Melakukan Kajian Teoritis dan Merumuskan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori pada hakikatnya tidak praktis, “impractical” (Beauchamp), 1975).
Dunia praktis terbentuk dalam kumpulan – kumpulan pristiwa khusus, sedang dunia
teori berkembang dari generalisasi, hukum, aksioma dan teorema yang menjelaskan
pristiwa – pristiwa khusus dan hubungan antara peristiwa tersebut.1
Posisi teori dalam penelitian merupakan rujukan dan acuan dari kegiatan
penelitian. Peneliti diperbolehkan untuk mengutip pemikiran para ahli dengan
batasan tertentu dan tidak mengutip secara berlebihan. Karena peneliti juga harus
memiliki konsep sendiri tentang masalah – masalah yang akan dia teliti sehingga
kerangka pikir dalam mengkaji teori merupakan konstruksi teoritis peneliti tentang
masalah - masalah penelitian yang akan diteliti.
Penggunaan teori bidang ilmu digunakan untuk menyusun sebuah hipotesis.
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara atau dugaan sementara tentang
hunbungan dua variabel atau lebih. Hipotesis akan dibuat ketika peneliti telah
mengumpulkan data dan mengolahnya sebelum melakukan analisis lanjutan terhadap
data tersebut.
Kajian teori akan memudahkan peneliti untuk dapat menentukan bagaimana
dia akan mengolah data dan membuat suatu hipotesis. Kajian teori telah ada
berdasarkan pemikiran para ahli dibidangnya masing-masing. Kajian teori ini akan

dijadikan landasan atau pendekatan bagi para peneliti untuk melaksanakan
penelitiannya.
Peneliti

memerlukan

berbagai

aktifitas

penelitian

sebelum

dapat

menyimpulkan atau memecahkan masalah yang sedang ditelitinya.
Misalnya pada penelitian mengapa di SMP 2 Bandar Lampung Kelas 7
banyak nilainya kurang dari KKM pada Materi Bahasa Arab. Ini bisa saja terjadi
tentunya peneliti akan mengumpulkan data-data yang terkait dengan permasalahan

tersebut, peniliti akan menggunakan kajian teori tertentu sebagai landasan atau
pendekatannya, kemudian peneliti akan menentukan hipotesis untuk melakukan
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 37

1

analisa data lanjutan sebelum akhirnya akan lahir sebuah kesimpulan sebagai hasil
dari penelitian tersebut.
B. Masalah
Adapun permasalah yang akan dibahas dalam makalah kami ini adalah
tentang pengertian kerangka teori.
1. Apa yang dimaksud dengan teori dan fungsi nya ?
2. Apa pengertian hipotesis?
3. Apa saja kegunaan hipotesis?
4. Apa saja karakteristik hipotesis?
5. Apa saja tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum?
6. Bagaimana jenis-jenis hipotesis?
7. Apakah menguji berhipotesis?
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah kami ini adalah, membantu pemahaman
terhadap kita tentang kerangka teori atau landasan teori dan merumuskan hipotesis,
yang merupakan bagian dari Materi Metodologi Pendidikan dan Statistik Pendidikan,
disamping itu, bertujuan untuk memenuhi tugas terstruktur untuk mata kuliah
Metodologi Pendidikan dan Statistik Pendidikan.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori
Setelah

masalah

penelitian

dirumuskan,

maka


langkah

kedua

dalam proses penelitian adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi
hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan
penelitian (Sumadi Suryabrata, 1990).
Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang
kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan
teoritis ini merupkan ciri bahwa penelitian itu merupkan cara ilmiah untuk
mendapatkan data.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan adanya tiga
macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris.
Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :
1. Teori yang deduktif : Memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu kearah data yang akan diterangkan
2. Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data kearah teori.
3. Teori yang Fungsional : disini tampak satu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan

teori kembali mempengaruhi data
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat
dipandang sebagai berikut:
1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukumhukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukan
hubungan antara Variabel-Variabel empiris dan dapat diramal sebelumnya
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu.
Disini orang mulai dari data yang diperoleh dan itu datang suatu konsep yang
teoritis (induktif)
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara
data dan pendapat yang teoritis.
3

Berdasarkan data tersebut diatas secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau
system pengertian ini dapat diperoleh melalui jalan yang sistematis, suatu teori dapat
diuji kebenarannya, bila tidak maka dia bukan teori.
Kerangka teori sering kali diartikan senada dengan kerangka pikir, Apa yang
dimaksud dengan kerangka pikir ?, Kerangka pikir adalah proses yang sangat

penting dalam menyusun suatu penelitian, karena dalam proses ini pembaca dapat
mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peneliti, dan bagaimana urutan penelitian
itu dilakukan.
Kerangka pikir penelitian merupakan urut-urutan logis dari pemikiran peneliti
untuk memecahkan suatu masalah penelitian, yang dituangkan dalam bentuk bagan
dengan penjelasannya. Beberapa ahli memberi definisi sebagai berikut:
Menurut Muhamad (2009:75) Kerangka pikir adalah gambaran mengenai
hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran
menurut kerangka logis.

Menurut Riduwan (2004:25) Kerangka berfikir adalah

dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan
telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan
dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar
variabel.
Selanjutnya menurut Sekaran (1992:72) kerangka berpikir yang baik adalah
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama
2. Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu

dengan lainnya
3. Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari
penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam uraian kerangka
berfikir apakah hubungan itu positif atau negatif
4. Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antara
variabel itu ada.
5. Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas
melihat hubungan antar variable

4

6. Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar belakang masalah,
kemudian masalah yang diteliti, dan dilanjutkan dengan metode serta variabel
penelitian. Terakhir kerangka ini biasanya memuat tujuan penelitian, saran atau
kesimpulan penelitian. Sebelum ataupun setelah dibuat bagan kerangka pikir
penelitian, maka biasanya peneliti membuat penjelasan runtut dan sistematis
terkait dengan bagan yang akan / telah dibuatnya tersebut
Kerangka teori dijabarkan dari tinjauan pustaka dan disusun oleh peneliti sebagai
kerangka acuan memecahkan masalah dan untuk merumuskan hipotesis (jika
hipotesis dipandang perlu dicantumkan)

Hasil kajian pustaka adalah dukungan teori (apa yang dikenal dengan
“kerangka teori” dan “kerangka berpikir”. Kerangka teori adalah bagian dari
penelitian, tempat bagi peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada
dalam penelitiannya.
Berikut ini adalah contoh penelitian, yaitu:
“Kualitas Pengelolaan Kelas Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan dan
Pengalaman Mengajar Guru Sekolah Dasar”
Untuk dapat menyusun kerangka teori dari judul diatas, maka peneliti
terlebih dahulu harus menentukan pengertian-pengertian yang terkandung dalam
judul tersebut:
a. Kualitas pengelolaan kelas
b.

Latar belakang pendidikan guru

c. Pengalaman mengajar guru
d. Pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap kualitas pengelolaan kelas
e. Pengaruh pengalaman mengajar guru terhadap kualitas pengelolaan kelas.
B. Fungsi Teori

Ada dua pendapat yang menerangkan tentang fungsi teori yang pertama,
Snelbecker (1974:28-31) menyatakan ada empat fungsi suatu teori, yaitu :
1. Mensistematiskan penemuan – penemuan penelitian
2. Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis
membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban.
3. Membuat ramalan atas dasar penemuan, dan menyajikan penjelasan dan

5

4. Dalam hal ini, untuk menjawab pertanyaan mengapa.
Menurut Glaser dan Strauss (1967:3) ada 5 fungsi teori yang mengkhususkan
pada sosiologi yaitu :
1. Memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan prilaku
kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan prilaku.
2. Bermanfaat dalam menemukan teori dalam sosiologi.
3. Digunakan dalam aplikasi praktis peramalan dan penjelasannya harus
memberikan pengertian kepada para praktisi dan beberapa pengawasan
terhadap situasi.
4. Memberikan perspektif bagi prilaku, yaitu pandangan yang harus dijaring
dari data, dan

5. Membimbing serta menyajikan gaya bagi penelitian dalam beberapa bidang
prilaku.
Jika dikaji, ternyata keduanya mempunyai persamaan dalam fungsi teori guna
menjelaskan dan meramalkan fenomena. Selain itu, rumusan Glaser dan Strauss
dilengkapi dengan fungsi praktis dalam gaya penelitian. Perbedaan keduanya terletak
pada anggapan tentang hipotesis. Snelbecker memandang hipotesis itu sebagai
bagian pariferi sesuatu teori yang menghubungkan teori dengan fenomena,
sedangkan Glaser dan Strauss memandang hipotesis merupakan inti teori yang
diperbolehkan dari data.2
C. Merumuskan Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo= di bawah ;thesis = pendirian,
pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah
ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah
berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari
hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di
dalamnya.3

2 Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit,. hlm. 58
3 Soekadijo, Logika Dasar, tradisional, simbolik, dan induktif, Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama, 1993

6

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.4
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap
masalah yang akan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul
tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis,
peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/menciptakan suatu gejala.
Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji
kebenarannya disebut teori.5
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja
menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit
mendung, maka…) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat
kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini
disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya
dinyatakan keliru.
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai
sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah
pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa diantara sejumlah fakta ada
hubungan tertentu Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya
sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu diantaranya yaitu Penelitian sosial.6
Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang
melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis
ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.7
2. Kegunaan Hipotesis
Kegunaan hipotesis secara garis besar adalah:8
4 Vardiansyah, Dani, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta : Indekls, 2008,
Hal.10
5 Sakaran, Uma, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, second edition,
New York: John Wiley& Sons, Inc, 1992, Hal. 7-19
6 Leedy, Paul.D. and Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design Research
Edisi 8, Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall, 2005, Hal. 156-209
7 Leedy, Paul.D. and Jeanne.E. Ormrod Ibid., hlm.
8 Toto Syatori Nasehuddien. Metodologi Penelitian (Sebuah Pengantar). Cirebon : STAIN
Cirebon, 2008, hal 31

7

1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu, kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat
tergantung pada:9
1.

Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.

2.

Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peneliti.

3.

Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.

4.

Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.

3. Karakteristik Hipotesis
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.
Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian.[8] Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih
abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji
secara nyata.10
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus
memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:11
1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan

masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis
merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan
atau searah dengan tujuan penelitian.
2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara

operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus

9 Badriah, Dewi L, http://www.kopertis4.or.id/Pages/data
%202006/kelembagaan/studi_kepustakaan_DR%5B1%5D._Dewi.Doc, diakses 01 November 2010
pukul 13.00 WIB

10 Sakaran, Uma, Op.cit.
11 Leedy, Paul D., Op. cit,

8

mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan
diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan

memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis
deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau
distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai
yang mempunyai makna.
4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan

preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah
seperti halnya dalam hipotesis.
5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat

dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel
yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia
yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan
hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak
ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis
bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode
observasi, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk

kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang
diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif).
Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat
umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya,
hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi,
hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan.
Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam
pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.

9

7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu
hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di
antara variabel dibuat secara eksplisit
4. Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:12
1.

Penentuan masalah. Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah

yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau
tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan
perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah
mendapat bentuk perumusan masalah.
2.

Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).

Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua
kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer,
observasi tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat
digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan
masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian,
hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun
merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3.

Pengumpulan fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang

besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa
preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih
fakta.
4.

Formulasi hipotes. Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi,

dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat
terdapat hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot
yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah
apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa
semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
dengan hukum gravitasi.
12 Creswell, John W, Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches, Second Edition, California : Sage Publication, 2003, Hal. 73

10

5.

Pengujian hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat

diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila
hipotesa

terbukti

cocok

dengan

fakta

maka

disebut

konfirmasi. Terjadi

falsifikasi(penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak
sesuai dengan hipotesa, dan bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak
terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi(corroboration). Hipotesa yang
sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6.

Aplikasi/penerapan. apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi

ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok
dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
5. Jenis-Jenis Hipotesis13
a) Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan
Hipotesis jenis ini merupakan hipotesis tentang hubungan analitis yakni secara
analisis menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat dengan sifat lainnya.
Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan adanya
hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian
korelasional atau regresi. Hipotesis tentang perbedaan adalah pernyataan yang
menyatakan adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu karena adanya pengaruh
yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian komparatif.
b) Hipotesis kerja vs hipotesis nol
Hipotesis kerja adalah pernyataan rekaan yang hasil pengujiannya diterima,
sedangkan hipotesis nol adalah penyataan rekaan yang hasil pengujiannya ditolak.
Dalam rangka pengolahan data hipotesis ini disebut hipotesis stastistik. Jadi dalam
sebuah penelitian dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif, terdapat dua
macam hipotesis, yaitu :
1)

Hipotesis penelitian yang diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Misalnya, terdapat hubungan atau perbedaan anatara variabel x dengan variabel y.
hipotesis tersebut dilambangkan dengan ‘Ha” atau “H1” apabila terdapat hubungan
dan “H0” apabila tidak terdapat hubungan atau perbedaan.

13 Nasehuddin, Toto Syatori, op.cit., Hal. 34

11

2)

Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dilambangkan dengan rumus-rumus

statistik. Misalnya, terdapat hubungan antara variabel x dengan variabel y, untuk
“H0” dilambangkan dengan Py = 0 dan “Ha” / “H1” dilambangkan dengan Py > 0.
Sedangkan apabila hipotesis penelitiannya “terdapat perbedaan variabel x dengan
variabel y, maka hipotesis statistiknya untuk “H 0” dilambangkan dengan M = 0 dan
untuk “Ha” / “H1” dilambangkan dengan M ≠ 0.
c)

Hipotesis ideal vs common sense (akal sehat)

Hipotesis common sense biasanya menyatakan hubungan kegiatan terapan. Misalnya,
hubungan antara tenga kerja dengan luas garapan, hubungan antara tenaga kerja
dengan jumlah siswa ddalam satu kelas. Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan
hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk
menguji adanya hubungan yang logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman
empiris. Misalnya, kita mempunyai keseragaman empiris dan hubungan antar
sekolah; sekolah yang berlokasi di tengah-tengah pemukiman penduduk, sekolah
yang berlokasi di tengah-tengah pusat perbelanjaan, sekolah yang berlokasi di
tengah-tengah lingkungan industri, sekolah yang berlokasi di tengah-tengah
perkantoran dan sebagainya. Contoh, hubungan anatar prestasi belajar siswa dengan
sekolah yang berlokasi di pusat perbelanjaan, hubungan motivbasi belajart siswa
dengan sekolah yang di tengah-tengah pemukiman penduduk.
6. Menguji Hipotesis
Hipotesis berfungsi untuk memberi suatu penyataan terkaan tentang hubungan
tentative antara fenomena-fenomena dalam penelitian. Kemudian hubungan tersebut
diuji validitas dan reliabilitasnya menurut teknik-teknik yang sesuai untuk keperluan
pengujian.
Untuk menguji hipotesis diperlukan :
a)

Data atau fakta dan kerangka pengujian hipotesis harus ditetapkan dahulu

sebelum si peneliti mengumpulkan data
b)

Pengetahuan yang luas tentang kerangka teori, penguasaan penggunaan teori

secara logis, statistik dan teknik-teknik pengujian. Cara pengujian hipotesis
tergantung pada metode desain penelitian yang digunakan.
BAB

III

PENUTUP

12

A. Kesimpulan
Dalam melakukan suatu penelitian terhadap fenomena sosial, seorang peneliti
tidak dapat bekerja dengan baik tanpa suatu sistematika yang sesuai. Untuk
menemukan jawaban yang sesuai serta memuaskan, peneliti harus memahami kaidah
dalam meneliti. Tahapan awal dari suatu penelitian adalah menciptakan pertanyaan
mengenai suatu fenomena yang dipilih untuk diteliti. Pertanyaan tersebut berkaitan
dengan definisi, fakta dan nilai suatu objek kajian.
Teori yang deduktif : Memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan
atau pikiran spekulatif tertentu kearah data yang akan diterangkan, Teori yang
induktif : adalah cara menerangkan dari data kearah teori. Teori yang Fungsional :
disini tampak satu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data
mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi
data.
Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan
arah dalam menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan
mengambil kesimpulan. Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk
membuktikan hipotesis.Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji.
Pengujian itu bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak.
Hipotesis berfungsi sebagai kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja, dan
mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian.
Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis
alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis
statistik. Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang kita
buat:
a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha ( ɑ).
b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta (β).
B. Saran
Dengan segenap kelemahan selaku insan yang tak berdaya, kami sadar akan
kelemahan kami, tugas yang diharapkan belumlah mencapai kesempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca guna kami berbuat yang lebih
baik lagi.
Penelitian merupakan cara primer manusia dalam mengembangkan kajian

13

ilmu. Dengan berkembangnya ilmu bimbingan dan konseling tentunya akan
mempermudah personal-personal dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup
yang makin kompleks mengikuti perkembangan masa.

DAFTAR PUSTAKA

14

Badriah, Dewi L, http://www.kopertis4.or.id/Pages/data
%202006/kelembagaan/studi_kepustakaan_DR%5B1%5D._Dewi.Doc,
diakses 01 November 2010 pukul 13.00 WIB
Creswell, John W, Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches, Second Edition, California : Sage Publication, 2003.
Leedy, Paul.D. and Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design
Research Edisi 8, Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall, 2005.
Nasehuddien, Toto Syatori. Metodologi Penelitian (Sebuah Pengantar). Cirebon :
STAIN Cirebon, 2008.
Sakaran, Uma, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, second
edition, New York: John Wiley& Sons, Inc, 1992.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010).
Soekadijo, Logika Dasar, tradisional, simbolik, dan induktif, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1993
Vardiansyah, Dani, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta : Indekls,
2008.

Mahsun,Prof. Dr. M.S. Metode Penelitian Bahasa, terhadap strategi, metode dan
tekniknya, Jakarta : PT Raja Grapindo Persada, 2007
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif
dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2009
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta

15