Perbaikan dan perbanyakan laporan Magang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Sapi potong merupakan jenis ternak yang tujuan pemeliharaannya untuk menghasilkan

daging yaitu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Persentase karkas (bagian yang
dapat dimakan) sapi potong berkisar antara 50% - 60%. Namun selain menghasilkan karkas
yang cukup tinggi, pemeliharaan sapi potong memberikan keuntungan lain, yaitu
menghasilkan feses yang dapat dijadikan sebagai pupuk kandang dan biogas (Allen dan
Kilkenny, 1984).
Populasi ruminansia besar di Provinsi Jambi berkisar antara 160.204 ekor dengan
populasi sapi sebanyak 119.049 ekor dan kerbau 41.155 ekor, dan Populasi sapi di Kabupaten
Muaro Jambi yaitu 16.316 ekor, Populasi ternak sapi di Muaro Jambi terjadi peningkatan dari
tahun 2010-2012 sebanyak 1995 ekor.( BPS Provinsi Jambi, 2013 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas ternak diantaranya : Sistem
pemeliharaan, ketersediaan pakan, kesehatan ternak, lingkungan tempat pemeliharaan,
kondisi iklim dan bibit ternak. Untuk mendapatkan produk sapi potong yang berkualitas baik,
maka diperlukan suatu sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang baik pula. Saat ini

dikenal 3 sistem pemeliharaan ternak sapi potong, yaitu sistem pemeliharaan secara intensif,
ekstensif, semiintensif. Sistem pemeliharaan ternak sapi potong secara intensif merupakan
jenis pemeliharaan ternak sapi potong yang seluruh kegiatanya dilakukan di kandang,
sedangkan sistem pemeliharaan ekstensif sebagian besar aktivitas pemeliharaan ternak sapi
potong dilakukan di Padang Penggembalaan. Adapun pemeliharaan ternak sapi potong secara
semiintensif merupakan gabungan antara sistem pemeliharaan ternak sapi potong secara
intensif dan ekstensif.
Rendahnya tingkat produktifitas ternak saat ini disebabkan karena pola pemeliharaan
ternak yang selama ini dilakukan belum mampu mengoptimalkan manfaat sumberdaya alam
dan manusia yang ada. Upaya yang telah dilakukan agar dapat mempercepat laju
produktifitas ternak, khususnya ternak ruminansia adalah dengan pola integrasi, seperti yang
dilakukan Integrasi Sawit Sapi PTPN VI Muaro Jambi. Pada saat ini banyak sumber daya
alam yang tersedia dan pemanfaatannya belum maksimal, khususnya perkebunan kelapa
sawit yang dapat dipergunakan sebagai penunjang pengembangan usaha sapi potong.
Diharapkan dengan diketahuinya daya dukung alam tersebut, pola integrasi ternak-tanaman,
khususnya perkebunan kelapa sawit dapat lebih digalakkan.
PTPN VI Merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan
memiliki usaha lain dalam bentuk penggemukan sapi dengan pola integrasi yang
memanfaatkan limbah pertanian yaitu pelepah sawit, dimana pelepah sawit dimanfaatkan


sebagai pakan ternak. adapun jenis sapi yang digemukkan adalah sapi bali (290 ekor), sapi
PO (572 ekor), sapi simental (6 ekor). Berdasarkan kondisi ini maka akan dilaksanakan
magang mengenai pemeliharaan sapi potong di peternakan PTPN VI Desa Muaro sebo
Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi,sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan
Universitas Jambi, penulis ingin memahami bagaimana sistem pemeliharaan ternak sapi
potong tersebut.
1.2.

Tujuan
Tujuan dilakukan kegiatan magang (Farm Experience) adalah untuk mengetahui

kondisi umum dan sistem pemeliharaan ternak sapi potong (Bali dan PO) di Integrasi Sapi
Sawit PTPN VI Muaro Jambi dan Meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan
teori yang diperoleh di bangku kuliah pada kenyataan yang ada dilapangan.
1.3.

Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah melakukan magang di PTPN VI Muaro Jambi

diantaranya untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam pemeliharaan ternak sapi

potong, memberikan pengalaman kerja, dan mendapatkan informasi tentang sistem
pemeliharaan sapi potong yang ada di PTPN VI Muaro Jambi.

BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan setiap hari selama 1 bulan, yaitu dari 24 September
sampai 19 Oktober 2013, yang dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Kegiatan magang ini dilaksanakan di kandang sapi potong PTPN VI Muaro Jambi.
2.2. Prosedur Kerja
2.2.1. Materi
a. Alat

: kandang, tempat pakan dan minum, sapu, sekop, angkong dan

selang air
b. Bahan : sapi potong jenis peranakan Ongole, Brahman dan Brangus
berupa indukan dan pedet.
2.2.2. Metode

a. Pemeliharaan ternak sapi
Melakukan pemeliharaan terhadap ternak sapi yang ada
meliputi pembersihan kandang di pagi hari, pembersihan tempat pakan
dan minum, pemberian pakan dan minum.
b. Perkawinan
Menghubungi

asisten

pemeliharaan

ternak

atau

asisten

kesehatan ternak untuk melakukan perkawinan terhadap sapi yang telah
menunjukkan tanda-tanda birahi.
c. Pemberian pakan dan minum

Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari pada pagi, sore dan
malam hari, sedangkan air minum diberikan secara adlibitum. Namun
sebelumnya melakukan pembersihan tempat pakan dan minum.
d. Perkandangan dan Sanitasi Kandang
Melaksanakan pembersihan kandang setiap hari sekali yang
dilakukan pada pagi hari supaya kebersihan kandang tetap terjaga.
e. Kesehatan dan Penyakit Ternak
Melakukan pengamatan dan pengobatan terhadap sapi yang
menderita penyakit.
f. Pengolahan Limbah
Mengumpulkan kotoran ternak di penampungan limbah dan
mengolah limbah tersebut menjadi pupuk.

2.3. Analisis Data
Data yang berhasil dihimpun selama kegiatan farm experience ini berasal dari data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung dan
wawancara kepada pengelola dan petugas kandang. Data primer diambil meliputi jumlah
ternak, jumlah pakan yang diberikan kepada ternak setiap harinya, bobot badan ternak serta
perkandangan dengan mengamati tipe kandang. Sedangkan data sekunder berasal dari
recording atau catatan yang ada di PTPN VI Muaro Jambi, meliputi tahun berdiri, asal ternak

dan luas peternakan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kondisi umum peternakan di PTPN VI
PTPN VI Muaro Jambi merupakan cabang dari PTPN VI Jambi
yang berada di Pall 10 Kota Jambi. PTPN VI Muaro Jambi memiliki
Unit Usaha Integrasi Sawit Sapi(ISS). Usaha Integrasi Sawit Sapi ini
berdiri pada tanggal 1 April 2012. PTPN VI Unit Usaha Integrasi Sapi
Sawit terletak di Desa Maro Sebo, Kecamatan Jambi Luar Kota,
f.
Kabupaten Muaro Jambi. Jarak dari Kota Jambi ± 24 Km
dan dari Kabupaten Muaro Bulian ± 25 Km,dan luas wilayah ± 9,2 Ha,
dengan rincian untuk wilayah peternakannya ± 2,2 Ha dan untuk
padang rumput atau hijauannya 7 Ha.
Struktur organisasi Integrasi Sapi Sawit PTPN VI Muaro Jambi dapat dilihat pada
Gambar 1.
MANAJER


Kepala Operasional

Asisten
Kesehatan
Ternak

Asisten
Pemeliharaan
Ternak

Asisten
Administrasi
dan Keuangan

1. Manajer

: Ir. Musahar

2. Kepala Operasional


: Adi Sucipto

Perwira
Pengamanan

3. Asisten Admi. Dan Keuangan : Hince, SE
4. Asisten Pemeliharaan Ternak : Faisal F.K, STP
5. Asisten Kesehatan Ternak

: drh. Andraw Nur Rahmad dan drh. Adi
(dari Dinas Peternakan Kab. Ma. Jambi)

6. Perwira Pengamanan

: Pelda (Purn) Januari
5

Gambar. 1 Struktur ISS PTPN VI Muaro Jambi

Tabel 1. Jumlah tenaga kerja di ISS PTPN VI Muaro Jambi.

No.

Bidang

Jumlah

1
2
3
4
5

Administrasi dan keuangan
Tehnik
Kesehatan ternak
Keamanan
Pemeliharaan dan perawatan ternak
Jumlah

7 orang

16 orang
2 orang
7 orang
33 orang
65 orang

Gambar 2. Gerbang utama PTPN VI Muaro Jambi.
3.2. Pengalaman Farm Experience
Kegiatan dimulai dengan jadwal kerja setiap hari senin - sabtu di mulai
pada pukul 07.30 s/d pukul 16.00 WIB.Adapun kegiatan yang dilakukan selama
farm experience adalah sanitasi kandang,pembersiahan kandang dimulai dari
pembersihan balungan (tempat pakan dan minum) membuang sisa – sisa pakan
dalam balungan menggunakan sekop. Pembersihan tempat minum dengan cara
mengurasnya dan mengganti airnya dengan yang baru. Pembersihan lingkungan

6

dalam dan sekitar kandang dengan menggunakan sapu lidi dan sapu dari pelepah
sawit.


Gambar 3. Membersihkan balungan tempat pakan.

Gambar 4. Membersihkan tempat air minum.

7

3.3. Cara pemeliharaan sapi potong di PTPN VI Muaro Jambi.
Cara pemeliharaan ternak yang diterapkan di PTPN VI Desa Maro Sebo
Muaro Jambi termasuk sistem pemeliharaan secara intensif, karena ternak selalu
atau terus menerus di dalam kandang, mulai dari beranak sampai dijual dan
memudahkan dalam pemberian pakan serta untuk memudahkan pengontrolan
tingkah laku ternak. Sistem pemeliharaan merupakan salah satu faktor terpenting
yang memegang peranan dalam keberhasilan suatu usaha peternakan baik dalam
skala kecil hingga skala besar. Menurut Susetyo (1980) bahwa pemeliharaan
ternak sapi yang baik adalah dengan cara dikandangkan sehingga pengawasan
ternak sapi tidak digunakan sebagai kerja dan ternak diberi makan dan minum di
dalam kandang. Di tambahkan Rasyaf, (1995) Sistem pemeliharaan meliputi bibit,
pemberian pakan dan air minum, kandang, serta pencegahan dan pengobatan
penyakit.
Bibit ternak yang ada di PTPN VI Muaro Jambi dibeli dari sentra
pembibitan ternak yaitu dari Provinsi Lampung, dengan umur bibit yang dibeli 11,5 tahun. Jumlah ternak yang dipelihara di PTPN VI dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah ternak yang di pelihara di PTPN Muaro Jambi.
No.

Jenis Sapi

1
2

Bali
PO

Jantan
Betina
-------------( ekor )----------40
250
280
292

3
Simental
2
4
Sumber: PTPN VI Muaro Jambi, Oktober 2013

Jumlah
290
572
6

3.3.1. Jenis pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang harus mendapatkan perhatian,
oleh karena itu pemberian pakan ternak harus sesuai dengan kualitas pakan yang
dibutuhkan. Jenis Pakan yang diberikan pada ternak adalah hasil olahan limbah
pertanian yaitu pelepah sawit, BIS, onggok, dedak, molases, garam.
Hijauan yang diberikan untuk ternak di PTPN VI Muaro Jambi yaitu
rumput raja, hijauan diberikan pada saat ternak adaptasi, untuk minggu I diberikan
hijauan 100% atau rumput raja belum diberi cacahan pelepah sawit. Masuk

8

minggu ke 2 dan seterusnya baru diberi cacahan pelepah sawit, minggu ke 5 dan
seterusnya diberi cacahan pelepah sawit tanpa diberi rumput raja.
Pemanfaatan dari limbah sawit ini untuk mengatasi pemberian pakan
hijauan yang semakin berkurang. Menurut Umar, (2010) karena terbatasnya lahan
untuk padang penggembalaan dan lahan kultivasi tanaman hijauan pakan ternak.
Elisabeth dan Ginting (2004) mengatakan bahwa untuk ternak ruminansia pelepah
sawit dapat digunakan sebagai bahan pengganti rumput, sedangkan lumpur sawit
dan bungkil inti sawit dapat digunakan sebagai bahan sumber protein dengan
kandungan protein masing-masing 14,5 % dan 16,3 %. Ditambahkan Hassan dan
Ishida (1992) bahwa pelepah kelapa sawit dapat dipergunakan sebagai bahan
pakan ternak ruminansia, sebagai sumber pengganti hijauan atau dapat dalam
bentuk silase yang dikombinasikan dengan bahan lain atau konsentrat sebagai
bahan campuran dan tingkat kecernaan bahan kering pelepah sawit dapat
mencapai 45%.
Beberapa keuntungan dari pemanfaatan hasil perkebunan kelapa sawit pada
usaha peternakan sapi adalah :
1. secara teknis bahan pakan ini mudah

didapat dan produksinaya

berkesinambungan.
2. secara ekonomi membantu peningkatan pendapatan perkebunan.
3.

membantu pengawasan lingkungan serta mengurangi pencemaran.

4. menambah penyedian bahan pakan (Aritonang, 1986).
3.3.2. Teknik pembuatan pakan
Proses pembuatan pakan dimulai dari pemisahan antara batang daun dan
pangkal pelepah, dicacah menggunakan cooper dan dilakukan pencampuran
dengan bahan yang lain menggunakan mixer, proses pencampuran di mulai dari
memasukkan pelepah sawit yang sudah di cacah(halus), dedak, onggok, Bis,
molases, garam dan air. Pembuatan pakan per hari bisa mencapai ± 8-10 ton
dengan penghomogenisasian sebanyak ± 12-14 kali dalam mixer. Persentase
penggunaan bahan pakan yang digunakan sesuai dengan jenis dan kebutuhan
ternak bisa dilihat pada Tabel 3.

9

Tabel 3. Presentase bahan pakan di PTPN VI Muaro Jambi.
Bahan
Pakan
1
Cacahan pelepah sawit
2
Bungkil Inti Sawit
3
Onggok
4
Dedak Padi
5
Molases
6
Garam
Jumlah
Sumber: Peternakan PTPN VI Muaro Jambi, 2013
No.

Presentase
Pakan (%)
60
25
8
5
1
1
100

3.3.3. Waktu Pemberian Pakan
Waktu pemberian pakan juga menjadi faktor dalam sistem
pemeliharaan ternak baik untuk penggemukkan maupun untuk
pembiakan ternak. Waktu pemberian pakan di PTPN VI Desa Maro
Sebo memberikan pakan pada ternak sebanyak 3 kali per hari yaitu ,
pagi hari pukul 08.20 WIB, siang hari pukul 13.30 WIB dan malam
hari pukul 20.00 WIB. Cara ini memiliki keuntungan pertambahan
bobot badan lebih bisa didapat. Waktu pemberian pakan yang belum
sesuai dengan kebutuhan ternak, dilaporkan merupakan faktor utama
rendahnya tingkat produktifitas ternak didaerah tropis (Chen, 1990).
Jumlah pakan yang hasilkan per hari yaitu ± 10-12 ton, untuk
kebutuhan pakan ternak per hari dapat mencapai 10 ton, tingkat
konsumsi ternak per hari ± 4-5 kg, hal ini dapat di ketahui dengan cara
menimbang jumlah bahan pakan yang diberi dikurang dengan jumlah
bahan pakan yang sisa.
3.3.4. Pemberian Air Minum
Ketersedian air harus diperhitungkan terlebih dahulu, karena air
merupakan kebutuhan yang mutlak. Ketersediaan air sangat penting karena
berguna untuk kebutuhan air minum, kebersihan kandang maupun ternak.
Air minum sangat dibutuhkan bagi kesehatan ternak, fungsi air minum
dalam tubuh sapi adalah mengangkut zat-zat dari bagian yang satu kebagian yang
lain dan pengaturan suhu tubuh (Anggrodi, 1994). Air minum berfungsi untuk
10

melancarkan pencernaan zat-zat makanan, hal ini sesuai dengan yang dikatakan
oleh Sutardi (1980) yang menyatakan bahwa air dalam tubuh berfungsi untuk
memperlancarkan pencernaan dan metabolisme zat-zat makanan.
Sistim pemberian air minum pada ternak di PTPN VI diberikan secara
adlibitum atau terus menurus, hal ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan
konsumsi air, karena dalam satu kandang ternak digabungkan dari segi postur
badan dan umur ternak. Sumber air untuk minum ternak di PTPN VI Muaro Jambi
berasal dari sumur bor. Menurut Sugeng (2006), kebutuhan air bagi ternak
tergantung dari faktor kondisi iklim, bangsa sapi, umur dan jenis pakan yang
disajikan.
3.3.5. Perkandangan
Ada 2 sistem perkandangan yang digunakan di PTPN VI Jambi unit usaha
integrasi sawit sapi (ISS) Desa Maro Sebo, 1). Sistem kandang koloni, kandang
ini digunakan untuk ternak penggemukkan, kandang pembiakan (indukan), dan
untuk ternak setelah lepas sapih (2 bulan) dengan ukuran ± panjang 25 meter x
lebar 15 meter, dalam penggunaannya kandang koloni lebih efisien dalam tenaga
kerja, karena 1 orang pegawai bisa memelihara 100-150 ekor ternak sapi. 2).
Kandang Individu, kandang ini digunakan untuk ternak setelah melahirkan (induk
dan pedet), dengan ukuran kandang ± panjang 2 meter x lebar 1,5 meter. Jumlah
kandang ternak yang ada di PTPN VI Muaro Jambi sebanyak 53 kandang.

Gambar 5. Kandang Individu.

Gambar 6. Kandang Koloni.

11

3.3.6. Pertambahan Bobot Badan
Laju pertambahan seekor sapi dapat diukur dengan melihat pertambahan
bobot badannya. Kanisius (2011) menyatakan salah satu cara untuk mengetahui
pertambahan bobot badan adalah dengan penimbangan untuk mencari dan
membandingkan data ternak.Pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara
mengurangi bobot badan akhir dengan bobot badan awal. pertambahan bobot
badan harian diperoleh dengan membagi pertambahan bobot badan dengan
lamanya pemeliharaan. Penimbangan ternak yang dilakukan di PTPN VI Muaro
Jambi setiap 1 bulan sekali, dengan menggunakan timbangan ternak.
Rumus yang digunakan untuk menghitung pertambahan bobot badan
berpedoman pada Rumus Lambourne (Amirudi Malewa, 2009)


PBB (Kg) = Bobot Badan Akhir (Kg) – Bobot Awal (Kg)



PBBH (Kg) =

PBB Selama dipelihara
Lama Pemeliharaaan

Keterangan:
PBB

: Pertambahan Bobot Badan (Kg)

PBBH

: Pertambahan Bobot Badan per Hari (Kg)

Hasil penimbangan ternak sapi Bali selama 1 bulan didapat bobot badan
minggu 1 dan minggu ke 4 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan PBB ternak sapi Bali di PTPN VI Muaro Jambi.
No.

Nama
Ternak

1.
2.
3.

Sapi B35
Sapi B36
Sapi B37

Minggu
Pertama
(Kg)
250
222
234

Minggu
Keempat
(Kg)
265
235
244

PBB
Per Bulan
(Kg)
15
13
10

4.
Sapi B38
237
250
13
5.
Sapi B39
210
222
12
Sumber : Peternakan PTPN VI Muaro Jambi, 2013

PBB
Per Hari
(Kg)
0,5
0,4
0,3
0,4
0,4

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada saat pelaksanaan magang selama 1
bulan bobot badan sapi Bali mengalami kenaikan. Pertambahan bobot badan/hari
sapi Bali di peternakan PTPN VI Muaro Jambi bekisar 0.4-0.5 kg/hari.

12

Hasil penimbangan ternak sapi PO selama 1 bulan didapat bobot badan
minggu 1 dan minggu ke 4 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan PBB ternak sapi PO di PTPN VI Muaro Jambi.
No.

Nama
Ternak

1.
2.
3.

Sapi P133
Sapi P134
Sapi P135

Minggu
Pertama
(Kg)
324
354
290

Minggu
Keempat
(Kg)
348
370
315

4.
Sapi P136
387
420
5.
Sapi P137
318
336
Sumber : Peternakan PTPN VI Muaro Jambi, 2013

PBB
Per Bulan
(Kg)
24
16
25
33
18

PBB
Per Hari
(Kg)
0,8
0,5
0,8
1,1
0,6

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada saat pelaksanaan magang selama 1
bulan bobot badan sapi PO mengalami kenaikan. Pertambahan bobot badan/hari
sapi PO di peternakan PTPN VI Muaro Jambi bekisar 0.5-1 kg/hari.
Tabel 6. Perhitungan PBB ternak sapi Simental di PTPN VI Muaro Jambi.
No.

Nama
Ternak

1.
2.
3.

Sapi S0031
Sapi S0042
Sapi S0008

Minggu
Pertama
(Kg)
398
445
294

4.
5.

Sapi S0059
Sapi S0039

310
447

Minggu
Keempat
(Kg)
433
482
328
348
481

6.
Sapi S0094 454
491
Sumber : Peternakan PTPN VI Muaro Jambi, 2013

PBB
Per Bulan
(Kg)
35
37
34

PBB
Per Hari
(Kg)
1,2
1,2
1,1

38
34

1,3
1,1

37

1,2

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada saat pelaksanaan magang selama 1
bulan bobot badan sapi Simental mengalami kenaikan. Pertambahan bobot
badan/hari sapi Simental di peternakan PTPN VI Muaro Jambi bekisar 1-1,3
kg/hari.
3.3.7. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan usaha peternakan. Usaha pencegahan penyakit dilakukan dengan

13

membersihkan kandang setiap hari. Ini dilakukan supaya lingkungan dan ternak
tetap terjaga. Viviani dan Nazarudin (1988), menyatakan bahwa salah satu usaha
pencegahan penyakit adalah melalui sanitasi lingkungan. Sastroamidjojo (1985),
menyatakan bahwa pembersihan kandang dan lingkungan sekitarnya adalah salah
satu usaha sanitasi dalam usaha peternakan agar ternak selalu dalam keadaan
sehat. Kesehatan ternak salah satu faktor penentu keberhasilan pemeliharaan
ternak. Penyakit yang menyerang ternak biasanya disebabkan oleh kandang yang
kotor, pemberian pakan yang tidak teratur dan perawatan yang kurang baik.
Penyakit yang sering menyerang pada sapi di PTPN VI Muaro Jambi
yaitu mencret, sakit mata dan luka.
1.

Mencret.
Penyakit ini disebabkan oleh hijauan yang masih sangat muda dan kandungan

airnya masih terlalu banyak. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan
antibiotic Oxytetracycline, dengan cara disuntikkan ke badan/tubuh ternak.
2.

Sakit Mata.
Sakit mata atau Leleran mata disebabkan oleh debu, dan perubahan cuaca.

Pengobatannya diberi obat mata yaitu Terramycin yang berbentuk pasta. Cara
pemberiannya yaitu dengan mengoleskan obat ini ke mata sapi tersebut dua kali
sehari yaitu pagi dan sore.
3.

Luka.
Penyakit ini disebabkan oleh ternak itu sendiri yang diakibatkan goresan

tanduk saat bermain dengan sapi lainnya. Pengobatannya yaitu dengan cara
memberi Gusanex. Sebelum diberi Gusanex, luka dibersihkan dahulu dengan
menggunakan air kemudian diberi Gusanex. Penggunaan Gusanex dilakukan
dengan cara disemprotkan pada bagian yang luka.
Dari pengalaman selama magang bahwa pencegahan dan pengobatan
penyakit pada sapi di peternakan PTPN VI Muaro Jambi, sudah cukup baik,
keadaan sapi potong di PTPN VI Muaro Jambi juga dalam keadaan sehat, karena
sistem pemeliharaannya sudah baik.

14

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari kegiatan Farm Experience dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan
sapi potong yang dilakukan oleh PTPN VI Muaro Jambi dilakukan cara
pemeliharaan secara intensif, cara pemeliharaanya sudah dikategorikan baik, hal
ini dapat dilihat dari PBB yang diperoleh per harinya sudah bisa mencapai standar
dan dapat memanfaatkan limbah dari sawit sebagai pengganti hijauan untuk pakan
ternak, sehingga bisa membantu mengatasi lahan hijauan yang samikin berkurang.
4.2.

Saran
Untuk mendapatkan hijauan yang berkualitas bagus ada baiknya

memperbaiki lahan padang rumput yang ada di PTPN VI Muaro Jambi dan
pemberian pakan tidak berlebihan. Perlu dibangun atau direnovasi

kandang

ternak yang sudah tidak memadai lagi.

15