
perbedaan-perbedaan kelas yang ada dimasyarakat yang kemudian rentang akan
timbulnya konflik dan berbagai macam pelanggaran norma, maka hukum tampil sebagai

alat penindak, sehingga dengan demikian harmonisasi antara semua lapisan sosial yg ada
dimasyarakat dapat terjaga.
Keadilan adalah milik setiap orang. Setiap orang berhak merasakan sebuah
keadilan termasuk juga keadilan hukum. Sebagaimana juga yang terdapat dalam sebuah
asas hukum yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama di
hadapan hukum (equality before the law). Hukum tidak memandang kaya atau miskinnya
seseorang. Setiap orang baik kaya ataupun miskin punya hak yang sama untuk merasakan
keadilan hukum. Namun, pada kenyataanya, tidak demikian. Terkadang terkesan bahwa
hukum lebih berpihak pada kaum strata atas. Lapisan kelas atas masih dianggap sebagai
personifikasi dari sebuah struktur dalam masyarakat. Termasuk juga struktur hukumnya.
Yang menentukan hukum adalah kaum kalangan atas dan kaum strata bawah dianggap
sebagai alat struktur dan pelaksana dari struktur.
Hukum berlaku top-down. Artinya bahwa hukum ditentukan oleh kalangan atas
kemudian diterapkan pada masyarakat kalangan bawah. Pada posisi inilah kaum strata
bawah mulai tertekan. Tertekan oleh sebuah aturan yang ditetapkan oleh strata atas.
Hukum yang dibuat oleh kaum strata atas dimasuki oleh kepentingan-kepentingan
mereka sendiri. Keadaan ini diperparah lagi dengan pengetahuan kaum miskin yang
terbatas tentang hukum. Oleh karena itu, saat hukum menghadapkan antara kaum strata
atas dengan kaum strata bawah kaum strata atas secara tidak langsung lebih unggul.
Bahasan mengenai keadilan hukum bagi masyarakat miskin memang perlu untuk
diungkapkan. Realita yang ada sekarang ini adalah hukum tidak berpihak pada kaum
miskin, Masyarakat mempunyai struktur yang bertingkat. Tingkatan-tingkatan di dalam
masyarakat ini desebut dengan stratifikasi sosial. Perwujudannya adalah kelas-kelas
tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya menurut Sorokin, dasar dan inti lapisan
masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiba, kewajiban
dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota
masyarakat. Stratifikasi berdampak pada diskriminasi antara kelas sosial satu dengan
kelas sosial yang lain. Kelas sosial yang lebih tinggi akan diperlakukan lebih istimewa
dari pada kelas sosial yang tingkatannya lebih rendah.
Adanya diskriminasi di dalam masyarakat yang disebabkan oleh pembedaan kelas
sosial ini coba diatasi dengan hukum. Hukum menjanjikan adanya kesetaraan di hadapan
hukum. Salah satu asas hukum adalah equality before the law yang artinya adalah

kedudukan setiap orang adalah sama di hadapan hukum. Hukum tidak membedakan
status, kedudukan, kasta, dan kelas sosial. Semua sama dihadapan hukum. Namun
stratifikasi tetap saja muncul. Oleh karena itu, antara hukum dan realita sosial terjadi
sebuah kesenjangan yang biasa disebut dengan legal gap. Terjadi perbedaan antara apa
yang seharusnya terjadi menurut hukum dengan apa yang terjadi di dalam masyarakat.
Masyarakat merupakan struktur organisasi kehidupan bersama. Dalam struktur,
setiap orang memainkan perannya masing-masing. Suatu peran berhubungan dengan
peran yang lain. Hal tersebutlah yang membuat stratifikasi sosial tetap ada walaupun
hukum berusaha untuk menghilangkannya. Setiap peran mempunyai tugasnya masingmasing. Aktivitas kerja seseorang berkaitan dengan peran yang dimainkannya disebut
denganOcupation. Keanekaragaman peran yang ada dalam masyarakat menimbulkan
apresiasi yang berbeda terhadap pemegang peran. Ada profesi yang dianggap ada pada
struktur lapisan atas seperti contohnya presiden, menteri, pengusaha, dosen, guru, dan
profesi lain yang dipandang oleh masyarakat baik. Namun ada juga kelompok profesi
yang menurut masyarakat dianggap berada pada struktur lapisan masyarakat tingkat
bawah seperti tukang becak, kuli, dan profesi yang lain yang dianggap masyarakat kurang
terpandang. Walaupun secara moral pekerjaan tersebut tidak tercela, namun tetap saja
oleh masyarakat dipandang rendah.
Hal yang terjadi kemudian adalah disfungsi hukum bagi masyarakat kalangan
bawah. Hukum tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Seharusnya hukum tidak
membeda-bedakan dan berlaku adil bagi semua kalangan. Namun hal tersebut tidak
terjadi dalam struktur ini. Hukum tidak berpihak pada rakyat miskin. Keadaan ini
membuat berlakunya diskriminasi hukum di dalam masyarakat. Bagi masyarakat lapisan
atas, hukum terkesan amat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena memang
merekalah yang menentukan hukum. Bagi masyarakat lapisan bawah, dirasakan
banyaknya ketidak adilan dalam hukum yang berlaku. Akibatnya, masyarakat strata
bawah akan lebih cenderung untuk menyelesaikan perkara-perkara lewat caranya sendiri
dari pada cara-cara formal menurut prosedur Hukum.
Adanya diskriminasi bagi masyarakat miskin membuat kalangan idealis dari
kaum elit membuat sebuah konsep bantuan hukum bagi kalangan bawah. Bantuan hukum
bagi masyarakat strata bawah terdapat dalam dua model. Dua model tersebut berbentuk
bantuan secara konvensional dan bantuan secara structural. Para ahli hukum yang

berprofesi sebagai pengacara mencoba membantu mengatasi persoalan kesenjangan kayamiskin ini dengan cara memberikan bantuan hukun secara cuma-cuma kepada golongan
miskin, apabila golongan miskin ini harus berperkara dan beracara di sidang-sidang
pengadilan. Bantuan ini desebut dengan legal aid. Menurut pendapat para ahli hukum
yang peduli terhadap rakyat miskin tanpa bantun hukum yang serius dari pihak-pihak
yang mengerti hukum modern, orang miskin akan terdiskriminasi oleh hukum. Bantuan
hukum macam ini akan membantu kaum miskin untuk diperlakukan sama di hadapan
hukum. Dengan bantuan hukum yang diberikan, kepercayaan kalangan miskin terhadap
hukum tidak akan hilang. Bentuk inilah yang kemudian disebut dengan bantuan secara
konvensional.
Menurut pandangan kaum kritisi, bantuan hukum yang terbatas pada bantuan
hukum dalam persidangan saja belum cukup untuk melepaskan kaum miskin dari
diskriminasi yang disebabkan oleh stratifikasi. Bantuan hukum juga dilakukan dengan
memperjuangkan kaum miskin pada rancangan undang-undang yang akan diberlakukan.
Pada bentuk bantuan ini, para ahli hukum akan berusaha agar hak-hak kaum miskin tidak
terpinggirkan, Perjuangan semacam ini disebut dengan legal service. Bantuan model ini
juga disebut dengan bantuan secara struktural. Pada dasarnya, kebijakan dalam bantuan
hukum struktural ditempuh untuk merealisasikan apa yang disebut dengan kebijakan
diskriminasi terbalik atau yang sering disebut juga kebijakan diskriminatif positif.
Dikatakan demikian karena diskriminasi yang diputuskan untuk dilakukan itu demi
hukum akan memberikan kesempatan dan hak yang lebih kepada mereka yang berada
pada strata bawah dibanding dengan strata atas. Langkah-langkah legislatif untuk
membuat undang-undang baru dilakukan dengan sadar untuk memajukan kepentingan
sosial ekonomi mereka yang ada pada strata bawah. Hukum perundang-undangan yang
dibuat atas dasar kebijakan seperti itu dikenal secara luas sebagai hukum perundangundangan sosial. Contoh dari kebijakan sosial adalah kebijakan pajak yang diberlakukan
secara progresif. Bagi kalangan atas, ia akan membayar pajak yang jumlahnya lebih
besar. Pendapatan pajak dari kalangan strata atas tersebut pada akhirnya akan disalurkan
kepada kaum yang berada pada strata bawah dengan cara pembagian subsidi dan
penyediaan layanan umum.
Masyarakat dalam realitanya memiliki lapisan-lapisan di dalamnya. Terdapat
masyarakat lapisan atas yang ditempati oleh orang-orang kaya dan terpandang dan

masyarakat lapisan bawah yang ditempati masyarakat miskin. Hal tersebut tidak dapat
dihilangkan. Hukum berusaha menghilangkan perbedaan ini dengan mengusung
asas equality before the law yang artinya bahwa kedudukan setiap orang adalah sama di
hadapan hukum tidak memandang kaya atau miskin. Namun pelapisan sosial tetap saja
tidak dapat dihilangkan karena di dalam masyarakat terdapat peranan yang dimainkan
masing-masing individu. Setiap peran yang dimainkan memiliki prestige yang berbeda.
Ada peran yang dianggap oleh masyarakat baik, ada pula yang dianggap tidak baik.
Stratifikasi sosial ini pada akhirnya akan melahirkan sebuah stratifikasi hukum.
Hal ini disebabkan karena ada asumsi yang mengatakan bahwa yang menentukan hukum
yang berlaku adalah masyarkat kalangan atas. Masyarakat kalangan atas berusaha
memasukkan kepentingannya pada aturan yang ditetapkan. Hal ini membuat kaum
miskin semakin terpojok. Hal ini membuat kaum elite yang idealis berpikir bagaimana
caranya untuk memberikan bantuan hukum bagi kalangan msikin. Bantuan diberikan
dengan dua cara. Cara yang pertama melalui proses yuridis yaitu pendampingan hukum
terhadap kasus yang menimpa kaum miskin atau biasa disebut dengan legal aid dan
proses legislatif yang dilakukan dengan cara memperjuangkan hak-hak kaum miskin
dalam

pembuatan

suatu

undang-undang

yang

biasa

disebut

dengan legal

service. Stratifikasi sosial memang tidak dapat dihilangkan. Namun sebenarnya hal
tersebut tidak perlu dihilangkan. Hal tersebut adalah sebuah dinamika dalam masyarakat.
Stratifikasi dengan system yang terbuka akan menimbulkan sebuah persaingan yang
sehat. Kaum strata atas akan berusaha meraih strata atas, sedangkan masyarakat strata
atas akan mempertahankan kedudukannya.
Hal yang harus dihilangkan adalah diskriminasi dalam hukum. Tidak seharusnya
hukum hanya dibuat oleh kaum strata atas saja. Hukum menyangkut kehidupan setiap
orang. Tidak peduli dari strata atas atau bawah. Oleh kerena itu, hukum seharusnya dibuat
secara bersama-sama untuk kebaikan bersama. Semua kalangan harus dilibatkan dalam
sebuah perumusan hukum agar hukum dapat diterima semua pihak.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelaskelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan,
previllege dan prestise. Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu
stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang
ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan
sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik
ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi
campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat di dalam kelas atas,
namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial:
a) Bertambah atau berkurangnya penduduk.
b) Penemuan-penemuan baru.
c) Pertentangan.
d) Terjadinya revolusi dalam masyarakat.
e) Sebab-sebab yang beerasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia.
f) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan sosial:
a)
b)
c)
d)

Kontak dengan kebudayaan lain.
Sistem pendidikan formal yang maju.
Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju.
Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang

bukan

merupakan delik.
e) Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
f) Penduduk yang heterogen.
g) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu.
h) Orientasi kemasa depan.
i) Nilai bahwa manusia senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.
c. Hukum dan stratifikasi sosial:
a) Rule of law yang berarti persaaman di hadapan hukum, dimana setiap warga harus
tunduk pada hukum, namun dalam realita dan uraian di atas jelas terlihat bahwa
mekanisme hukum tidak berjalan efektif.

b)

Hukum sebagai variabel kuantitatif, dimana banyak terjadi proses hukum apabila
frekuensi gugatan di suatu pengadilan terbilang tinggi dan menyebabkan

c)

terjadinya perubahan ataupun pembaharuan hukum.
Struktur sosial dan hukum, struktur sosial adalah kumpulan individu-individu
yang membentuk suatu kelompok yang terkadang disebabkan karena adanya
persamaan baik itu kebudayaan, ras, mata pencaharian maupun sebuah organisasi,
dalam hal inilah hukum memiliki fungsi sebagai social control dalam kelompok

d)

tersebut.
Dalam penegakan hukum stratifikasi sosial sangat berpengaruh walaupun dalam
konsep hukum menyatakan bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama di
hadapan hukum (equality before the law) namun dapat dilihat uarain di atas
keadilan hanya berpihak pada orang-orang yang berada dalam kelas-kelas elite
dan menyebabkan terjadinya diskriminasi terhadap orang-orang yang berada
dalam kelas-kelas menengah ke bawah.

e)

Hukum selalu dijadikan alat bagi pihak-pihak yang berkepentingan secara pribadi
dalam mewujudkan kehendak dan ambisi pribadi dan golongan.

B. SARAN

a. Stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat
optimis dan merasa cukup dalam hal ini diperlukan.

b. Stratifikasi sosial adalah hal yang sulit terhindarkan dalam masyarakat, maka
optimalisasi peran adalah yang terbaik.
c. Norma hukum beserta norma-norma lainnya seperti norma agama, norma kesusilaan,
norma kesopanan, merupakan alat yang efektif dalam mengahadapi berbagai macam
problema yang ditimbulkan dengan adanya stratifikasi sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddi. 2010. Sosiologi Hukum. Sinar Garfika: Jakarta.
Rahardjo, Satjipto. 2009. Penegak Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Genta Publising: Yogyakarta.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi Modern. Kencana: Jakarta.
Soekanto, Soerjono dan Mustafa Abdullah. 1982. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Rajawali Pers:
Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 2005. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Rajawali Grapindo: Jakarta.
Utsman, Sabian. 2010. Dasar-dasar Sosiologi Hukum. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
STRATIFIKASI/Stratifikasi Sosial dan Hukum _ Syailendra Wisnu's Blog.htm (diakses tanggal 19
Januari 2015, www.google.com).
STRATIFIKASI/hukum-dan-stratifikasi-sosial-suatu.html

(diakses

tanggal

19

Januari

2012, www.google.com).
STRATIFIKASI/Anehnya Pemerintah Negeri Ini _ The Achmad Institute.htm (diakses tanggal 19
Januari 2015, www.google.com).