Pengertian dan Makna Hukum Menurut Para (1)

Nama : Ihtiandiko Wicaksono
Kelas : IX.3

Pengertian dan Makna Hukum Menurut Para Ahli
1. E. Utrecht
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah atau larangan) yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan
jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah dari masyarakat itu.
(E. Utrecht).E. Utrecht mengartikan hukum sebagai alat daripada penguasa yang dapat
memberi atau memaksakan sanksi terhadap pelanggar hukum karena dalam penegakan
hukum jika terjadi pelanggaran menjadi monopoli penguasa.
2. Satjipto Raharjo
Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisikan petunjukpetunjuk tingkah laku. Hukum merupakan pencerminan dari kehendak manusia tentang
bagaimana seharusnya masyarakat dibina dan kemana harus diarahkan. Oleh karena itu
pertama-tama, hukum mengandung rekaman dari ide-ide yang dipilih oleh masyarakat
tempat hukum diciptakan. Ide-ide tersebut berupa ide mengenai keadilan. ( Satjipto
Raharjo).Satjipto Raharjo membahas hukum dalam perspektif filsafati dan bersifat
normatif yang dilahirkan dari kehendak manusia atau masyarakat untuk menciptakan
keadilan.
3. J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto
Hukum adalah peraturan-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan-badan

resmi yang berwajib, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat, pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan
hukuman. (J.C.T. simorangkir dan Woerjono Sastropranoto). J.C.T. simorangkir dan
Woerjono Sastropranoto melihat hukum dari segi formal atau landasan yuridis
terbentuknya hukum –aturan-aturan- yang dibuat oleh suatu lembaga negara (badanbadan resmi) yang memiliki otoritas dalam memberikan sanksi atau tindakan hukuman
terhadap pelanggar hukum.
4. Sudikno Martokusumo
Kaidah hukum merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyogyanya
seharusnya dilakukan. Pada hakikatnya kaidah hukum merupakan perumusan pendapat
atau pandangan tentang bagaimana seharusnya atau seyogianya seseorang bertingkah
laku. Sebagai pedoman kaidah hukum bersifat umum dan pasif. (Sudikno
Martokusumo)Sudikno Martokusumo mengartikan hukum sebagai pendapat manusia
yang dilahirkan dari suatu perasaan moral manusia secara universal sehingga hukum
harus dijadikan sebagai pedoman kehidupan.
5. S.M. Amin
Kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi itu disebut

hukum; dan tujuan hukum ialah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia,
sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara. (S.M. Amin, S.H). S.M.Amin mengartikan
hukum dari aspek sosiologis sebagai suatu serangkaian norma yang memiliki sanksi

apabila melanggar norma-norma. Dan sanksi tersebut diciptakan untuk menakuti
masyarakat agar tidak melalukan pelanggaran hukum.
6. M.H. Tirtaamidjaja
Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian –
jika melanggar aturan-aturan itu- akan membahayakan diri sendiri atau harta,
umpamanya orang yang kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya. ( M.H.
Tirtaamidjaja, S.H). M.H. Tirtaamidjaja menjadikan hukum sebagai suatu pedoman yang
bersifat memaksa atau wajib untuk dipatuhi, apabila dilanggar maka sama halnya dengan
menghakimi diri sendiri.
7. Friedmann
Friedmann berpendapat bahwa hukum merupakan suatu kebijakan/ketetapan berupa
peraturan-peraturan dari suatu badan resmi yang memiliki kewenangangan untuk
memaksakan pihak lain (masyarakat) untuk mentaatinya.
8. Leon Duguit
Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota msyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran itu. (Leon Duguit). Leon Duguit mengartikan hukum
sebagai suatu suatu aturan yang timbul dari suatu perasaan moral tentang mana yang baik

dan buruk, serta memiliki sanksi yang jelas dari masyarakatnya.
9. Immanuel Kant
Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang
yang satu dapat menyesuailkan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain,
menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan. (Immanuel Kant).Immanuel
Kant mengartikan hukum sebagai instrumen pembatas kebebasan manusia dalam suatu
masyarakat, dalam artian bahwa hukum dapat mencegah tindakan sewenang-wenang
seseorang atau sekelompok orang yang mengganggu kehendak bebas atau hak orang lain.

10.Plato
Hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang
mengikat masyarakat. (Plato.). Plato mendefinisikan hukum sebagai suatu sistem yang
terdiri dari norma-norma yang diyakini suatu masyarakat.
11. Aristoteles

Hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekedar mengatur dan
mengekspresikan bentuk dari konstitusi; hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku
para hakim dan putusannya di pengadilan dan untuk menjatuhkan hukuman terhadap
pelanggar. (Aristoteles).Sebagai muridnya Plato, defenisi Aristoteles tentang hukum tidak
berbeda jauh dengannya, hanya saja Aristoteles membatasi hukum dalam ruang lingkup

pengadilan atau lembaga yang berwenang untuk menegakkan hukum.
12. Bellfoid
Mengatakan bahwa hukum yang berlaku di suatu masyarakat mengatur tata tertib
masyarakat itu didasarkan atas kekuasaan yang ada pada masyarakat.Artinya bahwa
hukum diciptakan oleh suatu badan resmi dan hanya dapat dipatuhi oleh masyarakat
apabila ditentukan oleh badan hukum yang memiliki kewenangan itu.
13.Mr. E.M. Mayers
Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan ditinjau
kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman penguasapenguasa negara dalam melakukan tugasnya. (Mr. E.M. Mayers). Mr. E.M. Mayers,
memandang hukum sebagai suatu kaidah-kaidah (kaidah kesusilaan, kaidah kesopanan,
dan kaidah agama) yang ada dalam suatu masyarakat untuk dijadikan sebagai pedoman
menciptakan kaidah hukum yang bersifat pasti terhadap sanksinya.
14. Van Kant
Hukum adalah serumpun peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang
diadakan untuk mengatur melindungi kepentingan orang dalam masyarakat. (Van
Kant).Van Kant mengartikan hukum sebagai instrumen untuk melindungi kepentingan
individu ataupun masyarakat dari tindakan absolut oleh seseorang atau sekelompok
orang.
15. Van Apeldoorn
Hukum adalah gejala sosial tidak ada masyarakat yang tidak mengenal hukum

maka hukum itu menjadi suatu aspek kebudayaan yaitu agama, kesusilaan, adat istiadat,
dan kebiasaan. (Van Apeldoorn). Van Apeldoorn beranggapan bahwa hukum telah ada
dalam diri manusia, artinya bahwa hukum telah lahir dari perasaan moral seseorang sejak
ia dilahirkan.
16. Soerojo Wignjodipoero
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hidup yang bersifat memaksa,
berisikan suatu perintah larangan atau izin untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu atau
dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat. (Soerojo
Wignjodipoero, S.H.). Soerojo Wignjodipoero, mendefenisikan hukum sebagai suatu
komponen aturan yang mengatur kehidupan masyarakat tentang mana yang boleh
dilakukan dan yang dilarang.
17. Dr. Soejono Dirdjosisworo, S.H.

Menyebutkan aneka arti hukum yang meliputi: (1) hukum dalam arti ketentuan
penguasa (undang-udang, keputusan hakim dan sebagainya), (2) hukum dalam arti
petugas-petugas-nya (penegak hukum), (3) hukum dalam arti sikap tindak, (4) hukum
dalam arti sistem kaidah, (5) hukum dalam arti jalinan nilai (tujuan hukum), (6) hukum
dalam arti tata hukum, (7) hukum dalam arti ilmu hukum, (8) hukum dalam arti disiplin
hukum. Aneka arti hukum yang dikatakan oleh Dr. Soejono Dirdjosisworo, S.H, tak lain
adalah mengenai cara terbentuknya hukum dan menjalankannya,serta respon dari

masyarakat terhadap hukum tersebut untuk mewujudkan tujuan atau cita hukum.
18. Daliyo
Hukum pada dasarnya adalah peraturan tingkah laku manusia, yang diadakan oleh
badan-badan resmi yang berwajib, yang bersifat memaksa, harus dipatuhi, dan
memberikan sanksi tegas bagi pelanggar peraturan tersebut (sanksi itu pasti dan dapat
dirasakan nyata bagi yang bersangkutan). (Daliyo, dkk). Daliyo, dkk, berpendapat bahwa
suatu hukum dapat diterapkan dalam masyarakat dan dapat menghendaki atau
memaksakan sanksi pada pelanggar hukum apabila hukum tersebut diadakan oleh
pemegang kekuasaan (badan-badan resmi).
19. Mochtar Kusumaatmadja
Keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam
masyarakat, juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan kaidah
tersebut dalam masyarakat. (Mochtar Kusumaatmadja). Mochtar Kusumaatmadja,
mengartikan hukum sebagai suatu aturan yang mengatur tindakan manusia dalam
masyarakat dan lembaga-lembaga yang berwenang menegakkan hukum secara adil
menurut hukum itu sendiri.
20. Von Savigny
Aturan yang terbentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui
pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah manusia,
dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan, dan kebiasaan warga masyarakat.

(Karl Von Savigny). Von Savigny mendasari hukum pada suatu keyakinan masyarakat
telah ada sejak manusia berinteraksi dengan masyarakat dengan mengkonsepsikan
keadilan sebagai dasar terbentukknya hukum.
21. Thomas Aquinas
Hukum adalah suatu aturan atau ukuran dari tindakan-tindakan, dalam hal mana
manusia dirangsang untuk bertindak atau dikekang untuk tidak bertindak. (Thomas
Aquinas). Thomas Aquinas mengartikan hukum sebagai pedoman perilaku individu atau
masyarakat dalam pergaulan hidup.
22. Jhon Locke
Hukum adalah sesuatu yang ditentukan oleh warga masyarakat pada umumnya
tentang tindakan-tindakan mereka, untuk menilai/mengadili mana yang merupakan
perbuatan yang jujur dan mana yang merupakan perbuatan yang curang. Pendapat J.

Locke membatasi ruang lingkup hukum dalam artian kaidah kesusilaan, kebiasaan, dan
adat, artinya bahwa hukum ditetapkan oleh masyarakat, dan sanksinyapun diberikan oleh
masyarakat itu sendiri.
23. Salmond
Hukum dimungkinkan untuk didefinisikan sebagai kumpulan asas-asas yang diakui
dan diterapkan oleh negara di dalam peradilan. Dengan perkataan lain, hukum terdiri dari
aturan-aturan yang diakui dan dilaksanakan pada pengadilan. (Salmond.

Salmond mengartikan hukum dari aspek yuridis terbentuknya hukum dan kewenangn
badan-badan resmi suatu negara dalam menegakkan hukum.
24. Llewellyn:
What officials do about disputes is the law it self (apa yang diputuskan oleh
seorang
hakim
tentang
suatu
persengketaan,
adalah
hukum
itu
sendiri). Pendapat Llewellyn, adalah suatu negara yang menganut sistem hukum Anglo
saxion yang mana putusan hakim (yurisirudensi) bersifat final, karena putusan hakim
adalah hukum itu sendiri).
25. Schapera:
Law is any rule of conduct likely to be enforced by the courts (hukum adalah
setiap
aturan
tingkah

laku
yang
mungkin
diselenggarakan
oleh
pengadilan).Schapera mengartikan hukum sebagai aturan yang sah yang bisa ditegakkan
oleh lembaga penegak hukum.
26. Wiryono Kusumo
“Definisi hukum adalah keseluruhan peraturan yang tertulis maupun yang tak
tertulis yang mana mengatur mengenai tata tertib di dalam masyarakat dan pelanggarnya
bisa dikenakan sanksi. Tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan
ketertiban di dalam masyarakat.”
27. Menurut Geny,
Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mewujudkan keadilan. Di dalam keadilan
tersebut, terdapat unsur yang dikatakan kepentingan daya guna dan kemanfaatan. Hal
tersebut dinyatakan Geny dalam Science et technique en droit prive positif.
28. Menurut Jeremy Bentham,
Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mewujudkan apa yang berfaedah bagi
orang. Jeremy Bentham adalah seorang yang menganut teori utilistis. Hal ini dinyatakan
dalam bukunya yang berjudul Introduction to the morals legislation.

29. Menurut Prof. Subekti SH.,
Tujuan hukum adalah mengabadi pada tujuan negara yang pada pokoknya tujuan

negara adalah mewujudkan kemakmuran dan memberikan kebahagiaan pada rakyat di
negaranya. Tujuan hukum tidak hanya untuk memperoleh keadilan tetapi harus ada
keseimbangan antara tuntutan kepastian hukum dan tuntutan keadilan hukum. Hal
tersebut dinyatakan dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar hukum dan pengadilan.
30. Thomas Hobbes
Sebuah kata seseorang yang dengan haknya telah memerintah pada yang lain.
31. Paul Scholten
Suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak layak
dilakukan, yang bersifat perintah.
32. John Austin
Seperangkat perintah, baik langsung maupun tidak langsung dari pihak yang
berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen
dimana pihak yang berkuasa memiliki otoritas yang tertinggi.
33. Hans Kelsen
Suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah kaidah primer yang
menetapkan sanksi-sanksi.
34. Roscoe Pound

Sebagai tata hukum mempunyai pokok bahasan hubungan antara manusia dengan
individulainnya, dan hukum merupakan tingkah laku para individu yang mempengaruhi
individulainnya. Adapun hukum sebagai kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusanputusan pengadilan dan tindakan administratif Law as a tool of social engineering
35. Eugen Ehrlich
Sesuatu yang berkaitan dengan fungsi kemasyarakatan dan memandang sumber
hukum hanya dari legal story and jurisprudence dan living law.
36. Hugo de Grotius
Peraturan tentang tindakan moral yang menjamin keadilan pada peraturan hukum
tentang kemerdekaan (law is rule of moral action obligation to that which is right).
37. Van Vanenhoven

Suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergolak terus menerus dalam keadaan
berbenturan tanpa henti dari gejala-gejala lain.
38. Bellfoid
Hukum yang berlaku di suatu masyarakat mengatur tata tertib masyarakat itu
didasarkan atas kekuasaan yang ada pada masyarakat.
39. S.M. Amir, S.H.
Hukum adalah peraturan, kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari normanorma dan sanksi-sanksi.
40. M.H. Tirtaamidjata, S.H.
Bahwa hukum adalah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika
melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya
orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya.
41. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A., dan Purnadi Purbacaraka, S.H.
Menyebutkan arti yang diberikan masyarakat pada hukum sebagai berikut:
a. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun secara sistematis
atas dasar kekuatan pemikiran.
b. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala
yang dihadapi.
c. Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau perikelakuan
yang pantas atau diharapkan.
d. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum
yang berlaku pada suatu waktu.
e. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan penegakan hukum.
f. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi yang menyangkut
keputusan penguasa.
g. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal-balik antara unsurunsur pokok sistem kenegaraan.
h. Hukum sebagai sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur, yaitu perikelakuan
yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.

i. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan-jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak
tentang apa yang siagap baik dan buruk.
42. Otje Salman, S.H.
Dilihat dari kenyataan sehari-hari di lingkungan masyarakat mengartikan atau
memberi arti pada hukum terlepas dar apakah itu benar atau keliru, sebagai berikut:
a. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, diberikan oleh kalangan ilmuan.
b. Hukum sebagai disiplin, diberikan oleh filosof, teoritis dan politisi (politik hukum).
c. Hukum sebagai kaidah, diberikan oleh filosof, orang yang bijaksana.
d. Hukum sebagai Lembaga Sosial, diberika oleh filosof, ahli Sosiaologi Hukum.
e. Hukum sebagai tata hukum, diberikan oleh DPR. Dan eksekutif (di Indonesia).
f. Hukum sebagai petugas, diberikan oleh tukang beca, pedagang kaki lima.
g. Hukum sebagai keputusan penguasa, diberikan oleh atasan dan bawahan dalam suatu
Instansi atau lembaga negara.
h. Hukum sebagai proses pemerintah, diberika oleh anggota dan pimpinan eksekutif.
i. Hukum sebagai sarana sistem pengandalian sosial, diberikan oleh para pembentuk dan
pelaksana hukum.
j. Hukum sebagai sikap tindak atau perikelakuan ajeg, diberikan oleh anggota dan
pemuka masyarakat.
k. Hukum sebagai nilai-nilai diberikan oleh filosof, teorotis (ahli yurisprudence).
l. Hukum sebagai seni, diberikan oleh mereka yang peka terhadap lingkungannya; ahli
karikatur.
43. Baruch Spinoza:
Hukum adalah hukum kodrat sebagaimana yang diterapkan pada manusia tidak
didasarkan nalar yang benar, hal itu merupakan suatu pencerminan dari hukum.
44. Piere Dubois:
Hukum adalah sesuatu aturan yang harus diterima secara terus-menerus dan bukan
sesuatu yang statis.
45. Puchta:

Hukum adalah merupakan pencerminan dari jiwa rakyat, hukum tumbuh bersamasama dengan pertumbuhan rakyat dan menjadi kuat bersama-sama kekuatan rakyat dan
pada akhirnya ia mati jika bangsa itu kehilangan kebanggaannya.
46. Huijbers:
Hukum ditemukan sebagai gejala dalam hidup bersama manusia guna mengatur
hidup bersama itu baik dalam hubungan politik maupun privat.
47. Mac Iver:
Hukum adalah masyarakat sebagai sarang laba-laba diatur oleh berbagai kaidah
yang mengatur hubungan antar individu dengan tujuan tercapainya kedamaian, ketertiban
dan kesejateraan.
48. Jhon Stuar Mill:
Memandang hukum, bahwa tindakan itu hendaknya di tujukan terhadap pencapaian
kebahagian dan adalah keliru jika ia menghasilkan sesuatu yang merupakan kebalikan
dari kebahagian.
49. Henry Summer Maine:
Hukum adalah produk adaptasi sosial. Dalam masyarakat yang statis hukum
bertugas meneguhkan hubungan antara status, sebaliknya pada masyarakat yang
progresif, hukum berfungsi sebagai media kontrak antar prestasi.
50. Gottfried Wilhelm Leibuiz
Hukum adalah hubungan-hubungan kepentingan antara pribadi yang kian
menonjol..
51. Saitnt Simon:
Hukum adalah pertentangan antara masyarakat dan ekonomi dan blok besar dari
kelompok-kelompok lokal dan ekonomi merupakan pusatnya, lenyapnya nergara dalam
masyarakat mengantarkan penyelenggaraan terakhir dari rezim industri.
52. Benyamin Cardozo:
Hukum adalah kegiatan hakim di pengadilan yang terikat pada tujuan hukum yaitu
kepentingan hukum. Hakim bebas memutuskan tetapi dengan batasan yang tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum.
53. Beryl Harold Levy:
The technical language of law, like the technical vocabulary of scence, is mean to
serve a function.
54. T. Arnold:
Bahwa dalam kenyataannya hukum tidak akan pernah dapat didefinisikan, tetapi ia

menyadari bagaimanapun kalangan hukum tidak akan pernah menghentikan perjuangan
mereka untuk mendefinisikan hukum, sebab bagi mereka merupakan suatu bagian yang
esensial dari cita-cita mereka yang menganggap adalah rasional dan mampu untuk
mendefinisikan hukum itu.
55. David M. Trubruch:
Hukum mempunyai tiga ciri pokok (1) merupakan sistem peraturan, (2) merupakan
suatu bentuk tindakan manusia, (3) merupakan bagian sekaligus otonom terhadap negara.
(Achmad Ali, 1996, Menguak Tabir Hukum)
56. Robert Seidman:
Konsep “The Law of The Non Transferrability of Law” , konsep hukum tentang
tidak dapatnya hukum di transfer begitu saja dari suatu masyarakat ke masyarakat lain
yang memiliki perbedaan kultur, karena belum tentu hukum dari suatu negara maju cocok
diterapkan di negara lain.
57. Philippe Nonet:
Bahwa hukum bukanlah apa yang oleh sarjana hukum anggap sebagai aturan wajib,
tetapi lebih dari itu, sebagai contoh, pengaturan-pengaturan konkrit yang dilakukan oleh
para hakim, polisi, jaksa, ataupun pejabat administrasi.
58. John Chipman Gray:
Pendapat Gray dalam hubungannya dengan masalah jenis-jenis metode penemuan
hukum oleh hakim secara khusus metode interpretasi. Interpretasi tidak lain merupakan
proses dimana hakim maupun para pakar hukum lain bahkan orang awam sekalipun
mencari makna kata-katanya, artinya mana di yakini berasal dari pembuat undangundang, paling tidak dianggap berasal dari pembuat undang-undang.
59. Marc Galanter:
Hukum yang modern terdiri dari berbagai aturan yang diterapkan dengan cara yang
tidak berbeda-beda dimana-mana, berlakunya aturan-aturan itu bersifat teritorial dan
tidak bersifat pribadi.
60. Paul Bohannan:
Bahwa hukum merupakan himpunan kewajiban-kewajiban yang telah di
lembagakan kembali dalam pranata hukum.
61. Samuel Von Pufendorf (penganut hukum kodrat) :
Hukum kodrat didasarkan atas dualitas kodrat manusia. Ketidakmampuan manusia
dan sosialitasnya berada dalam keadaan konflik dan perjuangan yang dihasilkannya
mempengaruhi hukum kodrat : agrasi dan kepentingan sendiri merupakan latar belakang
bekerjanya hukum buatan manusia.
62. John Salisbury:

Salisbury adalah rohaniawan pada abad pertengahan. Ia banyak mengkritik
kesewenang-wenangan penguasa waktu itu. Menurut Salisbury gereja dan negara perlu
bekerja sama ibarat hubungan organois antar jiwa dan raga. Dalam menjalankan
pemerintahan penguasa negara wajib memperhatikan hukum tertulis dan hukum tidak
tertulis, yang mencerminkan hukum-hukum Allah. Tugas rohaniawan adalah
membimbing penguasa agar tidak merugikan rakyat dan menurut nya bahkan penguasa
itu seharusnya menjadi abdi gereja. Menurut Salisbury jika masing-masing penduduk
bekerja untuk kepentingan sendiri, kepentingan masyarakat akan terpelihara dengan
sebaik-baiknya. Salisbury juga melukiskan kehidupan beagama itu seperti kehidupan
sarang lebah yang sangat memerlukan kerja sama dari semua unsur, suatu pandangan
yang bertitik tolak dari pendekatan organis.
63. Bodenheimer:
Hukum adalah hukum terdiri dari penyempurnaan masyarakat mahluk yang berakal
yang ada hubungannya dengan moralitas, namun hukum selalu dilukiskan dengan
kelompok yang nyata.
64. Allen:
Hukum adalah suatu usaha untuk menegakkan keadilan dilain pihak yang harus di
bedakan.
65. Durkhein:
Hukum adalah moral sosial.
66. Max Weber:
Hukum sebagai suatu kompleks dari kondisi-kondisi faktual yang ditentukan oleh
tindakan manusia.
67. Olivecona:
bahwa hukum utamanya tersusun dari aturan-aturan tentang kekuasaan, aturan
mana memuat pola-pola tingkalaku bagi pelaksanaan kekuasaan.
68. Frank:
Hukum adalah salah satu konsekuensi dari kenyataan bahwa masyarakat yang
melahirkan hukum dan bukan hukum yang melahirkan masyarakat.
69. Radbruck:
Hukum merupakan suatu unsur kebudayaan, maka seperti unsur-unsur kebudayaan
lain hukum mewujudkan salah satu nilai dalam kehidupan konkrit manusia.
70. Parson Sibernetika:
Hukum itu merupakan mekanisme integrasi. Parson menempatkan hukum sebagai
salah satu subsistem dalam sistem sosial yang lebih besar.

71. Hauriou:
Ada tiga elemen pokok: (1) Gagasan tentang perbuatan yang direalisasikan dan
secara yuridis berlangsung dalam lingkungan sosial, (2) Untuk merealisasikan gagasan
itu disusun kekuasaan yang memberinya organ-organ, (3) Dalam merealisasikan gagasan
ini diatur oleh ketentuan-ketentuan prosedural. (W Friedmann, 1994, Teori dan Filsafat
Hukum)
72. K. Renner:
Hukum adalah suatu perubahan masyarakat secara radikal dan tidak selalu diikuti
dengan perubahan struktur hukum.
73. J. M. Commons: John M. Commons
Dalam bukunya yang berjudul “The Legal Foundation of Capitalism” , terbit Tahun
1924, pelukisan sosiologis tentang sistem hukum dewasa ini yakni tipologi hukum
masyarakat serba meliputi seseorang. Commons melukiskan dengan menyakinkan dan
sangat mendalam perubahan yang terjadi dalam makna lembaga sosial, seperti hak milik
dan transaksi yang dewasa ini didasarkan pada pengharapan akan hal yang tidak
berikatan. Commons menujukkan timbulnya suatu pemerintahan industri yang bersaiang
dengan pemerintah negara dan peranan hukum serikat pekerja dan trust dalam kehidupan
hukum. Selanjutnya Commons membentangkan pemikiran yang mendalam mengenai
sosiologi hukum sistematik berkisar penataran bekerja yang menguasai kelonpok
individu yang berkumpul dalam kepentingan yang sedang berlaku. Ia menyatakan hukum
tiap kepentingan yang sedang berlaku sesungguhnya adalah suatu pemerintahan.
Commons menyatakan bahwa hukum, kesusilaan serta ekonomi adalah dari segi
penataran bekerja, dari struktur sama yang hanya diperbedakan menurut kadar
kemungkinan kelakuan lahiriah yang dapat ditentutan oleh masing-masing. (George
Curvict, 1996 :171)
74. Magnis Suseno:
Berpendapat bahwa jawaban-jawaban filasafat itu memang tidak pernah abadi.
Karena itu filsafat tidak pernah selesai dan tidak pernah sampai pada akhir sebuah
masalah. Filsafat tidak menyelisiki salah satu segi dari kenyataan saja melainkan apa-apa
saja yang menarik perhatian manusia, artinya masalah manusia itu banyak dan tidak
hanya beberapa saja yang dikaji oleh filsafat. Yang menarik lagi karena jawaban yang
diberikan filsafat tidak pernah abadi, kenyataan itu menyebabkan masalah-masalah yang
dikaji filsafat seringkali terbesar dan begitu-begitu saja. Boleh jadi pendapat ini ada
benarnya, tetapi jelas tidak benar seluruhnya. (Darji Darmodiharjo, 1995 :3)
75. Stampe:
Hukum adalah hukum dalam tatanan responsif memandang dirinya sebagai bagian
yang tak terpisahkan dengan dunia sosial yang mengitarinya.
76. J. Proudhon:
Hukum adalah merupakan suatu asas yang mengatur keseimbangan yang goyah

antara pertentangan-pertentangan pokok yang selalu ada dalam kenyataan sosial.
77. Otto Von Gierke:
Sosiologi hukum diferensialnya cenderung kepada idealisasi hukum otonomi
kelompok-kelompok ang bertentangan dengan negara.